Tuesday 17 September 2024

Metik Strawberry Kebablasan, Kebun Strawberry Joko Bedugul


Hari ketiga di Bedugul adalah hari terakhir kami di destinasi wisata yang terkenal di Pulau Bali ini. Sebelum balik pulang ke Lombok, kami manfaatkan untuk mencari sesuatu yang menjadi tujuan kami datang kemari yaitu petik strawberry. 


Menurut infonya, kami datang ke Bedugul saat itu di puncak musim strawberry. Jadi bisa dibilang harga strawberry cukup murah dari biasanya.

 

Saya lihat, sesampainya di Bedugul di hari pertama kami tiba, banyak sekali strawberry di setiap warung buah yang sudah dimasukkan ke dalam kotak mika. Mana terlihat besar dan merah-merah lagi. 


Di Bedugul banyak sekali perkebunan strawberry. Hampir di sepanjang jalan Danau Bratan, banyak tempat wisata strawberry yang bisa dikunjungi setiap saat oleh wisatawan.  


Soal harga bisa dibilang hampir sama. Tapi jangan khawatir, bisa ditawar buat yang pintar menawar,hehehe. 


Kebun strawberry yang dituju, lokasinya gak jauh dari penginapan kami. Kurang lebih sekitar lima ratus meter dengan kondisi jalan berkerikil dan gak begitu mulus.




Habis sarapan di penginapan, kami bersiap-siap berangkat. Suasana Danau Bratan begitu tenang dengan diselimuti kabut. Udara pagi masih terasa dingin menembus kulit. 


Sinar matahari masih bersembunyi di balik bukit yang menjulang tinggi. Pengen rasanya tinggal sehari lagi disini tapi nyatanya harus segera balik ke Lombok. 


Berjalan menuju parkiran motor, saya memakai sweater dan celana panjang. Anak-anak dan istri pun memakai pakaian yang sama. Gak lupa topi kupluk di kepala untuk mengurangi udara dingin yang masih menembus sampai ke tulang. 


Untuk menuju ke lokasi, kami menggunakan motor. Sebenarnya bisa jalan kaki. Tapi untuk menghemat waktu, jadinya pakai motor saja. 


Lokasi kebun strawberrynya berada persis di bawah bukit. Dari jalan utama, kami harus masuk ke jalanan kecil yang sudah dibeton. Butuh kehati-hatian melewati jalanan kecil yang di kiri kanannya ada parit. Apalagi kondisi jalannya yang sedikit menanjak. 


Istri dan Adeq Nala terpaksa turun dari motor karena motor susah jalan karena jalannya yang menanjak. Demi selamat sampai tujuan, harus begitu. Hehehe. 




Gak jauh dari jalan utama, sampailah kami di kebun strawberry yang asri dan tenang. Terlihat sebuah rumah kayu yang gak berpenghuni. Memarkirkan motor di pinggir jalan kecil tepat di pintu masuk ke dalam kebun. Ukuran pintunya gak begitu besar. Hanya bisa dilewati oleh satu orang saja.


Gak lama kemudian, terdengar suara ibu-ibu dari kejauhan. Ternyata yang memanggil adalah ibu pemilik kebun strawberry ini. Ibunya sangat ramah sekali. Beliau mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam kebun. 


Ibu yang saya lupa namanya memberikan empat buah keranjang kecil. Keranjang tersebut sebagai tempat buah strawberry yang sudah dipetik nantinya. 


Terlihat kebun strawberrynya cukup luas. Lebih luas dari tempat lain yang pernah kami datangi sebelumnya. Dari informasi si pemilik, luas area kebun strawberrynya sekitar 50 are. 


Tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara kata si ibu. Meskipun lokasinya cukup jauh dari jalan raya Bedugul. Menurut saya kebun ini sangat kece. Berada di bawah perbukitan dengan udara yang sejuk. View Danau Bratannya dapat banget, apabila kita berada di area kebun strawberry ini. 






Btw, setelah diberi keranjang, kami memulai pencaharian harta karun eh maksudnya strawberry. Ukuran buahnya cukup besar dan merah-merah. Pas saya cicip satu buah, rasanya manis sekali dan banyak airnya. Wah, strawberry disini enak banget ya. 


Berkeliling di area kebun bareng anak-anak dan istri sambil mencari strawberry yang besar dan merah. Anak-anak pun semangat sekali ingin metik sendiri. 


Ibunya mengajarkan kami juga cara memetik strawberry yang benar. Caranya petik tangkainya pakai gunting. Bukan dipetik pakai tangan. Tujuannya agar buahnya bisa bertahan lama dan gak cepat busuk. 


Uniknya disini juga, buahnya dilindungi dengan plastik transparan agar gak terkena sinar matahari langsung dan hujan biar gak cepat busuk. Metik strawberry disini bebas, bisa makan sesukanya asalkan di dalam area dan beli pastinya, hehehe. 




Kakak Ken dan Adeq Nala gak mau berhenti metik strawberry. Saya dan istri pun terlena dengan banyaknya buah yang kaya vitamin C ini yang sudah merah dan besar-besar. 


Dari ujung ke ujung kami mengelilingi area perkebunan sambil menikmati view cantik Danau Bratan. Udara sejuk dan jauh dari polusi buat kami betah berlama-lama disini. 


Kebetulan pagi itu baru kami saja pengunjung yang datang. Setelah agak siangan, barulah ada satu dua pengunjung yang datang. 


Kata ibunya, untung saja kami datang pagian. Coba agak siangan, pasti ramai yang datang. Apalagi pas hari itu ada beberapa rombongan wisatawan yang akan datang berkunjung kesini. Wah, beruntung sekali ya kami. 




Keasyikan metik strawberry, baru sadar empat keranjang sudah penuh dengan strawberry ukuran jumbo dan sedang. 


Kami pun kembali ke rumah kayu tempat ibu menunggu pengunjung untuk menimbang hasil berburu strawberry. Dan ternyata empat keranjang yang isinya penuh dengan strawberry setelah ditimbang, beratnya tiga kilo lebih. 


Banyak amat, kami pun gak mampu untuk membawa semuanya karena kami pakai motor. Gak mungkin perjalanan jauh bawa strawberry sebanyak itu. 


Untungnya si ibu berbaik hati ke kami. Sebenarnya kalau buah sudah dipetik, itu sudah wajib di bayar. Tapi karena ibunya sangat baik, kami dikasi gak membayar semuanya. Biarkan sisanya buat ibunya karena bisa dijual ke pengunjung lainnya. 




Akhirnya kami mengambil dua kilo saja. Satu kilo diberi harga 50-60 ribu. Jadi kami membayar total 120 ribu rupiah. Itu sudah termasuk tiket masuk ke dalam kebun. Murah meriah, dapat harga segitu dengan kualitas strawberry super dan manis. 


Dari sekian pengalaman saya metik strawberry, baru kali ini dapat tempat yang terindah dengan hasil strawberry yang baik. Rasanya manis, banyak airnya dan segar. 


Berhubung mau dibawa ke Lombok, kata ibunya ini strawberry bisa bertahan lama asalkan sampai di rumah nanti langsung dimasukkan ke freezer kulkas. Pas banget dibuat jus atau dimakan langsung. 


Waktu menunjukkan jam sembilan pagi, kami pun kembali ke penginapan. Kami berterima kasih kepada si ibu yang sangat ramah kepada pengunjung seperti kami. Gak perhitungan dan sangat baik kepada kami. 


Over all, buat kalian yang sedang berlibur atau ada rencana ke Bedugul, Bali. Bisa mampir di Kebun Strawberry Joko. Lokasinya berada di Jalan Dajan Danu Puncak Sangkur, Temple Candikuning, Bedugul, Kec.Baturiti, Kab.Tabanan, Bali.


Dari Jalan Raya Tabanan-Singaraja atau setelah Obyek Wisata Pura Luhur Ulun Danu, sekitar dua kilometer ada jalan kecil di kanan jalan dengan plank bertuliskan Pandanu Glamping.


Masuk saja lewat jalan kecil tersebut. Sampai bertemu dengan Taman Danu Glamping, jalan terus lagi sekitar lima ratus meter. Di kiri jalan ada jalan setapak yang sudah di beton. Belok kiri dan kalian sudah sampai di lokasi. 


Lebih jelasnya, kalian bisa lihat di google maps di akhir cerita ini. Oke, cukup sekian dulu ceritanya. Ditunggu cerita kami di Bedugul selanjutnya. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Sunday 8 September 2024

Motoran dan Bersantai di Sedjiwa Kopi dan Warung, Lombok Utara


Akhir pekan gak lengkap rasanya kalau gak keluar rumah walaupun hanya sekedar makan bareng keluarga atau lihat yang hijau-hijau. 

Ini sih agak random mau kemana. Diskusi bareng istri tapi tetap aja masih random karena banyak pilihan.  

Akhirnya meskipun masih ragu, kami memutuskan untuk motoran ke salah satu spot dengan view kece yang Pulau Lombok miliki. Alasannya karena belum pernah ajakin anak-anak motoran kesana.

Sabtu pagi, setelah bangun tidur kami bersiap-siap untuk jalan. Gak lupa pada mandi dan gosok gigi terlebih dahulu. 

Setelah itu, ambil kunci motor, sambil panasan mesin. Sedangkan istri, lagi nyiapin bekal anak-anak. Siapa tau di jalan mereka minta makan dan minum. 

Sekitar jam sepuluh pagi, kami berangkat dari rumah. Lokasi yang dituju kurang lebih ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan. Syukurnya cuaca pagi itu cukup cerah.

Perjalanan dari rumah ke lokasi, kondisi lalu lintas padat merayap. Beberapa kali terjebak lampu merah di tengah kota. Dari arah selatan, kami akan menuju ke arah utara melewati Kota Mataram.

Melalui Jalan Raya Mataram - Pemenang, kami akan menuju Pusuk Monkey Forest. Itu sih rencana awalnya. Tujuan sebenarnya hanya motoran saja. Habis sampai di lokasi, langsung balik pulang gitu. Kurang kerjaan kan memang, hehehe. 

Pusuk Monkey Forest berada di perbatasan antara Kab.Lombok Barat dan Lombok Utara. Bisa dibilang secara letak geografisnya, Pusuk berada di Kab.Lombok Utara. 

Bila kalian menuju Kota Tanjung, Lombok Utara atau mau menyeberang ke Gili Trawangan melalui jalur Pelabuhan Bangsal,Pemenang. Pastinya akan lewat sini untuk memangkas waktu dibandingkan melalui jalur Senggigi. 

Sesampainya di Pasar Gunung Sari, Kab. Lombok Barat, kondisi jalur sudah menanjak. Di kiri dan kanan terlihat perbukitan hijau dan area persawahan. Disini udara sudah agak sejuk. Saya pun memacu kendaraan dengan kecepatan normal di angka 50 hingga 60 km/jam. 

Pastinya jalan santai agar bisa menikmati perjalanan yang dimanjakan dengan keindahan alam Pulau Lombok yang sangat asri. Jalan aspal yang mulus, kiri kanan terdapat pepohonan yang rindang. Melewati pinggiran aliran sungai dengan air yang jernih dan udara yang sangat sejuk. 

Jalur sepanjang perjalanan yang berkelok- kelok dan menanjak. Kondisi lalu lintas pagi menjelang siang tersebut cukup ramai. Jadinya kami harus ekstra hati-hati karena jalur ini merupakan jalan negara dan jalan antar kabupaten satu-satunya yang menjadi pilihan. Gak heran kalau kendaraan besar juga melintas melalui jalur ini. 

Sesampainya di puncak Pusuk Monkey Forest, niatnya sih pengen berhenti buat istirahat dan foto-foto. Eh, ternyata sudah banyak kawanan monyet yang menunggu makanan di pinggir jalan. Jumlahnya cukup banyak. Jadinya kami gak berani berhenti. Takutnya kami dihampiri dan diambil barang bawaan. 




Akhirnya kami memutuskan untuk lanjut jalan lagi menuju Desa Pemenang. Kondisi jalan sudah agak berbeda dari sebelumnya. Sudah lama juga gak lewat sini ya. Sekarang jalannya sudah lebar dan sedang ada proyek pelebaran jalan. 

Cukup senang sih lihat perkembangan jalur dari Kota Mataram menuju Kota Tanjung. Khususnya di jalur Pusuk yang sudah terkenal dengan jalannya yang berliku-liku dan sering longsor di beberapa titik bila turun hujan. 

Sayangnya karena ada pelebaran jalan, banyak pohon yang dikorbankan. Jadinya agak panas dan terik dibandingkan dulunya kalau lewat sini, udaranya sejuk dan asri. Namanya juga masih proses, jadinya harus lebih bersabar. 

Singkat cerita. Setelah melewati Pusuk, kami menuju salah satu tempat makan yang gak jauh dari Desa Pemenang. Namanya Sedjiwa Kopi dan Warung. Bisa dibilang sih ini tempat untuk beristirahat dan bersantai buat yang sedang touring keliling Lombok. 

Berhubung anak-anak sudah minta makan dan saya pun sudah agak lapar, kami akhirnya jadi ke tempat yang dimaksud. Ini pertama kalinya kami kesini. Sebelumnya  hanya lewat saja bila sedang motoran ke daerah Lombok Utara. 

Gak lama di perjalanan, kami sudah sampai di lokasi. Tempatnya berada persis di pinggir jalan besar setelah SPBU Pemenang. Jadi gak susah-susah nyari alamatnya. 




Penampakan cafenya cukup unik menurut saya. Bangunan dengan bentuk joglo khas rumah Jawa. Lantainya pun corak Jawa gitu. Tiang-tiang kayunya juga. Perpaduan konsep tropikal dengan Jawa. Memasuki bagian dalam bangunan, terlihat beberapa meja kursi dari kayu. Mesin pembuat kopi yang dipajang. Cat tembok bangunan dominan putih semua dan jendela dengan ukuran lebar.

Untuk bagian luar ada beberapa meja panjang dan bangku dari kayu. Ada juga gazebo bila ingin lesehan sambil menikmati view persawahan dan perbukitan di bagian belakang bangunan cafenya. 

Informasinya, cafe ini sudah berdiri sejak gempa bumi melanda Pulau Lombok di tahun 2018 lalu. Jadi kurang lebih sudah enam tahun cafe ini berdiri. Untuk sekelas cafe-cafe jaman sekarang. Sedjiwa Kopi dan Warung ini lumayan cukup lama bertahan di tengah persaingan coffee shoop yang menjamur belakangan ini di Lombok. 

Baca juga disiniPaket Wisata Gili Trawangan

Kalau menurut saya, saat berada di area cafenya. Kok rasanya kayak nongkrong di salah satu cafe yang ada di Gili Trawangan. Suasana tropikalnya terasa banget. Dari beberapa aksesoris seperti lampu hias, bantal kursi, perabotannya seperti di salah satu cafe yang pernah saya datangi saat ke gili. 

Kami memilih duduk di gazebo dengan view persawahan dan perbukitan yang hijau. Angin sepoi-sepoi sambil duduk dan tiduran di bantalnya. 




Di salah satu dinding bangunan, ada sebuah kalimat semangat. Tulisannya begini "Senyumlah, tak semua masalah di dunia ini milikmu". Saya yang membacanya pun sadar, memang benar di dunia ini setiap orang punya masalah dan jalan keluarnya masing-masing. Jadi jangan terlalu bersedih.

Rasa penasaran saya dan istri semakin besar saat melihat daftar menu. Ada pizza di daftar menu tapi sayangnya pizzanya habis. Akhirnya kami pesan Mie Goreng Telur, Nasi Goreng Telur dan Pancake Banana. 

Untuk minumnya saya pesan Es Kopi Susu Sedjiwa, sedangkan anak-anak dipesankan Jus Semangka dan Milkshake Taro sama bundanya. 


Mie Goreng Telur 15K

Kemanapun dan dimanapun, yang namanya mie goreng merek I**Omi itu favorit saya banget. Ditambah telur mata sapi setengah mateng, menu yang lain lewat dah. 

Biasanya saya suka makan mie disaat hujan atau sedang seru-serunya nonton bola di tv. Pasnya buat cemilan lebih enak. 

Berhubung paginya sudah sarapan di rumah, jadinya pengen makan yang ringan-ringan saja.

Mie goreng telur yang saya pesan rasanya maknyus. Ada rasa kecap manisnya. Mienya gurih dan mengenyangkan. Harganya pun bersahabat di kantong. Sama seperti kita makan mie goreng di warung kopi.


Nasi Goreng Ayam 20K

Kalau menu satu ini, favoritnya anak-anak. Pesan nasi goreng ayam tanpa pedas. Karena penasaran, saya cicip nasi gorengnya. Nasinya gurih, bumbunya gak lebay. Potongan ayamnya juga banyak dan porsinya cukup besar. 

Cara penyajiannya gak kaleng-kaleng. Menggunakan piring ukuran besar dan penyajiannya seperti di resto hotel. Profesional banget. 


Pancake Banana 12K

Nah ini dia menu yang wajib saya pesan kalau melihat nama ini di daftar menu cafe atau kedai yang dikunjungi. 

Jajanan dengan campuran tepung dan telur ini merupakan jajanan manis yang saya suka sejak kecil. Dulu mama sering buat di rumah. Apalagi ditambah dengan potongan buah pisang yang merupakan buah favorit saya. 

Enak, manis, gurih dan ketagihan. Pas dinikmati bersama dengan kopi hangat sambil duduk santai menikmati view cantik yang ada di depan mata. 

Penyajian Pancake Banananya ditambah dengan secangkir kecil madu. Madunya disiram di atas pancakenya. Kemudian dipotong beberapa bagian. Nyuamiii.. enak bener. 


Es Kopi Susu Sedjiwa 18K

Ini dia minuman kopi yang menemani Pancake Banana. Namanya Es Kopi Susu Sedjiwa. Es kopi ditambah susu kental kemudian diberi sirup banana. 

Kopi susu yang enak dan harum. Diminum selagi dingin di tengah cuaca yang panas. Enak bener. Harganya pun cukup bersahabat. 

Recommended buat kalian coba bila mampir di cafe ini. Untuk minuman lainnya yang dipesan semuanya enak dan penyajiannya menggunakan gelas ukuran besar. 


Over all, sepertinya kami harus balik lagi kesini untuk mencoba beberapa menu pizzanya. Untuk tempatnya, saya suka banget. Ruang santainya bersih dan terawat. Ada toilet yang bersih. Dan view di bagian belakang cafenya kece habis. Gak ada obatnya dah. 

Hanya pelayanannya mungkin yang perlu ditingkatkan lagi. Mas karyawannya kurang senyum dan informatif. Agak pendiam kali ya,hehehe. 

Buka setiap hari dari jam 9 pagi sampai 9 malam, itu info dari masnya yang jaga saat itu. 

Perlu sekali-kali motoran ke luar kota dan nongkrong disini. Tempatnya gak kalah jauh dengan cafe-cafe yang ada di kota atau di beberapa destinasi wisata lainnya di Lombok. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Friday 30 August 2024

Menginap Rasa Camping di Taman Danu Glamping & Camping : Bedugul, Bali


Cuaca cerah disertai hembusan angin laut membuat saya sudah gak sabar menginjakkan kaki di pulau yang terkenal dengan keindahan wisata dunianya ini. Siapa yang gak kenal dengan Pulau Bali. Pulau dengan sejuta cerita bagi siapapun yang datang kesini.


Waktu menunjukkan jam setengah dua siang. Kapal ferry yang membawa kami dari Pelabuhan Lembar, Lombok sudah bersandar di Pelabuhan Padangbai, Bali. 


Libur cuti kali ini saya pergunakan untuk membawa istri dan anak-anak mengexplore salah satu destinasi wisata di Bali. Sebut saja, Danau Bratan,Bedugul. Tapi bukan hanya danaunya saja yang akan saya ceritakan. Melainkan penginapan yang sudah kami booking jauh-jauh hari yang lokasinya berada tepat di tepi Danau Beratan.


Sebut saja namanya, Taman Danu Glamping & Camping Bedugul. Alamatnya di Jalan Dajan Danu Puncak Sangkur, Temple, Candikuning, Kec.Baturiti, Kab.Tabanan, Bali.


Perjalanan dari Pelabunan Padangbai menuju lokasi kurang lebih memakan waktu tempuh tiga jam menggunakan motor kesayangan "Si Blue Nmax". Untuk rute perjalanannya, saya memilih melalui pusat kota Gianyar karena memangkas waktu lebih cepat dibandingkan melalui Kota Denpasar. 


Berhubung bawa anak-anak yang masih kecil, jadi waktu dan lokasi istirahat di jalan juga jadi pertimbangan. Dari Pelabuhan Padangbai, anak-anak sangat antusias. Sepanjang perjalanan selalu bertanya "ini sudah sampai mana ayah ?". Saya pun menjawab lokasi yang kami lewati.


Bisa dibilang saya dan istri sudah cukup sering ke Bali baik motoran maupun hanya transit. Ini ketiga kalinya saya touring bareng istri ke Bali dan kali ini bawa anak-anak. Antara seneng dan was-was juga, khawatir anak-anak mabuk di jalan atau masuk angin. Tapi sejauh ini kondisi mereka baik-baik saja. 


Setelah keluar dari Pelabuhan Padangbai. Saya memacu kendaraan dengan kecepatan normal antara 40-50 km/jam. Apalagi kondisi lalu lintas antara Padangbai ke Denpasar cukup ramai. 


Baca juga disini : Touring ke Bedugul Part 1


Di beberapa titik seperti di kawasan Pura Goa Lawah juga cukup macet karena ada upacara agama. Kendaraan berjalan sangat pelan. Untungnya langit agak mendung, jadinya gak terlalu terik. 


Di perempatan mau menuju Kota Semarapura (ibukota Kab.Klungkung), kami belok kanan melewati Kota Semarapura untuk menghindari kendaraan berat seperti truk dan puso di By Pass Jalan Prof. Dr. Ida  Bagus Mantra.


Dari Kota Semarapura, kami menuju arah Kota Gianyar untuk mencari tempat istirahat sambil membeli beberapa kebutuhan selama bermalam di Bedugul nanti. 


Sekitar jam tiga siang, kami sudah berada di sekitaran daerah Ubud. Salah satu destinasi favorit touris saat berlibur ke Pulau Bali. Kami terjebak macet yang cukup parah siang itu. Untungnya polisi lalu lintas dan pecalang desa ikut mengatur kendaraan yang terjebak. Enaknya lagi kami bawa motor, jadinya bisa nyelip-nyelip, hehehe.





Singkat cerita, sekitar jam lima sore kami sudah tiba di kawasan wisata Danau Beratan, Bedugul. Jarak penginapan sudah dekat. Melewati obyek wisata Pura Ulun Danu Bedugul. 


Lokasi Glamping Taman Danu cukup jauh dari jalan raya. Dari jalan utama, kami belok kiri kemudian melalui jalan desa dengan kondisi aspal yang gak begitu baik. Tapi masih aman dilewati motor dan mobil. Harap hati-hati jika melintas karena banyak krikil yang bisa buat ban motor slip. 


Menurut informasi yang saya dapatkan saat bertanya ke karyawannya, penginapan ini baru dibuka sekitar tahun 2020 dimana saat itu dunia dilanda wabah Covid-19. Dan sampai sekarang penginapan ini ramai dikunjungi tamu dan kesan mereka pada bagus semua di salah satu platform. 


Di sekitar Danau Bratan banyak sekali penginapan dengan harga permalam yang bervariasi, salah satunya Taman Danu Glamping ini. 


Kami akhirnya sudah sampai di area parkir Taman Danu Glamping. Udara yang dingin menyambut kami. Suasana desa yang sangat asri. Sepanjang perjalanan menuju penginapan,kami dimanjakan oleh sejuknya udara disini. Perbukitan dan perkebunan yang hijau. Disini banyak sekali kami lihat perkebunan sayur-sayuran dan strawberry.

 





Welcome Taman Danu Glamping & Camping !


Setelah turun dari motor, kami berjalan menuju meja resepsionis. Kami disambut hangat oleh salah satu karyawan penginapan. Mbaknya berpenampilan sederhana, rapi dengan seragam kerja dan murah senyum. 


Setelah menyelesaikan administrasi, kami diantar menuju tenda/glamping yang sudah kami pesan. Suasana di area glamping sore itu cukup sepi. Tapi sebenarnya hampir semua kamar atau tenda sudah ada penghuninya masing-masing. 


Saat berjalan menuju tenda, saya melihat betapa indahnya Danau Bratan dengan kabut yang menutup sebagian danau. Glamping putih tempat kami menginap dua hari kedepan langsung menghadap ke danau. 


Disini gak hanya Glamping Putih saja tapi ada beberapa tipe kamar yang bisa dipesan. Ada Glamping Toska yang berupa rumah mini dari kayu. Ada juga tipe Pondok Kayu, Lumbung Single dan Lumbung Twin dengan harga berbeda-beda. 






Khusus Glamping Putih dan Tosca memiliki fasilitas single bed untuk dua orang dewasa dan satu anak kecil, wfi, sarapan pagi, dan kamar mandi luar. Sedangkan tipe yang lainnya ada kamar mandi dalamnya. 


Kembali lagi ke selera dan kondisi dompet masing-masing ya. Kalau kami sengaja memilih Glamping putih karena ingin merasakan camping di pinggir danau bersama anak-anak. Pastinya seru dan menyenangkan. 


Hanya tipe Glamping Putih yang menggunakan tenda berbentuk persegi berwarna putih. Dimana atapnya berbentuk Piramida. Pintu masuk berada di bagian depan dengan jendela transparan di bagian kiri dan kanan. Kita bisa melihat kondisi luar dari jendela transparan tersebut. 


Di dalamnya ada bed dengan kasur yang empuk dan wangi. Cukup buat kami berempat. Ada laci kayu juga untuk menyimpan barang bawaan. Ada lampu dan colokan listrik. Jadi gak khawatir mati handphone alias bisa ngecas di dalam tenda. Disediakan juga handuk yang cukup besar dan wangi. Tau gitu gak bawa handuk dari rumah,hahaha. Lantai kamarnya juga bersih. 


Kalian juga bisa memasang tenda sendiri dengan harga sewa yang sudah ditentukan oleh pemilik. Bisa juga sewa tenda bila gak mau repot bawa tenda sendiri. Disini juga bisa bersantai sambil refreshing di pinggir danau tanpa harus menginap. 


Udara sore itu cukup dingin. Mengundang kami untuk melepas lelah. Melalui jalur yang berkelok-kelok dan menanjak. Bawa motor dengan beban cukup berat membuat pinggang terasa pegal. Memejamkan mata sejenak sambil tiduran. Sedangkan anak-anak masih seger bugar. Istri pun gak mau melepas moment sore itu dengan hanya tiduran.


Tadinya mau tidur, eh malah diajak keluar tenda sambil berjalan-jalan mengelilingi penginapan. Taman Danu Glamping cukup luas juga. Kurang lebih sekitar 1 hektar lebih (koreksi bila keliru). 






Tanaman hias dan taman sekitar penginapan juga terawat baik. Ada kolam ikan di depan penginapan juga cukup terawat. Hanya saja kolamnya sedang dikuras. Disini juga ada beberapa gazebo untuk bersantai, resto yang estetik tempat untuk sarapan dan makan bagi para pengunjung. Ada kamar mandi luar yang cukup bersih dan taman bermain anak dengan perosotan, ayunan dan lainnya. 


Berjalan ke pinggiran danau, terdapat sebuah jembatan kayu dengan spot foto berupa sayap menyerupai sayap malaikat. Tapi sayangnya, kondisi jembatan kayu sudah lapuk dan gak terawat. Ragu rasanya untuk berjalan ke ujung jembatan. Khawatir jembatannya roboh. Lucu kan jauh-jauh dari Lombok kesini, eh ujung-ujungnya kecebur ke danau. Hahahaha. 


Setelah foto-foto dan menikmati view yang ada di depan mata, anak-anak pengen main di ayunan yang berada persis di sebelah resto. Main ayunan, perosotan dan gak terasa waktu sudah menunjukkan jam enam sore.


Udara semakin dingin, kami pun bergegas untuk masuk ke dalam tenda. Menggunakan pakaian hangat dan gak lupa menggunakan topi kupluk. Langit semakin gelap dan kabut semakin tebal. Syahdu bener !. 


Karena udara dingin banget, perut pun jadi laper. Enaknya makan yang hangat-hangat. Pengen makan nasi telur dan teh hangat. Kami belinya di resto. Harganya pun cukup terjangkau. Anak-anakpun ikutan makan. 


Berhubung badan sudah lelah banget. Kami gak keluar tenda malam hari untuk melihat suasana. Kami memutuskan untuk tidur saja biar besok pagi cepat bangun untuk melihat sunrise. Malam itu hanya terdengar suara jangkrik dan gelak tawa tamu lainnya yang mengadakan gathering sambil menyalakan api unggun. 






Udara malam semakin dingin. Suhu pun pas saya cek sekitar 16 sampai 20 derajat. Pakaian hangat pun gak cukup menangkal dinginnya udara malam. Selimut tebal pun hanya bisa mengurangi udara dingin saja. Lumayan buat tidur nyenyak. 


Untungnya anak-anak gak kedinginan meskipun tangan dan kaki terasa dingin. Mereka tidur pules sampai pagi. Terpenting kondisi mereka baik-baik saja dan gak menggigil. 


Malam yang indah dan syahdu. Tidur ditemani suara serangga malam dan sinar bulan. Cuaca malam itu sangat cerah. Keluar sebentar ke kamar mandi karena sudah kebelet. Melihat suasana malam ternyata di area penginapan sangat terang oleh lampu-lampu taman. Jadi gak khawatir jalan ke kamar mandi sendirian. 


Balik dari kamar mandi untuk buang air kecil, saatnya tidur lagi. Udara semakin dingin. Terlihat tenda bagian luar sudah basah oleh embun. Tutup tenda rapat-rapat dan kemudian lanjut tidur. 


Sekitar jam enam pagi, kami pun terbangun. Saya bangun duluan, kemudian istri dan anak-anak paling lama bangunnya. Enak sekali mereka tidur tanpa ada yang mengeluh kedinginan semalaman. 


Saya keluar tenda sedangkan yang lainnya masih enggan beranjak dari tempat tidur. Langit sudah agak terang. Danau Bratan pun terlihat menenangkan. Tamu-tamu yang lain ada yang sebagian sudah bangun.








Biar badan gak menggigil, saya manfaatkan untuk berjalan-jalan mengelilingi area penginapan. Berdiri sejenak di pinggiran danau untuk menghirup udara bersih. Sangat syahdu sekali. Ditambah melihat burung-burung yang saya gak tau namanya, bermain di sekitaran danau sambil mengeluarkan suara khas mereka. 


Di sisi belakang penginapan terlihat dengan kokohnya perbukitan yang cukup tinggi. Terdengar dari kejauhan suara alunan gamelan khas Bali. Ini bener-bener kita lagi di Pulau Dewata. 


Setelah berkeliling penginapan, saya balik ke tenda. Ternyata anak-anak sudah bangun. Kakak Kenzi dan Adeq Nala sudah gak sabar pengen keluar tenda. Mereka sangat antusias untuk jalan-jalan. Jaket tebal, topi kupluk dan pakaian hangat lainnya sudah menempel di badan. 


Bersantai di tepian danau sambil menunggu sunrise tiba. Gak lupa kita mengabadikan setiap moment untuk nantinya akan dikenang sampai mereka besar kelak. 


Melihat jam tangan, waktu sudah menunjukkan jam tujuh pagi. Waktunya sarapan yang sudah include sama biaya menginap. Kami berjalan menuju resto. Duduk di meja besar dan panjang sambil menunggu karyawannya menyiapkan menu yang sudah dipesan. 


Kami memesan seporsi pancake, roti bakar, dan nasi goreng sebagai menu utama. Untuk minumnya ada teh hangat dan kopi. 


Soal rasa sih seperti nasi goreng pada umumnya. Tapi yang paling saya suka dari ketiga menu yang disajikan yaitu roti bakarnya. Enak banget. Rotinya pakai roti gandum dan selai strawberry. Gurih, masih hangat dan manis. Wajib dicoba kalau kalian datang kesini. 


Over all, sejauh ini menginap di Taman Danu Glamping & Camping pelayanannya sangat memuaskan. Cepat dan tanggap apapun yang dibutuhkan tamu yang menginap. 


Ohya, untuk tarif kami menginap di tipe Glamping Putih kalau weekdaynya sebesar 275K sudah sama sarapan. Sedangkan untuk weekendsnya 325K termasuk sarapan juga. Tapi tarif bisa berubah sewaktu-waktu. 


Untuk lebih lengkapnya, kalian bisa berkunjung ke akun ignya di Taman Danu Glamping Ground. Untuk pemesanan kamarnya masih melalui whatsapp ya. Belum ada di aplikasi travel lainnya.


Untuk nomor whatsApp yang bisa dihubungi yaitu (+62 877-8291-1269)


Setelah sarapan, kami balik ke tenda untuk bersiap-siap menuju destinasi selanjutnya. Habis mandi meskipun airnya sangat dingin sekali, kami jalan-jalan sebentar ke salah satu destinasi wisata yang ada di sekitaran Bedugul. 


Ceritanya saya lanjutkan di episode berikutnya ya. Jangan bosen membaca cerita saya kali ini. Masih ada beberapa tulisan tentang touring kami ke Bali. Ditunggu saja !

 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra