Showing posts with label Explore Sumbawa. Show all posts
Showing posts with label Explore Sumbawa. Show all posts

Saturday, 30 July 2022

Mengintip Hotel Terapung MXGP Samota Sumbawa : KRI Banjarmasin 592


Bertugas sambil jalan-jalan itu menurut saya bonus ya. Semenjak menjadi seorang ayah dan suami yang baik, bisa dibilang waktu buat traveling itu sangat langka. Pengen sih, tapi menjadi seorang imam di keluarga itu jauh lebih berharga, asyiiik (tumben bijak).


Melanjutkan cerita di Sumbawa Besar bulan Juni yang lalu. Ada satu cerita menarik yang pengen saya tulis yaitu tentang hotel terapung. Maksudnya, bukan hotel yang dibangun di atas permukaan air lhoo ya tapi ini sebuah kapal perang milik TNI yang difungsikan sebagai hotel terapung selama event MXGP Samota, Sumbawa.


Kok bisa dijadikan hotel terapung ya ?. Biar gak penasaran, dibaca terus ceritanya sampai selesai. 


Berawal dari ajakan teman (Mas Bama) yang mengantarkan saya dan Mas Anwar kesana kemari selama menjalankan tugas di Kabupaten Sumbawa. Setelah menyelesaikan kegiatan di salah satu rumah sakit pemerintah dan puskesmas, kami bertiga menuju Pelabuhan Badas. Pelabuhan barang dan penumpang yang lokasinya kurang lebih 10,5 kilometer dari Rocket Motor Circuit Samota. Memakan waktu tempuh kurang dari dua puluh menit menggunakan sepeda motor atau mobil.



Disana ada sebuah kapal besar milik TNI Angkatan Laut yang bersandar selama event MXGP Samota berlangsung. Perjalanan kurang lebih memakan waktu hanya lima belas menit saja melewati jalanan berkelok tepi laut menggunakan mobil pinjeman, hehehe.


Sesampainya di pelabuhan, mobil kami langsung menuju dermaga. Gak ada penjagaan ketat memasuki pelabuhan. Mobil langsung saja menuju dermaga dimana KRI Banjarmasin 592 bersandar. 


Kesan pertama melihat kapalnya dari dekat pastinya takjub banget. Ini kedua kalinya saya mendatangi kapal milik TNI AL yang sebelumnya dulu pernah naik KRI dr.Soeharso yang difungsikan sebagai rumah sakit terapung dan memiliki beberapa tugas termasuk dalam misi kemanusiaan. 


Baca juga : KRI dr.Soerharso 990


Setelah turun dari mobil, kami bertiga gak langsung menaiki anak tangga menuju dek atas KRI Banjarmasin 592. Kami berfoto-foto dulu di area dermaga. Saya tertarik dengan dipasangnya dua puluh bendera dari berbagai negara di pinggir dermaga yang dimana asal dari para kroser yang akan menjajal Rocket Motor Circuit Samota.




Btw, pemandangan di Pelabuhan Badas ini cukup menjadi daya tarik untuk wisatawan yang datang ke pelabuhan ini. Berada di teluk yang dikelilingi perbukitan dan memiliki air laut yang hijau dan biru jernih, membuat pelabuhan yang berada di Kecamatan Labuan Badas, Sumbawa Besar ini cukup kece. 


Setiap harinya Pelabuhan Badas ini sangat ramai disinggahi oleh kapal-kapal barang dan kapal penumpang milik Pelni dengan jurusan menuju Indonesia timur seperti Laboan Bajo, Makassar dan lain sebagainya. Dari informasi Mas Bama sendiri, sehari-hari pelabuhan ini diramaikan oleh truk-truk pengangkut jagung yang sudah diolah menjadi bahan mentah dan kemudian akan diekspor ke luar negeri. Tapi selama MXGP Samota berlangsung, kegiatan pengiriman jagung distop dulu untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penonton khusus yang menginap di kapal ini.



Gak mau dong melewatkan moment begitu saja. Saya pun sangat menikmati berada di pinggiran dermaga sambil minta difotoin oleh Mas Bama (fotografer dadakan) hahaha. Kalau Mas Anwar sih jangan ditanya lagi, koleksi fotonya full di handphone Mas Bama. 


Angin laut cukup kencang. Meskipun cahaya matahari terik tapi gak terasa panasnya karena badan kami terkena angin yang berhembus, asyiiik. Cuaca juga sangat cerah. 


Setelah selesai foto-foto di sekitar dermaga. Kami pun menuju kapalnya. Sempat ragu apakah diperbolehkan naik karena kami gak ada kepentingan. Tapi setelah minta ijin sama salah satu perwira yang berjaga di anak tangga, kami diijinkan naik kapal dan berkeliling. Untungnya masih pakai seragam, jadi dipercaya untuk naik ke dalam kapal, hehehe.


Sejarah KRI Banjarmasin 592


Sebelum mereview apa saja yang ada di dalam kapal selama berkeliling KRI Banjarmasin 592, mari kita belajar sejarah dulu tentang profil kapal ini !. 


KRI Banjarmasin 592 merupakan alat utama sistem senjata (alutsista) kapal perang yang dimiliki oleh TNI AL. Informasi yang saya dapatkan dari sumber terpercaya bahwa KRI Banjarmasin 592 ini memiliki tipe Landing Platform Dock (LPD) 125 meter yang merupakan salah satu produk unggulan dari PT PAL Indonesia bekerjasama dengan Dae Sun Shipbuilding, Korea Selatan. 


KRI Banjarmasin 592 (sumber picture: Kompas.com)


Kapal perang ini diresmikan pada tahun 2009 dan otomatis masuk dalam jajaran TNI AL dimana proses penyerahannya dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan saat itu Bapak Purnomo Yusgiantoro kepada TNI AL di dermaga divisi kapal niaga PT PAL, Ujung, Surabaya.


Sama seperti kapal jenis LPD lainnya, KRI Banjarmasin 592 memiliki kemampuan menampung 5 unit helikopter dimana 3 helikopter di dek dan 2 helikopter di dalam hanggar. Selain itu mampu mengangkut 22 tank, kombinasi 20 truk dan 13 tank, 560 pasukan dan 126 awak.


Kapal perang dengan panjang 125 meter dan lebar 22 meter ini juga dapat digunakan untuk fungsi Operasi Militer Selain Perang atau disingkat OMSP, seperti membawa logistik ke daerah bencana alam, operasi kemanusiaan dan lainnya. 




Infonya lagi, kapal perang ini memiliki berat 7.300 ton dan dapat berjalan dengan kecepatan maksimal hingga 15,4 knot. Kapal ini juga dipersenjati dengan satu unit meriam kaliber 57 mm dan 2 unit meriam kaliber 40 mm. 


Kalian pasti penasaran kenapa dinamakan KRI Banjarmasin 592. Kapal peran ini merupakan salah satu dari empat kapal LPD yang dipesan TNI AL. Dua unit kapal dibuat di Korea Selatan yaitu KRI Makasar 590 dan KRI Surabaya 591. Sedangkan dua unit lainnya dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya yaitu KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 dengan prinsip Transfer of Technologi (ToT) dengan pengawasan para ahli dari galangan kapal Dae Sun Shipbuilding, Korea Selatan. 


Pemberian nama Banjarmasin berasal dari bentuk penghormatan atas perjuangan masyarakat Kalimantan Selatan pada masa kemerdekaan. Selain itu sebagai wujud nyata menyatukan TNI AL dengan masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Kota Banjarmasin. Nah sudah gak penasaran lagi kan kenapa nama kapal ini KRI Banjarmasin 592.


Pengalaman Pertama berkeliling KRI Banjarmasin 592


Yang saya lihat saat berkeliling kapal perang ini, perasaan pertama wow banget. Di dalam kapal ada dua unit kapal yang berukuran agak kecil. Baru pertama kali saya melihat isi dari kapal perang ini. Gak hanya itu saja, salah satu ruang tidur pasukan juga sangat rapi, bersih dan wangi. 


Dengan cat semuanya berwarna abu yang menjadi ciri khas kapal perang TNI AL ini terlihat sangat kokoh sekali. Sayangnya belum dapat kesempatan berlayar bersama kapal ini. Sudah dibayangkan betapa gagahnya kapal perang ini membelah gelombang disaat berlayar. 






Kapal perang ini merapat di Pelabuhan Badas sudah menyiapkan empat ratus hingga lima ratus tempat tidur bagi penonton MXGP Samota yang gak dapat penginapan karena sudah full. Bagi yang menginap di kapal ini, bisa menggunakan shuttle bus atau mobil jemputan menuju sirkuit. Gak dipungut biaya alias gratis.


Pengennya sih ikut menginap di kapal perang ini. Seperti apa sih kesan bermalam di kapal ini ?. Pastinya seru. Sayangnya saat itu tempat tidur sudah terisi semua. So, harapan itu pupus juga. Gak apa-apa, terpenting sudah pernah naik ke atas kapalnya. 


View yang dapat kita lihat dari atas kapal ini yaitu panorama Pelabuhan Badas sendiri. Dari kejauhan juga terlihat pinggiran Kota Sumbawa Besar, Jembatan Samota yang sempat viral dan kerennya dari atas kapal ini, kita bisa lihat Rocket Motor Circuit Samota lhoo. 


Selain menjadi hotel terapung, kapal perang ini juga menjadi destinasi wisata sejarah bagi masyarakat Sumbawa dan sekitarnya. Banyak warga yang datang ke Pelabuhan Badas untuk melihat dan menaiki langsung KRI Banjarmasin 592 selama event MXGP Samota, Sumbawa. 


Sampai jumpa lagi di lain kesempatan !. Semoga di MXGP Samota tahun depan kita bisa bertemu lagi dengan KRI Banjarmasin 592 atau KRI lainnya yang bertugas menjadi hotel terapung esok hari.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Thursday, 30 June 2022

Solo Touring ke Kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa


Bisa dibilang, ini touring pertama saya semenjak Covid-19 muncul dua tahun yang lalu. Kebetulan tepat di Hari Minggu tanggal 12 Juni 2022, di Sumbawa Besar ada acara seminar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kab. Sumbawa. So, saya gak berpikir dua kali untuk segera daftar. Sudah lama juga gak ikut seminar secara offline. Sudah bosen ikutan pertemuan secara daring atau online via zoom. Dan ini pertama kalinya saya ikut seminar di Kabupaten Sumbawa. Mantap.


Kali ini saya gak ngajakin anak istri karena kondisi yang gak memungkinkan. Berangkat dengan waktu yang sangat mepet dan bisa dibilang gak seperti biasanya saya melakukan perjalanan menggunakan motor. Dari Kota Mataram ke Kota Sumbawa Besar membutuhkan estimasi waktu enam jam perjalanan normal. Itu sudah termasuk dua jam penyeberangan kapal ferry dari Pelabuhan Kayangan (Lombok Timur) ke Pelabuhan Pototano (Sumbawa Barat). 


Tiba di Pelabuhan Kayangan





Kebetulan juga acaranya Hari Minggu, jadi saya berangkat Sabtu sore sekitar jam lima.  Agak sedikit molor karena anak yang paling besar masih ngajakin ayahnya main dulu. Mulai berhitung waktu, saya harus sampai di Sumbawa Besar sebelum jam dua belas malam biar dapat istirahat gitu. Untungnya ada temen yang nawarin nginap di rumahnya juga. Jadi lumayan hemat nih, gak perlu nyari penginapan lagi.hahaha.


Singkat cerita, dalam perjalanan dari rumah ke Pelabuhan Kayangan agak sedikit molor juga karena sedang ramai-ramainya di jalan. Maklum malam minggu, jadi banyak kendaraan yang menuju ke kota. Sesampainya di Pelabuhan Kayangan saya sudah ditunggu sama temen yang kerja di ASDP sana.So, langsung masuk kapal saja.hehehe...(gak perlu dicontoh). 


Menyeberangi Selat Alas yang Terkenal dengan Arusnya




Kapal ferry yang saya tumpangi KMP Satya Dharma, salah satu kapal favorit nih karena kecepatannya yang bisa menempuh perjalanan satu jam saja (bila kondisi laut tenang). Tepat jam delapan malam, kapal segera berlayar ke Pelabuhan Pototano. Cuaca di Selat Alas saat itu kurang bagus. Langit malam sedikit mendung dan gerimis di tengah pelayaran. 


Gelombang juga lumayan besar. Cukup goyang dumang kita di tengah laut. Kurang lebih satu jam lebih lima belas menit, kapal tiba di Pelabuhan Pototano. Gak perlu menunggu antrian menunju dermaga, kapal langsung masuk ke dermaga satu. Masih agak gerimis tapi setelah turun dari kapal, saya langsung tancap gas menuju Kota Sumbawa Besar yang akan memakan waktu dua jam perjalanan. 


Alhamdulillah Sampai Kota Sumbawa Besar 


Jalan gelap berliku sepanjang perjalanan antara Pelabuhan Pototano menuju Kota Sumbawa Besar. Berbeda dengan jalan di Pulau Lombok yang ramai dan banyak perkampungan yang kita lewati, jalanan di Pulau Sumbawa hampir seluruhnya itu perbukitan yang berkelok-kelok. Melewati hutan dan perkebunan. Jarang sekali kita menemukan perkampungan apalagi lampu penerangan jalan yang minim. Tapi saya berusaha untuk santai. Jalan hati-hati yang penting sampai dengan selamat dan sehat.


Jam dua belas malam sesuai target, saya sampai di Kota Sumbawa Besar. Suasana perkotaan sudah agak sepi. Hanya beberapa tempat tongkrongan yang masih buka dengan jumlah pengunjung yang lumayan banyak. Maklum malam minggu, jadi anak-anak muda banyak yang nongkrong.


Perjalanan belum sampai disini. Teman saya sudah menunggu di sekitaran kota. Kami berdua bertemu di sebuah jalan dan dia langsung mengajak mencari tempat makan. Tujuan kami mencari Warung Padang. Lagi-lagi dimanapun tempatnya, Warung Padang menjadi pilihan terbaik. Perut sudah lumayan lapar nih. Perjalanan malam yang cukup seru dan dingin. Enaknya makan Nasi Rendang kali yaak. Oke sepiring Nasi Rendang segera terhidangkan.


Setelah makan, saya menuju rumah teman yang menunggu tadi. Maaf lupa perkenalkan, namanya Mas Amin. Orang asli Cirebon tulen. Dulu teman semasa kuliah di Yogya. Susah seneng selama menjadi mahasiswa Yogya bareng dengan Mas Amin. Dia dapat jodoh orang Sumbawa, jadi orang Samawa.


Di rumah Mas Amin, saya menginap semalam. Cukup jauh,sekitar dua puluh menit dari pusat Kota Sumbawa Besar kami menuju Kecamatan Lopok. Sebuah kecamatan yang ada di sebelah timur Kota Sumbawa Besar. So, saya bermalam dulu di Lopok. Suasana pedesaan khas Sumbawa dengan kondisi perbukitan hijau. 


Update Ilmu Dulu Sebagai Apoteker yang Baik !.





Keesokan harinya, saya bangun subuh. "Bangun tidur ku terus mandi", malah nyanyi. Bangun tidur, saya langsung bergegas ke kamar mandi dan bersih-bersih. Seger juga air disini. Mandi pagi emang paling enak pool. 


Saya dan Mas Amin bersiap-siap untuk melakukan kegiatan pagi ini di Kota Sumbawa Besar, tepatnya di Hotel Grand Samota. Hotel baru yang lokasinya berada di pinggiran Kota Sumbawa Besar dan dekat dengan pantai. Sirkuit motorcross yang diklaim menjadi satu-satunya sirkuit motorcross terindah di dunia. Sirkuit yang menjadi tempat berlangsungnya ajang balapan Motorcross dunia yaitu MXGP. Seperti Motogp di Mandalika, Sumbawa juga akhirnya punya event balapan motor kelas dunia di Samota.


Perjalanan menuju Kota Sumbawa Besar pagi itu cukup lancar dan menyenangkan. Saya bisa touring lagi bersama Si Blue kesayangan (NMAX Biru) menikmati jalanan Sumbawa yang berkelok-kelok dengan panorama alam perbukitan dan hutan meskipun tetap panas poll. Sesampainya di Sumbawa Besar, kami langsung menuju hotel. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WITA, semua peserta sudah berada di ruang acara. Wah, seneng dong bisa berjumpa dengan teman-teman kuliah dulu. Mereka pun menyambut saya dengan suka cita. Sudah lama juga gak ngumpul dan ngopi bareng.


Kegiatan seminar yang saya ikuti pagi ini dengan Tema "Mengenal Bahaya dan Gejala Hepatitis Pada Anak". Materinya sangat update, mulai dari aspek klinisnya sampai ekonomisnya dibahas disini. Ada dua pembicara yaitu Mbak apoteker Candra dan Mbak apoteker Indah Komalasari. Keduanya merupakan apoteker senior dan ahli dalam bidangnya. Menarik bagi saya karena sempat di awal bulan lalu, kita dihebohkan dengan penemuan kasus Hepatitis Akut pada anak yang belum jelas penyebabnya. Apalagi saya sudah memiliki dua anak, jadi sangat penting bagi sebagai orang tua menjaga kesehatan anak-anak kita.  


Mengunjungi Lokasi Peroyek Sirkuit MXGP Samota




Kegiatan seminar dimulai sekitar pukul 10.30, hmmmm...agak molor dua jam dari jadwal sebenarnya. Semoga gak sampai sore saja acaranya biar bisa tengokin sikuit motorcross terindah di dunia (katanya sih) yang lokasinya gak jauh dari Hotel Grand Samota tempat kegiatan seminar.


Singkat cerita ! Setelah selesai kegiatan seminar, saya dan Mas Amin tancap gas ke lokasi sirkuit yang saat itu progres pengerjaannya sudah mencapai 90 persen. Nama sirkuitnya lumayan unik menurut saya yaitu Rocket Motor Circuit Samota.  Cepet juga ya sirkuit ini dibuat. Karena penasaran dengan sirkuitnya, perjalanan terasa lama, hahaha.


Yang saya suka menuju sirkuit yaitu jalannya yang penuh dengan view kece. Gimana gak kece, sebelah barat kita bisa melihat lautan luas dan sebelah timur terlihat perbukitan khas Sumbawa. Saat saya datang kesana, pergelaran event MXGP Samota akan digelar dua minggu lagi. Terlihat kesibukan para pekerja yang gak henti-hentinya bertugas demi kesuksesan MXGP dan mengharumkan nama bangsa Indonesia khususnya Provinsi Nusa Tenggara Barat. 


Sayangnya kami gak diijinkan masuk ke area sirkuit. Hanya sampai di pintu gerbangnya saja. Ada sih jalan menuju sirkuit tapi agak curam dan tanah. Ban motor gak cocok untuk kesana. Okelah, gak apa-apa. Yang penting sudah gak penasaran lagi.


Balik Pulau Lombok Lagi !





Sudah gak sabar nih datang nonton menyaksikan para pembalap MXGP dari dua puluh negera yang bertanding. Dan saya pastinya nonton dong. Untuk ceritanya saya tulis terpisah ya. Bakalan seru dan lucu ceritanya. Comming Soon !.


Gak terasa hari sudah beranjak sore saja. Waktunya saya harus balik ke Kota Mataram lagi. Capek sih ya tapi mau gimana lagi, besok sudah masuk kerja lagi. Touring dari Kota Sumbawa Besar ke Kota Mataram saya skipp saja ya. Alhamdulillah perjalanan balik ke Kota Mataram sampai di rumah berjalan dengan lancar.


Sebagai bonusnya, saya upload foto-foto moment perjalanan Sumbawa-Lombok menggunakan kamera hp Oppo A54. Cerita tentang Tana Samawa dalam menyambut event MXGP Samota 2022 belum selesai alias masih berlanjut. 


Bersambung 

Suasana sore hari dari Pelabuhan Pototano bersama KMP Garda Maritim II





Lokasi :

Friday, 28 July 2017

Menikmati Sore di Pulau Bungin : Resto Apung


Pulau Bungin ?

Mungkin ada di antara kita yang masih asing atau yang sudah sangat familyar dengan nama pulau ini. Pulau yang menjadi settingan tempat dalam sebuah cerita novel karya Terre Liye yang berjudul Tentang Kamu. Menceritakan kehidupan masa kecil Sri Ningsih di sebuah pulau yang bernama Pulau Bungin. Menjadi anak yatim piatu dan mengalami keadaan yang memprihatinkan semenjak tinggal bersama ibu tirinya yang sangat kejam. Bagi yang sudah membaca novelnya, pasti sudah mengenal pulau ini. #BukanPromosi

Pulau Bungin berasal dari kata Bubungin yang artinya tumpukan pasir. Pulau ini terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Seiring dengan berjalannya waktu, pulau ini sudah menjelma menjadi pulau terpadat di dunia. Untuk menempuh perjalanan dari Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat, kita hanya membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Sedangkan bagi yang dari Kota Sumbawa Besar, dibutuhkan waktu sekitar satu jam dengan jarak tempuh kurang lebih tujuh puluh kilometer.

foto instgaram : @jelajahsumbawa

Menurut sejarah yang pernah saya baca, dulunya pulau ini adalah sebuah pulau berpasir yang masih kosong dan hanya ditumbuhi tanaman bakau. Semenjak Suku Bajo dari Sulawesi Selatan datang dan menetap disini, pulau ini berubah menjadi pulau yang berpenghuni dan mendapatkan julukan pulau terpadat di dunia. Bahkan untuk membangun rumah, warga yang sudah siap menikah harus mencari tumpukan batu karang yang sudah mati sebagai pondasi rumah panggung yang akan mereka bangun. 

Ada lagi yang menjadi perhatian saya saat datang kesini. Kambing disini memiliki kebiasaan makan kertas dan koran dikarenakan di pulau ini gak ada rumput atau tanaman lain yang tumbuh. Untuk diperhatikan, bila kita berniat memberikan makanan kepada si kambing, jangan pernah beri mereka tissue karena serat tissue gak bisa diserap oleh sistem pencernaan si kambing. Ingaaa Ingaaa Tinggg !!!. Unik bukan ? 



Di akhir Bulan Juni 2017, saya bersama teman-teman "Crew Patrick" berkesempatan untuk datang ke Pulau Bungin. Untuk menuju pulau yang penduduknya sebagian besar dari Suku Bajo, Sulawesi Selatan ini, kami gak perlu susah payah bertanya sana-sini. Sudah ada jalan tanah yang menghubungkan Pulau Bungin dengan Pulau Sumbawa. Beda saat beberapa tahun yang lalu, kita bisa menuju pulau ini menggunakan perahu kayu dari Kota Alas, Kabupaten Sumbawa.

Saat kami melintas di jalanan sempit dikiri-kanan deretan rumah-rumah panggung dengan keramaian penduduk yang lagi berkumpul di sore itu, senyum mereka sangat ramah dan welcome kepada kami yang sedang melintasi rumah-rumah mereka. Saya pun sempat berinteraksi dengan mereka. Saat berada di persimpangan jalanan sempit, saya mencoba untuk mendekati seorang ibu yang sedang menjaga warung kecil. Saya menanyakan letak dermaga yang menuju Resto Apung, Bungin.

Dengan ramah penuh senyum, si ibu menjelaskan jalan menuju ke dermaga menggunakan logat bahasa yang gak asing di telinga saya, yaitu bahasa Bajo. Gak lupa salam hangat dan ucapan terimakasi kami untuk si ibu. Gak jauh dari warung si ibu, kamipun sampai juga di dermaga yang dimana banyak perahu boat berwarna kuning biru yang siap membawa kami menuju Resto Apung. Asyiikkkk !!! hehehehe.




Gak terlalu lama menunggu, kami pun segera menuju ke tepi dermaga dan menaiki sebuah perahu boat yang akan mengantarkan kami menuju Resto Apung. Waktu menunjukkan jam tiga sore, agak telat dari waktu makan siang memang. Cuaca sangat bersahabat, langit biru dan tumpukan awan putih menaungi kami dari teriknya matahari sore itu.

Lagi-lagi, warga Pulau Bungin sangat ramah terhadap pengunjung yang akan menuju Resto Apung. Senyum dan keramahan mereka membuat saya tersenyum saat menyapa salah satu warga yang sedang asyik berenang di sekitaran dermaga yang memiliki air yang sangat jernih ini. Untuk harga sewa perahu boatnya sudah satu paket sama masakan yang kita pesan di Resto Apung. Jadi tinggal naik saja dan menikmati pemandangan sekitaran Pulau Bungin.





Kurang lebih lima menit menyeberang dengan jarak satu kilometer dari dermaga, akhirnya perahu yang membawa kami sampai juga di Resto Apung. Rumah makannya terlihat sederhana, gak banyak hiasan-hiasan yang mencolok. Yang membuat saya terkesan dengan rumah makan ini, tempat duduknya gak ada kursi atau meja, semuanya serba lesehan. 

Meskipun berada di tengah laut, antara Pulau Sumbawa dan Pulau Bungin, gak ada ombak sedikitpun. Sangat tenang dan angin laut yang sepoi-sepoi menyapa kami saat tiba di Resto Apung. Nyari tempat bersantai yang nyaman dan dapat melihat pemandangan Pulau Bungin sore itu. 

Banyak hal yang dapat kita lakukan saat berada di resto ini, antara lain; berfoto di keramba bersama hewan laut, bermain kano yang sudah disediakan oleh pihak pengelola resto, serta bercengkrama sambil menunggu hidangan yang telah dipesan datang









Tentang Resto Apung. Resto Apung atau Rumah Makan Terapung memiliki cerita awal dibangun. Ada warga Pulau Bungin yang kreatif membangun sampai mengembangkan resto apung ini. Disamping membuat resto apung, bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, pengelola membangun budi daya ikan dan keramba sekaligus menjadikan tempat ini sebagai konservasi keanekaragaman laut.

Resto Apung ini dibuat dari beberapa tabung plastik yang disambung satu persatu menjadi sebuah keramba. Khusus untuk rumah makannya dipasang papan kayu di atas tabung plastik dan diberikan atap agar terhindar dari hujan dan terik matahari yang menyengat, sehingga bisa untuk tempat duduk, tempat masak, tempat makan layaknya rumah makan lesehan.

Khusus di bagian keramba, dibawahnya dipasang jaring-jaring dan ditebarkan bibit ikan dan hewan laut lainnya seperti kura-kura dan kepiting karena sekali lagi selain rumah makan, tempat ini dijadikan tempat konservasi keanekaragaman laut. Jadi selain kulineran, kita bisa juga belajar mengenal dan mempelajari keanekaragaman hewan laut disini.

Ada juga tempat untuk berfoto eksis, dimana ada sebuah papan kayu bertuliskan Resto Apung, Pulau Bungin. Disitulah setiap pengunjung yang datang kesini mengambil foto, dari gaya biasa aja sampai gaya alay ala-ala Syahrono.

Di bagian timur resto, ada dua bangunan yang sudah jadi. Informasi dari pelayan resto, bangunan tersebut adalah penginapan yang khusus dibangun untuk para pengunjung yang ingin menginap disini. Kulineran sambil menginap, sepertinya asyik. Bolehlah kita coba di lain kesempatan hehehehehe...


Ikan Sepat khas masakan Suku Bajo dan Bugis Sumbawa 


Pelecingan Ikan Kerapu

Ikan Pelumara ( Ikan Kerapu Bumbu Kuning )

Kepiting Bumbu Asem Manis

Tujuan utama kesini yaitu kulineran sambil menikmati alam Pulau Bungin. Jujur, ini pengalaman saya pribadi datang ke Bungin dan mencoba mencicipi aneka masakan khas Suku Bajo. Masakan yang kami pesan antara lain ; Ikan Bakar Kerapu, Pelecingan Ikan Kerapu, Pelumara ( Ikan Bumbu Kuning ), Sepat Ikan Kerapu ( Masakan khas Suku Bajo dan Suku Bugis ), dan Kepiting Bumbu Asem Manis. Banyak juga ya, soalnya selain hobi traveling, kami juga hobi kulineran. Diet woiii dieet !!!

Secara pribadi saya suka sama masakan disini. Soal cita rasa gak perlu diragukan lagi kelezatannya. Bukan karena kami lapar, tapi memang masakan disini enak sekali. Untuk masakan favorit, saya suka Pelumara ( Ikan Kerapu Bumbu Kuning ) dan Kepiting Saos Tiram, selain dagingnya yang pas dimasak, bumbunya juga lezat. Tukang masaknya kece... Thanks atas kelezatan masakannya.

Soal harga setiap menunya gak perlu khawatir. Harga masih standar dan gak jauh beda dengan rumah makan lainnya. Semua kalangan terjangkau, termasuk kami yang hanya punya modal pas-pasan saat traveling hehehehe. Makan bareng dengan kondisi terapung bersama para sahabat merupakan pengalaman baru yang super kece. 


Foto-foto sudah, makan sampai kenyang sudah. Berhubung matahari sudah mau tenggelam, saatnya kami kembali ke Pulau Bungin dan melanjutkan perjalanan lagi menuju Kota Taliwang untuk bermalam dan keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya. Apa itu ?, ditunggu saja di cerita saya selanjutnya di Pulau Sumbawa. Oke....

Kembali ke Pulau Bungin sambil menikmati sore dari atas perahu bersama para sahabat yang super kece. Salam Hangat kami " Crew Patrick " dari Pulau Bungin. 

Resto Apung, Pulau Bungin KECE...!!!


google.com

Penulis : Lazwardy Perdana Putra