Gak ada kata bosan kalau sudah memilih Sembalun untuk destinasi tujuan liburan kali ini. Kebetulan masih musim libur anak sekolah, saya dan istri merencanakan untuk mengajak anak-anak refreshing sejenak menginap di desa tertinggi di Pulau Lombok.
Bulan Juli merupakan puncak musim strawberry disana. Bertepatan juga gak ada agenda penting di kantor. Jadinya bisa menyalurkan hobi dulu sebelum kerja lagi di hari Seninnya, hehehe.
Beberapa tahun terakhir, saya dan istri pengen sekali touring ke Sembalun bareng anak-anak. Biasanya dulu berdua saja sebelum ada anak-anak. Kali ini pengen merasakan keseruan touring berempat menggunakan Si Bluemax (NMAX).
Rute yang saya dan istri pilih menuju Desa Sembalun yaitu melalui jalur utara. Ada yang bilang kalau lewat jalur utara, waktu tempuhnya lebih lama dibandingkan menggunakan jalur timur. Tapi kalau untuk keamanan karena bawa anak-anak, lebih baik memilih jalur utara.
Ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan apabila akan touring ke tempat yang jauh. Kondisi motor harus baik. Ban depan belakang, rem, aki, oli mesin, oli gardan, tali gas harus dalam kondisi baik. Bahan bakar dianjurkan terisi penuh.
Hal penting juga, pakaian yang kita pakai harus tebal dan tahan angin. Pakai sarung tangan, helm standar, kacamata pelindung, masker dan barang penting lainnya.
Apalagi bawa anak-anak, banyak sekali yang harus dibawa. Mengingat kita akan touring ke daerah pegunungan. Namanya pakaian hangat anak-anak dan segala macam obat-obatan juga gak boleh tertinggal.
Saya dan istri memilih berangkat hari Sabtu karena kami akan menginap disana. Kebetulan kami mendapatkan penginapan dengan harga yang cukup terjangkau. Tempatnya juga sesuai dengan selera kami.
Cerita touring ke Sembalun dimulai !
Cuaca di pagi itu cukup mendung. Gak menduga kalau hari itu langit agak kurang bersahabat. Membuka aplikasi cuaca, hati agak tenang karena destinasi tujuan diprediksi siang nanti gak ada hujan.
Bulan yang paling baik untuk melakukan perjalanan menuju Desa Sembalun yaitu sekitar April hingga September karena curah hujan ringan, cuaca gak terlalu panas. Dan waktu yang paling cocok menuju ke desa ini yaitu pagi hari dari Kota Mataram dan sekitar.
Optimis berangkat pagi dengan suka cita. Anak-anak pun sudah siap dengan pakaian touring lengkapnya. Panaskan motor, sedangkan istri lagi ngabsenin barang bawaan jangan sampai ada yang tertinggal.
Setelah semua siap, kami berangkat. Sekitar jam setengah sembilan pagi, kami keluar dari rumah. Estimasi waktu tempuh sekitar dua sampai tiga jam. Dengan harapan, gak bertemu dengan hujan di jalan meskipun sudah membawa jas hujan lengkap.
Perjalanan diawali melewati area persawahan, kemudian memasuki keramaian lalu lintas perkotaan. Setelah keluar Kota Mataram, kami melewati daerah perbukitan.
Jalanan berkelok-kelok menuju Pusuk Monkey Forest. Memilih jalur utara meskipun agak jauh karena kami ingin jalan santai, agak sepi dari kendaraan dan view melalui jalur utara lebih indah.
Saat tiba di Pusuk Monkey Forest, anak-anak senang melihat jalanan perbukitan yang berkelok-kelok. Di kiri kanan terlihat perbukitan dengan rimbunnya pepohonan hijau. Di pinggir jalan terlihat para monyet yang sedang menunggu makanan dari pengendara yang lewat. Lucu sekali tingkah mereka.
Setelah jalanan turun dari Pusuk menuju Desa Pemenang, hal yang disangka-sangka terjadi. Ada razia gabungan kendaraan bermotor. Sialnya, baru sadar kalau saya gak bawa SIM dan apesnya SIM istri juga gak terbawa. Untungnya, STNK motor terbawa.
Pak polisi yang memeriksa kami menanyakan foto SIM saya. Apesnya foto SIM gak ada di handphone juga. Pelajaran buat saya dan teman setia pembaca blog ini kalau kemana pun harus lengkap membawa surat-surat penting agar gak terjadi hura-hara di perjalanan.
Ya sudah akhirnya saya kena tilang pak polisi. Dibuatkan surat tilang dan STNK ditahan sama pak polisinya. Disuruh ambil ke Polres Lombok Utara karena sudah masuk wilayah Kab.Lombok Utara.
Berhubung kami akan ke Sembalun. Rasanya gak mungkin diambil hari itu juga. Setelah dapat surat cantik dari pak polisi, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Sembalun dengan perasaan ngedumel. Ada rasa geregetan kenapa bisa SIM lupa terbawa.
Ada untung sedikit lagi, ada temen kantor yang punya kenalan polisi yang bertugas di Polres Lombok Utara. Minta bantuan dia untuk ngambil STNK motor.Jadinya gak pergi ambil jauh-jauh ke kantornya. Untuk dendanya, saya gak spill disini ya karena sensitif hehehe.
Urusan tilang dan dendanya nanti saja kita pikirin. Fokus liburan dulu bareng keluarga. Melanjutkan perjalanan melewati beberapa daerah seperti Tanjung, Gangga, Kayangan, Bayan, Sajang hingga sampai di Desa Sembalun dengan kondisi jalan aspal yang mulus dan lebar.
Lalu lintas kendaraan juga gak begitu ramai seperti kondisi kendaraan di jalur timur yang sudah macet di beberapa titik. Gak perlu menyalip truk-truk besar lagi. Yang ada seperti jalan milik sendiri.
Kurang lebih dua jam perjalanan, kami tiba di Desa Bayan. Nah dari Bayan menuju Sajang tantangan dimulai. Kami harus melalui jalanan berkelok dan menanjak. Di beberapa titik saya harus fokus mengatur gas dan rem karena ada tanjakan yang curam. Salah sedikit ngatur gas, motor bisa-bisa mati di tengah tanjakan. Saya juga harus mengatur gas karena membawa tiga orang lainnya.
Singkat cerita, setelah melewati tanjakan yang tajam dan curam, kami sudah berada di ketinggian sekitar seribu meter. Kurang lebih kurang setengah jam lagi kami tiba di Desa Sembalun. Perjalanan sejauh ini gak terasa karena kami melewati view cantik dan kece. Melewati hutan yang rindang. Jembatan di tengah hutan Sajang yang instagrammable.
Welcome Sembalun !
Cuaca kurang bersahabat. Langit mendung pertanda hujan akan turun. Tapi kami bersyukur karena sudah sampai di Desa Sembalun Lawang. Kanan-kiri sepanjang jalan terlihat padang savana dan deretan perbukitan khas Sembalun.
Sayangnya Puncak Gunung Rinjani pagi menjelang siang itu tertutup awan tebal. Suasana desa yang asri, udara pun sudah terasa dingin menyentuh kulit. Angin sepoi-sepoi menyambut kami.
Kurang lebih waktu tempuh di perjalanan dari rumah sampai di Sembalun sekitar tiga jam dengan kecepatan normal. Sempat beristirahat sebentar di beberapa titik untuk melemaskan otot-otot pinggang.
Kami melewati beberapa penginapan yang ada di desa ini. Terlihat sudah banyak penginapan baru yang sudah beroperasi. Lalu lintas di sepanjang jalan desa juga cukup ramai. Terlihat banyak sekali hilir mudik mini bus travel yang membawa tamu luar. Selain itu kendaraan pribadi berplat Kota Mataram dan sekitar juga berada disini.
Desa Sembalun sedang ramai-ramainya oleh para pengunjung. Apalagi saat itu sedang puncak-puncaknya libur anak sekolah. Ditambah lagi kami kesananya pas akhir pekan.
Perasaan puas setibanya di desa yang merupakan kawahnya Gunung Rinjani. Anak-anak sangat senang dan sudah gak sabar pengen petik strawberry. Di sepanjang jalan banyak sekali kebun strawberry. Warung-warung penjual strawberry dan sayur-sayuran berjejer di sepanjang jalan di serbu oleh para pengunjung.
Sembalun siang itu sangat ramai sekali. Jarang terlihat seramai ini sebelum-sebelumnya. Ini kesekian kalinya saya bersama istri ke desa ini. Desa yang merupakan desa tertinggi di Pulau Lombok. Tercatat desa ini berada di ketinggian sekitar 1150 - 1200 meter di atas permukaan laut.
Sesampainya di Desa Sembalun kami menuju penginapan terlebih dahulu untuk menaruh barang bawaan. Berhubung waktu check innya masih dua jam lagi yaitu jam dua siang.
Selanjutnya, kami mencari makan siang karena sudah laper sekali. Saya punya warung langganan namanya Warung Bu Via yang lokasinya gak jauh dari kantor Taman Nasional Gunung Rinjani. Tepat di samping Masjid Jami' Sembalun Lawang. Menu lauknya juga beragam. Dan rasanya pun enak. Soal harga cukup terjangkau dan banyak sekali pengunjung yang makan disini. Perlu dicoba !.
Saat makan, hujanpun turun dengan lebatnya. Kami menunggu hujan reda sambil melepas lelah di warung. Kurang lebih sekitar lima belas menitan hujan pun reda.
Setelah makan siang kami kembali ke penginapan yang lokasinya berada di Desa Sembalun Bumbung dimana bertetanggaan dengan Desa Sembalun Lawang dan masih satu Kec.Sembalun. Nama penginapannya Sembalun Kita Cottage.
Untuk menuju penginapan, kami harus menyusuri Jalan Raya Sembalun Lawang menuju Sembalun Bumbung. Setelah sampai di jalan utama Sembalun Bumbung, ada belokan tajam dan jembatan kecil. Dimana di kanan belokan ada jalan kecil menuju beberapa penginapan dan Kebon Kupi Sembalun. Kami berbelok ke jalanan kecil tadi. Lebih jelasnya kalian bisa lihat di google maps.
Kondisi jalanan kecil menuju penginapan masih tanah bercampur batu krikil. Jadi harap hati-hati sama ban kendaraan. Kurang lebih seratus meter dari jalan utama, kami tiba di Sembalun Kita Cottage yang letaknya berada persis di belakang penginapan Puri Rinjani.
Untuk parkiran kendaraannya cukup untuk empat mobil dan sepuluh motor. Setelah memarkirkan motor, kami harus menaiki beberapa anak tangga menuju resepsionis. Suasana di penginapan siang itu masih sepi. Baru kami saja tamu yang menginap yang datang.
Staf penginapan cukup ramah ke kami. Dan memberikan kami informasi bahwa waktu check in sudah bisa karena kamar kami sudah disiapkan. Wah dapat early check in nih alias check in di awal. Wah mantaap nih.
Setelah melakukan proses check in, kami menuju kamar standar room nomor dua. Letaknya berada di bagian atas. Melihat view dari penginapan ini rasa ngedumel gara-gara kena tilang tadi hilang seketika. Semua kamar disini berupa bangunan villa gitu. Jarak kamarnya pun cukup berjauhan. Ini yang kami inginkan. Mendapatkan suasana tenang dan jauh dari keributan oleh tamu lainnya.
Untuk kamarnya bagi kami ini sudah mantap sekali. Ada teras di depan kamarnya. Kursi dua buah dan ada meja bundar. Memasuki kamarnya, tercium aroma kamar yang harum sekali. Tempat tidurnya cukup besar, empuk dan cukup untuk kami berempat. Ada wastafel dan cermin bulat.
Buka kamar mandinya, terdapat closed duduk, ada shower dengan air panas dan air dinginnya. Dapat dua handuk dan peralatan mandi seperti sabun, shampo dan sikat gigi.
Kamarnya cukup bersih dan tanpa pendingin ruangan karena udara disini sudah dingin banget. Untuk lantainya berupa keramik biasa tapi dingin banget kalau gak pakai alas kaki. Untuk lantai terasnya berupa kayu jadinya gak dingin bila ingin duduk bersantai disini.
Setelah melihat kamar sebagus ini dengan view Bukit Anak Dara dan Bukit Nanggi yang bisa dilihat dari balik jendela kamar, rasanya males sekali untuk beranjak dari kamar ini.
Disini jenis kamarnya ada tiga. Yaitu tradisional room (kamar mandi luar) satu kamar, standar room ada tiga kamar dan superior room yang sama berjumlah tiga kamar juga. Untuk standar room letak kamarnya berada lebih di atas dari superior room. Banyak yang bilang, "kenapa standar room memiliki view yang lebih bagus dibandingkan yang superior room?". Yang bisa menjawabnya yaitu si pemilik penginapan.
Kami mendapatkan harga murah per malamnya yaitu 285 ribu untuk standar room. Sedangkan untuk superior room seharga 325 ribu. Dan tradisional room di harga 250 ribu. Ini sudah harga promo dari Bulan Juli sampai September 2025.
Siang menjelang sore kami stay di kamar saja sambil menikmati view dari Sembalun. Sempat hujan beberapa menit yang cukup lebat. Mencari makanan dan cemilan buat dimakan di kamar keluar sebentar. Di Sembalun sudah ada indo***t dan alfa**t. Jadi gak bingung nyari cemilan.
Saya dan anak-anak bersantai di depan teras, sedangkan istri tiduran santai di atas kasur sambil memandang indahnya perbukitan Sembalun.
Kecenya lagi, penginapan kami berada persis di bawah bukit yang saya kurang tau namanya apa. Jadi bila menengok ke belakang kamar, terlihat perbukitan hijau yang cukup tinggi. Sepertinya bisa didaki nih.
Suasana penginapan cukup asri. Ada taman dengan deretan tanaman dan bunga-bunga cantik seperti bunga mawar dan lainnya. Deretan pepohonan rindang seperti Pohon Pinus. Ada kolam ikan Koi di samping kamar dengen gemericik air pancuran sehingga menambah sore menjelang senja semakin syahdu mendengar suara air.
Kiri kanan penginapan terdapat perkebunan dan pepohonan yang rindang. Gak jauh dari penginapan kami terdapat beberapa destinasi yang bisa dikunjungi. Seperti Kebon Kopi Sembalun, Teras Sawah, Kedai Sawah Sembalun dan beberapa kebun petik strawberry.
Hingga malam hari, kami masih stay di kamar. Kami memutuskan untuk menghabiskan malam di kamar saja. Suasana malam di Sembalun cukup syahdu. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar sampai dalam kamar.
Berhubung perut sudah lapar. Kami memesan nasi goreng telur dan pancake untuk mengisi perut di resto penginapan. Ada beberapa menu yang tersedia antara lain nasi goreng telur, mie goreng, mie rebus, pancake, dan toast. Untuk minuman ada teh hangat, kopi hitam dll. Rasa nasi goreng dan pancakenya cukup enak dan mengenyangkan.
Setelah makan, kami lanjut untuk beristirahat biar gak kesiangan bangun besok. Agenda di esok harinya, menikmati sunrise dan jalan-jalan petik strawberry.
Suhu di malam hari cukup dingin. Untung di dalam kamar masih terasa hangat. Jadinya kami bisa tertidur dengan lelap. Karena sudah lelah seharian touring, saya langsung tertidur dan bangun-bangun sudah subuh saja.
Setelah shalat subuh, saya membuka pintu kamar. Udara pagi itu langsung terasa dingin. Untungnya sudah siap jaket dan celana panjang. Sedangkan anak-anak dan istri masih belum bangun.
Melihat-lihat di sekitar penginapan. Terlihat dari arah timur, langit sudah mulai terang. Sebentar lagi akan terbit matahari. Perlahan-lahan cahaya matahari muncul dari belakang bukit.
Anak-anak dan istri terbangun dari tidurnya. Setelah bangun, kami sarapan pagi di kamar karena masih ada cemilan dan kopi yang dibeli kemarin.
Untuk sarapan di penginapan dimulai jam tujuh pagi hingga sepuluh pagi. Sebelum sarapan, kami makan cemilan dan menyeduh kopi yang dibawa. Menikmati sunrise di teras kamar sambil upacara minum kopi.
Singkat cerita, kami semua memberanikan diri untuk mandi pagi di tengah udara yang cukup dingin. Setelah mandi dan beres-beres, kami sarapan pagi dulu yang sudah disiapkan oleh penginapan. Ada nasi goreng telur dan teh hangat. Sedangkan anak-anak dipesankan nasi telur dadar.
Setelah sarapan, agendanya yaitu petik strawberry dan mencari sayuran buat dibawa pulang. Lokasi petik strawberry-nya gak jauh dari penginapan.
Untuk petik strauberry kami dikenakan tarif 20 ribu untuk dewasa dan 10 ribu untuk anak-anak. Kata si pemilik kebun, disini paling murah dibandingkan di tempat lain yang sudah memasang tarif 25-30 ribu. Setelah tawar menawar ke ibunya, kami dapat potongan 20 ribu. Jadi total kami dikenakan tarif 40 ribu saja.
Kami diberi dua keranjang kecil. Anak-anak sangat antusias petik strawberry sendiri didampingi sama bundanya. Kalau saya tugasnya foto dan memvideokan aktifitas mereka, hehehe.
Kebun strawberrynya berada persis di pinggir jalan utama. Kurang lebih seluas empat are. Viewnya juga keren disini. Terlihat deretan perbukitan dari belakang kebun. Dilihat dari foto kece bener.
Btw, yang saya lihat, banyak buah strawberry yang rusak. Kata si ibu, memang benar banyak yang rusak di tengah puncaknya musim strawberry. Ini disebabkan oleh hujan yang sudah turun semingguan di Sembalun. Sangat disayangkan sekali.
Setelah petik, kami menimbang strawberry yang sudah dipetik dan mendapatkan dua kotak plastik mika. Harga per kotaknya yaitu 25 ribu. Cukup mahal menurut saya.
Ternyata memang harga per kotak plastik mika seharga 25 ribu. Itu sudah harga rata-rata di desa ini. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke warung sayur yang banyak berjejer di sepanjang jalan. Seperti pasar sayur-sayuran.
Istri membeli wortel dan daun bawang yang baru saja dipetik. Di warung ini viewnya keren sekali. Berada di pinggir jalan dengan area persawahan yang membentang dan dikelilingi perbukitan hijau.
Setelah membeli beberapa oleh-oleh buat dibawa pulang. Kami balik menuju penginapan untuk siap-siap pulang ke Mataram.
Over all, touring ke Sembalun kali ini sangat seru dan memiliki cerita yang menarik. Sekitar jam sebelas siang, kami balik ke Mataram melalui jalur yang sama seperti berangkat kemarin.
Di Minggu pagi menjelang siang, Sembalun semakin ramai. Perjalanan pulang ke rumah terasa hangat saat kondisi anak-anak juga sangat sehat. Saya dan istri juga cukup puas dengan cerita touring kali ini.
Perjalanan pulang cukup lancar. Hanya saja setiba kami di Kota Mataram, kami disambut oleh hujan lebat. Dan di beberapa lokasi di tengah kota, terjadi musibah banjir. Syukurnya kami tiba di rumah dalam kondisi sehat dan gak terjebak banjir yang cukup parah.
Apabila kalian berminat ingin menginap disini, bisa menghubungi akun ig @sembalukitacottage atau no whatsapp (+62 819-9994-1399).
Pilihan transportasi menuju Sembalun antara lain, mobil/motor pribadi, kendaraan sewaan/travel agent, DAMRI dari Mataram, Bandara BIZAM, Pelabuhan Bangsal dan Kota Selong menuju Sembalun (jadwal bisa dilihat di DAMRI apps).
Penulis : Lazwardy Perdana Putra