Setelah hampir seminggu trip ke Banyuwangi, tibalah waktunya pulang ke rumah. Berhubung waktu cuti segera berakhir, dengan berat hati saya dan keluarga harus balik lagi ke Lombok.
Pengennya sih nambah beberapa hari lagi di Tanah Blambangan ini, tapi kondisi belum mengijinkan. Masih banyak tempat-tempat yang belum saya explore seperti Pantai Pulau Merah, touring ke Alas Gumitir, Kawah Wurung dan lainnya.
Oke, kita mulai saja cerita di tulisan terakhir edisi Banyuwangi 2025. Kali ini saya akan mengajak kalian para pembaca setia Lazwardy Journal untuk berlayar bersama kapal yang banyak orang menyebutnya "kapal hantu".
Kapal yang sejak pertama kali beroperasi dari Lombok ke Banyuwangi, bikin saya penasaran untuk mencobanya. Alasan utama kenapa saya pengen banget nyobain kapal ini yaitu karena kapal ini cukup legend. Umurnya sudah gak muda lagi. Ukurannya juga sangat besar. Saking besarnya, banyak ruang di dalam kapal ini yang terkunci atau gak digunakan.
Fasilitas di dalam kapalnya juga klasik. Dari lorong kapal, kantin yang dulunya restoran pada zamannya, sampai kamarnya berkesan vintage. Maklum saja, kapal ini merupakan kapal bekas Jepang. Saking klasiknya, saat memasuki kapal ini saya merasakan vibes berada di dalam sebuah kapal mewah Jepang di tahun 90-an.
Cerita dimulai dari pembelian tiket. Saya memesan kapal ini cukup unik. Mungkin kalian yang sudah membaca tulisan pertama saya trip ke Banyuwangi, pastinya sudah tau. Jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Banyuwangi. Saya berhasil mendapatkan beberapa nomor kontak kru kapal yang akan saya naiki dari temen yang sering bolak-balik Lombok Banyuwangi.
Menyesuaikan jadwal keberangkatan kapal dengan hari kepulangan. Setelah melihat jadwal keberangkatan kapal di website PT.Antosium Lampung Pelayaran (ALP), pas banget dengan keberangkatan kapal KM Mutiara Barat. Orang biasa menyebutnya dengan kapal "City Line" karena tulisan di badan kapalnya tertulis jargon tersebut.
Kapal ini merupakan salah satu tol laut yang menjadi program dari Pak Jokowi semenjak menjabat menjadi presiden dulu. Hingga sekarang banyak masyarakat yang menggunakan tol laut ini untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lainnya. Saya rasa sih cukup membantu bagi kita yang tinggal di kepulauan.
Ada beberapa kapal yang sama yang melayani rute Lombok - Banyuwangi PP yaitu KM Mutiara Berkah II, KM Mutiara Sentosa III, KM Mutiara Barat, KM Mutiara Ferindo I dan II. Jadi saat ini ada lima kapal ALP yang beroperasi lintas Pel.Gili Mas menuju Pel. Tanjungwangi PP. Banyak juga orang menyebutkan kapal-kapal ini dengan sebutan kapal kembar City Line karena dari bentuk dan ukuran kapalnya hampir sama semua.
Balik ke laptop !.
Setelah memutuskan akan naik kapal tersebut, saya mengontak salah satu kru kapalnya. Kerennya direspon cepat sama mereka. Yang saya tanyakan apakah kapalnya dipastikan jalan dan harga sewa kamar karena rencananya saya dan keluarga akan menyewa kamar di dalam kapal.
Dari informasinya kapal akan berangkat ke Lombok sekitar jam dua belas malam. Tapi kendaraan sudah bisa masuk sekitar jam delapan malam. Begitu juga dengan kamarnya, saya berhasil nego kamar kelas VIP dengan empat bed, lengkap dengan satu sofa dan pendingin ruangan seharga 250 ribu. Untuk pembayaran sewa kamarnya bisa nanti di atas kapal.
Saat sudah memastikan kapal dalam kondisi baik-baik saja dan akan berangkat ke Lombok, saya langsung memesan tiket via website resmi PT.ALP. Caranya cukup mudah sekali.
Kita tinggal masuk ke dalam websitenya. Mengisi beberapa data yang diminta. Dari pilihan rute kapal, tanggal berangkat, nama kapal, jenis kendaraan, nomor kendaraan, nama penumpang sampai proses pembayaran.
Hal yang perlu diperhatikan disini. Ketika akan memesan tiket, kita pastikan kendaraan yang akan kita gunakan. Jangan salah memasukkan jenis kendaraan dan nomor kendaraan.
Setelah jenis kendaraan sudah diinput, lalu nama-nama penumpang jangan lupa dimasukkan. Jika membawa motor, itu sudah termasuk dua penumpang gratis. Caranya klik supir dan kernet. Lalu masukkan nama penumpangnya sejumlah dua orang.
Hal penting lagi, jika penumpang kendaraan lebih dari dua orang, kita bisa menginput penumpang lainnya tapi bayar seharga penumpang. Kalau gak salah untuk dewasa seharga 105 ribu sedangkan anak-anak hanya 15 ribu. Tapi bisa juga gak dimasukkan kalau ingin berhemat, hehehe.
Untuk pembayarannya sementara ini hanya bisa pakai Livin Mandiri bila ingin transaksi online. Bagi yang gak mau ribet, kalian bisa pesan di agent-agent resmi yang bekerjasama dengan PT.ALP di sekitar pelabuhan.
Oke... Setelah urusan pertiketan beres, sekitar jam enam sore sehabis shalat magrib, kami berangkat menuju Pelabuhan Tanjungwangi. Sedih juga saat berpamitan dengan keluarga Banyuwangi. Kapan lagi kesini, semoga masih diberikan kesehatan, rezeki dan waktu buat datang kesini lagi.
Saya bersama anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak ibu pakai motor Vario. Untuk urusan barang bawaan jangan ditanya lagi. Apa yang bisa dibawa, kami bawa. Sisanya saya dan istri paket lewat ekspedisi hehehe.
Perjalanan dari Rogojampi ke Pelabuhan Tanjungwangi memakan waktu tempuh kurang lebih empat puluh lima menit. Melewati Kota Banyuwangi dan Pelabuhan Ketapang. Akhirnya kami tiba tepat waktu di Pelabuhan Tanjungwangi.
Langit malam saat itu agak mendung. Kecepatan angin juga cukup kencang. Sepertinya akan turun hujan. Semoga waktu memasuki kapalnya belum turun hujan.
Memasuki pintu pelabuhan, kami diarahkan oleh petugas pelabuhan menuju portal pemeriksaan tiket. Setelah di depan portal, saya mengeluarkan handphone untuk membuka barcode pemesanan tiket. Setelah itu, barcode diarahkan ke layar yang ada di mesin scan.
Setelah terscan, artinya proses check in berhasil dan sudah bisa masuk ke dalam kapal. Gak perlu nyetak e-tiket lagi. Tinggal tunjukkin barcode e-tiket kepada petugas. Semuanya sudah beres.
Untuk urusan check ini beres, selanjutnya kami diarahkan menuju ruang tunggu penumpang. Suasana di pelabuhan malam itu belum begitu ramai oleh penumpang pejalan kaki atau kendaraan. Yang ramai itu antrian truk-truk ekspedisi yang akan ikut menyeberang ke Lombok.
Kapal KM Mutiara Barat sudah bersandar di dermaga bersama beberapa kapal barang lainnya. Gak lama menunggu, seluruh penumpang baik pejalan kaki maupun yang membawa kendaraan pribadi dipersilahkan memasuki kapal melalui ramdor yang berada di bagian buritan kapal.
Gila ukuran kapalnya gede dan panjang banget. Ini pertama kalinya saya naik kapal berukuran panjang seperti ini. Mana bentuknya juga seperti kapal perang dengan livery dominan putih polos dan biru tua bertuliskan City Line di badan kapal. Benar-benar memberi kesan tersendiri.
Sepertinya perjalanan nanti akan seru karena saya rencananya akan mengexplore kapal ini dari buritan hingga haluan. Semoga kaki ini kuat jalan dan persiapan mental karena memang benar, kapal ini seperti kapal hantu saking besarnya. Sampai anak saya saja nanya, "ayah kok kapalnya serem dan gelap?". Saya bingung jawabnya gimana.
Saat memasuki lambung kapal, gerimis pun datang. Cepat-cepat saya membawa motor masuk ke dalam cardeck. Untungnya petugas kapal mengarahkan motor saya dan bapak, parkir di samping ramdor yang berada di bagian buritan. Gak perlu jauh-jauh parkir motor.
Cardeck kapal ini ada dua lantai. Lantai satu untuk kendaraan besar dan berat, sedangkan lantai dua untuk kendaraan sedang seperti truck kecil, mobil dan motor.
KM Mutiara Barat ini memiliki bobot muat kotor sekitar 11.500 ton dengan panjang 166 meter dan lebar 25 meter. Bisa memuat kendaraan sekitar 115 unit dan penumpang sejumlah 1000 orang. Kapal ini dibangun pada tahun 1991 di Jepang. Dulu saat masih beroperasi di Jepang, kapal ini sudah beberapa kali berubah nama. Salah satunya bernama Ocean West (sumber : marine traffic).
Meskipun kapal ini tergolong sudah tua dan bekas kapal Jepang, fisiknya masih tetap terjaga. Bagi saya kapal ini memiliki kesan tersendiri. Kalau dibandingkan dengan kapal-kapal yang sudah saya naiki seperti punyanya PT.DLU pastinya kalah dari sisi fasilitas. Tapi kapal-kapal milik ALP ini banyak yang cari karena harga tiketnya cukup terjangkau dan hanya satu-satunya penyeberangan Banyuwangi langsung ke Lombok saat ini.
Setelah memarkirkan motor dengan aman, kami berjalan menuju lantai atas untuk menuju deck penumpang. Suasana cardeck cukup lengang karena baru kendaraan kecil saja yang dipersilahkan masuk. Kendaraan besar masih berada di parkiran pelabuhan menunggu giliran masuk kapal.
Penerangan di cardeck cukup minim pencahayaan. Kami melalui jalan menanjak ke cardeck lantai dua. Cukup terjal juga tanjakannya. Lumayan nyari keringet malam-malam. Berada di cardeck lantai dua, kondisi masih kosong melompong. Kami mencari tangga untuk menuju deck atas. Melalui pintu, di pinggir cardeck terlihat tangga menuju deck atas. Gila anak tangganya banyak banget. Benar-benar nih kapal buat saya jadi olahraga hahaha.
Sesampainya di deck atas. Hujan turun dengan lebatnya. Kami segera masuk ke dalam ruang penumpang. Suasana ruang penumpangnya adem banget. Masih sepi dengan penumpang. Hanya terlihat beberapa kru kapal yang sedang bertugas. Dengan ramahnya, kami langsung ditawari kamar. Saya pun langsung menjawab sudah pesan kamar sama Mas Tian. Salah satu kru tempat saya berkomunikasi sebelumnya.
Kami langsung disamperin oleh Mas Tian dan mengantarkan kami ke kamar VIP yang berada di Deck A. Menaiki tangga lagi penghubung Deck A dan Deck B. Kami memasuki pintu kaca dorong. Melewati lorong kamar VIP. Disini kamarnya banyak banget. Saking banyaknya saya gak sempat hitung jumlahnya berapa. Lantai lorongnya juga bersih.
Mas Tiang langsung membuka pintu kamar dan taraaaaa, kamarnya cukup lega. Tersedia empat bed susun. Kasurnya juga empuk dan seprainya bersih. Kamarnya gak usah ditanya. Bersih banget meskipun beberapa perabotan sudah usang.
Sejauh ini, kami senang dan puas. Terutama anak-anak ceria mendapatkan kamar yang super lega. Untuk kami berenam cukup nyaman mendapatkan kamar ini. Untuk review kamarnya menurut saya, kamar dan bed-nya bersih, seprainya juga wangi. Sayangnya gak ada bantalnya ya. Tapi it's oke, gak apa-apa. Yang penting dapat tidur pulas malam ini.
Ada sofa panjang yang menghadap ke jendela. Pendingin ruangan bekerja dengan baik. Ada wastafel yang berfungsi dengan baik. Lemari untuk menyimpan barang dan ada lift jacket dewasa sebanyak empat buah. Penerangan kamarnya juga cukup terang. Melihat hujan turun dengan lebatnya dari dalam kamar. Gak peduli kapal berangkat jam berapa. Yang ada di pikiran kami malam itu, bisa tidur dengan nyenyak.
Berhubung sudah ngantuk banget, saya tertidur sebentar. Sedangkan anak-anak masih asyik bermain di dalam kamar. Bangun-bangun kapal masih belum berangkat. Lihat jam tangan, waktu menunjukkan jam sebelas malam. Hujan juga sudah berhenti. Sepertinya asyik juga keluar kamar untuk melihat suasana di luar. Saya ijin sama istri untuk keluar sebentar. Ibu bapak dan anak-anak juga sudah tertidur.
Sebelum keluar, terdengar informasi untuk jatah makan pertama sudah disiapkan dan bisa diambil di kantin kapal. Saya pun mengambil jatah makan untuk enam orang. Ini sudah termasuk tiket ya. Jadinya gak perlu bayar lagi. Untuk menunya, nanti saya bahas di saat pengambilan jatah makan kedua keesokan harinya.
Muter-muter di atas kapal, suasana di sekitar pelabuhan syahdu banget karena habis turun hujan. Berjalan ke arah haluan, ternyata view malam keren banget. Dari sini kita bisa melihat lampu-lampu kapal ferry yang melintas dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Nongkrong sebentar di pinggir pagar kapal, selanjutnya kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Gak banyak kegiatan yang dilakukan saat malam. Mau nunggu kapalnya berangkat, tapi sepertinya masih lama karena antrian truk yang akan masuk ke dalam kapal masih panjang.
Besok saja kalau sudah terang, baru kita explore kapal ini. Masuk ke dalam kamar untuk lanjut tidur sambil mengedit beberapa tulisan blog yang belum selesai. Sekitar jam setengah satu pagi waktu Banyuwangi, terdengar bunyi bel kapal sebanyak dua kali. Pertanda kapal akan segera diberangkatkan.
Ini moment yang saya tunggu-tunggu. Kapan lagi melihat kapal sebesar kapal pesiar ini berangkat dengan cara ditarik oleh kapal tunda atau disebut tugboat. Saya pun kembali keluar untuk melihat proses kapal berangkat. Terlihat dua tugboat bersiap-siap menarik kapal KM Mutiara Barat. Tali tambat kapal sudah dilepas. Perlahan-lahan kapal meninggalkan dermaga menuju ke tengah.
Keren juga ya, dua tugboat bisa menarik kapal besar menggunakan tali tambat. Langit malam itu cukup cerah. Angin laut juga cukup kencang. Semoga pelayaran aman-aman saja. Sempat khawatir juga naik kapal ini karena beberapa insiden pernah dialami oleh kapal lainnya yang satu bendera dengan KM Mutiara Barat seperti kejadian terbakarnya KM Mutiara Timur dan tenggelam di Selat Lombok beberapa tahun yang lalu.
Belum lagi insiden KM Mutiara Berkah II yang mengalami trouble di mesin saat akan berangkat dari Pelabuhan Gili Mas, Lombok menuju Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi di hari kami berangkat menuju Banyuwangi seminggu sebelumnya.
Bisa baca ceritanya disini : Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi
Sejauh ini kapal aman-aman saja. Setelah kapal berangkat, saya memutuskan untuk kembali ke kamar. Lanjut tidur biar gak kesiangan bangun. Semoga bisa bangun pagi sebelum matahari terbit. Dan benar saja, saya dan lainnya bangun kesiangan. Waktu menunjukkan jam enam pagi. Lihat jendela kamar, langit sudah terang di luar.
Shalat subuh dulu, habis itu lanjut jalan-jalan pagi di pinggir kapal bareng anak-anak yang sudah bangun juga. Istri gak mau ketinggalan untuk ikutan juga. Sedangkan bapak ibu masih pengen di kamar saja.
Semalam saya tidur cukup pulas. Jadinya badan terasa kembali seger dan siap keliling kapal. Btw, posisi kapal sudah berada di utara Pulau Bali tepatnya di atasnya Buleleng. Biasa di perairan ini kita bisa melihat kawanan lumba-lumba yang berenang di pinggir kapal seakan-akan mengiringi kami menuju tujuan.
Sayangnya kami belum berhasil bertemu dengan kawanan lumba-lumba secara dekat. Hanya bisa melihat dari kejauhan. Belum beruntung namanya. Oke, kami berjalan menuju haluan kapal untuk menikmati matahari terbit. Disini juga sudah beberapa penumpang lainnya yang menunggu sunrise.
Cuaca sangat cerah dan lautan dalam keadaan tenang. Kurang lebih sudah enam jam kapal ini berlayar dari Banyuwangi. Masih ada enam jam lagi kapal akan berlayar menuju Lombok. Anak-anak pun sangat senang diajak keliling kapal. Mereka sangat antusias melihat Pulau Bali dari kejauhan.
Pagi itu saya, istri dan anak-anak menghabiskan waktu untuk berkeliling kapal dari deck A ke deck B, dari haluan sampai buritan. Ada beberapa ruangan yang menarik direview. Kapal ini memiliki beberapa ruang penumpang. Dari ruang penumpang kelas ekonomi lesehan tanpa adanya AC. Selain itu ada kamar khusus supir yang berada di bagian paling belakang.
Ada kamar penumpang kelas VIP dengan fasilitas tempat tidur, sofa, meja kerja, lemari, wastafel dan AC. Ada juga kamar penumpang kelas bisnis tanpa AC. Ada kamar kelas paling tinggi untuk satu keluarga lengkap dengan kamar mandi dalam.
Uniknya lagi, di dalam kamar mandinya ada semacam jacuzzi yaitu bak air untuk berendam. Biasanya dilengkapi dengan air panas dan gelembung air. Kebiasaan berendam di jacuzzi ada di Jepang. Gak heran karena kapal ini bekas kapal Jepang. Sayangnya sudah gak digunakan lagi saat ini.
Fasilitas toilet dan kamar mandi di kelas VIP semuanya bersih tanpa ada aroma yang aneh. Untuk kamar yang kami sewa,toilet dan kamar mandinya ada di luar. Sedangkan untuk kelas lesehan, toilet dan kamar mandinya terpisah dengan kelas VIP. Untuk kebersihan kamar mandi kelas lesehan agak kurang terjaga kebersihannya dan aromanya gak sedap.
Di kapal ini gak ada ruang penumpang yang ada kursi duduknya seperti kapal ferry dan lainnya. Jadinya hanya ada ruang lesehan dan kamar tidur penumpang. Tinggal memilih mau dimana sepanjang pelayaran dua belas jam lamanya. Untuk ruang kantin ada satu saja dan itu gak terlalu luas. Ada kursi sofa dan meja. Tapi sayangnya, bagi kita yang gak suka asap rokok, jangan duduk disini karena banyak para supir yang merokok.
Anehnya, ruang kapal ini terutama di depan kantin ber-AC dan ada peringatan gak boleh merokok. Tapi kenyataannya, banyak yang merokok. Serem juga kalau terjadi kebakaran gara-gara seputung rokok. Perlu jadi perhatian buat dinas perhubungan khususnya petugas kapal. Harus tegas dalam melarang penumpang merokok di dalam ruang ber-AC.
Untuk fasilitas lainnya, kapal ini juga sudah dilengkapi dengan alat keamanan seperti kapal sekoci, ban pelampung dan lift jacket yang bisa digunakan disaat keadaan darurat. Ada juga area muster station atau area tempat berkumpul jika terjadi sesuatu yang gak kita inginkan.
Setelah puas berkeliling sekitar kapal, kami mampir di kantin untuk mengambil jatah makan kedua. Selain itu saya memesan dua gelas kopi susu hangat seharga 10 ribu buat saya dan bapak. Cemilannya, kami beli pisang goreng seharga 5 ribu dapat tiga pisang goreng.
Habis itu lanjut ke kamar untuk menyantap menu sarapan yang kami ambil di petugas kantin. Untuk menu makan pertama dan kedua, menurut saya cukup enak. Pastinya ada kelebihan dan kekurangan.
Menu makan pertama, kita dapat nasi putih, ikan lele goreng, sayur hijau dan sambal lalapan. Berhubung malam itu laper banget, saya menghabiskan dua kotak nasi karena ada sisa satu kotak yang gak dimakan. Untuk ikan lelenya ukurannya cukup besar. Dagingnya lembut dan sambelnya nendang pooool.
Kalau menu makan kedua, kita dapat ayam goreng, capcay dan sambel. Menu sarapan ini enak banget. Ayam gorengnya empuk dan lembut, capcaynya juga enak. Nasi putihnya juga lembut. Baik makan pertama dan kedua, porsinya cukup banyak. Jadinya mengenyangkan seukuran perut saya.
Di luar ekspektasi saya, menu makan yang didapat selama perjalanan, ternyata semuanya enak dan gak mengecewakan. Meskipun lauknya sederhana, tapi sangat mengenyangkan dan gak pelit bumbu.
Setelah sarapan, saya lebih banyak berada di dalam kamar untuk melanjutkan istirahat sejenak sambil mengecek draft tulisan yang belum selesai. Ngopi pagi, duduk di pinggir jendela sambil memandang Pucak Gunung Agung, Bali.
Sebenarnya ada hiburan di depan tangga dan kantin yaitu live music yang dibawakan oleh dua biduwan dengan penampilan menarik. Suara biduannya cukup bagus dan lagu-lagu dibawakan kebanyakan dangdut dan Jawa. Keluar sebentar untuk nonton, tapi mata ini sudah gak kuat. Mau diajak tidur saja. Balik lagi ke kamar buat lanjutkan tidur.
Posisi kapal sudah berada di ujung timur Pulau Bali. Itu artinya sebentar lagi, kita sudah memasuki Selat Lombok. Langit pagi itu cukup cerah. Gelombang laut yang cukup tinggi. Sudah terasa kapal oleng ke kanan dan ke kiri tapi hanya terasa samar-samar gitu.
Yang saya suka dari kapal ini meskipun umur sudah senior, tapi semenjak berangkat meninggalkan Pelabuhan Tanjungwangi semalam, kami merasa nyaman. Kecepatan kapal ini juga sedang. Gak terlalu lambat dan gak terlalu cepat.
Meskipun sering menonton beberapa review dari youtuber yang sudah mencoba naik kapal milik PT.ALP rute Banyuwangi - Lombok dengan rata-rata ulasan mereka cukup menarik. Rasanya gak percaya sebelum mencobanya sendiri. Dan benar sekali, kapal ini cukup nyaman dan bagi saya sangat beruntung bisa naik kapal ini. Sebelum dipensiunkan, sayang banget kalau gak dicoba.
Kurang lebih tiga jam lagi kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok. Sisa waktu tersebut, saya manfaatkan untuk tidur sejenak. Anak-anak juga kembali tidur. Bangun-bangun kapal sudah berlabuh di Teluk Lembar untuk menunggu antrian masuk ke dermaga Pelabuhan Gili Mas.
Waktu menunjukkan jam dua belas siang. Kurang lebih dua belas jam perjalanan dari Banyuwangi ke Lombok. Dan gak menunggu lama, mesin kapal sudah dinyalakan lagi. Pertanda kapal sudah berjalan untuk sandar di dermaga.
Dua buah kapal tunda segera mendekati kapal untuk membantu dalam proses sandar. Ini sudah menjadi standar operasional prosedur dari dunia perkapalan. Dimana ketika ada kapal besar akan sandar di dermaga, maka akan dibantu oleh satu atau dua buah kapal tunda. Alasannya karena kapal besar susah untuk bermanuver sendiri di pelabuhan. Bisa-bisa nanti kapal akan kandas di perairan dangkal.
Setelah kapal sudah sandar sempurna di dermaga, kami bersiap-siap untuk menuju cardeck. Gak lupa mengecek barang bawaan jangan sampai ada yang tertinggal. Para petugas kapal jalan berkeliling kamar untuk mengambil kunci kamar.
Kami segera turun ke cardeck menuju kendaraan yang terparkir di seberang ramdor kapal. Motor bisa keluar duluan dari kendaraan lainnya.
Pelayaran memakan waktu dua belas jam, akhirnya kami menginjakkan kaki di Pulau Lombok lagi. Cuaca siang itu cukup cerah meskipun beberapa wilayah terlihat awan mendung. Angin laut sepoi-sepoi mengiringi kami seakan-akan mengucapkan selamat datang di rumah kembali.
Over all, di luar ekspektasi. Dimana diawal saya mengira kapal ini banyak kekurangannya dari ruang yang panas, toilet yang gak bersih dan menu makan yang gak sesuai di lidah. Ternyata semuanya tertepis karena kapal ini sangat nyaman sekali. Kamar yang dingin, toilet dan kamar mandi yang bersih, menu makanan yang enak dan mengenyangkan.
Dengan harga 250 ribu untuk motor, saya rasa worth it banget. Meskipun kekurangannya banyak perokok yang berada di ruang ber-AC. Jadinya tercium bau asap rokok yang menyengat.
Bagi kalian yang gak dikejar waktu dalam bepergian, pas banget mencoba naik kapal ini. Untuk jadwal keberangkatan kapal ini gak tentu. Gak sesuai dengan jadwal keberangkatan yang tertera di website resminya. Saran saya, kalian bisa menanyakan ke salah satu kru kapalnya yang kalian dapat nomor kontaknya atau bisa menanyakan jadwal keberangkatan langsung di agent-agent resmi.
Untuk nomor kontaknya kalian bisa japri saya ya. Nanti saya kasi nomor kontak kru kapal-kapal ALP rute Lombok - Banyuwangi PP.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra

























0 comments:
Post a Comment