Showing posts with label Transportasi. Show all posts
Showing posts with label Transportasi. Show all posts

Saturday, 27 September 2025

Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi

 
Tahun ini (18-25 September 2025) saya dan anak istri bisa mengunjungi keluarga besar di Banyuwangi. Happy dong dan anak-anak sudah gak sabar untuk segera berangkat. Setiap hari mereka menghitung hari dan sampai akhirnya hari itu pun tiba. 

Begitu juga dengan saya. Pas dapat ijin cuti ke Banyuwangi, saya pun mencatat tempat-tempat yang akan kami kunjungi nantinya. Salah satunya, tempat yang hukumnya wajib dikunjungi. Apa itu ?. Diikuti saja cerita-cerita saya di blog edisi Banyuwangi dari berangkat sampai pulang ke Lombok lagi !.  

Saya dan keluarga akan menghadiri acara nikahan sepupunya istri. Gak hanya saya,istri dan anak-anak saja yang berangkat, tapi bapak dan ibu mertua gak ketinggalan untuk ikut. 

Seminggu sebelumnya, saya mencari informasi tentang jadwal kapal dari Lombok langsung ke Banyuwangi. Ada beberapa kapal yang jalan di tanggal keberangkatan. Sayangnya, saya gak bisa memesan tiketnya langsung. Infonya lebih baik pastikan kapalnya berangkat, baru memesan tiket. 

Gak mau ambil pusing, sehari sebelum berangkat, saya memesan tiket via website resminya. Memesan lewat agent resmi via whatsapp juga bisa. Tapi lebih enakan pesan lewat website yang harganya jauh lebih murah. 

Cara memesan tiket online pun gak susah. Tinggal buka alamat websitenya alp.co.id, kemudian registrasi terlebih dahulu menggunakan alamat email. Selanjutnya, tinggal mencari rute dan di klik. 

Nanti muncul nama kapal, rute dan jadwal keberangkatannya. Kita tinggal pilih sesuai waktu keberangkatan. Setelah itu diisi kolom seperti jenis kendaraan, nomor plat motor (harus sesuai), jumlah penumpang beserta nama lengkap dan umur. Setelah semuanya diisi dan klik pesan, lalu melakukan proses pembayaran. 

Apabila kita membawa kendaraan roda dua atau roda empat, ada ketentuan bahwa satu kendaraan itu sudah termasuk dua penumpang (gratis). Caranya, ketika pilih tambah penumpang, kita memilih supir dan kenek untuk mengisi biodata penumpang. 

Apabila dalam satu kendaraan lebih dari dua orang. Maka sisanya bisa dibelikan tiket per orang saja agar bisa masuk ke dalam data manifest kapal untuk keperluan apabila terjadi suatu hal yang gak kita inginkan. 

Perlu diperhatikan sebelum pembayaran, harus dicek ulang semua data yang kita isi. Gak boleh ada yang salah terutama kendaraan yang akan kita pakai saat berangkat. Setelah dipastikan data semuanya sesuai, lalu langkah terakhir melakukan pembayaran. Disini pembayarannya hanya bisa pakai m-banking Mandiri saja (khusus online).

Bagi yang gak sempat memesan secara online. Bisa menggunakan jasa agent resmi atau agent yang sudah menjadi mitra perusahaan kapal bersangkutan. Setelah pembayaran selesai, kita akan dikirimkan e-tiket berbentuk pdf via website. 

Kami memilih kapal KM Mutiara Berkah II milik PT.Atosim Lampung Pelayaran dengan keberangkatan dari Pelabuhan Gili Mas jam satu pagi. Paling telat berangkat jam tiga pagi karena bongkar muat kendaraan yang agak lama. 

Setelah e-tiket sudah saya download, gak lupa mengecek barang bawaan agar gak ada yang tertinggal terutama surat-surat penting lainnya. 


Drama dimulai !. 

Tiga jam sebelum berangkat ke pelabuhan. Saya mendapatkan whatsApp yang isinya informasi yang kurang mengenakkan. Isi infonya bahwa kapal yang akan kami naiki menuju Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi, mengalami trouble mesin dan masih dalam proses perbaikan. 

Terpaksa kami menunda berangkat dari rumah menuju pelabuhan. Waktu itu sekitar jam sebelas malam. Lebih baik menunggu kabar dari rumah saja. Dan dari pihak perusahaan kapal, nanti akan menginfokan jika kapal sudah bisa muat kendaraan. 

Bapak ibu pun akhirnya bermalam di rumah kami untuk menunggu kepastian kapan kapalnya bisa berangkat. Rencana awal kami akan berangkat dari rumah kami karena lebih dekat dari pelabuhan. 

Menunggu kabar baik hingga subuh tiba, tapi belum ada pesan whatsapp masuk. Yasudah saya dan lainnya kembali tidur. Anak-anak masih lelap tidurnya. Dari jadwal terbaru, kapal akan diberangkatkan sekitar jam tujuh pagi. Tapi jika perbaikan masih belum selesai, akan dialihkan ke kapal selanjutnya. 

Mencari info dari kapal selanjutnya bahwa kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok sekitar sore hari. Tapi belum tau kapan berangkatnya kembali ke Banyuwangi. 

Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan diskusi sengit bareng bapak ibu, kami putuskan untuk memilih alternatif terakhir menggunakan jalur dari Bali. Artinya kami akan melakukan touring dadakan. Gak banyak persiapan tapi kami mengejar waktu agar bisa hadir di acara nikahan. 

Gimana tiket kami yang sudah dibayar ?. Tanya-tanya pihak agent yang saya minta nomor kontaknya dari temen yang biasa naik kapal ALP.

Kata agentnya, kalau beli tiket di agent bila ada pengalihan kapal karena suatu hal, bisa dirubah di tiketnya. Sedangkan bila beli di aplikasi resmi ALP, untuk perubahan jadwal dan kapal karena kapal rusak atau lain hal, gak bisa dilayani. Artinya tiket kami hangus kata mereka. 

Kecewa juga dengan pelayanan ALP ini. Masak beli di agent tiket lebih baik dibandingkan dengan beli langsung di aplikasi resmi ?. Kalau memang gak bisa uang kembali, yasudah ikhlaskan saja. Daripada memaksakan diri menunggu kapal selanjutnya yang belum pasti berangkat jam berapa. 

Pengalaman pertama naik kapal yang dikenal juga dengan sebutan Tol Laut ini. Penasaran naik kapal ini sebenarnya. Lihat review nya di youtube. Kapal ini tergolong paling murah tiketnya dari kompetitor lainnya tapi fasilitas dan kondisi kapal yang jauh dari kata baik. Meskipun begitu, saya tertantang buat mencoba naik kapal ini. 

Lupakan dulu tiket kapal ALP (KM Mutiara Berkah II). Kalau emang rezeki kita, gak bakalan kemana duitnya. Fokus dulu sama persiapan motoran melalui Bali. 

Kami membawa dua motor. Saya dan anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak dan ibu menggunakan motor istri. Barang bawaan kami jangan ditanya. Bawa dua tas ransel yang isinya pakaian kami. Satunya dibawa istri, satunya dimasukkan ke dalam jok motor. Jas hujan gak lupa dibawa, takut kehujanan di jalan nanti. 

Anak-anak kami pakaikan baju dua lapis, jaket gunung dan rompi touring. Gak lupa helm dan masker wajah. Setelah perlengkapan anak-anak untuk touring sudah aman. Saya mengecek perlengkapan selama di perjalanan. Kondisi ban motor, oli dan rem dalam kondisi prima. Begitu juga dengan motor yang akan digunakan orang tua, keduanya dalam kondisi baik. 

Perjalanan Menuju Pulau Bali 

Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai perjalanan ke Pelabuhan Lembar untuk mengejar jadwal kapal jam setengah dua belas siang. 

Sesampainya di luar pelabuhan, kami mampir sejenak di salah satu gerai tiket online untuk membeli tiket. Di luar pelabuhan banyak sekali gerai-gerai yang menjual tiket online. 

Untuk motor di bawah 250 cc dikenakan tarif sebesar 180 ribu. Itu sudah termasuk penumpang alias kita gak bayar tiket per orang lagi. 

Setelah mendapatkan selembar barcode tiket, kami pun segera menuju pelabuhan untuk masuk ke dalam kapal. Sekitar setengah jam lagi, kapal ferry akan berangkat. 

Suasana pelabuhan cukup lengang. Kapal yang akan kami tumpangi sudah bersandar di dermaga satu. Kebetulan kami mendapatkan kapal KMP Gerbang Samudra III dari PT. Gerbang Samudra Sarana. Salah satu kapal ferry tercepat di penyeberangan Pel.Lembar - Pel.Padangbai PP. 

Gak perlu ngantri masuk kapal, setelah melewati pengecekan tiket, kami segera memasuki lambung kapal. Terlihat beberapa kendaraan besar sudah parkir di dalam kapal. Motor-motor pun sudah lumayan banyak berjejer rapi di parkiran kendaraan.

Setelah turun dari motor, kami menuju dek penumpang melalui anak tangga. Anak-anak pun senang naik kapal lagi. Senyuman mereka sumringah gitu. 





Sesampainya di dek penumpang. Ruang penumpang sudah cukup ramai. Kami kesulitan mendapatkan tempat duduk. Untungnya ada satu matras yang masih kosong untuk tempat anak-anak tidur nanti. Tapi ini matrasnya berbayar lhoo ya. Satu matras disewakan 30 ribu saja. Sedangkan saya dan lainnya, mencari tempat duduk dan syukurnya masih ada yang kosong. 

Ruang penumpang benar-benar full seat. Gak ada terlihat baik kursi maupun matras yang masih kosong. Padahal belum semua kendaraan masuk ke dalam kapal. Ada terlihat satu bus lagi yang masih menunggu giliran masuk ke dalam kapal. 

KMP Gerbang Samudra III ini ukuran kapalnya cukup sedang. Gak kecil maupun besar. Ruangan penumpangnya juga full AC dan bebas asap rokok. Hanya saja jam keberangkatannya agak kurang bersahabat buat saya pribadi karena pas jam ramai penumpang. 

Jam segini memang favorit para penumpang yang akan menyeberang ke Bali selain jam keberangkatan malam. Karena kapal ini berangkat dari Lombok di siang hari dan sampai di Padangbai, di sore harinya. 

Dek penumpang hanya satu lantai saja. Terdiri dari ruang indoor dan outdoor. Di belakang ruang penumpang, terdapat fasilitas lainnya seperti mushola dan toilet yang cukup bersih. Di bagian buritan kapal, terdapat area tempat berkumpul (master station).  Di buritan kapal, kita bisa melihat view cantik sepanjang pelayaran mengarungi Selat Lombok nanti. 





Di atas dek penumpang atau dek paling atas yaitu anjungan dan kamar tidur kru kapal. Penumpang gak diperbolehkan menuju dek ini. 

Fasilitas lainnya yang ada di kapal ini ada kantin yang menjual segala macam makanan ringan dan minuman. Ada snack, pop mie, kopi panas, minuman dingin dan air mineral. Layar tv yang menyajikan film-film menarik sepanjang pelayaran nanti. 

Over all, kapal kami cukup nyaman dan bebas dari asap rokok. Sekitar jam dua belas siang, bel kapal berbunyi menandakan kapal akan berangkat. Langit Lombok cukup berawan, semoga saja di perjalanan nanti gak turun hujan. 

Selepas meninggalkan Pel.Lembar, kapal berjalan keluar dari Teluk Lembar yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Salah satu surganya Pulau Lombok. Melewati Pel.Gili Mas yang seharusnya kami sekeluarga naik kapal lewat pelabuhan ini. 

Terlihat kapal yang seharusnya kami naiki menuju Banyuwangi, masih bersandar di dermaga pelabuhan. Gak hanya itu saja, kapal yang selanjutnya akan jalan atau pengganti kapal yang rusak mesin, baru tiba di Lombok. Perkiraan saya, kapal ini akan balik lagi ke Banyuwangi sekitar nanti malam atau dini hari keesokan harinya. 

Sudahlah, masih jengkel bercampur kecewa sih belum rezeki naik kapal yang dijuluki kapal hantu karena ukurannya yang sangat besar dan umurnya sudah lumayan tua. 

Next time, saat balik ke Lombok nanti, wajib nih nyobain kapal ini karena saya belum pernah sama sekali nyobain naik kapal dari Lombok langsung Banyuwangi. Kita nikmatin dulu perjalanan ke Banyuwangi motoran melalui Pulau Bali. 

Arus laut siang itu cukup besar, tapi karena kapal ini jalannya cepat, rasa goyangan itu gak terlalu berasa. Kami menghabiskan di dalam kapal untuk tidur dan mengisi tenaga untuk motoran malam nanti. 

Di pertengahan pelayaran menuju Bali, tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk dari ALP. Isi pesannya benar-benar di luar dugaan saya. Dari infonya bahwa tiket kami bisa dialihkan ke jadwal kapal berikutnya. Atau kita juga bisa membatalkan tiket dikarenakan masalah teknis dengan catatan uang kami dikembalikan seratus persen. 

Berarti info dari agent tadi kurang lengkap atau mereka sengaja menakuti kami yang memesan tiket lewat aplikasi resmi. Jadi, kesimpulan saya membeli tiket via aplikasi resmi ALP jauh lebih efektif dan efisien. Harganya juga jauh lebih murah dari beli di agent. 

Hati dan perasaan sudah kembali tenang dan semangat melakukan perjalanan panjang. Uang kami dikembalikan dalam bentuk saldo di aplikasi. Jadi bisa dipakai saat pesan tiket balik ke Lombok nanti. 

Perjalanan Malam ke Pel. Gilimanuk - Pel.Ketapang, Banyuwangi 

Singkat cerita, sekitar jam setengah enam sore, kapal sudah bersandar di dermaga satu Pelabuhan Padangbai, Bali. Total empat jam pelayaran dari Lombok menuju Bali. Langit Bali gak baik-baik saja. Pertanda hujan akan segera turun. 

Hujan lebat di Kota Denpasar

Setelah keluar dari kapal, kami segera berjalan menuju Kota Denpasar. Rute yang kami pilih rute selatan melewati Denpasar bagian utara, Tabanan, Mengwi, lanjut Kota Negara, dan Gilimanuk. 

Arus lalu lintas sore itu cukup padat. Saya gak bisa gas motor terlalu kencang. Harus pelan-pelan nyari celah untuk menyalip kendaraan di depannya. 

Situasi kurang mengenakkan pun tiba. Setengah jam berjalan meninggalkan Pel.Padangbai, kami terkena hujan. Untungnya sudah bawa jas hujan lengkap. Anak-anak kami pakaian jas hujan juga. Setelah itu, lanjut jalan lagi hingga Kota Denpasar. 

Semakin mendekati Kota Denpasar, intensitas hujanpun semakin deras. Saya dan bapak memutuskan untuk berteduh di salah satu Alfamart yang berada di jalur By Pass Prof.Dr.Ida Bagus Mantra. Cukup lama kami berteduh disini sambil membeli beberapa makanan dan kebutuhan selama di perjalanan. 

Langit Bali sudah mulai gelap, hujan pun sudah reda. Setelah dipastikan gak hujan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk. 

Selepas memasuki Kota Denpasar, arus lalu lintas cukup padat. Banyak kendaraan besar yang berada di jalur Denpasar- Tabanan. Saya pun kesulitan untuk menyalip kendaraan di depan. Kondisi jalan juga masih basah dan banyak air menggenang karena hujan. Syukurnya, gak ada turun hujan lagi. 

Keluar dari Kota Denpasar, kami beristirahat di salah satu Warung Lalapan yang berada persis di depan pintu masuk Terminal Mengwi. Karena perut sudah lapar banget dan efek kena hujan di jalan. Cukup lama kami beristirahat disini. Anak-anak pun lahap makan lele goreng, ayam goreng dan nasi putih. 

Waktu menunjukkan jam sembilan malam waktu Bali, kami melanjutkan perjalanan. Tenaga sudah kembali pulih dan ngantukpun sudah hilang sementara. Cukup pede bawa motor sampai Gilimanuk. Kondisi anak-anak, istri, bapak ibu juga cukup baik. 

Perjalanan malam hari yang cukup melelahkan karena membawa anak-anak dan barang bawaan yang cukup berat melalui jalur Denpasar - Gilimanuk yang cukup panjang dan membosankan.  Saya pun dituntut untuk selalu menjaga keseimbangan dan kecepatan berkendara di tengah malam yang dingin. 

Fokus kedepan melihat rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang wajib malam itu. Apalagi kondisi arus lalu lintas yang semakin malam, kendaraan berat semakin ramai di jalanan. 




Sesampainya di Gilimanuk, waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Gak lupa membeli tiket kapal di luar pelabuhan. Sama seperti di Lembar, di luar pelabuhan banyak gerai-gerai di pinggir jalan yang melayani pembelian tiket kapal secara online. 

Untuk kendaraan dibawah 250 cc dikenakan tarif 47 ribu saja. Itu sudah termasuk penumpangnya. Gak menunggu ngantri panjang, kami memasuki kapal yang sudah siap berangkat. Disini dermaganya banyak sekali. Kalian tinggal pilih kapal mana yang terlihat sudah terisi banyak kendaraan. Tapi berhubung sudah ngantuk dan lelah, random saja naik kapalnya. 

Kami memilih naik kapal KMP Liputan XII di dermaga LCM Gilimanuk. Kapalnya cukup lebar dan besar. Arus Selat Bali juga baik-baik saja. Semoga pelayaran aman sampai tiba di Pelabuhan Ketapang. 

Gak menunggu lama, setelah masuk ke dalam kapal. Kapalpun diberangkatkan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.  Lelah jadi gak terasa setelah duduk santai di salah satu kursi penumpang kapal sambil menikmati keindahan Pelabuhan Ketapang di malam hari. Melihat puluhan  kapal-kapal ferry yang hilir mudik. 

Normalnya, penyeberangan Gilimanuk - Ketapang ditempuh dalam waktu satu jam jika cuaca bersahabat. Dari kejauhan sudah terlihat ribuan lampu yang berada di pulau seberang (Pel.Ketapang,Banyuwangi). 

Di dalam kapal, saya sudah mulai merasa mengantuk berat. Mencoba untuk memejamkan mata lima sampai sepuluh menit. Sedangkan anak-anak masih segar bugar. Mereka berlari-lari di dalam kapal. Bapak ibu dan istri juga sudah ngantuk berat juga. Tapi apa boleh buat, karena anak-anak selalu mengajak main dan ditemani melihat suasana di luar kapal, yasudah saya gak jadi tidur, hahaha. 

Di tengah Selat Bali, sudah mulai pergantian zona waktu. Kami sudah memasuki zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Perbedaan waktunya satu jam lebih lambat dibandingkan Bali. 

Yang saya khawatirkan di Selat Bali ini, kapal oleng kanan kiri karena selat ini terkenal dengan arus bawah lautnya yang cukup kencang. Kalau dilihat saat siang hari, arusnya seperti arus sungai yang deras. Jadinya kapal-kapal yang melintas terlihat berjalan pelan tapi sebenarnya kapal tersebut berjalan cepat. Sebabnya karena kapal tersebut melawan derasnya arus bawah laut. 

Ternyata Selat Bali malam itu baik-baik saja. Gak terasa sudah sampai di Pel. Ketapang, Banyuwangi. Waktu menunjukkan jam setengah dua pagi (WIB). Perjalanan dari Pelabuhan Ketapang sampai di Rogojampi kurang lebih satu jam saja. Sampai di rumah Mbah Uyut, sekitar jam setengah tiga pagi. Kami disambut oleh keluarga Banyuwangi dengan hangat. 

Kami semua selamat dan sehat sampai di Rogojampi, Banyuwangi. Kondisi kedua motor juga masih sangat baik. Hanya pinggang saya dan bapak saja yang encok. Enaknya diurut dan dikerokin. 

Total perjalanan dari Lombok hingga Banyuwangi yaitu kurang lebih enam belas jam perjalanan dengan dua kali penyeberangan dengan kapal ferry. 

Gimana cukup seru kan perjalanan dadakan kami. Yang awalnya mau naik kapal langsung dari Lombok ke Banyuwangi. Ternyata motoran menyeberangi dua selat dan melintasi jalur Pulau Bali. Capeknya itu ya melintasi jalur Bali yang ramai oleh kendaraan besar. 

Setelah bersihin badan dan beres-beres, kami segera istirahat sejenak sambil menunggu waktu subuh tiba. Anak-anak juga kembali tidur di kamar yang sudah disiapkan. Saya pun langsung tertidur pulas di depan ruang tamu. Hahahaha. 

Total biaya yang saya keluarkan untuk satu motor dengan rincian; bayar tiket kapal ferry Lombok - Bali 180 ribu, bensin 50 ribu (Pertalite), uang jajan di jalan 100 ribu, tiket kapal Bali - Banyuwangi 47 ribu. Total jadinya 377 ribu dibulatkan jadi 400 ribu. Cukup murah bukan ?. 

Cerita edisi Banyuwangi masih berlanjut di part berikutnya. Jangan bosan lhoo ya !. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


 

Saturday, 30 August 2025

Terbang Nyaman ke Pulau Seribu Masjid: Pengalaman Penerbangan Citilink A320 Jakarta – Lombok


Gak terasa lima hari di Jakarta, sudah waktunya balik ke rumah lagi. Sabtu pagi, setelah shalat subuh, saya dan Mbak Zahra bersiap-siap menuju Bandara Soekarno Hatta. Kami berdua duluan pulang ke Lombok sedangkan Mas Erwin pulang ke rumah saudaranya di Depok. 


Jam enam pagi kami menunggu jemputan di lobby hotel sambil menyelesaikan proses check out. Gak lupa mengambil jatah sarapan terakhir di hotel sebelum berangkat ke bandara. Lumayan bisa dimakan nanti setelah sampai di bandara. 


Saya sudah janjian sama Bang Jaka untuk mengantar kami ke bandara. Syukurnya abangnya on time sekali. So, gak lama kami menunggu di lobby. Setelah mobil jemputan tiba, kami bergegas masuk ke dalam mobil. 


Perjalanan dari hotel ke bandara kurang lebih memakan waktu hampir satu jam. Kebetulan juga Hari Sabtu, jadinya kondisi lalu lintas ibu kota gak terlalu padat. 


Cuaca pagi itu cukup baik meskipun langit agak mendung. Selama lima hari di Jakarta, baru kali ini melihat langit Jakarta mendung. Semoga saja di penerbangan nanti gak bertemu dengan hujan. 


Sepanjang perjalanan menuju bandara, mobil melewati jalan tol yang cukup lengang. Terlihat kabut putih menyelimuti gedung-gedung tinggi ibu kota. Gak lama lagi saya akan meninggalkan kota ini dalam waktu yang gak tau kapan kesini lagi. 


Kami akan terbang menggunakan maskapai Citilink. Anak maskapai low cost carrier dari Garuda Indonesia. Sudah lama juga saya gak terbang bersama Citilink. Kalau gak salah terakhir kali naik Citilink itu pada saat ke Surabaya di tahun 2017 lalu. Cukup lama juga ya. 


Citilink menggunakan pesawat jenis Airbus A320-214. Salah satu pesawat yang bisa dibilang cukup aman sejauh ini di langit Indonesia. 


Sedikit bercerita kejadian lucu yang kami alami saat perjalanan menuju bandara. Ternyata Bang Jaka lupa kalau kami naik pesawat dari terminal 1B karena seingat beliau Citilink ada di terminal 3 seperti maskapai berplat merah (Garuda Indonesia dan Pelita Air). 


Ternyata Citilink sudah pindah ke terminal 1B kalau gak salah sekitar Maret tahun ini. Jadinya semua penerbangan dialihkan ke terminal 1B kecuali yang di Bandara Halim Perdanakusuma. 


Singkat cerita kami salah jalur menuju terminal, muter-muter jalan eh gak taunya nyasar ke perkampungan warga yang berada di sekitaran bandara. Saya lupa nama kampungnya apa. Hahaha. Moment lucu sih saat itu. 


Untungnya kami memang sengaja ke bandara lebih awal karena takutnya di jalan ada hal-hal yang gak diinginkan. Tapi kena juga hahaha. 




Syukurnya, kami tiba di terminal 1B tepat waktu. Jadinya gak buru-buru menuju ruang check in penumpang. Suasana di area penuruan penumpang cukup lengang pagi itu. Terlihat bandara masih ditutupi kabut pagi. 


Setelah turun dari mobil dan mengambil barang bawaan di bagasi belakang mobil. Kami berpamitan ke Bang Jaka yang sudah mengantar jemput kami selama di Jakarta. Terimakasi bang. Sampai jumpa kembali !.


Next, kami berdua berjalan menuju ruang check in untuk mencetak boarding pass dan bagasi. Sebenarnya bisa gak cetak boarding pass karena sudah ada e-boarding pass di handphone. Tapi biar ada kenang-kenangan, wajib hukumnya cetak. 


Terlihat seluruh terminal 1B didominasi oleh maskapai Citilink. Ruangan serba putih dan hijau. Ada banner Citilink juga di setiap sudut ruang check in


Proses check in dan bagasi berjalan dengan lancar. Syukurnya berat bagasi saya kurang dari sepuluh kilogram alias gratis gak pakai bayar bagasi. Antrian juga gak terlalu panjang karena counter check in dibuka semua sesuai kota tujuan. Terlihat dari antrian calon penumpang yang akan ke Lombok benar-benar akan ramai. Prediksi saya full seat






Setelah proses check in selesai. Saya dan Mbak Zahra berjalan menuju lantai dua yaitu ke ruang tunggu penumpang yang berada di B7. Sebelum naik ke eskalator, di sebelahnya ada toko oleh-oleh makanan. Disini dijual berbagai macam oleh-oleh. Dari makanan ringan sampai kue juga ada. Gak lupa kami membeli oleh-oleh buat teman-teman di rumah sakit. 


Urusan oleh-oleh sudah, kami berdua menuju ruang tunggu yang berada di B7. Secara pribadi saya lebih suka dengan tampilan terminal 1 dan 2 karena penampakan terminal ini lebih klasik. 


Ketika berada di dalam terminal ini, saya merasakan kesejukan dan nyaman sekali. Melihat tanaman hijau yang berada di sudut-sudut bandara dan koridor menuju gate dengan dinding kaca sehingga cahaya yang masuk lebih maksimal.


Baik terminal 1 dan 2 merupakan terminal tertua di Bandara Soekarno-Hatta yang dibuka sejak 1985. Desainnya dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu. Terinspirasi dari arsitektur tradisional Jawa (Joglo) dengan atap limasan, nuansa tropis, ruang terbuka hijau di beberapa bagian dan koridor berdinding kaca.


Beberapa tiang dari bangunan ini juga berbahan kayu jati. Yang paling saya suka dan sangat menginspirasi yaitu lantainya dari batu bata tempel. 


Ciri khas terminal 1 adalah penggunaan atap merah bata, dinding bata ekspos, serta koridor dengan jendela kaca lebar sehingga banyak cahaya alami masuk.


Setelah revitalisasi di tahun 2024 sampai 2025, area terminal 1B terlihat lebih modern dengan sentuhan kontemporer, tetapi tetap mempertahankan nuansa lokal.


Sekarang ini di terminal 1B melayani penerbangan domestik yaitu Citilink dan NAM Air ke berbagai tujuan di Indonesia. 





Setelah berjalan menuju ruang tunggu di gate B7, saya menyempatkan untuk sarapan dengan menu nasi kotak dari hotel. Isinya ada rice bowl chicken. Porsinya juga lumayan banyak. Soal rasa gak perlu diragukan lagi. Daging ayamnya empuk dan bumbu kecapnya nendang banget. Ditambah lagi ada telur mata sapi dan tumis sayur. Sarapan dulu sebelum terbang ke Lombok !.


Waktu boarding masih lama yaitu jam setengah sembilan pagi. Terlihat di layar jadwal penerbangan, penerbangan kita masih status "sesuai jadwal". Khawatir juga status di layar berubah menjadi delayed, hahaha. 


Selama menunggu waktu boarding, saya menyempatkan untuk berkeliling sekitar ruang tunggu. Fasilitas di bandara ini cukup lengkap. Ada sinyal wifi yang cukup kencang, ada toilet yang berada di bawah ruang tunggu. Ada kantin atau cafe di dalam ruang tunggu. Ruangannya juga dingin. Kursi tunggu cukup nyaman. 


Di belakang kursi tunggu saya melihat taman kecil dari balik dinding kaca. Ada beberapa pohon besar dan tanaman hias serta rerumputan hijau. Sambil sarapan, saya menikmati view hijau di bandara ini, sejuk melihatnya.





Sayangnya di terminal 1B ini, kita gak leluasa melihat pesawat yang sedang parkir atau saat take off atau landing karena sebagian dinding kaca tertutup oleh semacam ventilasi. Berbeda dengan terminal 2 dan 3 yang bisa terlihat pesawat yang turun naik dan parkir dari ruang tunggu penumpang. 


Langit di atas Bandara Soekarno Hatta sedang tertutup awan tebal. Semoga saja jadwal penerbangan gak tertunda. Harap-harap cemas juga sambil menunggu, memutar beberapa video di youtube sambil lirik sana-sini melihat penumpang yang sudah ramai di ruang tunggu. Ada beberapa mahasiswi yang sepertinya akan berlibur ke Lombok. Mana modis-modis pula hahaha. 


Suara informasi terdengar. Bagi penumpang Citilink dengan nomor penerbangan QG 640 CGK-LOP dipersilahkan menuju pesawat. Akhirnya, kita terbang juga setelah sekian menit menunggu. Melihat jam tangan, waktu menunjukkan jam delapan pagi lebih sepuluh menit waktu Jakarta.


Satu per satu para penumpang melakukan pengecekan tiket di pintu terakhir sebelum memasuki pesawat. Para petugas bandara bertugas dengan cukup baik. 


Setelah melewati pengecekan tiket, saya dan penumpang lainnya berjalan menuju pesawat melalui garbarata. Lagi-lagi melewati si belalai gajah (garbarata). Padahal pengennya masuk ke dalam pesawat melalui tangga biasa agar bisa melihat pesawatnya secara utuh. 


Antrian penumpang memasuki pesawat cukup panjang. Benar kan, penumpang menuju ke Lombok saat itu ramai banget. 





Saya akan terbang bersama Citilink Airbus A320-214 dengan kode registrasi PK GQN. Menurut aplikasi flight radar, umur pesawat ini masih sekitar sembilan tahun. Pertama kali terbang di tahun 2016. 


Terlihat dari kaca garbarata, penampakan pesawatnya masih mulus dengan livery didominasi dengan warna putih dan tulisan Citilink berwarna hijau. Serta di bagian ekor pesawatnya bermotif ekor burung berwarna hijau muda dan tua. 


Setelah memasuki pintu pesawat, kami disambut dengan senyuman oleh para pramugari dan pramugara yang bertugas saat itu. Berpakaian batik dengan dominasi warna hijau muda dan tua khas Citilink. Untuk pramugara menggunakan jas hitam.


Saya berjalan menuju seat 7B. Sedangkan Mbak Zahra di seat 7A yang bersebelahan dengan seat saya. Seluruh seat di Citilink yaitu kelas ekonomi dengan formasi seat 3-3. Beberapa juga ada seat green zone yang memiliki keistimewaan kalau gak salah di jarak antar seat depannya. 


Sayangnya saya duduk di seat tengah alias gak di pinggir jendela dan pinggir lorong. Untuk seatnya cukup empuk dan tebal di pantat. Ada sandaran kepala yang empuk juga. Jarak antar seat juga cukup luas. Gak seperti pesawat sebelah. 


Sayangnya gak ada monitor inflight entertainment-nya di setiap seatnya. Berarti ini benar-benar waktu untuk tidur selama penerbangan karena gak ada aktivitas lain yang bisa dilakukan. Hanya duduk manis, menikmati penerbangan dan memejamkan mata. 





Di saku belakang seat depan, ada beberapa buku petunjuk keselamatan penerbangan, ada kantung plastik mabuk penerbangan, ada majalah dan kartu doa. 


Di dalam kabin pesawat udaranya dingin dan harum. Kaca pesawat di deretan seat saya juga masih kinclong. Suara mesin pesawat dari dalam kabin juga senyap. Selamat menikmati penerbangan !.


Proses boarding gak begitu lama, pesawat sudah berjalan mundur (push back). Para pramugari memperagakan demo keselamatan. Terlihat sederhana tapi sangat penting buat kita ketika terjadi sesuatu yang gawat selama penerbangan. 


Tali oksigen akan keluar ketika tekanan udara di dalam pesawat tiba-tiba berubah drastis. Memakai life jacket yang terdapat di bawah seat. Bagi saya ketika pramugari memperagakan hal tersebut, benar-benar saya dibuat merinding setiap naik pesawat. 


Gak lama kemudian, pesawat berjalan menuju runway (saya lupa runway nomor berapa) untuk melakukan take off. Proses take off berjalan dengan lancar. Langit Jakarta semakin mendung. Sempat terjadi guncangan kecil ketika badan pesawat menembus awan tebal tapi gak berlangsung lama. 


Selama penerbangan, saya habiskan untuk tidur. Bangun sebelum Subuh, berangkat pagi-pagi ke bandara biar gak telat, cukup membuat mata ini mengantuk. Apalagi penerbangan pagi, godaan untuk tidur besar juga. 


Saya tinggalkan Mbak Zahra yang asyik membaca buku untuk tidur. Gak terasa hampir dua jam penerbangan, terdengar samar-samar dari kapten pilot bahwa pesawat sebentar lagi akan landing di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid, Praya Lombok. 





Sumber foto : Handphone Mbak Zahra 


Pesawat sudah terbang di atas Pulau Lombok. Terlihat dari jendela Puncak Gunung Rinjani, Gili Trawangan, Meno, Air. Cuaca di Lombok siang itu cukup cerah. Gak terjadi turbulensi juga selama penerbangan. 


Badan pesawat semakin menurunkan ketinggian. Roda pesawat sudah keluar dan persiapan untuk landing. Proses landing berjalan dengan lancar. Kami sudah tiba di Bandara Internasional Lombok (BIZAM) dengan selamat. 


Sudah gak sabar turun dari pesawat dan bertemu dengan istri dan anak-anak. Kebetulan bapak mama juga ikut menjemput. 


Cuaca Lombok siang itu cukup cerah. Total waktu tempuh penerbangan yaitu dua jam. Suasana di Bandara BIZAM cukup ramai dengan pesawat siang itu. Terlihat ada beberapa maskapai yang terparkir di apron seperti Lion Air, Wings Air, Batik Air, Super Air Jet, Air Asia dan Citilink. 


Over all, penerbangan bersama Citilink Airbus A320-214 PK GQN sungguh terasa nyaman meskipun hanya maskapai berbiaya murah. Waktu tunggu boarding on time. Seat yang nyaman. Ruang kabin yang bersih dan dingin. Bagasi kabin yang cukup luas untuk menyimpan koper dan barang besar. Kru yang cukup ramah dan kondisi pesawat yang terbilang terawat.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra 

Friday, 8 August 2025

Kalau Belum Coba Gak Bakalan Tahu : LRT Dukuh Atas - Halim


Sejak pertama kali dioperasikan (28 Agustus 2023) oleh Bapak Jokowi, saya pun antusias dengan adanya transportasi publik terbaru di Jakarta. Meskipun gak tinggal di Jakarta, saya ikut senang karena mau kemanapun, sudah terkoneksi oleh beberapa moda transportasi umum dan biaya yang kita keluarkan pastinya gak semahal naik taxi. 

Kebetulan sedang di Jakarta, tiba-tiba saya ingin naik LRT yang kata netizen, kondisi penumpang LRT lebih sepi dibandingkan kakaknya yaitu MRT yang terlebih dahulu ada di ibukota. Ada yang bilang juga, naik LRT itu gak seaman MRT. 

Ada juga yang berkomentar positif, yang nyaman dan suka naik LRT. Apapun komentar netizen, itu semua hak mereka. Kita boleh berpendapat, yang penting tetap menjaga suasana yang kondusif. 

Mungkin kalau saya sendiri, lebih percaya kalau sudah merasakan langsung. Kalau belum mencoba, mana kita tau rasanya. Pengalaman berharga itu akan kita dapatkan setelah kita merasakannya langsung. Betul gak ?. 

LRT yang akan saya coba kali ini yaitu LRT Jabodebek. LRT itu apa sih ?. Mungkin kalian sudah pernah melihat kereta listrik yang memiliki jalur khusus berupa rel yang melayang di medsos atau berita di tv. Dulu sempat viral karena terjadi insiden kecelakaan disaat uji coba. 

LRT (Light Rail Transit) adalah kereta ringan yang digunakan sebagai moda transportasi publik perkotaan. LRT dirancang untuk mengangkut penumpang dalam jumlah sedang hingga besar, terutama di kota-kota dengan lalu lintas padat.

LRT merupakan produk dari karya asli anak bangsa yaitu PT.INKA yang berada di Madiun, Jawa Timur.  Kereta ini dilengkapi dengan sistem otomatis tanpa masinis menggunakan teknologi CBTC (Communication-Based Train Control) dengan otomatisasi tingkat GoA-3.

Kereta ini seluruhnya berjalan di rel layang atau permukaan dan membawa sekitar tiga rangkaian kereta saja. Digerakkan tanpa masinis tetapi tetap diawasi oleh petugas. Horor juga ya naik kereta yang digerakkan oleh sistem komputer alias tanpa masinis. Hehehehe. 

Mari kita coba ! 




Hari itu, Jumat pagi setelah sarapan di penginapan, saya ijin ke teman-teman untuk jalan-jalan sebentar. Jadwal pagi itu ada beberapa materi tapi saya gak ngikutin. Rencananya ngikut materi yang siang sampai sore saja. 

Karena sudah sering jalan sendiri kalau bepergian ke luar kota, saya sih enjoy saja muter-muter Jakarta sendirian tanpa khawatir jika bertemu sama orang jahat. Yang penting bawa diri pede saja. Jangan sampai terlihat sama orang kita kebingungan di jalan. O

Dari penginapan, saya memesan ojek online via aplikasi hijau. Rencana akan naik LRT dari Stasiun Dukuh Atas BNI Jalan Setia Budi karena jarak dari penginapan gak terlalu jauh. Siapin uang receh biar gak ribet nunggu kembalian. 

Buat kalian yang akan bepergian melalui Stasiun Dukuh Atas, apabila naik MRT bisa turun di Stasiun MRT Dukuh Atas. Atau yang dari Bandara Soeta, bisa menggunakan Kereta Bandara turunnya di Stasiun Sudirman Baru lalu jalan kaki kurang lebih seratus meter menuju Stasiun LRT Dukuh Atas BNI. Buat naik KRL juga bisa diakses oleh stasiun ini. 

Setelah si abang ojek datang. Saya pun berangkat menuju stasiun. Waktu tempuh hanya sepuluh menit saja melewati jalan pintas untuk menghindari macet. Untungnya hari itu hari libur nasional alias tanggal merah. Saya lupa hari besar apa itu. Jadinya di jalan gak begitu ramai kendaraan. Mungkin masih pada tidur di rumah masing-masing. 

Sesampainya di pintu masuk Stasiun Dukuh Atas BNI. Saya pun berjalan menaiki anak tangga menuju stasiun yang berada di atas jalan raya. Suasana stasiun Dukuh Atas BNI masih sepi. Mungkin hari libur dan saya datangnya terlalu pagi. 

Hanya beberapa calon penumpang saja yang terlihat. Sempat ragu jadi apa gak mau naik LRT. Sempat berubah pikiran untuk naik MRT saja ke Blok M. Tinggal nyeberang jalan ke Stasiun MRTnya. 

Tapi karena LRT belum sama sekali saya cobain. Sedangkan MRT sudah pernah beberapa kali. So, tetap pilihan jatuh kepada LRT. 

Pikir saya, enak lah naik kereta dalam keadaan sepi. Gak perlu rebutan kursi dan berdiri di dalam kereta. Tinggal duduk manis, bebas pilih kursi dan bebas buat konten pastinya. Hehehe. 




Suasana stasiunnya nyaman. Penampakannya keren dan mirip seperti Stasiun MRT. Hanya saja kalau MRT ada stasiun bawah tanahnya karena jalurnya ada lewat terowongan bawah tanah. Sedangkan MRT full rel layang di atas permukaan jalan. 

Fasilitas di dalam stasiun sangat baik. Ada toiletnya yang bersih. Dibedakan toilet laki-laki dan perempuan. Ada juga toilet khusus disabilitas. Petunjuk informasi sangat membantu. Gak perlu bingung melihat beberapa arah petunjuk. 

Layar lebar digital yang menunjukkan jadwal keberangkatan kereta dan beberapa informasi yang sangat membantu kita yang baru pertama kali mencoba layanan transportasi keren ini. 

Yang perlu diingat, di Stasiun Dukuh Atas ini ada dua jalur LRTnya yaitu dari Dukuh Atas menuju stasiun pemberhentian Stasiun Jati Mulya Bekasi via Stasiun Halim (Bekasi Line). Sedangkan ada juga jalur dari Dukuh Atas hingga pemberhentian terakhir di Stasiun Cibubur via TMII (Cibubur Line). 

Apabila buat kalian yang akan menuju arah Cibubur, kalian bisa turun di Stasiun Cawang untuk transit lalu lanjut LRT ke arah Stasiun Harjamukti. Bila masih bingung, kalian bisa bertanya kepada petugas yang ada di dalam kereta atau stasiun. 

Sebelum berangkat ke stasiun, saya mencoba mencari informasi cara pembelian tiket LRT lewat aplikasi KAI Accees. Tapi kebetulan aplikasi saya sedang trouble. Jadinya pakai cara lain yaitu lewat kartu e-money saja. 

Karena e-money belum diisi, saya pun mencoba membayar dengan kartu lain. Menggunakan kartu MRT ternyata gak bisa. Jadinya, beli kartu KRL yang bisa digunakan untuk LRT seharga 30 ribu. Ditambah top up 20 ribu. Jadi totalnya 50 ribu. Hitung-hitung nambah kartu perjalanan gitu. 

Jadwal keberangkatan LRT Jabodebek setiap sepuluh menit (koreksi bila keliru). Rencananya saya akan menuju Stasiun Halim. Alasan pertama, ingin melihat Stasiun KCIC Halim yang sedang viral dengan Kereta Woosh Jakarta - Bandungnya. Katrok amat yaa ! Hahaha. 

Setelah membeli kartu KRL Multi Trip di loket. Saya pun memasuki area tunggu penumpang dengan masuk melalui gate otomatis. Kartu tadi tinggal di tap di mesin scan otomatis. Lalu gatenya terbuka setelah tap kartu. 





Selanjutnya saya berjalan menuju area tunggu di peron. Terlihat hanya saya dan beberapa penumpang saja yang menunggu kedatangan kereta dengan arah yang sama. 

Waktu menunjukkan jam sembilan pagi. Kereta saya pun akhirnya datang. Dari kejauhan terlihat kereta berwarna dominan merah dengan ukuran lebih kecil dibandingkan kakaknya (MRT). 

Saya berdiri di depan pintu otomatisnya. Berdiri mengikuti tanda panah di lantai. Setelah kereta berhenti dengan sempurna. Pintu kereta dan pintu pembatas terbuka otomatis secara bersamaan. 

Setelah terbuka, saya pun langsung masuk ke dalam kereta. Karena gak ada penumpang turun, jadinya kita diperbolehkan langsung masuk. Tetapi kalau ada penumpang turun, kita dahulukan penumpang yang turun dulu. Setelah itu baru kita masuk. 

Suasana di dalam kereta dingin banget. Kaca kereta kinclong. Maklum saja, baru dua tahun kereta ini beroperasi. Kursi berwarna merahnya sangat empuk. Tapi jumlahnya gak sebanyak di MRT. Fasilitas di dalam kereta cukup lengkap.

Ada kursi empuk, pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri. Ada alat pemadam kebakaran. Ada alat pemecah kaca yang digunakan disaat kondisi tertentu. Ada petugas keamanannya sehingga kita di dalam kereta merasa tenang. 





Papan informasi cukup lengkap dari jalur, stasiun pemberhentian hingga aturan gak boleh merokok dan makan minum selama di dalam kereta. Pastinya gak ada toilet di dalam kereta. 

Setelah duduk, saya melihat sekitar dalam kereta. Vibesnya seperti kereta kota di Jepang gitu meskipun belum pernah naik kereta di Jepang. 

Gak menunggu lama, LRT pun berangkat. Pintu otomatis sudah tertutup. Kereta pun bergerak secara perlahan lalu melaju dengan kencang sekitar 80 km/jam. Gak ada goncangan berarti. Jalan keretanya mulus sekali. Benar-benar dibuat nyaman. 

View yang kita lihat di perjalanan sungguh keren. Melewati gedung-gedung pencakar langit ibukota Jakarta. Cuaca juga cukup cerah. Jadi teringat film Spiderman. Dimana saat bang Spider sedang berantem di kereta dengan Prof.Octopus, hehehe.

Beberapa stasiun yang akan dilewati hingga ke Halim antara lain Stasiun Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran Bank BJB, Cikoko, Ciliwung, Cawang dan sampai di Stasiun Halim. 

Perjalanan diperkirakan sekitar lima belas menit saja. Jarak antar stasiun juga gak terlalu jauh, setiap lima menit kereta sudah sampai di stasiun pemberhentian. 

Gak banyak saya lakukan di dalam kereta. Hanya duduk sambil menikmati perjalanan. Buka handphone untuk mengambil beberapa foto. Sisanya benar-benar menikmati view yang ada di depan mata. 





Sudah melewati Stasiun Cawang, saatnya saya dan beberapa penumpang lainnya bersiap-siap turun di Stasiun Halim. Dari kejauhan sudah terlihat Stasiun Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Halim dengan bangunan yang super megah dan cat dominan putih. 

Sempat melihat Kereta Whoosh di detik-detik keberangkatan menuju Stasiun Tegaluar, Kab.Bandung disaat LRT sampai di Stasiun Halim. 

Setelah berhenti dengan sempurna dan pintu otomatis LRT terbuka. Saya dan penumpang lainnya turun. Suasana masih sepi di stasiun padahal stasiun ini merupakan stasiun penghubung ke Stasiun KCIC Whoosh. Apa mungkin kebetulan pas saya kesini, stasiun masih sepi. 

Setelah keluar dari LRT, saya berjalan menuju pintu keluar. Untuk keluar stasiun masih menggunakan tap kartu. Jadi kartu yang kita pegang, jangan sampai hilang atau tertinggal. Kalau gak ada, kita gak bisa keluar stasiun. 

Pas saya tap, ternyata di layar mesin scan kartu tertera tarif yang saya sudah tempuh. Jadi dari Stasiun Dukuh Atas ke Halim, hanya 8,5 ribu saja dengan durasi lima belas menit. Cukup murah banget. 

Stasiun LRT Halim sangat modern. Apalagi stasiun ini nyambung dengan Stasiun KCIC Whoosh. Saya cukup berjalan kaki kurang lebih lima menit saja melewati lorong penghubung menuju stasiun Whoosh. 





Sesampainya di Stasiun Whoosh, suasana sangat ramai oleh calon penumpang yang akan menuju ke Bandung. Bisa jadi karena hari libur alias long weekends. Jadinya banyak warga Jakarta yang keluar kota. Tujuannya paling terdekat kalau gak ke Bandung ya ke Bogor. 

Sayangnya, saya belum sempat mencoba kereta Whoosh dikarenakan waktu yang gak memungkinkan. Besok pagi sudah balik ke Lombok. Next time kalau ke Jakarta lagi, diusahakan cobain Whoosh. 

Setelah berkeliling sebentar di dalam stasiun Whoosh yang super super ramai oleh para penumpang. Saya pun balik ke Stasiun LRT untuk balik ke Stasiun Duluh Atas lagi. 

Nah pas baliknya, saya mendapatkan LRT dengan kondisi penumpang ramai. Sampai-sampai gak kebagian tempat duduk alias berdiri di lorong kereta. 

Kesimpulan awal saya terbantahkan setelah melihat kondisi penumpang LRT dari Stasiun Jati Mulya Bekasi yang ramai sekali. Sebelumnya saya berpikir, kalau mau naik kereta sepi, bisa naik LRT. Ternyata baik MRT, KRL maupun LRT sama-sama menjadi favorit warga Jabodebek. 

Ini juga menjadi solusi tepat untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, Bekasi dan ke arah Bogor. Dengar-dengar juga, Jakarta sekarang ini sudah mulai gak terlalu macet. Sudah banyak warga yang sadar akan pentingnya naik moda transportasi umum. Bahkan pegawai pemerintahan di Jakarta, setiap hari Rabu harus menggunakan transportasi umum menuju ke kantor. Keren kan !. 

Kurang lebih satu jam waktu jalan-jalan saya menggunakan LRT. Perasaan saya senang sekali akhirnya bisa nyobain kereta ini. Bagi saya, LRT memiliki kelebihan dibandingkan moda transportasi lainnya yang ada di Jakarta. Salah satunya, setiap stasiun LRT memiliki akses ke Trans Jakarta, MRT, KRL dan KCIC. Jadi kita gak perlu bingung mau naik apa. Tinggal sesuaikan dengan waktu perjalanan kalian saja. 

Gak rugi naik LRT ! 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra