Tuesday 29 May 2018

Menikmati Suasana Berpuasa di Pulau Lombok #PesonaRamadan2018


"Ramadhan Tiba" ... 3x
"Marhaban Ya Ramadhan" ... 4x

"Kayak lirik sebuah lagu?".
"Emang iya, ini kan lirik lagunya Opick".

Lagu ini selalu saya dengar setiap memasuki Bulan Suci Ramadhan. Lirik dan alunan musiknya yang selalu membuat saya rindu dan bahagia bila mendengarnya.

Gak terasa sudah hampir dua minggu kita berada di Bulan Suci Ramadhan tahun ini. Bulan yang penuh berkah dan ampunan. Dimana dalam Bulan Ramadhan, kita seluruh umat muslim dimana saja berada diwajibkan untuk melaksanakan Rukun Islam yang keempat yaitu berpuasa sebulan penuh. Siapa saja yang menyambut Bulan Ramadhan dengan bersungguh-sungguh, Insyaallah dia akan berbahagia di dunia maupun di akhirat kelak, Amin.

Di seluruh pelosok negeri, umat muslim menyambut Bulan Ramadhan dengan bahagia. Termasuk di tanah kelahiran saya sendiri yaitu Pulau Lombok. Mendengar nama Pulau Lombok, pasti dibayangan kalian terpintas keindahan pantai, Gunung Rinjani, air terjun dan Gili Trawangannya.

Selain keindahan alamnya yang menawan, Pulau Lombok juga terkenal dengan seni dan budayanya. Apalagi yang namanya wisata kuliner, Pulau Lombok banyak memiliki masakan khas yang boleh diadu soal kelezatannya dengan masakan dari daerah lain. Kalian juga jangan lupa, Pulau Lombok adalah pulau yang hampir seluruh penduduknya memeluk Islam. 

Dalam kesempatan ini, saya akan bercerita suasana Bulan Ramadhan di Pulau Lombok. Cerita saya saat mengunjungi beberapa tempat kece di Pulau Lombok. Bercerita tentang keindahan alamnya, kulinernya, berbuka bersama di masjid, melihat beberapa acara yang diadakan selama Bulan Ramadhan dan masih ada yang lainnya.

Mempersingkat waktu, kita mulai saja cerita kecenya ! hehehe.



Rumah Sakit Mata NTB (BKMM NTB)

Bekerja seharian membuat kita terkadang jenuh dan lelah. Apalagi bekerja saat Bulan Ramadhan, kita selalu tergoda untuk tidur apalagi disaat jam-jam ngantuk,hehehe. Di Bulan Ramadhan ini untuk mengembalikan semangat lagi, sepulang kerja biasanya saya jalan-jalan alias ngabuburit. Biasanya juga saya pergi ngabuburit sendirian kalau si doi gak bisa nemenin (kerja juga). Terkadang ditemani oleh beberapa rekan kerja yang kebetulan ingin ngabuburit bareng. Setelah Shalat Ashar, dari tempat bertugas yaitu Rumah Sakit Mata Nusa Tengggara Barat, saya memulai petualangan menuju tempat-tempat kece dan pastinya menarik.

Sebelumnya, rumah sakit ini bernama Balai Kesehatan Mata Masyarakat Nusa Tenggara Barat (BKMM NTB). Berhubung ada aturan baru dari Kementerian Kesehatan, beberapa bulan yang lalu BKMM NTB berubah status menjadi Rumah Sakit Mata NTB.

Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat (RSM NTB) berada di Jalan Selaparang No.40A, Cakranegara, Kota Mataram. Lebih tepatnya berada gak jauh dari Pasar Cakranegara. Berdekatan juga dengan destinasi wisata Taman Mayura dan Pura Meru. Setiap harinya RSM NTB melayani pemeriksaan mata, operasi mata (Katarak dan Pterygium) dan pembuatan kaca mata baik BPJS maupaun umum. Pelayanan selama enam hari kerja (Senin-Sabtu) dari jam delapan pagi sampai setengah tiga siang waktu setempat.

Dari segi bangunan, RSM NTB memiliki bangunan yang berumur cukup tua. Bagi pecinta fotografi, bangunan RSM NTB bisa dijadikan untuk koleksi foto bagi kalian yang suka dengan bangunan klasik dan bernilai sejarah. Saya saja yang bertugas disini, sering mengambil beberapa foto dari berbagai sudut bangunan RSM NTB. Tetapi yang perlu diingat, aturan mengambil foto di sekitar RSM NTB juga dibatasi alias ijin dulu.

Untuk menuju RSM NTB, kita bisa menggunakan angkutan umum seperti bemo, ojek online dan taksi. Bagi yang tempat tinggalnya lumayan dekat dengan RSM NTB, bisa menggunakan Cidomo mengarah ke jalur Pasar Cakranegara. Jadi, sehabis berobat ke RSM NTB, kita juga bisa berbelanja mencari kebutuhan sehari-hari di Pasar Cakranegara dan sekitarnya. Apalagi dalam suasana Bulan Suci Ramadhan ini, daerah Cakranegara sangat ramai dikunjungi oleh warga yang ingin berbelanja pakaian atau perlengkapan menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Bisa dibayangkan selama Bulan Ramdhan bahkan mendekati Hari Idul Fitri, daerah Cakranegara selalu dilanda kemacetan. Sangat wajar untuk kondisi kota besar seperti Kota Mataram yang setiap tahun, penduduknya semakin bertambah. Soal kendaraan juga, semakin hari jumlah kendaraan di daerah Kota Mataram dan sekitarnya semakin bertambah pula. Disinilah peran kita semua untuk selalu mematuhi aturan lalu lintas agar gak terjadi kemacetan yang cukup parah. Siap 86 !.


sumber picture : peta.kota.blogspot.com

Next .... !

Gak pernah bosan-bosannya mengenalkan Pulau Lombok ke kalian pembaca setia lazwardyjournal.com dari tulisan-tulisan saya yang terkadang gak jelas dan sedikit curhat,hehehe. Seperti pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang". Semoga setelah kalian mengenal Pulau Lombok lebih dalam lagi nantinya, kalian bisa sayang sama penulisnya,eeh...maksudnya Pulau Lomboknya.

"Diantara kalian, sudah ada yang berlibur ke Pulau Lombok?". Kalau ditanya sudah ke Pulau Lombok, mungkin kebanyakan orang sudah pernah ke pulau yang memiliki julukan "Pulau Seribu Masjid" ini. Ada yang sekedar berlibur, mengunjungi sanak keluarga (ujung-ujungnya liburan), atau tugas dinas pertemuan antar instansi, bukan pertemuan sama si mantan pacar lhoo ya (menegaskan).

Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan pusat pemerintahan berada di Kota Mataram,Pulau Lombok. Provinsi NTB memiliki dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dimana Pulau Sumbawa merupakan pulau terbesar dengan luas 15.448 km2. Untuk Pulau Lombok sendiri memiliki luas 4.725 km2 . Di sebelah barat Pulau Lombok berbatasan langsung dengan Pulau Bali, sedangkan di sebelah timur berbatasan langsung dengan Pulau Sumbawa.

Soal destinasi kece, Pulau Lombok rajanya. Pulau ini memiliki panorama alam yang sungguh mempesona. Siapa yang gak kenal Gili Trawangan. Hampir semua orang yang datang ke Pulau Lombok, pasti ke pulau kecil ini. Bagi kalangan pendaki, nama Gunung Rinjani sudah menjadi primadona. Jangan sebut pendaki profesional kalau belum mendaki Gunung Rinjani, Lombok Timur. Ada lagi, Air Terjun Tiu Kelep. Melihat keindahan air terjun ini dari sosial media membuat kita ingin segera datang ke Pulau Lombok.

Bisa baca juga disini : Mengexplore Lombok Tiga Hari Tiga Malam





mbak-mbak Satpol PP Kota Mataram yang sedang mencari takjil buat berbuka 




senyuman pak polisi yang bertugas mengatur lalu lintas 

semangat bapak tukang parkir dalam mencari rezeki 

Kota Tua Ampenan

Tujuan wisata lainnya yang bisa kita datangi yaitu Kota Tua Ampenan. Kota tua ini mungkin sudah sangat familiar bagi kalian. Di media sosial sudah banyak yang membahas tentang Kota Tua Ampenan. Akses menuju Kota Tua Ampenan sangat mudah. Dari pusat Kota Mataram hanya membutuhkan waktu lima menit saja menuju arah barat. Kalau gak mau ribet, kita bisa memesan ojek online atau taksi. Untuk angkutan umum dalam kota juga ada yaitu mobil bemo, bus Damri dan cidomo (delman). Kebetulan juga saya besar dan tinggal di kota tua ini, jadi saya paham betul suasana Kota Tua Ampenan sejak saya kecil hingga sekarang.

Kota Tua Ampenan merupakan salah satu daerah yang memiliki cerita sejarah masa lalu di Pulau Lombok. Berada di bagian paling barat  dari Kota Mataram. Kota Tua Ampenan dulunya adalah sebuah kota pelabuhan dan pusat pemerintahan sebelum dipindahkan ke Kota Mataram. Pelabuhan besar pada jamannya serta menjadi satu-satunya pintu masuk perdagangan di Pulau Lombok saat itu.

Dari segi bangunan tua yang masih terjaga sampai saat ini menjadi bukti besarnya perdagangan di kota tua ini pada masa lalu. Bangunan peninggalan bangsa Belanda yang menjajah Indonesia selama tiga setengah abad tetap terjaga keasliannya dan menjadi salah satu destinasi sejarah di Pulau Lombok. Masyarakat yang tinggal di Kota Tua Ampenan sangat beragam. Selain penduduk asli (Suku Sasak), banyak pendatang yang menetap dan tinggal di kota tua ini. Dahulu mereka adalah para pedagang yang berasal dari negeri yang sangat jauh. Ada dari Tiongkok, Arab, Persia, bahkan sampai Eropa. Gak banyak dari mereka yang kembali ke negaranya. Mereka memutuskan untuk menetap dan menikah dengan orang pribumi dan memiliki keturunan sampai saat ini.

Selain dari luar negeri, ada juga para pedagang dari Suku Banjar, Melayu, Bugis dan Bali yang berlayar berbulan-bulan di lautan dan menjual dagangan mereka di Pulau Lombok. Mereka juga gak banyak yang kembali ke tempat mereka berasal, melainkan menetap dan menikah dengan penduduk asli Pulau Lombok sampai memiliki keturunan sampai saat ini. Beragam suku bangsa, agama dan memiliki sejarah masa lalu, menjadikan Kota Tua Ampenan sangat menarik untuk dikunjungi.

Bila kalian ingin berkunjung ke Kota Tua Ampenan, datanglah saat Bulan Ramadhan. Banyak para pedagang yang menjajakan berbagai macam takjil dan menu untuk berbuka puasa. Di Pasar Ampenan bisa menjadi pilihan kalian. Pasar Ampenan merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota Tua Ampenan. Menjelang sore hari, kita dapat menjumpai deretan para pedagang takjil yang memenuhi area parkir pasar. Para pedagang takjil ini hanya ada saat Bulan Ramadhan saja dan sangat ramai oleh pengunjung saat sore hari, menjelang waktu berbuka puasa tiba. Saking penasarannya, saya pun datang ke Pasar Ampenan untuk melihat-lihat suasana pasar. Sangat ramai sekali dan gak sedikit membuat kemacetan.

Untungnya, segala kemacetan dapat tertangani oleh bapak polisi. Petugas lalu lintas yang bertugas mengatur kendaraan yang lalu lalang. Gak hanya bapak polisi saja yang bertugas mengatur kemacetan, tapi ada bapak tukang parkir berseragam orange juga berjasa dalam mengamankan kendaraan pengunjung. Terimakasi Bapak Polisi dan Bapak Tukang Parkir !

Bisa baca juga : Kota Tua Ampenan



Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah



Masjid Nurul Bilad, Kuta Mandalika

Pantai Kuta Mandalika dan Masjid Nurul Bilad

Berikutnya ada Pantai Kuta Mandalika. Pantai ini sangat dekat dengan Lombok International Airport (LIA). Hanya lima belas menit dari bandara, kita sudah sampai di salah satu pantai terindah di Pulau Lombok. Gak jauh dari Pantai Kuta Mandalika juga terdapat sebuah masjid yang belum lama ini diresmikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia "Joko Widodo". Masjid tersebut bernama Masjid Nurul Bilad. Salah satu masjid termegah yang dimiliki Pulau Lombok dan menjadi tujuan wisata religi di wilayah Kuta Mandalika.

Untuk menuju Pantai Kuta Mandalika dan Masjid Nurul Bilad, kita bisa menggunakan jasa taksi bandara dan ojek online karena angkutan umum atau pedesaan sudah sangat jarang kita temui di jalur Kota Mataram menuju Lombok International Aiport dan Pantai Kuta Mandalika.

Bisa baca juga disini : Masjid Nurul Bilad, Kuta Mandalika

Mungkin diantara kalian yang dalam waktu dekat ini akan berlibur ke Pulau Lombok, bisa mengunjungi tempat-tempat yang saya sebutkan tadi sambil menunggu waktu berbuka puasa. Ngetrip disaat berpuasa gak ada yang melarang. Yang penting kalian memiliki fisik yang kuat dan tenaga yang cukup. Jangan takut ngetrip disaat berpuasa !,hehehe.

Disamping memiliki keindahan alam, kuliner dan seni budaya yang sudah diakui dunia luar, masyarakat Pulau Lombok juga memiliki ke-Islaman yang sangat kental. Di setiap kampung atau kompleks, berdiri sebuah masjid. Beberapa pondok pesantren tersohor di Indonesia juga ada di Pulau Lombok. Gak sedikit orang dari luar Pulau Lombok juga belajar Islam di Gumi Sasak ini.

"Kenapa disebut Gumi Sasak ?". Alasannya karena suku asli yang berdiam diri sejak dahulu kala di Pulau Lombok yaitu Suku Sasak. Gumi artinya tanah atau tempat tinggal dalam bahasa Sasak, sedangkan Sasak yaitu Suku Sasak itu sendiri. Jadi Gumi Sasak berarti tanah kelahiran Suku Sasak.

Di tahun 2016, Provinsi NTB mendapat penghargaan World Halal Tourism 2016 di tiga kategori nominasi yang diikuti. Desa Sembalun, Lombok Timur mendapat penghargaan sebagai World's Best Halal Honeymoon Destination. Novotel Lombok Resort & Villas sebagai World's Best Halal Beach Resort. Situs www.wonderfullomboksumbawa.com mendapat penghargaan World's Best Halal Travel Website. 

Gak lama ini, Pulau Lombok juga telah melaksanakan event MNEK 2018. MNEK 2018 sendiri memiliki kepanjangan Multilateral Naval Exercise Komodo 2018. Puluhan kapal perang dari 37 negara datang ke Pulau Lombok untuk melakukan beberapa kegiatan kemanusiaan. Keren kan ?

Bisa juga baca di : Bertugas di KRI dr.Soeharso 990 :MNEK 2018


Ayook kita belajar memanah !!!




bagi-bagi takjil dari teman-teman Poltekpar NTB

bazar buku

Masjid Hubbul Wathan (Islamic Center NTB)

Seperti di tahun sebelumnya, Pemerintah Provinsi NTB mengadakan beberapa acara di Bulan Suci Ramadhan 1439 H. Acara yang bertajuk "Pesona Khazanah Ramadhan 1439 H" dipusatkan di Masjid Hubbul Wathan (Islamic Center Nusa Tenggara Barat), Kota Mataram.

Beberapa kegiatan yang diadakan antara lain Shalat Tarawih berjamaah dimana diimami oleh tiga syeikh dari Timur Tengah yang bergantian setiap minggunya yaitu Syeikh Izzat Sayyid Rasyid (Mesir), Syeikh Ahmad Jalal Abdullah Yahya (Yordania) dan Syeikh Mahmud Abdul Basith (Mesir). Selanjutnya ada bazar kuliner, berbuka bersama, bazar buku, memanah dan yang paling seru yaitu beberapa lomba yang menggiurkan.

Namanya Bulan Ramadhan gak lepas dari namanya ngabuburit. Bagi kalian yang kebetulan ada di Kota Mataram dan sekitarnya, bisa datang ke Masjid Hubbul Wathan kapanpaun dan sama siapapun. Salah satu masjid termegah dan menjadi landmark baru di Pulau Lombok khususnya Kota Mataram. Bingung mau ngabuburit kemana, ke Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center NTB menjadi pilihan yang tepat dan cerdas.

Kita juga bisa menuju "Menara 99" yang memiliki empat belas lantai dengan ketinggian sembilan puluh sembilan meter. Tingginya disesuaikan dengan jumlah Asma'ul Husna atau sifat-sifat Allah SWT yang berjumlah 99.  Dari atas menara yaitu di lantai sembilan dan tiga belas kita bisa melihat Kota Mataram secara keseluruhan. Gak hanya Kota Mataram saja, tapi Gunung Rinjani dan Pantai Senggigi juga terlihat dari atas menara.



Gimana sih cara naik ke Menara 99 ?

Untuk menuju lantai per lantai, kita bisa menggunakan lift. Buka dari jam sepuluh pagi sampai menjelang buka puasa. Di luar Bulan Ramadhan, buka dari jam sepuluh pagi sampai malam hari. Sebelum naik ke menara, kita harus membeli tiket seharga lima ribu per orang. Setelah tiket di tangan, baru dah boleh naik. Untuk mengatur para pengunjung yang akan naik ke menara, kita dibagi menjadi beberapa rombongan. Setiap rombongan dipandu oleh seorang tour guide yang siap melayani kita selama tour. Satu rombongan minimal lima orang. Beruntungnya saya bersama kawan saya berada di rombongan yang jumlahnya paling sedikit yaitu lima orang saja. Jadi gak berdesakan saat berada di dalam lift saat menuju ke puncak menaraSatu tim atau rombongan hanya diberikan waktu sepuluh hingga lima belas menit saja untuk menikmati pemandangan dari atas menara sambil foto-foto. 

Diantara pengunjung yang berhasil saya tanyakan, mereka yang sedang berada di area Masjid Hubbul Wathan merasa seperti berada di Masjidil Haram (Mekkah) dan Masjid Nabawi (Madinah). Gak hanya pengunjung dari Pulau Lombok dan Sumbawa saja yang datang kesini, tetapi dari luar NTB bahkan mancanegara juga datang untuk melihat keindahan bangunan masjid ini.

pasangan tourist asing yang sedang berada di lantai tiga masjid 


suasana Masjid Hubbul Wathan saat malam hari

Tata cara berpakaian juga diatur bila kita berada di area masjid. Harus memakai pakaian sopan dan tertutup. Bagi para pengunjung yang gak memakai pakaian tertutup jangan khawatir. Pengelola masjid sudah menyediakan pakaian tertutup mirip seperti jubah sebelum masuk ke dalam area masjid. 

Masjid Hubbul Wathan saat ini menjadi barometer peradaban Islam terbaru di wilayah Indonesia bahkan dunia. Ini membuktikan perkembangan dunia pariwisata NTB sedang mengalami kemajuan yang pesat khususnya sebagai wisata halal.

Bangunan Masjid Hubbul Wathan memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Bangunan yang mengambil arsitektur bangunan masjid timur tengah ini memiliki luas bangunan 36.538 m2 . Total secara keseluruhan luas area masjid yaitu 74.749 m2. Masjid berlantai tiga ini bisa menampung sekitar 20.000 jamaah. 

Kubah masjid juga sangat unik dan berbeda dari kubah masjid pada umumnya. Kubahnya diberi hiasan berupa motif khas batik Sasak Samawa Mbojo (Sasambo) yang merupakan batik khas NTB. Untuk warna cat bangunan secara keseluruhan yaitu warna krem, kuning dan hijau. Apalagi saat malam hari, keindahan lampu warna-warni yang saling bergantian memancarkan dari bangunan masjid, menambah suasana menjadi syahdu. Cahaya terang benderang selalu terpancarkan dari masjid ini setiap malamnya.


Untuk alat transportasi sendiri, di Pulau Lombok khususnya Kota Mataram sudah lumayan memuaskan. Untuk angkutan umum sendiri masih cukup tersedia tetapi saat ini jumlahnya sangat terbatas. Angkutan umum seperti bemo (mobil angkot) melayani rute Terminal Mandalika, Sandubaya menuju Pasar Kebon Roek, Ampenan setiap harinya. 

Selain bemo (mobil angkot), ada juga ojek online dan taksi yang jumlahnya sangat cukup. Mau kemana saja kita berkeliling kota, sudah gak perlu khawatir lagi. Tinggal membuka aplikasi ojek online di gadget masing-masing, pesan dan tunggu jemputan kalian. Mungkin yang ingin mencoba bus kota, kalian bisa menaiki bus pada pagi sampai sore hari di jam-jam tertentu. Ada satu alat transportasi tradisional yang masih ada sampai saat ini yaitu Cidomo. Cidomo memiliki kepanjangan Cikar Dokar Motor. Alat transportasi ini mirip dengan delman atau dokar. Dimana cidomo ditarik oleh seekor kuda yang dikendalikan oleh seorang kusir.

Bagi kalian yang akan mengunjungi Masjid Hubbul Wathan, kalian bisa menggunakan alat transportasi apa saja baik cidomo, ojek online, bus kota atau mobil si doi juga boleh,hehehe. Letak Masjid Hubbul Wathan sangat strategis sekali. Berada di tengah kota dan dekat dengan daerah perkantoran dan sekolah. Beberapa hotel juga sangat sangat dekat dengan masjid ini dan aksesnya pun terjangkau. Beberapa rumah sakit, mesin ATM, rumah makan atau resto juga dekat dengan Masjid Hubbul Wathan.

Gak jauh dari Masjid Hubbul Wathan, ada tempat ngabuburit yang bisa dibilang salah satu favorit warga Kota Mataram. Sebut saja namanya Jalan Udayana. Jalan Udayana sendiri merupakan jalur menuju Bandara Selaparang, Kota Mataram. Setiap Hari Minggu, Jalan Udayana digunakan untuk Car Free Day. Khusus di Bulan Ramadhan ini, banyak warga yang memilih untuk ngabuburit sekalian berbuka puasa di kedai-kedai sepanjang Jalan Udayana. 


Baca juga disini : Peresmian Islamic Center NTB








Musholla Abubakar Sidiq

Selain Masjid Hubbul Wathan yang berada di tengah Kota Mataram, ada satu musholla yang gak kalah indah. Musholla ini bernama Musholla Abubakar Sidiq berada di Dusun Jurang Malang, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Bangunan musholla yang bergaya China ini menjadi destinasi wisata religi di Pulau Lombok. Apalagi bentuknya mirip seperti kelenteng membuat musholla ini menjadi unik dan memikat bagi siapa saja yang datang berkunjung dan shalat disini. Mushola ini dibangun oleh seorang mualaf bernama H.Muhammad Maliki. Beliau keturunan Thionghoa dan masuk Islam bersama istrinya. Musholla ini dibangun pada tahun 2010 dengan gaya arsitektur China.

Kunjungi juga : www.genpi.co

Gak sedikit orang yang datang berkunjung ke mushola ini termasuk saya sendiri. Sekitar lima belas menit waktu tempuh dari Kota Mataram menggunakan kendaraan pribadi atau sewa. Jalurnya pun sudah bagus, jalanan aspal dan sangat mulus. Di sepanjang perjalanan kita melihat deretan persawahan yang hijau, perbukitan yang indah dan udara yang sangat sejuk.

Jadi, kalian yang hobi fotografi dan menulis, bisa berkunjung dan mencari spot-spot kece di area Musholla Abubakar Sidiq sambil menunggu waktu berbuka puasa.





Sate Bulayak


menjelang sunset di Pantai Ampenan

Mencari Sunset di Pantai Ampenan

"Ada gak sih tempat ngabuburit sekalian dapat melihat pantai dan sunset ?".

Kembali lagi ke Kota Tua Ampenan !.

Gak jauh dari Kota Tua Ampenan, kita bisa ngabuburit di sebuah pantai di pinggiran Kota Mataram. Pantai Ampenan merupakan pantai yang sangat terdekat dengan Kota Mataram. Setiap sore pantai ini sangat ramai dikunjungi. Pantai ini dulunya adalah pelabuhan terbesar yang berada di paling ujung barat dari Pulau Lombok. Peninggalan sejarah dari Pelabuhan Ampenan masih bisa kita lihat dari bentuk bangunan yang berada di Kota Tua Ampenan.

Untuk menuju pantai ini sangat mudah, kita bisa berjalan kaki dari Pasar Ampenan ke arah Jalan Pabean, Pantai Ampenan. Bagi yang gak sempat berjalan kaki, kalian bisa menaiki Cidomo dengan membayar kurang lebih lima ribu rupiah. Hanya tiga menit dari Pusat Kota Tua Ampenan, kita sudah sampai di Pantai Ampenan.

Banyak pedagang yang berjualan berbagai macam jenis makanan dan minuman. Khusus di Bulan Ramdhan, banyak kita temui berbagai macam jenis takjil. Bagi yang ingin memesan Sate Bulayak, disini ada dan harganya pun gak buat dompet bolong. Selain Sate Bulayak, ada juga Pelecing Kangkung, Sate Ikan dan Sate Rembige yang menjadi favorit pengunjung.

Semakin sore, para pengunjung semakin ramai yang berdatangan. Ada yang datang bersama keluarga, sahabat atau gebetan. Semuanya memiliki satu tujuan yaitu menunggu waktu berbuka puasa sambil menikmati keindahan senja dari Pantai Ampenan.







Buka Puasa Bersama dan Shalat Tarawih di Masjid Hubbul Wathan

Suara bedug pun berbunyi dan gak lama kemudian terdengar suara adzan yang sangat merdu menggema dari setiap sudut masjid. Suara adzan yang menandakan waktu berbuka puasa sudah tiba. Alhamdulillah, nikmatnya meneguk segelas Es Pondeng dan dua biji kurma yang sangat manis rasanya. "Nikmat Tuhan yang Manakah yang Kamu Dustakan" (Surat Ar-Rahman).

Untuk berbuka puasa disini, saya ingin merasakan suasana berbuka bersama dengan para jamaah masjid lainnya. Gak sedikit para jamaah yang ikut berbuka puasa di Masjid Hubbul Wathan berasal dari luar Kota Mataram bahkan luar Pulau Lombok. Setiap harinya beragam jenis takjil dan masakan khas Sasak yang tersaji. Dijamin perut akan kenyang, tapi ingat jangan berlebihan. 

Setelah melaksanakan Shalat Magrib berjamaah dan berbuka puasa, saatnya kita bersiap diri untuk melaksanakan ibadah sunah berikutnya yaitu Shalat Tarawih. Syeikh Izzat Sayyid Rasyid yang berasal dari  Mesir mengimami para jamaah yang Shalat Isya dan dilanjutkan dengan Shalat Tarawih berjamaah. Suasana hening dan tenang mendengar lantunan demi lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari Syeikh Izzat Sayyid Rasyid.

Setelah Shalat Tawarih selesai, kita bisa berkeliling masjid di malam hari. Melihat keindahan Masjid Hubbul Wathan membuat mata gak berkedip dan meneduhkan hati yang lagi gundah gulana.

Gimana, tempat ngabuburit pilihan saya sangat beragam kan ?. Mumpung masih lama nih bulan puasanya, gak ada salahnya dong ngabuburit ke tempat-tempat rekommended tadi. Atau mungkin kalian punya tempat ngabuburit favorit lainnya, boleh dong diceritakan !. Ditunggu cerita di tempat lainnya yang gak kalah kece.

Mungkin itu saja dulu cerita tentang ngabuburit saya selama Bulan Ramadhan di tahun ini. Sebenarnya masih banyak tempat lain yang pengen saya ceritakan. Mungkin di tulisan selanjutnya, akan saya ceritakan. Gak bosan-bosannya saya mengajak kalian pembaca setia blog lazwardyjournal.com untuk datang ke Pulau Lombok. Sekarang Pulau Lombok semakin kece dan banyak destinasi baru yang bermunculan lhoo.

Sebagai tambahannya, untuk yang ingin melihat wisata Pulau Lombok dan Indonesia, kalian bisa mengunjungi  www.genpi.coGak hanya di Pulau Lombok saja, kalian bisa melihat beragam destinasi unik dan kece yang ada di Indonesia di situs resmi genpi. Jangan lupa mampir !

Ditunggu liburannya ke Pulau Lombok !

"Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1439 H". "Semoga Ibadah Puasa Kita Selalu Mendapat Berkah disisi Allah SWT, Amin"

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

10 comments:

  1. Wah, paket empat sehat lima sempurna banget ni tentang Lomboknya.

    Yakin, jd pengen segera ngetrip seru ke pulau seribu masjid ini.

    ReplyDelete
  2. Lengkap banget ya... Lombok emang juaraks

    ReplyDelete
  3. Pantai Kuta Mandalika dan pantai Lovina yang terkenal lumba-lumbanya nih yang pengin kudatangi berlibur dan kutulis artikelnya.
    Semoga kesampaian kesana ☺

    ReplyDelete
  4. Komplit banget!
    Besok kalo mau eksplore Lombok balik lagi kesini ah. Noted dulu

    ReplyDelete