Showing posts with label Explore Lombok. Show all posts
Showing posts with label Explore Lombok. Show all posts

Friday, 10 October 2025

Nonton MotoGP Mandalika 2025 : Mampir di Museum of Civilization Lombok - Sumbawa

 


Gak terasa Indonesia khususnya Pulau Lombok sukses menyelenggarakan MotoGP yang keempat kali berturut-turut. Tercatat di tahun 2025 ini, jumlah penonton tembus di angka 140 ribuan. Ini memecahkan rekor penonton terbanyak sepanjang MotoGP Mandalika Indonesia diselenggarakan. 


Kita sebagai warga negara Indonesia turut berbangga dan bahagia sekali bahwa kita juga bisa menyelenggarakan event balap motor terbesar dunia di negeri kita tercinta ini. Dan saya pribadi sangat beruntung sekali sirkuit MotoGP dibangun di Pulau Lombok. Bahkan menjadi sirkuit terindah di dunia karena letaknya berada persis di pinggir pantai yang kita kenal sebagai KEK Mandalika. 


Sebagai orang Lombok asli, saya gak menyia-nyiakan kesempatan buat nonton langsung ke sirkuit. Dapat tiket gratis dari kantor, saya dan teman kantor berangkat ke sirkuit untuk menonton sprint race yang dimulai pada Hari Sabtu. 


Sengaja mengambil Hari Sabtu biar agak sepian karena racenya dimulai besok Minggunya dan dipastikan penonton bakalan membludak. Pengalaman dari tahun sebelumnya kalau nonton langsung racenya di Hari Minggu, bakalan rebutan suttle bus dengan penonton lainnya pas jam pulangnya. Jadinya ambil Sabtu agar bisa puas explore di dalam area sirkuit. 


Berangkat jam dua belas siang dari Kota Mataram. Waktu tempuh kurang lebih setengah jam perjalanan menggunakan mobil. Kebetulan temen bawa mobil, jadinya saya ikut bareng dia. 


Sepanjang perjalanan ramai lancar. Kecepatan mobil normal dan bawa santai saja. Setelah sampai di bundaran Bandara Internasional Lombok (BIZAM), kami diarahkan menuju jalur sesuai dengan zona tiket. Kebetulan kami berdua dapat tiket di zona H dan kami diarahkan masuk lewat Gate 1 oleh petugas. Jalur kami menuju arah Pantai Tanjung Aan melewati By Pass Mandalika. 


Setelah sampai di bundaran By Pass Mandalika, mobil menuju ke arah parkiran mobil yang berada di sebelah timur. Mendapatkan tempat parkir mobil, kami berdua segera berjalan menuju tempat penjemputan penonton. Penonton dijemput oleh suttle bus menuju shelter center. Semua penonton dari semua area parkir berkumpul di shelter center untuk naik suttle bus lagi menuju sirkuit. Jadi kita naik suttle bus dua kali. 



Gak usah ditanya cuaca gimana siang itu. Pastinya panas sekali dan langit cerah ceria alias gak ada awan. Kebayang dah gimana teriknya sinar matahari siang itu. Untungnya saya dan Bang Den bawa tabir surya dan air mineral yang banyak buat jaga-jaga agar gak dehidrasi. 


Singkat cerita, setelah sampai di sirkuit dan turun dari suttle bus. Kami berdua berjalan menuju Gate 1 untuk melakukan pemeriksaan tiket dan barang bawaan. Gak ada drama saat pengecekan tiket dan barang bawaan. Setelah melewati area check, kami berdua memulai explore sirkuit. 


Tujuan kami yang pertama yaitu Museum of Civilization Lombok -Sumbawa. Museum yang baru saja diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2025 oleh Bapak Gubernur NTB, Bapak Lalu Iqbal atau disapa Mamiq Iqbal dan CEO Dorna Sport, Camelo Ezpeleta. 


Museum ini dibuka untuk umum mulai tanggal 1 sampai 5 Oktober atau selama event MotoGP berlangsung karena masih dalam tahap uji coba. Lokasinya di area parkir Sirkuit Internasional Mandalika atau di depan paddock. 


Buka dari jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Mungkin kedepannya nanti akan buka setiap hari. 


Berhubung di hari kedua MotoGP, pengunjung masih belum ramai yang datang ke sirkuit. Dan pengunjung yang datang ke museum ini juga masih gak terlalu ramai. 


Karena letaknya gak begitu jauh dari shelter pemberhentian suttle bus, saya dan Bang Den berjalan kaki menuju sebuah bangunan semi permanen yang cukup unik menurut saya. 


Gaya bangunannya industrial dengan corak dinding warna warni. Ditopang oleh ratusan tiang besi dan tangga untuk menuju ke dalam museum. 




Bangunan museum terbagi menjadi dua. Ada galeri utara dan selatan. Untuk galeri selatan kita bisa melihat beberapa koleksi lukisan lokal penuh dengan makna, arca, naskah Babat Sasak (Lombok), kain khas Lombok-Sumbawa, dan miniatur Gunung Samalas dimana asal mula adanya Gunung Rinjani dan miniatur Gunung Tambora. 


Ruangannya sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan suasana yang sangat syahdu. Masuk ke dalam ruang museumnya terasa vibes Lomboknya dengan suara alunan musik gamelan Sasak. 


Selama berada di dalam ruang museum, kita didampingi oleh beberapa staf museum dan memberikan informasi mengenai budaya Lombok - Sumbawa. 


Berhubung ini masih dalam tahap uji coba, jadinya beberapa koleksi yang dipamerkan disini dipinjam dari Museum Provinsi NTB. Saya berharap kedepannya, museum ini lebih banyak lagi koleksi yang bisa dipamerkan terutama untuk mempromosikan wisata NTB.


Setelah berkeliling di ruangan galeri selatan, saya berpindah ke bangunan museum galeri utara. Disini kita bisa melihat layar besar menampilkan beberapa cuplikan video MotoGP Mandalika dari tahun ke tahun. 


Ada juga koleksi asesoris MotoGP dan informasi tentang pembangunan Sirkuit Internasional Mandalika dari awal hingga digunakan untuk MotoGP pertama kali pada tahun 2022 dan balapan lainnyaa baik berskala nasional maupun internasional. 


Yang menarik lagi ada beberapa games yang ada di galeri ini. Games yang paling saya suka di galeri ini yaitu mencoba simulator GT3 nya. Visual Sirkuit Internasional Mandalika-nya benar-benar keren dan terlihat seperti asli. Sudah dilengkapi dengan kursi balap yang super empuk, setir balap, pedal gas dan rem.


Saya dan Bang Den gak ketinggalan untuk mencobanya. Wah benar-benar seru dan ketagihan beradu balapan menguasai lintasan Sirkuit Internasional Mandalika. 


Ternyata sirkuit ini benar-benar sulit. Pantesan saja Mbah Marquez selalu crash di sirkuit ini. Apalagi di race kemarin, si Mbah lagi kena apes saja. Disundul dari belakang sama Abang Bezzecchi.


Sudah jatuh ketimpa duren pula. Sudah crash eh malah kena mental sama batu-batu sirkuit. Sampai-sampai sirkuit kebanggaan kita kena hujat sama netizen Australia, hehehe. 




Kembali ke laptop !.


Sambil menunggu sprint race dimulai, saya sama Bang Den main games race GT3 dulu di simulator. Hitung-hitung numpang ngadem di tengah cuaca sirkuit yang panas banget. Apalagi nanti nontonnya di tribun tanpa atap. 


Harap maklum saja, namanya juga dapat tiket gratisan dari kantor. Mau nonton di VIP atau paddock yang harganya bisa beli motor beat satu tapi gak ada yang nawarin.hehehe.


Bangunan museum ini memiliki dua lantai. Dimana untuk museumnya sendiri berada di lantai dua. Sedangkan lantai satu merupakan stand yang menjual beberapa asesoris MotoGP dari kaos, topi, kacamata, helm dan lain-lain. 


Museum ini bertema civilization atau peradaban untuk memperkenalkan sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Lombok dan Sumbawa kepada publik internasional dan domestik, khususnya pengunjung ajang MotoGP Mandalika 2025. 


Museum ini memiliki fungsi yaitu menggabungkan sport tourism dengan cultural tourism. Museum ini memungkinkan pengunjung MotoGP gak hanya menyaksikan olahraga tetapi juga belajar tentang budaya dan sejarah NTB. 


Fungsi lainnya sebagai ruang edukasi, dialog budaya, dan promosi warisan lokal serta memperkuat citra NTB sebagai destinasi pariwisata kelas dunia yang juga kaya budaya.


Akhirnya saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke dalam museum ini. Untuk biaya masuknya masih gratis ya. Gak tau kedepannya apakah akan ada tiket masuk ke dalam museum atau tetap gratis selama event balapan ?. Kita lihat saja nanti. 



Setelah puas berkeliling museum dan mencoba adu balapan di simulator GT3 nya, kami berdua lanjut berjalan kaki menuju tribun zona H. 


Kurang lebih setengah jam lagi sprint race dimulai. Kami berdua jalan santai melewati tunel Gate 1. Suasana siang menjelang sore itu cukup ramai oleh penonton. 


Melewati panggung konser yang megah. Area tenan-tenan kuliner. Stand-stand yang menjual asesoris MotoGP. Jangan tanya disini harga kaos atau topi originalnya berapa. Pastinya ada harga ada kualitas lah ya.


Penataan di tengah sirkuit sudah cukup lumayan baik dari tahun sebelumnya. Meskipun sangat terik tapi masih ada angin pantai yang sepoi-sepoi. Rasa gerahnya agak berkurang. 


Kurang lebih sepuluh menitan berjalan kaki. Kami berdua sudah tiba di tribun zona H. Berhubung balapan kelas MotoGP-nya belum mulai, kita ngopi-ngopi dulu. 


Kami memesan es kopi susu gula aren di salah satu stand UMKM binaan Bank NTB Syariah. Es kopinya seharga 20 ribu saja. Harga yang sesuai dengan tempatnya, ngerti kan maksudnya.hehehe. 


Rasa kopi susu gula arennya cukup enak. Apalagi minum dingin-dingin di tengah cuaca panas. Tenggorokan langsung adem dan mata pun langsung melek. 



Singkat cerita, sampailah di review jalannya balapan sprint race kelas MotoGP hari itu. Yang keluar sebagai juaranya yaitu Marco Bezzecchi dari Aprilia Racing. Urutan kedua ada Fermin Aldeguer dari Gresini Racing dan ketiga ada Raul Fernandez dari Trackhouse Racing.


Sayangnya Bang Pecco (Lenovo Ducati) jagoan saya hanya finish di urutan paling belakang. Menurut infonya ada masalah di ban belakang dan settingan mesin motornya. 


Ya sudahlah, saya datang ke sirkuit buat happy-happy dan nyemangatin Bang Pecco !. Tenang bang, tahun depan harus lebih ngegass lagi motornya. 


Selesai finish, tibalah moment perayaan kemenangan. Venue yang dipakai yaitu di panggung konser. Saya dan Bang Den berjalan cepat menuju bawah panggung buat melihat perayaan kemenangan. 



Perayaannya cukup meriah dan terlihat sangat berbeda dari seri-seri MotoGP di tempat lain. Ini benar-benar dibuat megah dan mewah. Keren banget Indonesia !. 


Info baiknya lagi, dengar kabar kalau MotoGP Mandalika akan diperpanjang lagi hingga tahun 2031. Wah, bakalan nabung lagi buat nonton di VIP atau paddock nih tahun berikutnya. Amin 


Over all, dari berangkat ke sirkuit, naik suttle bus dua kali, lanjut ke museum civilization Lombok Sumbawa, nonton sprint race kelas MotoGP, lalu nyempati berkeliling menikmati sore hari, naik suttle bus lagi ke parkiran mobil hingga sampai rumah. Menurut saya hari itu cukup menyenangkan. Gak ada drama gak dapat suttle bus pas pulangnya. 


Infonya di race hari Minggu banyak cerita dari teman yang nonton langsung, katanya banyak yang gak dapat suttle bus karena shuttlenya terjebak macet sehingga balik ke penjemputan jadinya terlambat. 


Pas racenya kebetulan saya nonton di rumah saja bareng anak-anak. Jadinya untung gak ikut dalam drama war suttle bus hehehe.


Ada lagi kabar, banyak stiker VIP palsu yang beredar. Ditambah lagi banyak calo yang menawarkan tiket sampai hari H dengan harga yang gak wajar. Semoga tahun depan bisa lebih baik lagi dan memperbaiki segala kekurangan. PR buat penyelenggara nih !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Saturday, 13 September 2025

Motoran Menikmati Udara Segar ke Desa Banyu Urip : Batu Palar Hills


Selama beberapa bulan menulis cerita jalan-jalan ke Yogya dan Jakarta, kita balik lagi cerita tentang jalan-jalan di Lombok. Kampung halaman yang gak ada habisnya buat diceritakan. 


Meskipun akhir-akhir ini di negeri kita khususnya di Lombok, dilanda kasus pembunuhan, pembegalan dan penjarahan. Kedengarannya serem tapi itulah fakta yang kita hadapi saat ini.


Sampai teman-teman media ada yang menulis kalau beberapa wisatawan membatalkan liburannya ke Lombok dikarenakan kondisi keamanan yang belum kondusif. Sedih bacanya tapi itulah kenyataannya. 


Tapi saya percaya, Lombok akan kembali aman seperti sebelumnya. Banyak lagi tamu yang ke Gili Trawangan, camping di Desa Sembalun, trekking Air Terjun Tiu Kelep, menonton MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika, nikmatin aneka kuliner, dan belajar agama dan budaya disini.


Gak perlu takut datang ke Lombok !. Pulau Lombok kaya akan destinasi wisata alam yang wajib kalian explore dan warganya yang terkenal ramah dan bersahabat !. 


Bercerita tentang destinasi wisata di Lombok, saya menemukan salah satu spot yang terbilang masih baru dan sempat viral di media sosial.  


Pas sekali buat kalian yang suka dengan hijaunya area persawahan dan perbukitan. Suka nongkrong sambil menikmati view cantik dan khusus buat para bikers yang setiap akhir pekan gowes, cocok banget beristirahat di rest area ini. 


Selamat Datang di Batu Palar Hills !. 


Berawal dari kegabutan saya dan istri di rumah. Bangun kepagian, habis subuh gak bisa tidur lagi. Anak-anak pun sudah bangun meskipun langit masih belum terang. 


Karena besoknya Hari Senin, berat rasanya ngetrip ke tempat yang jauh. Tapi berat juga rasanya menghabiskan waktu seharian hanya berdiam diri di rumah saja.


"Kita kemana ya pagi ini ?". 


"Cari sarapan ke Desa Tempos sambil motoran yuk, sudah lama rasanya gak motoran kesana !", celetuk saya ke istri. 


Eh ternyata istri juga pengen motoran nyari sarapan. Yasudah, tanpa mikir dua kali lagi takutnya berubah pikiran, kami berempat siap-siap berangkat. 


Gak perlu acara mandi segala. Entar saja mandinya pas pulangnya biar menghemat waktu. Mumpung tetangga belum bangun juga (gak ada hubungannya).


Dengan modal dadakan, kami berangkat sekitar jam setengah tujuh pagi menuju arah Desa Tempos buat nyari sarapan. 


Sudah pernah saya membahas tentang Desa Tempos di tulisan blog saya beberapa tahun yang lalu. Desa yang terletak di bawah kaki Gunung Sasak, Kab.Lombok Barat ini menyimpan banyak view keren. 


Area persawahan hijau yang luas. Jalan pedesaan yang instagrammable. Pasar kulinernya yang dibuka pada hari Minggu saja. Dimulai dari jam enam pagi hingga siang hari. 


Bisa baca disini : Gowes Sambil Kuliner di Desa Tempos


Hangatnya sinar matahari pagi itu, menemani kami di perjalanan. Kabut pagi itu tampak menutupi lereng perbukitan dan sebagian area persawahan. Banyak warga yang sudah keluar rumah untuk joging dan berjalan kaki. 


Waktu tempuh ke Desa Tempos dari rumah memakan kurang lima belas menit atau hanya lima menit dari Gerung, pusat pemerintahan Kab.Lombok Barat. 





Sesampainya di Desa Tempos sudah banyak pedagang yang berjualan aneka sarapan dan kuliner khas setempat. Kami menyempatkan mampir sebentar untung membeli sarapan. Sarapannya kami bungkus untuk dimakan nanti di lokasi. 


Tujuan kami gak hanya mencari sarapan ke Desa Tempos, melainkan ke spot yang lokasinya gak begitu jauh dari sini. Mumpung kesini, sekalian saja mampir kesana. Ya kan ! 


Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Banyu Urip yang memiliki view gak kalah kerennya dengan Desa Tempos. Kedua desa saling berdekatan dengan waktu tempuh sekitar lima menitan. 


Desa Banyu Urip sendiri berada sekitar enam kilometer dari pusat pemerintahan Gerung. Saya bareng teman-teman beberapa kali gowes ke jalur ini karena memang treknya yang menantang dengan view keren. 


Dari Desa Tempos menuju Desa Banyu Urip, kita disuguhkan view perbukitan hijau dan persawahan. Udara disini juga sangat sejuk. Melihat aktivitas warga desa pagi hari dengan senyum keramahan yang sangat hangat.


Melihat warga desa yang bekerja di sawah dengan topi caping di kepala. Baik bapak maupun ibu-ibu bersemangat bekerja di sawah pagi itu. Anak-anak sedang asyik bermain karena hari libur sekolah mereka. 


Jalanan desa begitu ramai dengan warga desa dan pengunjung yang sedang bersepeda maupun hanya motoran seperti kami. 




Sebelum memasuki Desa Banyu Urip kami bertemu dengan tanjakan dan turunan. Setelah turunan, melewati jembatan yang diberi nama "Jembatan Pelangi" karena warna tiang-tiangnya dicat warna warni seperti pelangi. 


Sungainya cukup lebar dan banyak bebatuan yang berukuran besar. Di kiri kanan sungai berupa persawahan dan perbukitan. 


Dari jembatan ini, kami sudah bisa melihat tujuan kami yaitu Bukit Batu Palar yang letaknya berada di tebing perbukitan. Bukit Batu Palar merupakan destinasi wisata alam kecil yang terletak sekitar satu kilometer setelah area persawahan Buntage, di samping Jembatan Pelangi, Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Lombok Barat.


Akses menuju kesana cukup mudah. Setelah melewati jembatan, ada pertigaan. Dari pertigaan, kita belok ke kiri melalui jalanan sempit, akses menuju desa sebelah yang sudah dicor semen. 


Harus ekstra hati-hati karena jalannya cukup menanjak. Apalagi yang berboncengan muatan berat, harus pas tancap gasnya. Jangan sampai kehilangan daya dorong karena keberatan. 


Sesampainya di puncak tanjakan, kiri jalan merupakan area parkir kendaraan ke Bukit Batu Palar. Bisa dibilang  bukan area parkir tapi karena ada lahan kosong cukup untuk dua motor, jadinya bisa digunakan untuk memarkirkan motor. 


Di tebing bukit, ada tulisan besar dari baja dicat warna putih "Batu Palar" yang kondisinya kurang terawat.  





Nama Batu Palar berasal dari sebuah bongkahan batu besar yang ada di area bukit tersebut. Warga sekitar menyebutnya “Batu Palar”, karena batu itu bentuknya menonjol dan mudah terlihat dari kejauhan.


Dalam bahasa Sasak (lokal), kata palar sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang terpampang, terbuka, atau terlihat jelas. Jadi, Batu Palar bisa diartikan sebagai batu besar yang menonjol dan terlihat jelas di atas bukit.


Seiring waktu, bukit di sekitar batu itu juga ikut dikenal dengan nama Bukit Batu Palar dan dijadikan destinasi wisata oleh warga Desa Banyu Urip, Gerung, Lombok Barat.


Meskipun tinggi bukit hanya sekitar dua puluh lima meter dari permukaan air laut, posisinya yang berada di atas lembah dan tepi sungai menciptakan sensasi seolah berdiri di puncak yang tinggi dengan view sawah, sungai, pepohonan, dan Jembatan Pelangi di kejauhan sebagai lanskap.


Bangunan sederhana seperti meja, kursi, anjungan selfie, dan berugaq (gazebo) telah disediakan untuk kenyamanan pengunjung .


Keindahan pagi hari menakjubkan saat matahari terbit, termasuk aktivitas tradisional seperti memandikan hewan ternak di sungai, menjadi momen menarik bagi pecinta fotografi. 


Setelah memarkirkan motor di pinggir jalan, kami mencoba beristirahat sejenak sambil menikmati suasana alam pedesaan dari atas bukit. 


Untungnya sesampainya kami di lokasi, hanya ada sepasang muda mudi yang asyik ngobrol berdua di berugaq. Pas kami datang, mereka berdua langsung bubar, maksudnya langsung pulang bukan putus hehehe. So, hanya kami berempat di lokasi pagi itu. 


Anak-anak pun sangat senang saat di lokasi. Mereka antusias untuk berjalan ke anjungan selfie yang terbuat dari besi baja dan kayu. Cukup kuat dan aman buat pengunjung yang datang. 





Dari atas anjungan, benar kata beberapa teman yang sudah kesini. Viewnya keren sekali. Saya kurang tau siapa yang punya ide pertama kali membuat spot cantik untuk melihat view alam yang gak ada obatnya. Bisa saja ini ide pemerintah desa setempat. 


Dari atas anjungan ini, kita dapat melihat moment sunrise, melihat aktivitas warga desa di sawah dan sungai. 


Cukup lama kami disini untuk menikmati suasana sambil sarapan. Duduk di berugaq sambil menikmati minum kopi. 


Saat ini pengunjung belum dikenakan tiket masuk. Hanya dikenakan biaya parkir sekitar 5 ribu untuk mobil dan 2 ribu untuk sepeda motor. Itupun kalau ada tukang parkir dari pengelola desa. Kebetulan saat itu gak ada tukang parkirnya hehehe. 


Kedepannya dari info yang saya pernah baca, rencana pengembangan wisata di sekitar Bukit Batu Palar ini mencakup area kuliner, lapak hasil pertanian lokal, dan wahana seperti flying fox dari bukit ke arah Jembatan Pelangi, meskipun masih terkendala pembiayaan. Saya doakan semoga lancar semua. Amin.


Menurut saya banyak potensi yang saya lihat dari tempat ini. Bukit Batu Palar dikembangkan sebagai destinasi pelengkap bagi Jembatan Pelangi, dengan potensi ekowisata yang melibatkan olahraga alam, wisata pertanian, panjat tebing, hingga camping di tepi sungai. 


Akses menuju kesini juga sangat mudah. Jalan sudah aspal mulus dari pusat kota menuju desa. Keamanan juga cukup baik. Panorama alam yang bisa menggaet wisatawan domestik maupun luar negeri untuk berkunjung ke desa ini. 


Gimana, sangat menarik bukan !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Saturday, 12 July 2025

Touring ke Desa Sembalun dan Menginap di Sembalun Kita Cottage

 


Gak ada kata bosan kalau sudah memilih Sembalun untuk destinasi tujuan liburan kali ini. Kebetulan masih musim libur anak sekolah, saya dan istri merencanakan untuk mengajak anak-anak refreshing sejenak menginap di desa tertinggi di Pulau Lombok. 


Bulan Juli merupakan puncak musim strawberry disana. Bertepatan juga gak ada agenda penting di kantor. Jadinya bisa menyalurkan hobi dulu sebelum kerja lagi di hari Seninnya, hehehe.


Beberapa tahun terakhir, saya dan istri pengen sekali touring ke Sembalun bareng anak-anak. Biasanya dulu berdua saja sebelum ada anak-anak. Kali ini pengen merasakan keseruan touring berempat menggunakan Si Bluemax (NMAX).


Rute yang saya dan istri pilih menuju Desa Sembalun yaitu melalui jalur utara. Ada yang bilang kalau lewat jalur utara, waktu tempuhnya lebih lama dibandingkan menggunakan jalur timur. Tapi kalau untuk keamanan karena bawa anak-anak, lebih baik memilih jalur utara. 


Ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan apabila akan touring ke tempat yang jauh. Kondisi motor harus baik. Ban depan belakang, rem, aki, oli mesin, oli gardan, tali gas harus dalam kondisi baik. Bahan bakar dianjurkan terisi penuh. 


Hal penting juga, pakaian yang kita pakai harus tebal dan tahan angin. Pakai sarung tangan, helm standar, kacamata pelindung, masker dan barang penting lainnya.


Apalagi bawa anak-anak, banyak sekali yang harus dibawa. Mengingat kita akan touring ke daerah pegunungan. Namanya pakaian hangat anak-anak dan segala macam obat-obatan juga gak boleh tertinggal. 


Saya dan istri memilih berangkat hari Sabtu karena kami akan menginap disana. Kebetulan kami mendapatkan penginapan dengan harga yang cukup terjangkau. Tempatnya juga sesuai dengan selera kami.

 




Cerita touring ke Sembalun dimulai !


Cuaca di pagi itu cukup mendung. Gak menduga kalau hari itu langit agak kurang bersahabat. Membuka aplikasi cuaca, hati agak tenang karena destinasi tujuan diprediksi siang nanti gak ada hujan. 


Bulan yang paling baik untuk melakukan perjalanan menuju Desa Sembalun yaitu sekitar April hingga September karena curah hujan ringan, cuaca gak terlalu panas. Dan waktu yang paling cocok menuju ke desa ini yaitu pagi hari dari Kota Mataram dan sekitar. 


Optimis berangkat pagi dengan suka cita. Anak-anak pun sudah siap dengan pakaian touring lengkapnya. Panaskan motor, sedangkan istri lagi ngabsenin barang bawaan jangan sampai ada yang tertinggal. 


Setelah semua siap, kami berangkat. Sekitar jam setengah sembilan pagi, kami keluar dari rumah. Estimasi waktu tempuh sekitar dua sampai tiga jam. Dengan harapan, gak bertemu dengan hujan di jalan meskipun sudah membawa jas hujan lengkap. 


Perjalanan diawali melewati area persawahan, kemudian memasuki keramaian lalu lintas perkotaan. Setelah keluar Kota Mataram, kami melewati daerah perbukitan.


Jalanan berkelok-kelok menuju Pusuk Monkey Forest. Memilih jalur utara meskipun agak jauh karena kami ingin jalan santai, agak sepi dari kendaraan dan view melalui jalur utara lebih indah. 


Saat tiba di Pusuk Monkey Forest, anak-anak senang melihat jalanan perbukitan yang berkelok-kelok. Di kiri kanan terlihat perbukitan dengan rimbunnya pepohonan hijau. Di pinggir jalan terlihat para monyet yang sedang menunggu makanan dari pengendara yang lewat. Lucu sekali tingkah mereka. 


Setelah jalanan turun dari Pusuk menuju Desa Pemenang, hal yang disangka-sangka terjadi. Ada razia gabungan kendaraan bermotor. Sialnya, baru sadar kalau saya gak bawa SIM dan apesnya SIM istri juga gak terbawa. Untungnya, STNK motor terbawa. 


Pak polisi yang memeriksa kami menanyakan foto SIM saya. Apesnya foto SIM gak ada di handphone juga. Pelajaran buat saya dan teman setia pembaca blog ini kalau kemana pun harus lengkap membawa surat-surat penting agar gak terjadi hura-hara di perjalanan. 


Ya sudah akhirnya saya kena tilang pak polisi. Dibuatkan surat tilang dan STNK ditahan sama pak polisinya. Disuruh ambil ke Polres Lombok Utara karena sudah masuk wilayah Kab.Lombok Utara. 


Berhubung kami akan ke Sembalun. Rasanya gak mungkin diambil hari itu juga. Setelah dapat surat cantik dari pak polisi, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Sembalun dengan perasaan ngedumel. Ada rasa geregetan kenapa bisa SIM lupa terbawa. 


Ada untung sedikit lagi, ada temen kantor yang punya kenalan polisi yang bertugas di Polres Lombok Utara. Minta bantuan dia untuk ngambil STNK motor.Jadinya gak pergi ambil jauh-jauh ke kantornya. Untuk dendanya, saya gak spill disini ya karena sensitif hehehe. 


Urusan tilang dan dendanya nanti saja kita pikirin. Fokus liburan dulu bareng keluarga. Melanjutkan perjalanan melewati beberapa daerah seperti Tanjung, Gangga, Kayangan, Bayan, Sajang hingga sampai di Desa Sembalun dengan kondisi jalan aspal yang mulus dan lebar. 


Lalu lintas kendaraan juga gak begitu ramai seperti kondisi kendaraan di jalur timur yang sudah macet di beberapa titik. Gak perlu menyalip truk-truk besar lagi. Yang ada seperti jalan milik sendiri. 


Kurang lebih dua jam perjalanan, kami tiba di Desa Bayan. Nah dari Bayan menuju Sajang tantangan dimulai. Kami harus melalui jalanan berkelok dan menanjak. Di beberapa titik saya harus fokus mengatur gas dan rem karena ada tanjakan yang curam. Salah sedikit ngatur gas, motor bisa-bisa mati di tengah tanjakan. Saya juga harus mengatur gas karena membawa tiga orang lainnya. 


Singkat cerita, setelah melewati tanjakan yang tajam dan curam, kami sudah berada di ketinggian sekitar seribu meter. Kurang lebih kurang setengah jam lagi kami tiba di Desa Sembalun. Perjalanan sejauh ini gak terasa karena kami melewati view cantik dan kece. Melewati hutan yang rindang. Jembatan di tengah hutan Sajang yang instagrammable





Welcome Sembalun !


Cuaca kurang bersahabat. Langit mendung pertanda hujan akan turun. Tapi kami bersyukur karena sudah sampai di Desa Sembalun Lawang. Kanan-kiri sepanjang jalan terlihat padang savana dan deretan perbukitan khas Sembalun. 


Sayangnya Puncak Gunung Rinjani pagi menjelang siang itu tertutup awan tebal. Suasana desa yang asri, udara pun sudah terasa dingin menyentuh kulit. Angin sepoi-sepoi menyambut kami. 


Kurang lebih waktu tempuh di perjalanan dari rumah sampai di Sembalun sekitar tiga jam dengan kecepatan normal. Sempat beristirahat sebentar di beberapa titik untuk melemaskan otot-otot pinggang. 


Kami melewati beberapa penginapan yang ada di desa ini. Terlihat sudah banyak penginapan baru yang sudah beroperasi. Lalu lintas di sepanjang jalan desa juga cukup ramai. Terlihat banyak sekali hilir mudik mini bus travel yang membawa tamu luar. Selain itu kendaraan pribadi berplat Kota Mataram dan sekitar juga berada disini. 


Desa Sembalun sedang ramai-ramainya oleh para pengunjung. Apalagi saat itu sedang puncak-puncaknya libur anak sekolah. Ditambah lagi kami kesananya pas akhir pekan. 


Perasaan puas setibanya di desa yang merupakan kawahnya Gunung Rinjani. Anak-anak sangat senang dan sudah gak sabar pengen petik strawberry. Di sepanjang jalan banyak sekali kebun strawberry. Warung-warung penjual strawberry dan sayur-sayuran berjejer di sepanjang jalan di serbu oleh para pengunjung. 


Sembalun siang itu sangat ramai sekali. Jarang terlihat seramai ini sebelum-sebelumnya. Ini kesekian kalinya saya bersama istri ke desa ini. Desa yang merupakan desa tertinggi di Pulau Lombok. Tercatat desa ini berada di ketinggian sekitar 1150 - 1200 meter di atas permukaan laut. 


Sesampainya di Desa Sembalun kami menuju penginapan terlebih dahulu untuk menaruh barang bawaan. Berhubung waktu check innya masih dua jam lagi yaitu jam dua siang. 


Selanjutnya, kami mencari makan siang karena sudah laper sekali. Saya punya warung langganan namanya Warung Bu Via yang lokasinya gak jauh dari kantor Taman Nasional Gunung Rinjani. Tepat di samping Masjid Jami' Sembalun Lawang. Menu lauknya juga beragam. Dan rasanya pun enak. Soal harga cukup terjangkau dan banyak sekali pengunjung yang makan disini. Perlu dicoba !. 


Saat makan, hujanpun turun dengan lebatnya. Kami menunggu hujan reda sambil melepas lelah di warung. Kurang lebih sekitar lima belas menitan hujan pun reda. 


Setelah makan siang kami kembali ke penginapan yang lokasinya berada di Desa Sembalun Bumbung dimana bertetanggaan dengan Desa Sembalun Lawang dan masih satu Kec.Sembalun. Nama penginapannya Sembalun Kita Cottage. 


Untuk menuju penginapan, kami harus menyusuri Jalan Raya Sembalun Lawang menuju Sembalun Bumbung. Setelah sampai di jalan utama Sembalun Bumbung, ada belokan tajam dan jembatan kecil. Dimana di kanan belokan ada jalan kecil menuju beberapa penginapan dan Kebon Kupi Sembalun. Kami berbelok ke jalanan kecil tadi. Lebih jelasnya kalian bisa lihat di google maps. 


Kondisi jalanan kecil menuju penginapan masih tanah bercampur batu krikil. Jadi harap hati-hati sama ban kendaraan. Kurang lebih seratus meter dari jalan utama, kami tiba di Sembalun Kita Cottage yang letaknya berada persis di belakang penginapan Puri Rinjani. 





Untuk parkiran kendaraannya cukup untuk empat mobil dan sepuluh motor. Setelah memarkirkan motor, kami harus menaiki beberapa anak tangga menuju resepsionis. Suasana di penginapan siang itu masih sepi. Baru kami saja tamu yang menginap yang datang. 


Staf penginapan cukup ramah ke kami. Dan memberikan kami informasi bahwa waktu check in sudah bisa karena kamar kami sudah disiapkan. Wah dapat early check in nih alias check in di awal. Wah mantaap nih. 


Setelah melakukan proses check in, kami menuju kamar standar room nomor dua. Letaknya berada di bagian atas. Melihat view dari penginapan ini rasa ngedumel gara-gara kena tilang tadi hilang seketika. Semua kamar disini berupa bangunan villa gitu. Jarak kamarnya pun cukup berjauhan. Ini yang kami inginkan. Mendapatkan suasana tenang dan jauh dari keributan oleh tamu lainnya.


Untuk kamarnya bagi kami ini sudah mantap sekali. Ada teras di depan kamarnya. Kursi dua buah dan ada meja bundar. Memasuki kamarnya, tercium aroma kamar yang harum sekali. Tempat tidurnya cukup besar, empuk dan cukup untuk kami berempat. Ada wastafel dan cermin bulat. 







Buka kamar mandinya, terdapat closed duduk, ada shower dengan air panas dan air dinginnya. Dapat dua handuk dan peralatan mandi seperti sabun, shampo dan sikat gigi. 


Kamarnya cukup bersih dan tanpa pendingin ruangan karena udara disini sudah dingin banget. Untuk lantainya berupa keramik biasa tapi dingin banget kalau gak pakai alas kaki. Untuk lantai terasnya berupa kayu jadinya gak dingin bila ingin duduk bersantai disini. 


Setelah melihat kamar sebagus ini dengan view Bukit Anak Dara dan Bukit Nanggi yang bisa dilihat dari balik jendela kamar, rasanya males sekali untuk beranjak dari kamar ini. 


Disini jenis kamarnya ada tiga. Yaitu tradisional room (kamar mandi luar) satu kamar, standar room ada tiga kamar dan superior room yang sama berjumlah tiga kamar juga.  Untuk standar room letak kamarnya berada lebih di atas dari superior room. Banyak yang bilang, "kenapa standar room memiliki view yang lebih bagus dibandingkan yang superior room?". Yang bisa menjawabnya yaitu si pemilik penginapan. 


Kamar superior room dengan taman di depannya


Kolam ikan di samping kamar standar room 


Kami mendapatkan harga murah per malamnya yaitu 285 ribu untuk standar room. Sedangkan untuk superior room seharga 325 ribu. Dan tradisional room di harga 250 ribu. Ini sudah harga promo dari Bulan Juli sampai September 2025. 


Siang menjelang sore kami stay di kamar saja sambil menikmati view dari Sembalun. Sempat hujan beberapa menit yang cukup lebat. Mencari makanan dan cemilan buat dimakan di kamar keluar sebentar. Di Sembalun sudah ada indo***t dan alfa**t. Jadi gak bingung nyari cemilan. 


Saya dan anak-anak bersantai di depan teras, sedangkan istri tiduran santai di atas kasur sambil memandang indahnya perbukitan Sembalun. 


Kecenya lagi, penginapan kami berada persis di bawah bukit yang saya kurang tau namanya apa. Jadi bila menengok ke belakang kamar, terlihat perbukitan hijau yang cukup tinggi. Sepertinya bisa didaki nih. 


Suasana penginapan cukup asri. Ada taman dengan deretan tanaman dan bunga-bunga cantik seperti bunga mawar dan lainnya. Deretan pepohonan rindang seperti Pohon Pinus. Ada kolam ikan Koi di samping kamar dengen gemericik air pancuran sehingga menambah sore menjelang senja semakin syahdu mendengar suara air. 






Kiri kanan penginapan terdapat perkebunan dan pepohonan yang rindang. Gak jauh dari penginapan kami terdapat beberapa destinasi yang bisa dikunjungi. Seperti Kebon Kopi Sembalun, Teras Sawah, Kedai Sawah Sembalun dan beberapa kebun petik strawberry. 


Hingga malam hari, kami masih stay di kamar. Kami memutuskan untuk menghabiskan malam di kamar saja.  Suasana malam di Sembalun cukup syahdu. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar sampai dalam kamar. 


Berhubung perut sudah lapar. Kami memesan nasi goreng telur dan pancake untuk mengisi perut di resto penginapan. Ada beberapa menu yang tersedia antara lain nasi goreng telur, mie goreng, mie rebus, pancake, dan toast. Untuk minuman ada teh hangat, kopi hitam dll. Rasa nasi goreng dan pancakenya cukup enak dan mengenyangkan. 


Setelah makan, kami lanjut untuk beristirahat biar gak kesiangan bangun besok. Agenda di esok harinya, menikmati sunrise dan jalan-jalan petik strawberry. 


Suhu di malam hari cukup dingin. Untung di dalam kamar masih terasa hangat. Jadinya kami bisa tertidur dengan lelap. Karena sudah lelah seharian touring, saya langsung tertidur dan bangun-bangun sudah subuh saja. 


Setelah shalat subuh, saya membuka pintu kamar. Udara pagi itu langsung terasa dingin. Untungnya sudah siap jaket dan celana panjang. Sedangkan anak-anak dan istri masih belum bangun. 


Melihat-lihat di sekitar penginapan. Terlihat dari arah timur, langit sudah mulai terang. Sebentar lagi akan terbit matahari. Perlahan-lahan cahaya matahari muncul dari belakang bukit. 


Anak-anak dan istri terbangun dari tidurnya. Setelah bangun, kami sarapan pagi di kamar karena masih ada cemilan dan kopi yang dibeli kemarin. 




Untuk sarapan di penginapan dimulai jam tujuh pagi hingga sepuluh pagi. Sebelum sarapan, kami makan cemilan dan menyeduh kopi yang dibawa. Menikmati sunrise di teras kamar sambil upacara minum kopi. 


Singkat cerita, kami semua memberanikan diri untuk mandi pagi di tengah udara yang cukup dingin. Setelah mandi dan beres-beres, kami sarapan pagi dulu yang sudah disiapkan oleh penginapan. Ada nasi goreng telur dan teh hangat. Sedangkan anak-anak dipesankan nasi telur dadar. 


Setelah sarapan, agendanya yaitu petik strawberry dan mencari sayuran buat dibawa pulang. Lokasi petik strawberry-nya gak jauh dari penginapan. 


Untuk petik strauberry kami dikenakan tarif 20 ribu untuk dewasa dan 10 ribu untuk anak-anak. Kata si pemilik kebun, disini paling murah dibandingkan di tempat lain yang sudah memasang tarif 25-30 ribu. Setelah tawar menawar ke ibunya, kami dapat potongan 20 ribu. Jadi total kami dikenakan tarif 40 ribu saja. 


Kami diberi dua keranjang kecil. Anak-anak sangat antusias petik strawberry sendiri didampingi sama bundanya. Kalau saya tugasnya foto dan memvideokan aktifitas mereka, hehehe. 





Kebun strawberrynya berada persis di pinggir jalan utama. Kurang lebih seluas empat are. Viewnya juga keren disini. Terlihat deretan perbukitan dari belakang kebun. Dilihat dari foto kece bener. 


Btw, yang saya lihat, banyak buah strawberry yang rusak. Kata si ibu, memang benar banyak yang rusak di tengah puncaknya musim strawberry. Ini disebabkan oleh hujan yang sudah turun semingguan di Sembalun. Sangat disayangkan sekali. 


Setelah petik, kami menimbang strawberry yang sudah dipetik dan mendapatkan dua kotak plastik mika. Harga per kotaknya yaitu 25 ribu. Cukup mahal menurut saya. 


Ternyata memang harga per kotak plastik mika seharga 25 ribu. Itu sudah harga rata-rata di desa ini. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke warung sayur yang banyak berjejer di sepanjang jalan. Seperti pasar sayur-sayuran. 




Istri membeli wortel dan daun bawang yang baru saja dipetik. Di warung ini viewnya keren sekali. Berada di pinggir jalan dengan area persawahan yang membentang dan dikelilingi perbukitan hijau. 


Setelah membeli beberapa oleh-oleh buat dibawa pulang. Kami balik menuju penginapan untuk siap-siap pulang ke Mataram. 


Over all, touring ke Sembalun kali ini sangat seru dan memiliki cerita yang menarik. Sekitar jam sebelas siang, kami balik ke Mataram melalui jalur yang sama seperti berangkat kemarin. 


Di Minggu pagi menjelang siang, Sembalun semakin ramai. Perjalanan pulang ke rumah terasa hangat saat kondisi anak-anak juga sangat sehat. Saya dan istri juga cukup puas dengan cerita touring kali ini. 


Perjalanan pulang cukup lancar. Hanya saja setiba kami di Kota Mataram, kami disambut oleh hujan lebat. Dan di beberapa lokasi di tengah kota, terjadi musibah banjir. Syukurnya kami tiba di rumah dalam kondisi sehat dan gak terjebak banjir yang cukup parah. 


Apabila kalian berminat ingin menginap disini, bisa menghubungi akun ig @sembalukitacottage atau no whatsapp (+62 819-9994-1399). 


Pilihan transportasi menuju Sembalun antara lain, mobil/motor pribadi, kendaraan sewaan/travel agent, DAMRI dari Mataram, Bandara BIZAM, Pelabuhan Bangsal dan Kota Selong menuju Sembalun (jadwal bisa dilihat di DAMRI apps). 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra