Showing posts with label Explore Sumbawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Explore Sumbawa Barat. Show all posts

Saturday, 14 July 2018

Ngabuburit Sampai Berburu Takjil di Kota Taliwang, Sumbawa Barat

Fokus ke modelnya yaak !!! 

Beberapa minggu lalu saya sudah menulis tentang perjalanan saya bareng si doi ke destinasi-destinasi kece yang ada di Sumbawa Barat. Saya ingin melanjutkan cerita kami berdua, masih tentang mengexplore alam Sumbawa Barat. Cerita kali ini agak berbeda dengan dua cerita saya sebelumnya, mengexplore Pantai Maluk dan Pantai Poto Batu

Ceritanya ada disini : Pantai Maluk & Pantai Poto Batu

Sebelum melanjutkan cerita. Bagi kalian yang baru pertama kali berkunjung ke blog pribadi saya ini, gak ada salahnya untuk follow on my blog yaa ! Terimakasi

Kembali ke Laptop !!!

Bagi kalian yang sudah membaca cerita sebelumnya, pasti sudah bisa menebak kemana kami berdua tuju dong ?. Setelah dari Pantai Poto Batu, kami berdua menuju Kota Taliwang untuk bertemu teman baru saya alias sahabatnya si doi, asli orang Taliwang. Sebut saja namanya " Si Yudik".




Kami bertemu dengan Si Yudik di Masjid Agung Darussalam. Masjid megah dan tekece di Sumbawa Barat. Masjid Agung Darussalam terletak di pinggiran Kota Taliwang. Bagi yang belum pernah ke Kota Taliwang, jangan khawatir. Bila ingin ke masjid ini, kalian tinggal buka google maps dan masalah bingung di jalanpun teratasi.

Bertepatan dengan masuknya waktu Shalat Ashar, kami tiba di halaman parkir masjid. Kami melaksanakan shalat ashar sebelum mengexplore masjid ini. Masjid megah kebanggaan orang Taliwang, berada di kawasan komplek kantor pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat yang diberi nama komplek Komutar Telu Center (KTC).

Masjid Agung Darussalam selesai dibangun pada bulan Juni 2010 dimasa pemerintahan Bupati KH.Zulkifli Muhadli dengan menghabiskan dana sekitar 30 miliyaran rupiah. Luas bangunan masjid sendiri 15.500 m2, sedangkan luas secara keseluruhan 48.500 m2, dengan daya tampung mencapai 8000 jamaah. Besar juga nih masjid. Pantesan saja disebut-sebut salah satu masjid termegah di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Secara keseluruhan bangunan masjid ini mirip dengan masjid-masjid lainnya. Hanya saja masjid ini dikelilingi oleh kolam yang ukurannya dua kali lebih luas dari bangunan masjid. Memiliki empat lantai dimana ada paling dasar berupa basemant, lantai satu (lantai utama ) dan dua lantai untuk jamaah perempuan. Di bagian dalam dinding kubah tertulis sifat-sifat Allah SWT dalam bentuk kaligrafi yang cukup indah dipandang. Memiliki warna dasar hijau tua dan putih membuat siapapun yang berada di dalam masjid, baik shalat atau pun i'tikaf, merasa tenang dan damai. 

Bagian yang paling saya suka dari masjid ini yaitu Masjid Agung Darussalam  memiliki taman yang hijau dan di jauh mata memandang, kita bisa melihat hamparan perbukitan alam Sumbawa Barat. Beruntungnya saat kami kesana, bukit-bukit di sekitar Kota Taliwang masih hijau. 

Sore itu gak terlalu banyak para jamaah yang shalat berjamaah di masjid. Mungkin letaknya yang lumayan jauh dari pusat keramaian kota atau masih tidur di rumah masing-masing. Maklum, suasana Bulan Puasa dan cuaca agak panas. So, malas keluar rumah, tapi ibadah jangan dibawa malas yaa !! Hehehe

Berada di dalam Masjid Agung Darussalam, membuat hati saya tenang dan bahagia. Kenapa gak ?. Serasa perjalanan trip kami berdua gak sia-sia. Dapat mengexplore pantai-pantai kece dan Alhamdulillah, ibadah gak terlewatkan. Dapat shalat di Masjid Agung Darussalam, melengkapi perjalanan trip saya kali ini. Apalagi tripnya bareng si doi, Asyik.

Si Yudik si murah senyum 

Setelah Shalat Ashar dan jepret-jepret bagian terpenting dari Masjid Agung Darussalam meskipun belum puas jepret sih, kami berjumpa dengan Si Yudik.

Kalau boleh jujur, saya gak nyangka Si Yudik ini supel banget. Ramah dan gak (bukan agak) pendiam, hahaha. Ada saja yang diceritakan tentang Kota Taliwang ke kami. Mirip-mirip guide travel gitu. Bahkan saya khawatir kalau dia minta jasa tour guide sih, hehehe..becanda.

Rencana selanjutnya yaitu mencari takjil untuk bekal kami berbuka puasa. Kami bertiga segera meluncur ke sebuah tempat dimana banyak para pedagang takjil yang menjual berbagai macam kue khas Sumbawa Barat. Si Yudik yang memiliki kenalan salah satu pedagang, mengantarkan kami untuk mencari takjil yang dicari. 



Ibu Emi sedang sibuk melayani pembeli

Menyusuri jalan Kota Taliwang di sore itu membuat saya kaget, ternyata Kota Taliwang sangat ramai. Beda seperti dua puluh tahun yang lalu, dimana saat saya datang pertama kali ke Kota Taliwang, kota ini masih sepi dan jauh dari kata Polusi Udara.

Kami bertiga sudah berada di pertigaan Jalan Teuku Umar, Kampung Selayar. Lebih tepatnya berada di depan kantor Keluarahan Dalam, Kota Taliwang. Deretan tenda-tenda pedagang takjil sudah ramai diserbu oleh warga lokal. 

Si Yudik mengantarkan kami menuju ke sebuah tenda takjil milik dari Ibu Emi. Ibu hitam manis dan agak gemuk ini sangat ramah ke kami berdua. Beliau sudah menduga, kami berdua bukan asli orang Taliwang. Nyangkanya sih wartawan yang lagi nyari takjil. Emang saya seperti wartawan ya ?,hehehe...Ada-ada saja si ibu mah. 

Banyak kue khas Sumbawa Barat yang dijual oleh Ibu Emi. Ada namanya Tepung Pria, Goges, Tepung Dange, Plopo dan Es Bardan. Aneh-aneh kan namanya ?. Jelas saja aneh, nama kuenya kan nama-nama khas yang berasal dari bahasa Sumbawa Barat alias Bahasa Samawa. 

Tepung Pria "Idaman Seorang Wanita"
Tepung Pria

Tepung Pria, dari namanya saja aneh. Jenis kue ini paling banyak diburu oleh warga Kota Taliwang. Karena rasanya yang sangat lezat, saat digigit terasa kenyel-kenyel gitu. Kue ini mirip seperti kelepon tapi ukurannya lebih besar dari kelepon yang kita kenal. Terbuat dari tepung beras dan kanji membuat kue ini sangat lezat di mulut. Isi dalam kue Tepung Pria yaitu kelapa bercampur gula merah. Rekommended buat dicoba saat berkunjung ke Kota Taliwang.

Bolu Berai 
Bolu Berai

Kue ini biasa disebut dengan sebutan bolu yang memiliki kadar air. Hanya saja kadar air ini bukan air putih pada umumnya tapi cairan gula. Gula yang digunakan disini yaitu gula putih. Cara membuatnya yaitu sama halnya seperti membuat kue bolu pada umumnya. Hanya saja setelah menjadi bolu, kemudian direndam di air gula dan siap untuk dinikmati. Enaknya dimakan saat berbuka puasa. Dicobain saja deh. 

Tepung Dange "Baroncong Khas Sumbawa Barat"

Tepung Dange

Dange berasal dari salah satu kue khas Pulau Sumbawa. Mirip dengan kue Baroncong dari Sulawesi Selatan. Hanya saja kue Baroncong teksturnya lebih lembut, sedangkan Tepung Dange memiliki tekstur yang agak kasar. Kue ini terbuat dari tepung ketan dengan parutan kelapa yang dikukus lalu dibakar setelah tercetak berbentuk segitiga. Kemudian isiannya diberikan gula merah. Gak kebayang kan makan kue ini rasanya gimana. Kalau penasaran, dicobain saja. Saya saja pengen makan lagi karena gurih dan krenyes-krenyes sih. 

Palopo "Susu Kerbau"

Palopo

Inti dari tulisan ini ada disini sebenarnya. Saya ingin mengenalkan kepada kalian makanan khas sekaligus sangat legendaris di Sumbawa Barat. Bagi kalian yang datang ke Kota Taliwang atau Sumbawa Barat, kalau gak nyoba makanan ini, jangan bilang sudah ke Sumbawa Barat. 

Kenapa makanan saya bilang sangat legendaris, karena di jaman dulu orang asli Sumbawa Barat banyak memiliki ternak kerbau. Selain mengkonsumsi dagingnya, masyarakat setempat memanfaatkan susu kerbau untuk diolah menjadi makanan dengan cara susu kerbau diperah dan diambil airnya. Kemudian diendapkan dalam sebuah ember atau wadah, kemudian diberi garam. Dulu kala, masyarakat Sumbawa Barat mengkonsumsi olahan susu ini untuk lauk dan pelengkap nasi yang dimakan. 

Seiring berjalannya waktu, dengan alasan selera. Olahan susu kerbau ini dimodifikasi bukan lagi hanya sebagai lauk saja tapi kue khas Sumbawa Barat. Olahan susu kerbau ini sudah berhenti diberi garam. Sebagai gantinya dicampur dengan air gula jawa sehingga agak berasa manis. Oleh sebab itu, olahan susu kerbau ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan Palopo alias susu kerbau gula jawa. Kalau saya sih belum terbiasa makan olahan susu kerbau ini karena masih belum berteman dengan rasanya yang enek. Bagi penggemar aneka bubur, Palopo perlu kalian coba. 


Es Badar "Es Campur Khas Sumbawa Barat"

Es Badar

Sebagai pelengkap, saya membeli es campur khas Sumbawa Barat. Kata Si Yudik sih namanya Es Badar. Saya masih merasa asing dengan nama esnya. Kalau diperhatikan sih, ini es campur dengan aneka macam campuran buah, kolang kaling, agar-agar dan rumput laut. Apapun nama yang diberikan, yang jelas es campur ini seger banget, pengen nambah dan nambah lagi. Harga seporsi Es Badar sangat murah di kantong yaitu hanya sepuluh ribu saja. Dengan harga segitu, kita sudah dapat seporsi Es Badar dengan ukuran yang sangat besar bagi saya. 

Setelah semua takjil yang kami cari sudah dibeli. Kami bertiga menuju ke rumah Si Yudik yang gak jauh dari tempat membeli takjil tadi. Kami berencana berbuka puasa di rumanya Si Yudik. Dadakan sih, tapi karena kami berdua diundang, yasudah gak apa-apa, hehehe.

Trip yang sangat lengkap bagi saya pribadi. Jauh-jauh nyeberang dari Pulau Lombok. Hanya memiliki waktu sehari bisa dapat pantai-pantai kece ala Sumbawa Barat, Shalat Ashar di Masjid Agung Darussalam dan terakhir berburu takjil khas Sumbawa Barat. Hal yang paling spesial yaitu trip bareng si doi.

Saatnya berbuka puasa, menikmati kuliner khas Sumbawa Barat bersama Yudik sekeluarga membuat saya merasakan memiliki keluarga baru. Ada satu kalimat yang masing saya ingat dari Si Yudik. Kata dia "Pantang pulang sebelum kenyang". Artinya kalau makan belum kenyang, gak boleh pulang. Mantaap !.

Perut sudah kenyang, saatnya balik ke Pulau Lombok. Biar gak kemalaman sampai Kota Mataram, kami berdua pamit.

Sebenarnya sih pengen cerita lebih panjang lagi tentang trip kami berdua ke Sumbawa Barat. Tapi ada beberapa hal yang saya gak ceritakan disini. Biar jadi rahasia kami berdua, Asyiiik. Kesimpulannya kami berdua sangat menikmati perjalanan sehari ke Sumbawa Barat.

Bagi kalian yang ingin tahu catatan trip kami berdua saat itu, saya kasi listnya deh.

Catatan 
Trip Perjalanan :
6AM        : Berangkat dari Kota Mataram ke Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur
8AM        : Sampai di Pelabuhan Kayangan
8.30AM   : Berlayar ke Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat
11AM      : Sampai di Pelabuhan Poto Tano dan menuju Kota Taliwang
12.30PM : Sampai di Pantai Maluk, Desa Maluk
2PM        : Sampai Pantai Poto Batu, Taliwang
4PM        : Shalat Ashar di Masjid Agung Darussalam, Taliwang
5PM        : Ngabuburit sambil berburu takjil
6PM        : Berbuka bersama
8PM        : Balik menuju Pelabuhan Poto Tano
10PM      : Berlayar menuju Pelabuhan Kayangan
12AM      :Sampai di Pelabuhan Kayangan
1AM        : Sampai di Kota Mataram lagi - Finish

Budget : 
1. Bensin motor : 50ribu
2. Tiket Kapal Ferry : 100ribu (PP)
3. Tiket masuk pantai : gratis
4. Berburu Takjil dan biaya gak terduga : 50 ribu (sesuai selera dan isi dompet)
Total : 200 ribu perjalanan (bisa menyesuaikan)
      
Semoga bermanfaat dan sekian dari saya, Si blogger kece dari Pulau Lombok (kasi julukan sendiri).

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Thursday, 5 July 2018

Ada Batu Bolong di Pantai Poto Batu, Sumbawa Barat


Menulis kisah perjalanan saya ke Sumbawa Barat belum berakhir di Pantai Maluk saja. Pantai Maluk yang terletak kurang lebih tiga puluh empat kilometer dari Kota Taliwang, Sumbawa Barat, menambah daftar deretan pantai terkece yang pernah saya datangi di Pulau Sumbawa.

Bisa dibaca disini juga : Pantai Maluk

Sumbawa Barat saya akui banyak menyimpan keindahan alam yang belum semua travelers tau. Beberapa diantaranya sudah saya tulis di blog ini. Salah satunya Pantai Maluk yang baru-baru ini saya posting dan cukup banyak para pembaca yang berkomentar baik di blog maupun di email.

Selain Pantai Maluk yang kece dengan pasir putih lembut dan air lautnya yang hijau toska, ada satu destinasi lagi yang gak kalah kece dengan Pantai Maluk. Sebut saja, Poto Batu.

Poto Batu terletak diantara Kota Taliwang dan Desa Labuan Lalar. Lebih tepatnya Poto Batu terletak di pinggir jalan raya, jalur Kota Taliwang menuju Jereweh dan Pantai Maluk. Hanya lima menit dari Kota Taliwang, kita sudah sampai di destinasi ini.

Bisa dibaca disini juga : Desa Labuan Lalar




Setelah memarkirkan sepeda motor di depan sebuah tulisan besar "Poto Batu", kami berdua berjalan kaki menuju pantai. Gak ada tiket masuk ke pantai ini, bahkan parkir pun gak dipungut biaya, asyik kan ?. Disaat kami sudah berada di pinggiran pantai, saya melihat para pedagang sedang mendirikan tendanya untuk berjualan menjelang berbuka puasa sampai malam hari. Pemandangan yang asyik menurut saya bila datang ke sebuah pantai yang jauh dari rumah. 

Poto Batu merupakan sebuah pantai yang cukup unik. Ada sebuah batu besar yang ditengah-tengahnya ada lubang berdiameter tiga hingga empat meter yang menyerupai terowongan yang menembus hingga ke bibir pantai yang dipenuhi oleh batu-batu karang.







Oleh warga setempat dinamakan Pantai Poto Batu karena ada sebuah batu besar di salah satu sisi pantai. Poto Batu memiliki arti "Batu di ujung" maksudnya di ujung pantai ini terdapat sebuah batu besar yang menyerupai goa karena memiliki lubang di tengahnya. Lubang ini seperti terowongan yang menembus sisi bagian batu yang menghadap ke laut. Saya pun penasaran dengan batu berlubang ini. Saya bersama si doi mencoba untuk memasuki lubang yang lumayan besar untuk menuju bagian batu-batu karang.

Disamping keunikan dari batu ini, ada sisi lain yang cukup membuat saya sedih. Di salah satu bagian dinding batu ada coretan yang gak perlu, bahkan merusak keindahan dari pantai ini. Ayook, buat para pengunjung, jaga kebersihan dan keindahan pantai kita yaa !. Jangan melakukan vandalisme alias coret-coret di sembarang tempat !. Semoga saja sesudah tulisan ini saya posting, coretan di batu itu sudah dibersihkan oleh pengelola setempat.




Next... Keunikan lainnya dari pantai ini yaitu pasirnya yang berwarna kecokelatan seperti tanah. Setelah diperhatikan, Poto Batu merupakan muara yang mempertemukan aliran sungai-sungai yang mengalir dari Kota Taliwang. So.. Mungkin ini yang membuat warna pasir dari pantai ini berwarna cokelat karena bercampur dengan tanah. Lagi-lagi si doi suka sekali dengan pasir Poto Batu. Bawa pasirnya jangan kebanyakan ya yank, nanti motor kakak bisa-bisa mirip seperti truk pasir, hehehe.

Cuaca di Pantai Poto Batu cukup cerah. Angin sore yang cukup kencang dan deburan ombak yang lumayan besar membuat pakaian yang saya kenakan setengah basah oleh ombak yang menabrak batu karang. Pemandangan dari pantai ini bisa dibilang kece. Kita bisa melihat para nelayan yang akan berangkat memancing dengan perahu layar yang sangat sederhana.




Perahu-perahu layar jaman sekarang sudah dilengkapi dengan mesin tempel. Beda seperti jaman saya masih kecil yang hanya mengandalkan arah angin darat untuk menuju ke tengah lautan. Melihat Gili Puyung dari kejauhan, deretan perbukitan yang hijau dan paling penting, sinyal hp cukup kencang disini.

Saya suka dengan pantai ini karena ini merupakan kampung halaman papa. Sejak kecil saya memang suka pantai. Suka suasananya, suka mencari ketenangan di pantai sambil bermain air dan pasir.

Kami berdua tiba di pantai ini sore hari sehabis mengexplore Pantai Maluk. Karena suasana bulan puasa, banyak para pengunjung yang datang kesini untuk ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa dan menikmati sunset. Para pedagang kaki lima juga sudah bersiap-siap menjajakan dagangannya. Tenda-tenda pun sudah dipasang di pinggir pantai. Suasana yang membuat saya kembali ke kisah masa kecil dulu. 

Meskipun warna air pantainya gak seperti hijau toskanya air laut di Pantai Maluk, Pantai Poto Batu memiliki panorama alam yang cocok untuk menanti sunset. Sunset disini katanya indah lhoo. Tapi sayang kami berdua gak sampai menikmati sunset di pantai ini karena agenda selanjutnya mencari kuliner khas Sumbawa Barat sekalian nyari menu buka puasa. hehehe.



Karena letaknya sangat dekat dengan Kota Taliwang, setiap sore baik di weekday maupun weekend Pantai Poto Batu sangat ramai dikunjungi oleh warga setempat. Buat para travelers atau fotografer yang lagi bingung nyari spot untuk hunting-hunting foto, ayook buruan ke Pantai Poto Batu !. Pantai yang unik dengan memiliki batu besar yang berlubang dengan pasir cokelat dan ombak yang sangat mempesona.

Menurut informasi dari salah satu warga yang sempat saya ajak ngobrol-ngobrol. Di Pantai Poto Batu bisa dijadikan tempat mendirikan tenda lhoo. Kalian yang hobi ngecamp bareng sahabat atau komunitas, bisa memilih pantai ini menjadi tempat rekommended terkece buat kalian menginap dan menikmati sunset.

Sambil menikmati keindahan sunset, kita juga bisa menikmati air kelapa muda yang bisa diambil dari pohonnya langsung. Gratis..tis..tis..tis, tapi syaratnya harus manjat sendiri yaak,hehehe. 

Sebelum meninggalkan Pantai Poto Batu, si doi menghubungi salah satu sahabatnya yang tinggal di Kota Taliwang. Namanya Si Yudik, anaknya rame dan ramah. Si Yudik siap jadi tour guide kami mencari jajanan khas dari Sumbawa Barat.

Oke.. Kami berdua segera balik menuju Kota Taliwang untuk bertemu dengan Si Yudik yang sudah menunggu kami di Masjid Agung Darussalam, Kota Taliwang. Gimana keseruannya kami berburu takjil khas Sumbawa Barat, ditunggu ya cerita saya selanjutnya. Comming Soon !!!

***
Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Thursday, 28 June 2018

Keindahan Pantai Maluk yang Mempesona


Hari Senin, tanggal 11 Juni 2018 

Adzan Subuh sudah menggema dan kita pun sudah gak boleh makan dan minum lagi. Sehabis makan sahur dan Shalat Subuh, saya menyiapkan perlengkapan dan kebutuhan selama ngetrip hari itu. Mesin sepeda motor pun sudah dipanaskan. Oke, perjalanan kali ini cukup panjang, stamina harus selalu terjaga apalagi perginya saat berpuasa.

Dalam cerita kali ini saya gak sendirian. Saya ditemani oleh si doi. Setelah berpamitan sama keluarga, kami berdua langsung berangkat lebih pagi biar gak kena macet di jalan.

So.. Tulisan ini adalah cerita trip saya di Bulan Ramadhan tahun ini (2018). Kalau boleh nanya, "ngetrip saat berpuasa, asyik gak sih? ". Kira-kira menurut kalian asyik gak?.

Mungkin banyak yang berpendapat kurang kerjaan ngetrip saat berpuasa. Ada juga yang sebaliknya, ngetrip saat berpuasa itu asyik-asyik saja. Gak sedikit juga yang khawatir kalau ngetrip nanti puasanya bisa batal. Macam-macam pendapat, tapi gak apa-apa. Namanya juga beda-beda kepala di setiap orangnya.

Oleh karena itu saya ingin mencoba ngetrip saat berpuasa itu rasanya gimana. Kalau boleh jujur, ini trip pertama saya saat berpuasa. Biasanya dulu hanya pulang mudik dari Yogya ke Lombok dan gak mampir dimana-mana. Jadi ini kesempatan untuk trip kece. Untung si doi juga mau ikut. Asyiik, ada yang nemenin.






Berangkat dari Kota Mataram sekitar jam tujuh pagi menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur menggunakan sepeda motor. Saya lebih suka pergi ngetrip menggunakan sepeda motor. Alasannya, ngirit di bahan bakar dan gak ribet kalau bertemu dengan jalur dengan kondisi jelek sekalipun. 

Di jalur lintas Kota Mataram - Lombok Timur, kendaraan sudah ramai lalu lalang. Maklum saja, arus mudik sudah mulai padat-padatnya. Memakan waktu dua jam perjalanan, kami berdua sudah sampai di Pelabuhan Kayangan. Untungnya kami gak perlu mengantri lama. Kurang lebih lima belas menit, kami sudah masuk ke dalam kapal ferry. 

Cuaca di Selat Alas cukup cerah dan arus laut gak begitu deras. Kapal ferry yang kami tumpangi juga cukup bagus dan cepat. Pelayaran menggunakan KMP Garda Maritim sangat lancar. Saya menikmati pelayaran menuju Pelabuhan Poto Tano, Pulau Sumbawa. Melewati pulau-pulau kecil, ada Pulau Paserang, Pulau Kenawa dan lainnya. Deretan perbukitan Pulau Sumbawa yang sangat gersang pun menambah keeksotisan alam dari Tanah Samawa.

Gak memakan waktu lama, hanya satu setengah jam pelayaran. Kapal kami sudah merapat di dermaga Pelabuhan Poto Tano.

Welcome to Sumbawa Island !!!

Disinilah perjalanan kami berdua dimulai. Kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Taliwang. Jarak Kota Taliwang dari Poto Tano sekitar 31 km. Hanya membutuhkan waktu setengah jam, kami sudah sampai di Kota Taliwang. Suasana dalam kota siang itu cukup lengang. Gak ada aktivitas yang berarti karena sedang berpuasa dan seluruh kantor pemerintah sudah libur panjang lebaran.

Setelah muter-muter kota, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Maluk, Sumbawa Barat. Cuaca cerah dan terik matahari sangat menyengat siang itu. Meskipun panasnya Pulau Sumbawa, gak membuat kami berdua mengeluh. Justru yang ada kami menikmati setiap perjalanan saat itu.

Perjalanan dari Kota Taliwang menuju Pantai Maluk sekitar 34 km lagi dan memakan waktu hampir satu jam. Buat kami ini masih dekat namanya karena gak memakan waktu berjam-jam. Kondisi jalannya pun sudah bagus meskipun kami berdua melewati perbukitan yang sangat gersang, jalanan menanjak dan berkelok-kelok. Sebelum sampai di Pantai Maluk, kami melewati Pelabuhan yang cukup terkenal yaitu Pelabuhan Benete. Pelabuhan Benete merupakan pintu gerbang menuju perusahaan tambang terbesar di Indonesia yaitu PT.Aman Mineral (dulunya PT.Newmont). Aktivitas para karyawan cukup sibuk siang itu. Meskipun sedang berpuasa, aktivitas pertambangan gak boleh berhenti, Salut !!!. 

Gak lama kemudian, kami sudah sampai di Desa Maluk. Sempat kebingungan letak pantainya dimana. Sepeda motor menepi di sebuah warung makan yang sudah buka meskipun warungnya ditutupi oleh gorden biar gak mengganggu warga yang berpuasa. Kami bertanya ke seorang ibu paruh baya yang sedang duduk santai di depan warung dengan ibu-ibu lainnya. 

Si doi : "Jalan menuju Pantai Maluk lewat mana ya bu ?". Si ibu pun tersenyum kepada kami berdua dan menjawab "Pantai Maluk sudah lewat mas, ada di Desa Maluk"

Saya : "Lah terus ini desa apa ?". Ternyata kami berdua sudah berada di daerah Sekongkang, wah sudah lewat jauh nih. 

Kami : "Terimakasi bu atas informasinya". Untung nanya, kalo gak mungkin kami sudah keliling Pulau Sumbawa untuk mencari pantai bernama Pantai Maluk. Untung juga si doi sabar orangnya. Gak sabar lagi, tapi ketawa mulu sepanjang jalan. Ketawain saya yang gengsi bertanya sama warga gara-gara lebih mengandalkan Si Goggle Maps

Si doi : "Masih percaya sama Google Maps atau warga sekitar"?. 
Saya : "Iye iye, percaya dua-duanya. Apalagi percaya sama kamu itu seratus persen", eheeemm asyik.




Bertanya ke warga desa itu menyenangkan karena mereka ramah-ramah oleh pendatang. Gak pelit senyuman juga. Oke, berhubung Pantai Maluknya sudah terlewat jauh, kami berdua kembali melewati jalur sebelumnya. Sesampai di Desa Maluk, kami mencari pintu masuk di kiri jalan sesuai petunjuk si ibu tadi. Akhirnya jalur menuju Pantai Maluk ketemu juga. Perasaan lega dan seneng bisa menemukan pantai yang bisa dibilang sangat eksotis. 

Gak jauh dari jalan raya Desa Maluk, kami akhirnya sampai juga di pantai ini. Kami berdua disambut oleh keindahan yang jarang saya temukan di pantai-pantai Pulau Sumbawa yang pernah saya datangi. Angin pantai yang sepoi-sepoi, udara segar khas pantai dan cuaca yang sangat cerah. Pasir putih yang sangat lembut membuat saya pribadi jatuh cinta dengan pantai ini. Melihat hijau birunya air laut dan perbukitan yang sangat eksotis, membuat suasana hati menjadi bahagia apalagi ditemani oleh orang yang sangat saya sayangi saat ini. 




Suasana Pantai Maluk gak terlalu ramai bahkan sangat sepi di siang itu. Maklum saja, ini kan suasana puasa. Mungkin nanti sore ramainya disaat warga desa pergi ngabuburit ke pantai ini sambil menunggu waktu berbuka puasa. 

Pantai Maluk sangat eksotis dan sunyi. Ternyata ada juga pantai indah di Pulau Sumbawa. Terlihat bener-bener indah kalau melihat langsung bukan dari foto-foto di media sosial lhoo. Melihat warna hijau birunya  laut yang sangat menggoda untuk segera menceburkan diri ke air. Ada keinginan untuk berenang tapi sayang, saya gak membawa pakaian renang. Niat untuk berenang pun saya urungkan dan kubur dalam-dalam. Next Time..Kalau datang kesini lagi, saya pasti berenang.




Berada di sebuah destinasi gak lengkap rasanya kalau gak berinteraksi dengan warga sekitar. Saya pun ikut bergabung dengan anak-anak desa yang kebetulan sedang asyik bermain di pinggir pantai. Ada namanya Daeng, Umi, Hasan dan lainnya (saya lupa namanya). Mereka pun gak malu-malu buat difoto, bahkan mereka semua eksis. 

Ketika saya sedang asyik bermain dengan anak-anak desa, dari kejauhan si doi lagi asyik juga dengan pasir putih khas Pantai Maluknya. Pasir putihnya mau dibawa pulang sama dia alias dikoleksi katanya. Dia suka dengan pantai dan pasir. Di setiap pantai yang dia sudah kunjungi, pasti pasirnya dibawa pulang. Asalkan jangan dibawa pulang satu karung ya yank, bingung cara bawanya, hehehe.

Kecenya disini, pantainya bersih banget. Gak ada sedikitpun saya menemukan sampah. Meskipun berada di daerah pemukiman penduduk nelayan, pantai ini tetap terjaga kebersihannya. Saya salut dengan kesadasaran warga sekitar Pantai Maluk yang selalu mejaga pantainya tetap bersih dan indah. Begitu juga buat para pengunjung. Selalu buang sampah pada tempatnya agar pantai yang cantik ini selalu kece dan enak dipandang. 

Setelah puas menikmati Pantai Maluk, kami berdua segera melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Dimana itu ?. Sabar ya, ceritanya saya tulis di postingan selanjutnya. Comming Soon

***

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 5 August 2017

Pesona Air Terjun Ai Kalela, Jereweh, Sumbawa Barat


Keindahan alam Indonesia gak ada habisnya yaa ?. Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan setiap tahun ada saja bermunculan destinasi-destinasi baru. Saya saja sangat bangga menjadi warga Indonesia, bisa menikmati keindahan alam negeri ini dengan banyak pilihan yang ada. Mau daki gunung, tinggal pilih mau gunung yang mana. Atau mau ke pantai, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki jutaan pantai kece-kece. Selain itu, ada juga jutaan air terjun, budaya dan alam lainnya yang gak bisa disebut satu per satu. Banyak pilihan dan siap-siap dibuat bingung mau kemana saja. Siap dibuat bingung sama budget yang dibutuhkan pastinya #Hehehehe. 

Bercerita tentang keindahan alam negeri ini, jangan jauh-jauh deh !. Kali ini cerita saya masih tentang pulau tetangga sebelah yaitu perjalanan ke destinasi terakhir saat ke Pulau Sumbawa beberapa bulan yang lalu. Bersama para "Crew Patrick", kali ini tujuan kami di hari terakhir di Pulau Sumbawa menuju sebuah air terjun yang sudah lama ngehits di Jereweh, Sumbawa Barat. 

Jereweh ?,  Bagi temen-temen Lombok dan Sumbawa pasti udah gak asing lagi dengan nama ini. Buat yang dari luar Sumbawa dan Lombok, mungkin masih bingung Jereweh dimana yaak ?. Kecamatan Jereweh berada di Kabupaten Sumbawa Barat. Kurang lebih 90 menit waktu tempuh dari Pelabuhan Pototano menuju arah Kota Taliwang, kemudian lanjut lagi menuju arah Desa Labuan Lalar dan sampai di Jereweh, Sumbawa Barat.

Masih bingung juga ? Yuuk, dibaca terus cerita saya sampai tuntas yaak !! #Hehehehe





Pagi itu, di hari terakhir kami berlibur di Sumbawa Barat, cuaca sedang bersahabat dengan kami. Kami bersembilan menginap di salah satu rumah sahabat yang kebetulan di malam sebelumnya melangsungkan acara resepsi pernikahan. Selain pergi traveling, kami ke Sumbawa Barat juga dalam rangka menghadiri acara pernikahan mereka berdua di Kota Taliwang. Sambil Menyelam Minum Air. Ibaratnya begitulah #Hehehehe

Next... !!!

Sekitar jam enam pagi, kami sudah bersiap-siap menuju Air Terjun Ai Kalela, Jereweh. Tapi sayang, dua sahabat kami gak bisa ikut rombongan karena harus balik ke Lombok karena ada acara keluarga. So..sisanya hanya kami bertujuh saja yang melanjutkan perjalanan. 

Kurang lebih tiga puluh menit waktu tempuh menuju air terjun ini. Perlu diketahui kondisi jalan dari Kota Taliwang menuju Jereweh aspalnya sangat mulus. Melewati deretan perbukitan dan desa nelayan (Desa Labuan Lalar). Kemudian melewati persawahan Jereweh dan sekitar satu kilometer sebelum sampai di Air Terjun Ai Kalela, kami melewati jalan yang belum tersentuh oleh aspal alias masih tanah berbatu dan agak sempit. Harus berhati-hati dalam berkendara saat melalui jalur ini.

Tepat sekali... Hanya tiga puluh menit lebih dikit lah, kami sampai juga di lokasi air terjun. Awalnya bingung, mana air terjunnya yaa ?. Di lokasi parkir juga masih belum ada pengunjung satu pun. Hanya seorang bapak dan anak remajanya yang sedang sibuk membangun sebuah toilet umum. Saya pun langsung bertanya dengan si bapak lokasi Air Terjun Ai Kalela. Si bapak yang sangat ramah kepada kami langsung memberi petunjuk menuju air terjun. Ternyata kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri hutan liar Jereweh yang hanya lima puluh meter saja dari lokasi parkir.





Ternyata benar apa kata si bapak tadi, lokasinya gak jauh dari parkiran. Dari kejauhan sudah terlihat pesona Air Terjun Ai Kalela yang ngehits di dunia instagram. Jaman sekarang apa-apa instagram soalnya. Saya saja mengenal air terjun kece ini dari instagram #Hehehe. Dari tadi perasaan saya banyak senyum gak jelas yaa, sampai-sampai lagi nulis cerita ini saja saya senyum-senyum mulu. Maklum sedang kasmaran sama si dia. Eeeeh, kasmaran sama Air Terjun Ai Kalela maksudnya #TampangNgeles.

Lanjut .... Kembali ke laptop !!! "Jangan banyak curhat Diiii".

Tentang Air Terjun Ai Kalela, kalian bisa liat kan pesona air terjun dari foto-foto di tulisan saya ini. Bingung kan ngejelasinnya dengan kata-kata ?, saya saja sempat bingung mau ngomong apa saat berada langsung di lokasi. Bentuk dari air terjun ini sangat unik. Mirip dengan Air Terjun Mata Jitu yang berada di Pulau Moyo, Sumbawa.

Air yang mengalir ke dalam kolam alami seakan keluar dari akar pohon besar yang memang tumbuh di bebatuan dari tebing air terjun ini. Keunikan lainnya, di sekitar air terjun terdapat beberapa gua alami yang menambah keindahan dari tempat ini. Ini namanya kami berada di salah satu surganya dunia. Menyatu dengan alam dan menikmatinya dengan senyuman. Itulah hidup yang harus kita syukuri.

Berada dan merasakan keindahan sosok Air Terjun Ai Kalela merupakan kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya pribadi. Begitu juga dengan para sahabat lainnya, mereka sangat bahagia dan puas bisa melihat dan merasakan keindahan Air Terjun Ai Kalela secara langsung.

Bersantai sejenak sambil memandang Air Terjun Ai Kalela secara langsung dan mempersiapkan kamera dan kostum yang akan dipakai untuk pemotretan bagi temen yang alay sih, seperti Si Odi. Sahabat saya yang paling rempong, heboh, gak ada malunya dan paling ngejengkelin kalo dia minta difotoin. Jangan tanya foto Si Odi mana. Sengaja saya gak posting di blog ini  #Hehehehe.








Setelah bersantai sejenak, rasa lelah terasa hilang seketika. Ingin rasanya cepat-cepat mengambil foto dan loncat ke kolam alaminya yang sangat bersih dan agak kebiruan. Tapi berhubung waktu kami gak cukup untuk berenang karena harus cepat-cepat balik ke Lombok, jadi kami puasin diri untuk berfoto saja. Untuk kamera, saya gak sendirian yang membawanya. Ada Mas Junk yang juga membawa kamera. Selain kamera dslr, saya juga membawa kamera x.... yi #BukanPromosi. 

Mengenal Air Terjun Ai Kalela. Banyak masyarakat setempat yang menamakan air terjun ini dengan sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya Air Terjun Ai Koa, Air Terjun Jantup dan nama yang tertulis di papan petunjuk, membuat kami kebingungan yaitu Air Terjun Semporon Tangkil. Saya pun menanyakan kepada salah satu warga desa setempat untuk memastikan. Ternyata bener, Semporon Tangkil adalah sebutan lain dari Air Terjun Ai Kalela. Dan nama Ai Kalela lebih dikenal oleh masyarakat baik dari Jereweh mauapun dari luar desa daripada nama-nama yang lainnya. 



Dari segala arah saya mengambil foto, semua hasilnya kece-kece. Didukung dengan cuaca yang cerah, sinar matahari pagi hari yang terlihat dari celah-celah pohon serta air kolam alami yang sangat jernih, bersih kebiru-biruan. Semua sangat terlihat indah. Jangan lupa, bila menjelajah ke tempat seperti ini, sampah kita bawa pulang ya !.

JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN !!! NYAMPAH ITU GAK KECE. 

Yang boleh ditinggal yaitu jejak kaki dan kenangan terindah bersama Air Terjun Ai Kalela. Salah satu air terjun terindah di Pulau Sumbawa. Air Terjun kebanggaan masyarakat Sumbawa Barat, khususnya warga Jereweh sendiri.




Meskipun kurang seru gak menyeburkan diri ke kolam alaminya ini. Memang gak seru sih, tapi kami sangat menikmatinya. Pagi yang sangat cerah bersama Air Terjun Ai Kalela, membuat suasana hati kami sangat bahagia. Ingin rasanya saya kembali lagi ke tempat ini dengan cerita-cerita yang lebih seru lagi, antara lain melompat dari air terjun ke kolam alaminya, berenang kece bersama kekasih tercinta...Eeaaaaaa #CurhatColongan.

Kesan-kesan yang saya rasakan saat mengexplore Air Terjun Ai Kalela, yaitu air terjunnya kece / gak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi, jalurnya gak sulit seperti yang saya bayangkan, sudah ada toilet umumnya, destinasinya masih alami / belum tersentuh oleh pihak-pihak yang nakal, dan yang paling membuat saya jatuh cinta dengan tempat kece ini yaitu gak ada sampah sedikitpun yang saya lihat. Salut dengan pengelola tempat ini, saya kasi empat jempol untuk kalian.

Buat pemerintah setempat, saya berharap Air Terjun Ai Kalela selalu dijaga kelestariannya dan kebersihannya. Bila sudah bersih, jauh dari yang namanya sampah, pasti semuanya akan indah. Doa saya semoga Air Terjun Ai Kalela, menjadi lebih dikenal oleh pecinta traveling baik domestik maupun mancanegara. Amiiin. 

Thank's to Air Terjun Ai Kalela atas keramahannya kepada kami. Sampai bertemu di lain kesempatan. Amiin. Wonderful Lombok Sumbawa :) 

Catatan :

- Air Terjun Ai Kalela berada di Desa Jereweh, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat
- Jarak dari Kota Taliwang kurang lebih 18 km
- Jangan lupa membawa makanan dan minuman sendiri, soalnya disana gak ada penjual makanan dan minuman
- Tidak dikenakan biaya masuk ( menurut pengalaman saat kesana )
- Jangan lupa membawa obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
- JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
google.com