Showing posts with label Kuliner Yogyakarta. Show all posts
Showing posts with label Kuliner Yogyakarta. Show all posts

Friday, 13 June 2025

Menginap di Safara Hotel Yogya Sarapannya Soto Lamongan Cak Ngun

 


Gak terasa sudah tiga hari berada di Kota Yogya, saatnya kami pindah hotel. "Lho, kok pindah hotel ?". Awalnya sih pengen di satu hotel saja. Berhubung bertepatan dengan long weekends, jadinya di hari ketiga harga kamarnya sudah naik. Mungkin saja karena berada di daerah wisata yaitu Malioboro, jadinya pihak hotelnya menaikkan tarif di long weekends.

Akhirnya saya dan istri memutuskan untuk pindah hotel yang bugdetnya ramah di kantong. Lumayan kan bisa ngirit pengeluaran selama perjalanan. Walaupun lokasinya cukup jauh dari daerah wisata seperti Malioboro, Keraton Yogya dan Taman Sari.

Cari-cari di aplikasi traveloka, akhirnya ketemu hotel yang cocok di budget kami. Lokasinya cukup dekat dengan kampus saya dulu. Dari daerah Malioboro, kami pindah hotel ke daerah Umbulharjo. Nama hotelnya, Safara Hotel. 

Alamatnya di Jalan Veteran no.161, Pandeyan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Hotel Safara merupakan hotel bintang dua yang bisa dibilang berada di daerah perkampusan dan kost-kostan mahasiswa. Cukup strategis, dekat dengan Terminal bus Giwangan, XT Square, Kebun Binatang Gembira Loka, pusat perak Kota Gede dan Kampus III Universitas Ahmad Dahlan.


Setelah beres-beres kamar, kami bersiap untuk melakukan check out. Sebelumnya, saya memesan motor untuk kami sewa selama dua hari. Saya menyewa motor di Ay Rental Motor Yogya (ig : @ay.rentalmotor). Pelayanannya cukup baik dan adminnya sangat responsif. Soal harga cukup terjangkau. Spill sedikit, kami menyewa motor Beat New seharga 75 ribu per hari dan helm anak seharga 5 ribu (hitungan gak per hari).

Untuk sewanya kalian bisa tanya-tanya adminnya di akun instagramnya atau via whatsapp juga bisa (08559000791). Cukup menyertakan KTP, tiket pesawat/kereta/bus, hotel tempat menginap dan tanggal kepulangan. Lebih lengkapnya nanti diberikan e-formulir yang wajib diisi ketika akan menyewa. Gak ribet dan sangat nyaman bagi saya. Kerennya lagi, kita gak perlu mengambil motor ke kantornya. Nanti ada petugas yang siap mengantar dan menjemput motor sewaan kita. Petugasnnya juga sangat ramah dan murah senyum sampai kelihatan gigi,hehehe.

Kembali ke laptop !.

Setelah motor sewaan sudah diantar oleh petugasnya dan proses check out sudah beres, kami berangkat menuju hotel berikutnya. Perjalanan cukup ramai lancar. Kota Yogya siang itu gak terlalu macet tapi panas poolll. Saya sengaja mengambil jalan tikus untuk menghindari kemacetan di beberapa titik yang diduga macet. 

Perjalanan memakan waktu lima belas  menit hingga sampai di Safara Hotel. Anak-anak sangat menikmati perjalanan menggunakan motor karena mereka sudah terbiasa motoran. Ini pertama kalinya mereka berdua jalan-jalan naik motor di Kota Yogya.




Setelah sampai di hotelnya, kami disambut oleh resepsionisnya. Mbak manis berjilbab dengan nada medoq khas Jawa. Dia sangat ramah kepada kami. Meskipun ketika kami datang belum waktunya check in, tapi mbaknya mempersilahkan kami menuju kamar yang sudah kami pesan. Nilai plus nih hotel. 

Saya memesan hotelnya lewat aplikasi traveloka. Harganya juga cukup terjangkau yaitu 185 ribu per malam untuk kamar kelas deluxe - room only dengan kapasitas tiga orang dewasa dan satu anak. Berhubung kami berempat, jadinya satu anak gak dikenai biaya tambahan. 

Setelah proses check in selesai, kami menuju kamar yang letaknya berada di lantai dua. Jadi untuk kamar tipe deluxe room, ada di lantai dua semua. Sedangkan di lantai satu itu tipe family room. Tapi baik deluxe maupun family, ukuran kamarnya luas banget. 

Kamar kami memiliki fasilitas dua bed. Yang satu ukurannya untuk dua orang dewasa. Sedangkan satunya ukurannya lebih kecil. Tapi menurut kami kedua bednya sudah lebih dari cukup. Sangat luas buat kami tidur berempat.




Fasilitas lainnya : ada ac yang dingin, tv, meja kecil, kursi kayu, lampu baca, kamar mandi dalam, closed duduk, shower air panas dan dingin, handuk, sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi dan di depan kamar ada galon air untuk mengisi air minum. Selain itu ada garasi motor untuk memarkirkan motor, kolam ikan di area lobi hotel dan mushola di bawah tangga. 

Di lantai dua kami bisa melihat view gedung-gedung kantoran dan rumah penduduk. Di depan kamar terdapat lorong terbuka. Jadi bisa melihat moment sunset kalau pagi hari. 

Berhubung sudah capek banget pindah-pindah hotel, kami tertidur sampai menjelang magrib. Kami menghabiskan malam dengan stay di kamar hotel saja sambil nonton tv bareng. Keesokan paginya, sehabis bangun subuh, kami bersiap-siap untuk jalan kaki pagi sambil mencari sarapan. 

Untungnya di depan hotel banyak sekali warung makan. Ada warmindo atau biasa kita menyebutnya warung burjo (warung bubur kacang ijo), meskipun namanya burjo tapi yang dijual gak hanya bubur kacang ijo tapi ada indomie goreng/rebus, nasi telur, nasi goreng, minuman ringan, kopi panas, teh panas/dingin dengan harga mahasiswa. 

Selain itu, ada yang menarik buat kami coba yaitu Soto Daging Sapi Lamongan Cak Ngun. Dulu pas kuliah disini, saya beberapa kali makan soto disini. Rasa sotonya gak perlu diragukan lagi. Jam enam pagi saja sudah buka ini warung. Jadi gak khawatir yang kelaperan bangun pagi, bisa sarapan disini. 

Berhubung di hotel gak menyediakan sarapan, kami mencari sarapan sendiri. Tinggal menyeberang jalan di seberang hotel, kami sudah sampai di warungnya. Jam tujuh pagi saja sudah ramai sekali orang pada sarapan soto disini. 




Penampakan warung sotonya biasa saja. ruangannya juga cukup luas tapi kalau ramai terkesan sumpek, ada meja kayu panjang dan bangku panjang. Di atas meja tersedia berbagai macam gorengan dan sate-satean. 

Saya, istri dan anak-anak duduk di area dalam saja, Untungnya gak ada pengunjung lain yang merokok di dalam. Jadinya aman buat anak-anak. Saya dan istri memesan tiga porsi soto daging sapi. Enaknya disini kuah sotonya gak pedas. Jadi cocok buat anak-anak yang gak suka makan pedas.

Gak menunggu lama, pesanan diantar oleh bapak penjual soto ke meja kami. Mencium aroma sotonya saja sudah gak sabar pengen segera menyantapnya. Penampakannya dengan porsi yang cukup besar. Ada potongan daging sapi, toge mentah, potongan daun bawah, kuah kuning khas Lamongan dan nasi putih yang dicampur ke dalam sotonya. 

Karena saya gak terlalu sering makan Soto Lamongan. Jadinya saya kurang bisa membedakan mana soto yang enak dibandingkan di tempat lainnya. Menurut saya, kuah sotonya cukup gurih. Nasi putihnya dengan porsi yang cukup. Daging Sapinya yang empuk dan gak keras. Dimakan bersama dengan tempe goreng dan sate telur puyuhnya. Mantep banget rasanya.

Sarapan yang sangat mengenyangkan buat saya dan istri pribadi. Anak-anak pun sangat suka makan soto. Apalagi kuah sotonya gak pedas. Untuk harga gak perlu khawatir. Kami berempat saja hanya menghabiskan 65 ribu saja. Itu sudah tiga porsi soto daging sapi seharga 15 ribu. Tambahannya ada tempe goreng, sate telur puyuh, perekedel dan minumnya teh hangat.


Over all, menginap di Safara Hotel Yogya gak buat kalian kecewa. Penampakan hotelnya dari luar cukup terawat. Kamar hotelnya bagus dan dingin, tempat tidurnya ukurannya luas, channel tvnya pilihannya banyak, kamar mandinya bersih, air kamar mandinya lancar. Pelayanannya juga sangat baik. Gak buat tamu yang menginap ribet untuk soal check in dan check out. Bisa check in kapan saja karena buka 24 jam. 

Untuk keamanan, ada petugas keamanan (security) yang berjaga bergantian 24 jam non stop. Bapak security-nya ramah kepada tamu hotel. 

Buat yang pengen nyari cemilan, di samping hotel ada minimarket. Kalau laper ada warung makan di dekat hotel. Berada gak jauh dari area perkampusan. 

Intinya yang buat saya betah menginap disini yaitu hotelnya gak ada hantunya, hehehe. Mungkin kalian yang ada pengalaman menginap di Safara Hotel Yogya bisa cerita di kolom komentar baik cerita suka dan dukanya, hehehe. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra




Friday, 23 May 2025

Menikmati Malam di Yogya : Pendopo Lawas Alun-Alun Utara


Liburan ke Yogya, gak lengkap rasanya kalau gak nyobain kulinernya. Apalagi di Yogya banyak sekali tempat kuliner yang menarik buat dicoba.

Salah satunya yaitu Pendopo Lawas Alun-Alun Utara. Lokasinya berada di sebelah timur Alun-Alun Utara dan Keraton Yogyakarta. 

Lebih mudahnya, kita bisa berjalan kaki dari Jalan Malioboro ke arah selatan. Selanjutnya menyeberang ke Kantor Pos atau Kantor Bank BNI di 0 kilometer. Lanjut berjalan ke arah selatan menuju Alun-Alun Utara. Kurang lebih lima ratus meter ke sisi timur dari Alun-Alun Utara, kita sudah sampai di lokasi.

Tapi saya dan anak istri gak berjalan kaki menuju lokasi. Kami memesan taxi online dari hotel tempat kami menginap agar cepat sampai. Kebetulan juga kondisi anak-anak lagi kurang fit alias kecapean habis jalan-jalan seharian. 

Kami jalan dari hotel sehabis shalat magrib. Perjalanan memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Melewati Jalan Malioboro dan 0 kilometer. Lanjut ke arah selatan menuju Alun-Alun Utara. 

Sudah terlihat dari kejauhan puluhan lampu berwarna kuning tergantung menghiasi sebuah bangunan lawas berbentuk pendopo. Itulah dia tujuan kami yaitu Pendopo Lawas. Sampai di lokasi, pengunjung masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang duduk sambil menikmati hidangan yang dipesan.





Setelah turun dari taxi, kami mencari tempat duduk. Berhubung masih sepi, jadinya kami masih bebas memilih tempat duduk.

Banyak meja kursi dari kayu yang berukuran panjang. Bisa untuk empat sampai enam orang. Sebagian besar meja kursinya berada di outdoor. Sedangkan sisanya di semi outdoor alias di dalam pendopo.

Kami memilih duduk di dalam pendopo agar kalau hujan gak kebasahan. Suasana romantis Kota Yogya sangat terasa saat saya duduk disini bareng anak istri. 

Kota penuh dengan kenangan. Dimana kalau lagi ada waktu senggang bersama teman-teman saat kuliah dulu, pasti nongkrongnya di sekitar Malioboro atau Alun-Alun.

Kebetulan lagi liburan bareng keluarga ke Yogya, harus dicoba nongkrong disini sambil makan malam. 

Kenapa memilih makan malam di angkringan ?. Bagi saya angkringan adalah ciri khas dari Kota Yogya. Kalau menyebut Yogya, pasti yang terbayang itu angkringan dengan menu-menu yang klasik dan ngangenin. 

Pendopo Lawas mengambil tema angkringan modern. Dimana angkringan yang kita ketahui yaitu berupa gerobak yang isinya berbagai macam makanan seperti nasi kucing, sate-satean, gorengan, isi daleman yang dibakar kemudian dinikmati bersama dengan nasi kucing. 

Duduk di bangku panjang, ngobrol bersama orang banyak sambil ngopi atau minum teh hangat, wedang ronde atau susu jahe. 

Seiring berjalannya waktu di tengah dunia yang serba digital ini, tema angkringan diangkat dengan konsep yang lebih modern. Dari tempat yang menarik, menu-menu yang enak sehingga sukses menarik para pengunjung baik domestik maupun mancanegara yang sedang berlibur atau sedang menimba ilmu di Kota Pelajar ini. 









Di Pendopo Lawas banyak sekali menu yang ada. Terlihat dari dua gerobak yang isinya serba makanan. Dari sego (nasi) kucing, sego bakar, oseng-osengan, sate-satean atau lawuhan, baceman, gorengan, jajanan dan wedangan. 

Untuk harga cukup terjangkau. Segala menu makanannya dimulai dari harga 4 ribuan. Sedangkan untuk minuman dimulai dari harga 4 ribuan juga. Hitungannya satu orang bisa menghabiskan 25 ribu saja untuk makan sambil nongkrong disini. 

Para karyawan angkringannya cukup banyak yang didominasi para anak-anak muda. Terlihat mereka semua cekatan dalam melayani pembeli. Jadi gak khawatir kalau pesanan kita lama datangnya. 

Di tempat ini, kita bebas mau mengambil apa saja. Ambil satu per satu menu apa saja yang pengen dimakan. Setelah itu, baru bayar di meja kasir. Jadi, bayar dulu baru kita bawa makanan ke meja masing-masing.

Kecuali untuk minuman, kita harus pesan terlebih dahulu. Ada minuman hangat sampai minuman dingin. Kembali ke selera masing-masing.  






Saya tertarik mencoba sego bakarnya. Terlihat sangat menggoda sekali. Selain itu saya mengambil ati bakar, tahu bacem dan oseng-oseng tempe sebagai lauknya. 

Sedangkan anak-anak dan istri mengambil menu yang berbeda. Ada sego putih, ayam bacem, ayam goreng, sate-satean dan cemilannya jajanan pasar. 

Untuk minumnya kami memesan teh hangat dan jeruk hangat. Aroma teh hangatnya enak benar. Teh dengan aroma bunga melati dan rasanya khas teh Jawa. 

Jeruk hangatnya seger banget. Apalagi diminum di tengah cuaca yang dingin sehabis gerimis, syahdu banget. 

Semakin malam, pengunjung semakin ramai yang berdatangan. Ada yang berduaan bareng pasangan, ada yang serombongan, ada pula yang ngejomblo. 

Perlahan-lahan meja kursi sudah terisi semua. Dari infonya, Pendopo Lawas mampu menampung sebanyak dua ratus orang. Lumayan banyak juga ya. Terlihat area tempat duduknya luas banget.

Mulai buka dari jam empat sore hingga tengah malam. Banyak yang betah berlama-lama nongkrong disini. Dari anak-anak, remaja, sampai orang tua terlihat datang kesini.

Selain menu-menunya yang enak-enak. Tempatnya juga sangat nyaman untuk ngobrol ngalor ngidul, arisan, buat surprise ulang tahun pasangan, nembak gebetan, gathering kecil-kecilan juga bisa. 

Ditambah lagi disini ada mini panggung tempat live music yang disediakan. Pendopo Lawas dikenal banyak orang dikarenakan disini kita mulai mengenal musisi yang viral di youtube beberapa tahun belakangan ini yaitu Trisuaka bersama istrinya Nabila. Kalian tau kan kedua penyanyi asal Yogya yang suaranya sangat enak di dengar itu ?. 

Sayangnya kami gak bisa berlama-lama nongkrong disini dikarenakan pengen cepat balik ke penginapan. Jadinya sehabis makan, kami langsung out. Hehehe.

Disini saya sedikit review makanannya. Sego bakarnya cukup enak. Ada isian ayam suwir dengan bumbu rempah-rempahnya. Nasinya pulen dan aroma asapnya khas banget. 

Untuk tahu bacemnya agak kurang berasa sampai ke dalam. Warnanya juga masih seperti tahu goreng. Biasanya yang tahu bacem yang pernah saya makan itu warnanya agak sedikit gelap, rasanya manis sampai ke dalam, ukurannya juga lebih besar. 

Teh hangatnya luar biasa enaknya. Hangat ditenggorokan dan bikin saya ketagihan minumnya. Teh khas Jawa yang sangat saya sukai. 

Over all, pelayanan disini cukup baik. Tempatnya sangat nyaman, ramah anak dan menu-menunya lengkap. Yang tadinya kangen mau makan di angkringan. Terobati kalau datang ke Pendopo Lawas Alun-Alun Utara. Gak kecewa makan disini sambil nongkrong. Next time, kalau ke Yogya lagi, bakalan balik kesini. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday, 7 July 2014

Bubur dari Tanah Sunda

Di Yogya selain wisata kulinernya seperti Gudeg dan Angkringan, Yogya juga memiliki wisata kuliner yang di kalangan mahasiswa disana sangat familiar sekali yaitu warung burjo singkatan dari “Bubur Kacang Hijau”. Orang yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah “ Seribu Candi “ tersebut, apalagi yang hanya pergi berlibur ke Yogya, kalo gak nyari tempat makan Gudeg yang enak dimana, ya ujung-ujungnya makan di Angkringan yang banyak menunya. Banyak sekali tempat-tempat yang menjual Gudeg yang enak dan Angkringan yang menyajikan beberapa menu yang sangat lezat atau tempat lain yang mempunyai menu yang spesial.

Bicara soal Gudeg dan Angkringan yang gak ada abis-abisnya. Warung burjo pun gak kalah abisnya jika dibahas. Saya sendiri sebagai anak perantau yang kuliah dari tempat yang sangat jauh, sangat bersyukur ada yang namanya warung burjo. Disamping tempat makan, tempat ini juga bisa dijadikan tempat berkumpul untuk saling sapa entah berkumpul dengan orang yang udah kita kenal maupun dengan masyarakat di sekitar.Dari katanya saja burjo , banyak beranggapan tempat itu cuma menjual bubur kacang ijo. Namanya saja begitu tapi sebenarnya selain menjual menu utama bubur kacang ijo, disana juga ada beberapa menu favorit bagi mahasiswa yaitu nasi telur,mie instan,magelangan yang dibuat dari nasi goreng dan mie goreng dan masih banyak yang lainnya. Disamping rasanya yang lezat dan sangat sederhana, harganya juga lumayan murah dan hemat. Jadi gak heran kalo banyak warung burjo yang dijadikan tempat tongkrongan nomor satu oleh mahasiswa di Yogya.

Nah, mungkin banyak diantara kita belum mengetahui asal mula warung ini menjamur di setiap sudut Yogyakarta. Warung makan yang buka rata-rata selama 24 jam setiap harinya, merupakan warung makan yang pemiliknya sebagian besar berasal dari Jawa Barat, lebih tepatnya dari daerah Kuningan,Jawa Barat. Jadi gak heran jika datang ke warung ini, bahasa pengantarnya yaitu Bahasa Sunda. Panggilan “Aa atau Teteh” juga selalu kita dengar apabila ada pelanggan yang memesan makanan ato yang mau bayar kepada pemilik dan pelayan warung. “Aa” adalah panggilan kakak laki-laki ato mas dan “Teteh” untuk mbak ato kakak perempuan bagi orang Sunda.  Mereka merantau ke Yogya untuk membuka warung 24 jam, dimana setiap warung  memiliki nama dan kekhasan masing-masing.

Dari hasil wawancara saya kepada pemilik burjo beberapa waktu silam, bahwa awal mulanya mereka berdagang cuma menjual bubur kacang ijo dan bubur ketan item sebagai menu utama. Tapi dengan berjalannya waktu, karena adanya tuntutan dari kebanyakan mahasiswa terhadap faktor kebutuhan perut untuk selalu penuh diisi dan adanya persaingan dengan tempat makan yang lain. Maka setiap warung mulai melakukan penambahan menu, tidak sekedar bubur kacang ijo dan bubur ketan item tapi ada juga menu-menu lain yang memiliki cita rasa yang lezat.

Tidak salah kalian mencoba makan di warung yang sederhana ini, tapi memiliki banyak menu yang mengenyangkan tanpa mengeluarkan duit banyak. Apalagi bagi mahasiswa yang di daerah asalnya mungkin tidak ada warung semacam ini. Bisa dijadikan penyelamat perut jika uang bulanan belum dikirim dari rumah. Saya sendiri juga adalah pelanggan setia salah satu burjo di Yogya. Hampir tiap hari selalu datang untuk sekedar makan dan berkumpul dengan teman-teman kampus. Berasa bener-bener jadi orang perantauan yang jauh dari kampung halaman, dimana kalo nongkrong untuk sekedar makan dan minum sambil berkumpul dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dapat memperkaya bahasa berbagai daerah karena secara tidak langsung kita bisa belajar bahasa mereka, seperti contoh ; Bahasa Sunda,Banjar ( Kalimantan Selatan ), Dayak, Padang, Bengkulu dan tidak lupa Bahasa Jawa pastinya. Masih banyak lagi bahasa-bahasa yang dapat kita dengar disana. Yogya gitu loooo…

Mungkin itu saja beberapa catatan saya tentang Warung Burjo yang bisa disampaikan kepada anda melalui blog ini. Semoga bisa menjadikan referensi wisata kuliner bagi anda yang akan berkunjung ke Yogya ato bagi mahasiswa baru yang datang di Yogya dan belum terlalu mengenal tempat-tempat makan di Yogya, bisa dijadikan referensi tempat makan anda semua.


Selamat berkunjung… 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra