Showing posts with label Explore Bali. Show all posts
Showing posts with label Explore Bali. Show all posts

Saturday, 27 September 2025

Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi

 
Tahun ini (18-25 September 2025) saya dan anak istri bisa mengunjungi keluarga besar di Banyuwangi. Happy dong dan anak-anak sudah gak sabar untuk segera berangkat. Setiap hari mereka menghitung hari dan sampai akhirnya hari itu pun tiba. 

Begitu juga dengan saya. Pas dapat ijin cuti ke Banyuwangi, saya pun mencatat tempat-tempat yang akan kami kunjungi nantinya. Salah satunya, tempat yang hukumnya wajib dikunjungi. Apa itu ?. Diikuti saja cerita-cerita saya di blog edisi Banyuwangi dari berangkat sampai pulang ke Lombok lagi !.  

Saya dan keluarga akan menghadiri acara nikahan sepupunya istri. Gak hanya saya,istri dan anak-anak saja yang berangkat, tapi bapak dan ibu mertua gak ketinggalan untuk ikut. 

Seminggu sebelumnya, saya mencari informasi tentang jadwal kapal dari Lombok langsung ke Banyuwangi. Ada beberapa kapal yang jalan di tanggal keberangkatan. Sayangnya, saya gak bisa memesan tiketnya langsung. Infonya lebih baik pastikan kapalnya berangkat, baru memesan tiket. 

Gak mau ambil pusing, sehari sebelum berangkat, saya memesan tiket via website resminya. Memesan lewat agent resmi via whatsapp juga bisa. Tapi lebih enakan pesan lewat website yang harganya jauh lebih murah. 

Cara memesan tiket online pun gak susah. Tinggal buka alamat websitenya alp.co.id, kemudian registrasi terlebih dahulu menggunakan alamat email. Selanjutnya, tinggal mencari rute dan di klik. 

Nanti muncul nama kapal, rute dan jadwal keberangkatannya. Kita tinggal pilih sesuai waktu keberangkatan. Setelah itu diisi kolom seperti jenis kendaraan, nomor plat motor (harus sesuai), jumlah penumpang beserta nama lengkap dan umur. Setelah semuanya diisi dan klik pesan, lalu melakukan proses pembayaran. 

Apabila kita membawa kendaraan roda dua atau roda empat, ada ketentuan bahwa satu kendaraan itu sudah termasuk dua penumpang (gratis). Caranya, ketika pilih tambah penumpang, kita memilih supir dan kenek untuk mengisi biodata penumpang. 

Apabila dalam satu kendaraan lebih dari dua orang. Maka sisanya bisa dibelikan tiket per orang saja agar bisa masuk ke dalam data manifest kapal untuk keperluan apabila terjadi suatu hal yang gak kita inginkan. 

Perlu diperhatikan sebelum pembayaran, harus dicek ulang semua data yang kita isi. Gak boleh ada yang salah terutama kendaraan yang akan kita pakai saat berangkat. Setelah dipastikan data semuanya sesuai, lalu langkah terakhir melakukan pembayaran. Disini pembayarannya hanya bisa pakai m-banking Mandiri saja (khusus online).

Bagi yang gak sempat memesan secara online. Bisa menggunakan jasa agent resmi atau agent yang sudah menjadi mitra perusahaan kapal bersangkutan. Setelah pembayaran selesai, kita akan dikirimkan e-tiket berbentuk pdf via website. 

Kami memilih kapal KM Mutiara Berkah II milik PT.Atosim Lampung Pelayaran dengan keberangkatan dari Pelabuhan Gili Mas jam satu pagi. Paling telat berangkat jam tiga pagi karena bongkar muat kendaraan yang agak lama. 

Setelah e-tiket sudah saya download, gak lupa mengecek barang bawaan agar gak ada yang tertinggal terutama surat-surat penting lainnya. 


Drama dimulai !. 

Tiga jam sebelum berangkat ke pelabuhan. Saya mendapatkan whatsApp yang isinya informasi yang kurang mengenakkan. Isi infonya bahwa kapal yang akan kami naiki menuju Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi, mengalami trouble mesin dan masih dalam proses perbaikan. 

Terpaksa kami menunda berangkat dari rumah menuju pelabuhan. Waktu itu sekitar jam sebelas malam. Lebih baik menunggu kabar dari rumah saja. Dan dari pihak perusahaan kapal, nanti akan menginfokan jika kapal sudah bisa muat kendaraan. 

Bapak ibu pun akhirnya bermalam di rumah kami untuk menunggu kepastian kapan kapalnya bisa berangkat. Rencana awal kami akan berangkat dari rumah kami karena lebih dekat dari pelabuhan. 

Menunggu kabar baik hingga subuh tiba, tapi belum ada pesan whatsapp masuk. Yasudah saya dan lainnya kembali tidur. Anak-anak masih lelap tidurnya. Dari jadwal terbaru, kapal akan diberangkatkan sekitar jam tujuh pagi. Tapi jika perbaikan masih belum selesai, akan dialihkan ke kapal selanjutnya. 

Mencari info dari kapal selanjutnya bahwa kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok sekitar sore hari. Tapi belum tau kapan berangkatnya kembali ke Banyuwangi. 

Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan diskusi sengit bareng bapak ibu, kami putuskan untuk memilih alternatif terakhir menggunakan jalur dari Bali. Artinya kami akan melakukan touring dadakan. Gak banyak persiapan tapi kami mengejar waktu agar bisa hadir di acara nikahan. 

Gimana tiket kami yang sudah dibayar ?. Tanya-tanya pihak agent yang saya minta nomor kontaknya dari temen yang biasa naik kapal ALP.

Kata agentnya, kalau beli tiket di agent bila ada pengalihan kapal karena suatu hal, bisa dirubah di tiketnya. Sedangkan bila beli di aplikasi resmi ALP, untuk perubahan jadwal dan kapal karena kapal rusak atau lain hal, gak bisa dilayani. Artinya tiket kami hangus kata mereka. 

Kecewa juga dengan pelayanan ALP ini. Masak beli di agent tiket lebih baik dibandingkan dengan beli langsung di aplikasi resmi ?. Kalau memang gak bisa uang kembali, yasudah ikhlaskan saja. Daripada memaksakan diri menunggu kapal selanjutnya yang belum pasti berangkat jam berapa. 

Pengalaman pertama naik kapal yang dikenal juga dengan sebutan Tol Laut ini. Penasaran naik kapal ini sebenarnya. Lihat review nya di youtube. Kapal ini tergolong paling murah tiketnya dari kompetitor lainnya tapi fasilitas dan kondisi kapal yang jauh dari kata baik. Meskipun begitu, saya tertantang buat mencoba naik kapal ini. 

Lupakan dulu tiket kapal ALP (KM Mutiara Berkah II). Kalau emang rezeki kita, gak bakalan kemana duitnya. Fokus dulu sama persiapan motoran melalui Bali. 

Kami membawa dua motor. Saya dan anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak dan ibu menggunakan motor istri. Barang bawaan kami jangan ditanya. Bawa dua tas ransel yang isinya pakaian kami. Satunya dibawa istri, satunya dimasukkan ke dalam jok motor. Jas hujan gak lupa dibawa, takut kehujanan di jalan nanti. 

Anak-anak kami pakaikan baju dua lapis, jaket gunung dan rompi touring. Gak lupa helm dan masker wajah. Setelah perlengkapan anak-anak untuk touring sudah aman. Saya mengecek perlengkapan selama di perjalanan. Kondisi ban motor, oli dan rem dalam kondisi prima. Begitu juga dengan motor yang akan digunakan orang tua, keduanya dalam kondisi baik. 

Perjalanan Menuju Pulau Bali 

Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai perjalanan ke Pelabuhan Lembar untuk mengejar jadwal kapal jam setengah dua belas siang. 

Sesampainya di luar pelabuhan, kami mampir sejenak di salah satu gerai tiket online untuk membeli tiket. Di luar pelabuhan banyak sekali gerai-gerai yang menjual tiket online. 

Untuk motor di bawah 250 cc dikenakan tarif sebesar 180 ribu. Itu sudah termasuk penumpang alias kita gak bayar tiket per orang lagi. 

Setelah mendapatkan selembar barcode tiket, kami pun segera menuju pelabuhan untuk masuk ke dalam kapal. Sekitar setengah jam lagi, kapal ferry akan berangkat. 

Suasana pelabuhan cukup lengang. Kapal yang akan kami tumpangi sudah bersandar di dermaga satu. Kebetulan kami mendapatkan kapal KMP Gerbang Samudra III dari PT. Gerbang Samudra Sarana. Salah satu kapal ferry tercepat di penyeberangan Pel.Lembar - Pel.Padangbai PP. 

Gak perlu ngantri masuk kapal, setelah melewati pengecekan tiket, kami segera memasuki lambung kapal. Terlihat beberapa kendaraan besar sudah parkir di dalam kapal. Motor-motor pun sudah lumayan banyak berjejer rapi di parkiran kendaraan.

Setelah turun dari motor, kami menuju dek penumpang melalui anak tangga. Anak-anak pun senang naik kapal lagi. Senyuman mereka sumringah gitu. 





Sesampainya di dek penumpang. Ruang penumpang sudah cukup ramai. Kami kesulitan mendapatkan tempat duduk. Untungnya ada satu matras yang masih kosong untuk tempat anak-anak tidur nanti. Tapi ini matrasnya berbayar lhoo ya. Satu matras disewakan 30 ribu saja. Sedangkan saya dan lainnya, mencari tempat duduk dan syukurnya masih ada yang kosong. 

Ruang penumpang benar-benar full seat. Gak ada terlihat baik kursi maupun matras yang masih kosong. Padahal belum semua kendaraan masuk ke dalam kapal. Ada terlihat satu bus lagi yang masih menunggu giliran masuk ke dalam kapal. 

KMP Gerbang Samudra III ini ukuran kapalnya cukup sedang. Gak kecil maupun besar. Ruangan penumpangnya juga full AC dan bebas asap rokok. Hanya saja jam keberangkatannya agak kurang bersahabat buat saya pribadi karena pas jam ramai penumpang. 

Jam segini memang favorit para penumpang yang akan menyeberang ke Bali selain jam keberangkatan malam. Karena kapal ini berangkat dari Lombok di siang hari dan sampai di Padangbai, di sore harinya. 

Dek penumpang hanya satu lantai saja. Terdiri dari ruang indoor dan outdoor. Di belakang ruang penumpang, terdapat fasilitas lainnya seperti mushola dan toilet yang cukup bersih. Di bagian buritan kapal, terdapat area tempat berkumpul (master station).  Di buritan kapal, kita bisa melihat view cantik sepanjang pelayaran mengarungi Selat Lombok nanti. 





Di atas dek penumpang atau dek paling atas yaitu anjungan dan kamar tidur kru kapal. Penumpang gak diperbolehkan menuju dek ini. 

Fasilitas lainnya yang ada di kapal ini ada kantin yang menjual segala macam makanan ringan dan minuman. Ada snack, pop mie, kopi panas, minuman dingin dan air mineral. Layar tv yang menyajikan film-film menarik sepanjang pelayaran nanti. 

Over all, kapal kami cukup nyaman dan bebas dari asap rokok. Sekitar jam dua belas siang, bel kapal berbunyi menandakan kapal akan berangkat. Langit Lombok cukup berawan, semoga saja di perjalanan nanti gak turun hujan. 

Selepas meninggalkan Pel.Lembar, kapal berjalan keluar dari Teluk Lembar yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Salah satu surganya Pulau Lombok. Melewati Pel.Gili Mas yang seharusnya kami sekeluarga naik kapal lewat pelabuhan ini. 

Terlihat kapal yang seharusnya kami naiki menuju Banyuwangi, masih bersandar di dermaga pelabuhan. Gak hanya itu saja, kapal yang selanjutnya akan jalan atau pengganti kapal yang rusak mesin, baru tiba di Lombok. Perkiraan saya, kapal ini akan balik lagi ke Banyuwangi sekitar nanti malam atau dini hari keesokan harinya. 

Sudahlah, masih jengkel bercampur kecewa sih belum rezeki naik kapal yang dijuluki kapal hantu karena ukurannya yang sangat besar dan umurnya sudah lumayan tua. 

Next time, saat balik ke Lombok nanti, wajib nih nyobain kapal ini karena saya belum pernah sama sekali nyobain naik kapal dari Lombok langsung Banyuwangi. Kita nikmatin dulu perjalanan ke Banyuwangi motoran melalui Pulau Bali. 

Arus laut siang itu cukup besar, tapi karena kapal ini jalannya cepat, rasa goyangan itu gak terlalu berasa. Kami menghabiskan di dalam kapal untuk tidur dan mengisi tenaga untuk motoran malam nanti. 

Di pertengahan pelayaran menuju Bali, tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk dari ALP. Isi pesannya benar-benar di luar dugaan saya. Dari infonya bahwa tiket kami bisa dialihkan ke jadwal kapal berikutnya. Atau kita juga bisa membatalkan tiket dikarenakan masalah teknis dengan catatan uang kami dikembalikan seratus persen. 

Berarti info dari agent tadi kurang lengkap atau mereka sengaja menakuti kami yang memesan tiket lewat aplikasi resmi. Jadi, kesimpulan saya membeli tiket via aplikasi resmi ALP jauh lebih efektif dan efisien. Harganya juga jauh lebih murah dari beli di agent. 

Hati dan perasaan sudah kembali tenang dan semangat melakukan perjalanan panjang. Uang kami dikembalikan dalam bentuk saldo di aplikasi. Jadi bisa dipakai saat pesan tiket balik ke Lombok nanti. 

Perjalanan Malam ke Pel. Gilimanuk - Pel.Ketapang, Banyuwangi 

Singkat cerita, sekitar jam setengah enam sore, kapal sudah bersandar di dermaga satu Pelabuhan Padangbai, Bali. Total empat jam pelayaran dari Lombok menuju Bali. Langit Bali gak baik-baik saja. Pertanda hujan akan segera turun. 

Hujan lebat di Kota Denpasar

Setelah keluar dari kapal, kami segera berjalan menuju Kota Denpasar. Rute yang kami pilih rute selatan melewati Denpasar bagian utara, Tabanan, Mengwi, lanjut Kota Negara, dan Gilimanuk. 

Arus lalu lintas sore itu cukup padat. Saya gak bisa gas motor terlalu kencang. Harus pelan-pelan nyari celah untuk menyalip kendaraan di depannya. 

Situasi kurang mengenakkan pun tiba. Setengah jam berjalan meninggalkan Pel.Padangbai, kami terkena hujan. Untungnya sudah bawa jas hujan lengkap. Anak-anak kami pakaian jas hujan juga. Setelah itu, lanjut jalan lagi hingga Kota Denpasar. 

Semakin mendekati Kota Denpasar, intensitas hujanpun semakin deras. Saya dan bapak memutuskan untuk berteduh di salah satu Alfamart yang berada di jalur By Pass Prof.Dr.Ida Bagus Mantra. Cukup lama kami berteduh disini sambil membeli beberapa makanan dan kebutuhan selama di perjalanan. 

Langit Bali sudah mulai gelap, hujan pun sudah reda. Setelah dipastikan gak hujan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk. 

Selepas memasuki Kota Denpasar, arus lalu lintas cukup padat. Banyak kendaraan besar yang berada di jalur Denpasar- Tabanan. Saya pun kesulitan untuk menyalip kendaraan di depan. Kondisi jalan juga masih basah dan banyak air menggenang karena hujan. Syukurnya, gak ada turun hujan lagi. 

Keluar dari Kota Denpasar, kami beristirahat di salah satu Warung Lalapan yang berada persis di depan pintu masuk Terminal Mengwi. Karena perut sudah lapar banget dan efek kena hujan di jalan. Cukup lama kami beristirahat disini. Anak-anak pun lahap makan lele goreng, ayam goreng dan nasi putih. 

Waktu menunjukkan jam sembilan malam waktu Bali, kami melanjutkan perjalanan. Tenaga sudah kembali pulih dan ngantukpun sudah hilang sementara. Cukup pede bawa motor sampai Gilimanuk. Kondisi anak-anak, istri, bapak ibu juga cukup baik. 

Perjalanan malam hari yang cukup melelahkan karena membawa anak-anak dan barang bawaan yang cukup berat melalui jalur Denpasar - Gilimanuk yang cukup panjang dan membosankan.  Saya pun dituntut untuk selalu menjaga keseimbangan dan kecepatan berkendara di tengah malam yang dingin. 

Fokus kedepan melihat rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang wajib malam itu. Apalagi kondisi arus lalu lintas yang semakin malam, kendaraan berat semakin ramai di jalanan. 




Sesampainya di Gilimanuk, waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Gak lupa membeli tiket kapal di luar pelabuhan. Sama seperti di Lembar, di luar pelabuhan banyak gerai-gerai di pinggir jalan yang melayani pembelian tiket kapal secara online. 

Untuk kendaraan dibawah 250 cc dikenakan tarif 47 ribu saja. Itu sudah termasuk penumpangnya. Gak menunggu ngantri panjang, kami memasuki kapal yang sudah siap berangkat. Disini dermaganya banyak sekali. Kalian tinggal pilih kapal mana yang terlihat sudah terisi banyak kendaraan. Tapi berhubung sudah ngantuk dan lelah, random saja naik kapalnya. 

Kami memilih naik kapal KMP Liputan XII di dermaga LCM Gilimanuk. Kapalnya cukup lebar dan besar. Arus Selat Bali juga baik-baik saja. Semoga pelayaran aman sampai tiba di Pelabuhan Ketapang. 

Gak menunggu lama, setelah masuk ke dalam kapal. Kapalpun diberangkatkan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.  Lelah jadi gak terasa setelah duduk santai di salah satu kursi penumpang kapal sambil menikmati keindahan Pelabuhan Ketapang di malam hari. Melihat puluhan  kapal-kapal ferry yang hilir mudik. 

Normalnya, penyeberangan Gilimanuk - Ketapang ditempuh dalam waktu satu jam jika cuaca bersahabat. Dari kejauhan sudah terlihat ribuan lampu yang berada di pulau seberang (Pel.Ketapang,Banyuwangi). 

Di dalam kapal, saya sudah mulai merasa mengantuk berat. Mencoba untuk memejamkan mata lima sampai sepuluh menit. Sedangkan anak-anak masih segar bugar. Mereka berlari-lari di dalam kapal. Bapak ibu dan istri juga sudah ngantuk berat juga. Tapi apa boleh buat, karena anak-anak selalu mengajak main dan ditemani melihat suasana di luar kapal, yasudah saya gak jadi tidur, hahaha. 

Di tengah Selat Bali, sudah mulai pergantian zona waktu. Kami sudah memasuki zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Perbedaan waktunya satu jam lebih lambat dibandingkan Bali. 

Yang saya khawatirkan di Selat Bali ini, kapal oleng kanan kiri karena selat ini terkenal dengan arus bawah lautnya yang cukup kencang. Kalau dilihat saat siang hari, arusnya seperti arus sungai yang deras. Jadinya kapal-kapal yang melintas terlihat berjalan pelan tapi sebenarnya kapal tersebut berjalan cepat. Sebabnya karena kapal tersebut melawan derasnya arus bawah laut. 

Ternyata Selat Bali malam itu baik-baik saja. Gak terasa sudah sampai di Pel. Ketapang, Banyuwangi. Waktu menunjukkan jam setengah dua pagi (WIB). Perjalanan dari Pelabuhan Ketapang sampai di Rogojampi kurang lebih satu jam saja. Sampai di rumah Mbah Uyut, sekitar jam setengah tiga pagi. Kami disambut oleh keluarga Banyuwangi dengan hangat. 

Kami semua selamat dan sehat sampai di Rogojampi, Banyuwangi. Kondisi kedua motor juga masih sangat baik. Hanya pinggang saya dan bapak saja yang encok. Enaknya diurut dan dikerokin. 

Total perjalanan dari Lombok hingga Banyuwangi yaitu kurang lebih enam belas jam perjalanan dengan dua kali penyeberangan dengan kapal ferry. 

Gimana cukup seru kan perjalanan dadakan kami. Yang awalnya mau naik kapal langsung dari Lombok ke Banyuwangi. Ternyata motoran menyeberangi dua selat dan melintasi jalur Pulau Bali. Capeknya itu ya melintasi jalur Bali yang ramai oleh kendaraan besar. 

Setelah bersihin badan dan beres-beres, kami segera istirahat sejenak sambil menunggu waktu subuh tiba. Anak-anak juga kembali tidur di kamar yang sudah disiapkan. Saya pun langsung tertidur pulas di depan ruang tamu. Hahahaha. 

Total biaya yang saya keluarkan untuk satu motor dengan rincian; bayar tiket kapal ferry Lombok - Bali 180 ribu, bensin 50 ribu (Pertalite), uang jajan di jalan 100 ribu, tiket kapal Bali - Banyuwangi 47 ribu. Total jadinya 377 ribu dibulatkan jadi 400 ribu. Cukup murah bukan ?. 

Cerita edisi Banyuwangi masih berlanjut di part berikutnya. Jangan bosan lhoo ya !. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


 

Friday, 11 October 2024

Kabur Dulu ke Obyek Wisata Pura Ulun Danu Danau Beratan, Bedugul


Di hari pertama tiba di Bedugul. Semua anggota badan terasa pegal sekali. Sudah lama gak touring jauh. Sekali touring jauh, bawa anak-anak dan tujuannya ke Bedugul Bali. Usia gak bisa bohong, hahaha. 


Tiba di penginapan sekitar jam lima sore. Kami habiskan waktu hingga senja dengan berjalan kaki sekitar penginapan. Melihat view Danau Beratan disertai kabut yang menyelimuti danau jelang senja tiba. Kondisi sore itu habis turun hujan. Burung-burung danau terlihat terbang  untuk pulang ke sarangnya. Syahdu bener !. 


Setelah itu, balik ke glamping untuk rebahan di kasur yang empuk. Udara sudah mulai dingin. Gak lupa pakai jaket tebal dan topi kupluk. Saya urungkan untuk mandi sore saat itu. Kami semua hanya berganti pakaian saja biar gak masuk angin. 


Untuk cerita perjalanan dari Lombok ke Bedugul, sudah saya tulis di postingan sebelumnya. Kalian bisa baca dulu biar nyambung dengan cerita ini. 


Bisa baca disini ---> Pelayaran Pertama Bersama KMP Gemilang VIII


Semalaman kami tertidur sangat lelap. Hanya bangun tengah malam untuk buang air kecil di kamar mandi yang letaknya gak jauh dari kamar kami. Udara semakin dingin dan menusuk kulit. Untungnya ada selimut hangat yang disiapkan oleh penginapan.


Sedangkan anak-anak sangat lelap tidurnya. Sampai udara dinginpun gak dirasakan. Tapi saya dan istri tetap waspada. Khawatirnya mereka berdua terkena hipotermia. Maklum saja ini kedua kalinya saya dan istri ajak anak-anak menginap di tempat yang dingin. Sebelumnya kami pernah menginap di Desa Sembalun, Lombok Timur. 




Sekitar jam enam pagi, saya pun terbangun karena dinginnya. Istri pun sempat menggigil kedinginan. Cek suhu di handphone, ternyata suhu saat itu sekitar 10 -16 derajat. Terasa tidur di dalam kulkas yang suhunya sekitar 2-8 derajat Celcius.


Untuk mengurangi rasa dingin, saya pun keluar glamping. Olahraga sejenak dengan lari-lari kecil sekitar penginapan. Lumayan berkeringat. 


Setelah itu gerak-gerakan badan sambil memandang view Danau Beratan pagi itu. Menghirup udara pagi sangat menyejukkan di saluran pernapasan. Ini baru namanya udara bersih dan bebas dari polusi. 


Sungguh indah dan kece. Fajar pun sudah terlihat di ufuk timur. Lampu-lampu rumah warga masih terlihat menyala. Suara rombongan burung yang habitatnya di Danau Bratan terdengar nyaring. 


Gak lama, anak-anak pun terbangun dan istri juga ikutan bangun dan mereka keluar dari glamping menyusul saya yang sejak tadi nongkrong di pinggir danau. 


Kami menikmati pagi itu dengan senyuman dan rasa bahagia. Bahagianya bisa kesini lagi bareng anak-anak. Curhat sedikit, dulu touring pertama saya dan istri sesudah menikah ya ke Danau Bratan. Jadi tempat ini punya kisah cinta kami berdua. Asyiik. 


Setelah kami duduk di pinggiran danau. Kami menuju resto untuk sarapan. Untuk cerita penginapan dan menu sarapannya sudah saya tulis di postingan sebelumnya.


Bisa baca disini ---> Menginap Rasa Camping di Glamping Taman Danu Bedugul




Singkat cerita, Setelah sarapan, kami bersiap-siap untuk menuju ke lokasi pertama yang dituju yaitu Obyek Wisata Pura Luhur Ulun Danu. Lokasinya gak jauh dari penginapan. 


Beberapa postingan tentang Pura Ulun Danu sudah pernah saya tulis beberapa tahun yang lalu. Jadi ini pengulangan saja dengan alur cerita yang berbeda. Dulu datang kesini bareng teman, kemudian berdua bareng istri dan sekarang berempat bareng anak-anak. Pastinya punya cerita yang berbeda. Fotonya saja beda, ya kan ? Hehehe. 


Obyek Wisata Pura Ulun Danu ini merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Bali. Ratusan pengunjung baik domestik maupun mancanegara datang kesini setiap harinya. 


Terletak di Danau Beratan yang merupakan salah satu danau terbesar yang ada di Bali selain Danau Batur, Buyan dan Tamblingan.




Danau Beratan disebut juga dengan sebutan Danau Gunung Suci. Danau ini memiliki luas sekitar 1.607,5 Ha. Danau ini juga dijadikan sebagai sumber mata air untuk irigasi persawahan di area danau. 


Agak ketengah danau, dibangunkan sebuah pura suci oleh para petani setempat. Tujuannya agar selalu diberikan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan. 


Oleh warga desa setempat yang sebagian besar mata pencaharian sebagai petani ini, memberi nama pura tersebut yaitu Pura Ulun Danu (sumber : Wonderful Indonesia) 


Pura Ulun Danu merupakan pura terbesar kedua di Pulau Bali setelah Pura Besakih. Keunikan dari pura ini ketika air danau pasang, maka akan terlihat pura seolah-olah terapung. Moment inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan yang datang kesini. 


Dari sejarah yang pernah saya baca, pura ini sudah dibangun sejak tahun 1556 Masehi. Menggambarkan kehidupan jaman Hindu Buddha pada kekuasaan Raja Mengwi I Gusti Agung Putu. Kemegahan dan keunikan dari pura ini menjadi daya tarik para wisatasan domestik maupun mancanegara untuk datang kesini. 


Kalau boleh jujur, saya sudah kesini sejak umur empat tahun. Ketika itu alm.kakek saat itu bertugas di Denpasar. Diajak liburan kesini. Ketika itu suasana masih gak seramai sekarang. Gak nyangka kesini lagi bisa bareng istri dan anak-anak. Kenikmatan yang gak ternilai harganya. 





Dari penginapan, kami motoran ke Pura Ulun Danu. Setelah memasuki area parkir, kami berjalan kaki menuju loket untuk membeli tiket masuk. Sekitar itu pukul 10.00 WITA, suasana obyek wisata sudah sangat ramai. Terlihat banyaknya bus-bus wisata yang terparkir. Belum mobil pribadi dan motor. 


Setelah membeli tiket masuk seharga 40 ribu per orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis, kami berjalan menuju area bangunan pura utama. Menyusuri taman yang tertata rapi penuh dengan bunga. Lalu berjalan di jalan setapak pinggiran danau. Terlihat banyak perahu-perahu kayu yang disewakan. Kali ini kami belum berminat untuk menaiki perahu. 


Berjalan lagi mengitari bangunan pura utama, tibalah kami di bangunan iconik yang menjadi daya tarik wisatawan kesini. Disini kami berfoto-foto dulu. Sempat juga menggunakan jasa tukang foto yang dimana foto kami bisa dicetak dan bayar pastinya. Satu foto dikenakan biaya 20 ribu saja. Saat itu kami meminta dua buah foto saja yang dicetak. Buat jadi kenang-kenangan bila anak-anak sudah besar nanti. 


Gak jauh dari area bangunan pura, kami beristirahat sejenak di sebuah taman penuh dengan bunga berwarna-warni. Indah bener sampai Adeq Nala suka duduk disini. Mau main sama bunga-bunga katanya. 





Untungnya cuaca saat itu cerah. Meskipun sedang terik-teriknya, tapi udara disini cukup dingin. Kami habiskan waktu untuk menikmati danau saja sambil melihat beberapa wahana yang cukup baru. Dulu pas kesini, belum ada wahan ini. Penasaran pastinya. Disini juga banyak tersedia kedai dan cafe. Gak khawatir kelaperan disaat berkeliling area pura. 


Setelah berkeliling sekitaran pinggir danau, kami berjalan ke area taman. Berhubung sinar matahari sangat terik meskipun disini udaranya sejuk. Kami berteduh di bawah deretan pohon cemara yang jumlahnya puluhan. 


Rumput area taman juga sangat terawat. Terlihat hijau dan rapi sekali. Di beberapa spot, ada tersedia kursi panjang untuk bersantai. 






Jalan setapak yang dibuat untuk pejalan kaki apabila kita ingin bersantai sejenak sambil melihat beberapa tanaman hias dan bunga-bunga indah. 


Banyak sekali jenis tanaman dan bunga yang dapat kita jumpai disini. Salah satu yang menarik buat dikunjungi yaitu area tanaman kaktus. 


Uniknya disini, kami harus memasuki mulut patung dinosaurus. Di dalam bangunan dinosaurus banyak dijumpai jenis tanaman kaktus. Dari kaktus yang sering kita jumpai di area perumahan sampai kaktus jenis langka. 


Anak-anak senang sekali disaat berada di area ini. Senangnya karena keluar masuk mulut patung dinosaurus. Area disini juga gak terlalu ramai pengunjung. Jadinya agak bebas aksesnya. Jalan keluar area tanaman kaktus melewati bagian ekor, tibalah kami di kolam ikan yang berukuran cukup besar.


Disini kami bisa melihat jenis ikan hias seperti Koki, Koi dan lainnya. Anak-anak kecil lainnya banyak juga bermain di area kolam ikan ini. 





Setelah mengelilingi Pura Ulun Danu, menikmati Danau Beratan dan berkeliling taman, tibalah waktunya kami untuk balik ke penginapan sambil mencari makan siang. 


Berjalan ke arah pintu keluar, kami menjumpai wahan bermain. Disini ada perosotan, ayunan, dan lainnya. Anak-anakpun minta main sebentar disini dulu. Emang ya anak-anak gak ada capeknya. Sudah pegel nih kaki. Mana laper juga, hehehe. 


Setelah puas bermain, kami keluar dari obyek wisata Pura Ulun Danu. Tadinya mau lanjut ke Kebun Raya Bedugul. Tapi berhubung sudah jam tidur siangnya anak-anak, kami memutuskan untuk balik ke penginapan.


Pastinya siang gene enak kali ya tidur siang di glamping sambil memandang Danau Bratan. 


Buat kalian yang ada rencana liburan ke Lombok atau Bali menggunakan jasa travel agent. Nih saya kasi akun resmi website dari Lombok Zehra Trans.


Linknya bisa kalian kunjungi disini ----> Paket Liburan Lombok Zehra Trans


Mari kita tidur siang ! Ceritanya lanjut di postingan berikutnya ya. Bocorannya, cerita tentang perjalanan balik ke Lombok. Naik kapal apa, ditunggu saja ya !.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra 


Tuesday, 17 September 2024

Metik Strawberry Kebablasan, Kebun Strawberry Joko Bedugul


Hari ketiga di Bedugul adalah hari terakhir kami di destinasi wisata yang terkenal di Pulau Bali ini. Sebelum balik pulang ke Lombok, kami manfaatkan untuk mencari sesuatu yang menjadi tujuan kami datang kemari yaitu petik strawberry. 


Menurut infonya, kami datang ke Bedugul saat itu di puncak musim strawberry. Jadi bisa dibilang harga strawberry cukup murah dari biasanya.

 

Saya lihat, sesampainya di Bedugul di hari pertama kami tiba, banyak sekali strawberry di setiap warung buah yang sudah dimasukkan ke dalam kotak mika. Mana terlihat besar dan merah-merah lagi. 


Di Bedugul banyak sekali perkebunan strawberry. Hampir di sepanjang jalan Danau Bratan, banyak tempat wisata strawberry yang bisa dikunjungi setiap saat oleh wisatawan.  


Soal harga bisa dibilang hampir sama. Tapi jangan khawatir, bisa ditawar buat yang pintar menawar,hehehe. 


Kebun strawberry yang dituju, lokasinya gak jauh dari penginapan kami. Kurang lebih sekitar lima ratus meter dengan kondisi jalan berkerikil dan gak begitu mulus.




Habis sarapan di penginapan, kami bersiap-siap berangkat. Suasana Danau Bratan begitu tenang dengan diselimuti kabut. Udara pagi masih terasa dingin menembus kulit. 


Sinar matahari masih bersembunyi di balik bukit yang menjulang tinggi. Pengen rasanya tinggal sehari lagi disini tapi nyatanya harus segera balik ke Lombok. 


Berjalan menuju parkiran motor, saya memakai sweater dan celana panjang. Anak-anak dan istri pun memakai pakaian yang sama. Gak lupa topi kupluk di kepala untuk mengurangi udara dingin yang masih menembus sampai ke tulang. 


Untuk menuju ke lokasi, kami menggunakan motor. Sebenarnya bisa jalan kaki. Tapi untuk menghemat waktu, jadinya pakai motor saja. 


Lokasi kebun strawberrynya berada persis di bawah bukit. Dari jalan utama, kami harus masuk ke jalanan kecil yang sudah dibeton. Butuh kehati-hatian melewati jalanan kecil yang di kiri kanannya ada parit. Apalagi kondisi jalannya yang sedikit menanjak. 


Istri dan Adeq Nala terpaksa turun dari motor karena motor susah jalan karena jalannya yang menanjak. Demi selamat sampai tujuan, harus begitu. Hehehe. 




Gak jauh dari jalan utama, sampailah kami di kebun strawberry yang asri dan tenang. Terlihat sebuah rumah kayu yang gak berpenghuni. Memarkirkan motor di pinggir jalan kecil tepat di pintu masuk ke dalam kebun. Ukuran pintunya gak begitu besar. Hanya bisa dilewati oleh satu orang saja.


Gak lama kemudian, terdengar suara ibu-ibu dari kejauhan. Ternyata yang memanggil adalah ibu pemilik kebun strawberry ini. Ibunya sangat ramah sekali. Beliau mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam kebun. 


Ibu yang saya lupa namanya memberikan empat buah keranjang kecil. Keranjang tersebut sebagai tempat buah strawberry yang sudah dipetik nantinya. 


Terlihat kebun strawberrynya cukup luas. Lebih luas dari tempat lain yang pernah kami datangi sebelumnya. Dari informasi si pemilik, luas area kebun strawberrynya sekitar 50 are. 


Tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara kata si ibu. Meskipun lokasinya cukup jauh dari jalan raya Bedugul. Menurut saya kebun ini sangat kece. Berada di bawah perbukitan dengan udara yang sejuk. View Danau Bratannya dapat banget, apabila kita berada di area kebun strawberry ini. 






Btw, setelah diberi keranjang, kami memulai pencaharian harta karun eh maksudnya strawberry. Ukuran buahnya cukup besar dan merah-merah. Pas saya cicip satu buah, rasanya manis sekali dan banyak airnya. Wah, strawberry disini enak banget ya. 


Berkeliling di area kebun bareng anak-anak dan istri sambil mencari strawberry yang besar dan merah. Anak-anak pun semangat sekali ingin metik sendiri. 


Ibunya mengajarkan kami juga cara memetik strawberry yang benar. Caranya petik tangkainya pakai gunting. Bukan dipetik pakai tangan. Tujuannya agar buahnya bisa bertahan lama dan gak cepat busuk. 


Uniknya disini juga, buahnya dilindungi dengan plastik transparan agar gak terkena sinar matahari langsung dan hujan biar gak cepat busuk. Metik strawberry disini bebas, bisa makan sesukanya asalkan di dalam area dan beli pastinya, hehehe. 




Kakak Ken dan Adeq Nala gak mau berhenti metik strawberry. Saya dan istri pun terlena dengan banyaknya buah yang kaya vitamin C ini yang sudah merah dan besar-besar. 


Dari ujung ke ujung kami mengelilingi area perkebunan sambil menikmati view cantik Danau Bratan. Udara sejuk dan jauh dari polusi buat kami betah berlama-lama disini. 


Kebetulan pagi itu baru kami saja pengunjung yang datang. Setelah agak siangan, barulah ada satu dua pengunjung yang datang. 


Kata ibunya, untung saja kami datang pagian. Coba agak siangan, pasti ramai yang datang. Apalagi pas hari itu ada beberapa rombongan wisatawan yang akan datang berkunjung kesini. Wah, beruntung sekali ya kami. 




Keasyikan metik strawberry, baru sadar empat keranjang sudah penuh dengan strawberry ukuran jumbo dan sedang. 


Kami pun kembali ke rumah kayu tempat ibu menunggu pengunjung untuk menimbang hasil berburu strawberry. Dan ternyata empat keranjang yang isinya penuh dengan strawberry setelah ditimbang, beratnya tiga kilo lebih. 


Banyak amat, kami pun gak mampu untuk membawa semuanya karena kami pakai motor. Gak mungkin perjalanan jauh bawa strawberry sebanyak itu. 


Untungnya si ibu berbaik hati ke kami. Sebenarnya kalau buah sudah dipetik, itu sudah wajib di bayar. Tapi karena ibunya sangat baik, kami dikasi gak membayar semuanya. Biarkan sisanya buat ibunya karena bisa dijual ke pengunjung lainnya. 




Akhirnya kami mengambil dua kilo saja. Satu kilo diberi harga 50-60 ribu. Jadi kami membayar total 120 ribu rupiah. Itu sudah termasuk tiket masuk ke dalam kebun. Murah meriah, dapat harga segitu dengan kualitas strawberry super dan manis. 


Dari sekian pengalaman saya metik strawberry, baru kali ini dapat tempat yang terindah dengan hasil strawberry yang baik. Rasanya manis, banyak airnya dan segar. 


Berhubung mau dibawa ke Lombok, kata ibunya ini strawberry bisa bertahan lama asalkan sampai di rumah nanti langsung dimasukkan ke freezer kulkas. Pas banget dibuat jus atau dimakan langsung. 


Waktu menunjukkan jam sembilan pagi, kami pun kembali ke penginapan. Kami berterima kasih kepada si ibu yang sangat ramah kepada pengunjung seperti kami. Gak perhitungan dan sangat baik kepada kami. 


Over all, buat kalian yang sedang berlibur atau ada rencana ke Bedugul, Bali. Bisa mampir di Kebun Strawberry Joko. Lokasinya berada di Jalan Dajan Danu Puncak Sangkur, Temple Candikuning, Bedugul, Kec.Baturiti, Kab.Tabanan, Bali.


Dari Jalan Raya Tabanan-Singaraja atau setelah Obyek Wisata Pura Luhur Ulun Danu, sekitar dua kilometer ada jalan kecil di kanan jalan dengan plank bertuliskan Pandanu Glamping.


Masuk saja lewat jalan kecil tersebut. Sampai bertemu dengan Taman Danu Glamping, jalan terus lagi sekitar lima ratus meter. Di kiri jalan ada jalan setapak yang sudah di beton. Belok kiri dan kalian sudah sampai di lokasi. 


Lebih jelasnya, kalian bisa lihat di google maps di akhir cerita ini. Oke, cukup sekian dulu ceritanya. Ditunggu cerita kami di Bedugul selanjutnya. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Sunday, 3 May 2020

Melihat Tumbuhan Kaktus di Kebun Raya Bedugul



Berbicara tentang Pulau Bali saat ini, kita pasti sangat merindukannya. Begitu juga dengan daerah lain yang memiliki keindahan alam yang sungguh mempesona. Mau ke Bali ?. Kita tunda dulu sampai wabah Covid-19 pergi dari negara kita tercinta, Indonesia. Bersabar dulu gak ngetrip sampai kondisi aman dan tenang.

Untuk mengobati rasa rindu kita dengan Pulau Bali, saya masih menyimpan beberapa foto yang belum sempat dituliskan di blog. Baru kali ini ada kesempatan untuk menceritakannya.So,cerita ini udah setahun yang lalu dan menurut saya masih seru untuk diceritakan. Hitung-hitung mengobati rasa rindu untuk ngetrip. Tapi saran saya, buat kalian yang gampang baperan, saya gak sarankan untuk membaca ini cerita karena kebanyakan foto-fotonya kemesraan saya bareng istri, hehehe. 

Buat saya Pulau Bali itu tujuan ngetrip favorit banget. Disamping sangat dekat dengan Pulau Lombok, untuk mengatur waktu ngetrip dan touring ke Bali sangat simple. Pas bujang dulu, biasanya kalau weekend atau tanggal merah, saya pasti ngetrip ke Pulau Bali. Nah, setelah menikah saya gak mau ambil pusing mau jalan-jalan kemana bareng istri. Langsung saja kami berdua memutuskan untuk berlibur ke Pulau Bali beberapa hari. 

Bisa dibilang ngetrip ke Bali saat itu dadakan banget. Itupun ngetripnya hari Sabtu dan Minggu. Hanya dua hari saja di Bali, tapi beberapa destinasi wisata bisa kita datangi. Salah satunya Kebun Raya Bedugul, Bali. Niat saya dulu jauh sebelum bertemu dengan istri, kalau besok sudah nikah, saya bakalan datang kesini lagi bareng istri. So, niatan tersebut terkabul beberapa tahun kemudian.

Untuk kalian yang belum membaca cerita saya ke Kebun Raya Bedugul pas masih bujang, bisa klik disini : Menikmati Kesejukan Kebun Raya Bedugul .




Waktu untuk berangkat ke Bali kami memilih waktu malam hari. Sekitar jam sembilan malam kami berdua menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat menggunakan motor. Motor adalah pilihan yang tepat untuk jalan-jalan ke Bali. Memakan waktu satu jam dari rumah, kami sudah sampai di Pelabuhan Lembar. Suasana pelabuhan di malam hari cukup ramai oleh sepeda motor dan truk. Orang-orang lebih suka berangkat malam ke Bali karena sampai di Bali keesokan paginya. Arus laut juga lebih tenang di malam hari dibandingkan siang atau sore hari. 

Setelah membeli tiket seharga 128ribu rupiah untuk kendaraan roda dua kurang dari 250cc, kami langsung menuju antrian kendaraan. Saat itu kami menunggu kapal selanjutnya. Gak menunggu lama, akhirnya kami masuk ke dalam kapal feri. Jadwal penyeberangan Lombok-Bali ini 24 jam. Jadi gak perlu khawatir ditinggal si feri, eh kapal feri maksudnya. 

Waktu tempuh penyeberangan dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Padangbai di Bali, memakan waktu empat hingga lima jam kondisi normal. Tergantung cuaca dan kapal juga. Ada kapal feri yang cepat dan ada juga yang lambat. Belum lagi cuaca di tengah laut yang terkadang gak menentu. Apapun itu saya dan istri sangat menikmati setiap perjalanan yang kami lalui,asyik.

Sekitar jam sebelas malam, kapal feri yang kami naiki mulai meninggalkan Pelabuhan Lembar. Syukurnya, kami mendapatkan kapal feri yang lumayan keren dan besar. Jadi gak perlu khawatir bila dihantam gelombang di tengah laut nanti. Hampir di dalam pelayaran, kami berdua menghabiskan waktu dengan tidur biar paginya seger dan gak ngantuk di jalan.  

Saya terbangun saat mendengar suara bel kapal yang menandakan kapal akan segera sandar di dermaga Pelabuhan Padangbai. Langit sudah berwarna kemerahan dan Pelabuhan Padangbai sudah terlihat di depan mata. Kami berdua segera bersiap-siap menuju area parkir kendaraan yang berada di lantai dasar kapal. Penumpang lainnya juga sibuk dengan persiapan mereka. Ada juga yang masih tertidur pulas dan masih melaksanakan Shalat Subuh. Waktu menunjukkan jam setengah enam pagi. Alhamdulillah sampai Bali sesuai dengan target waktu.

Tujuan kami selanjutnya menuju daerah Bedugul. Kurang lebih dua jam perjalanan dari Pelabuhan Padangbai. Target jam sembilan pagi sampai di Bedugul. Setelah turun kapal, kami langsung menuju Bedugul melalui jalur Denpasar. Sengaja melewati Denpasar untuk beristirahat sarapan pagi disana. Selesai sarapan dan bersih-bersih, lanjut ke arah Bedugul. Cuaca pagi sangat cerah. Perjalanan ke Bedugul juga sangat lancar. Melewati area perkebunan dan persawahan, apalagi menjelang sampai di Bedugul, kami melalui jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Jauh mata memandatang terlihat bukit-bukit hijau dan vila. Kece !.

Di pertigaan tugu jagung, ada gapura bertuliskan Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Gak jauh lagi kami sampai di tujuan. Sekitar satu kilometer dari tugu jagung, kami sampai di Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Kebun Raya ini letaknya gak jauh dari dari Danau Beratan dan Pura Ulun Danu. Ini kedua kalinya saya datang ke Kebun Raya Bedugul. Datang pertama belum semua diexplore saking luasnya kebun raya ini. Datang kedua kali ini, gak mau menyia-nyiakan kesempatan donk, hehehe. 






Kenapa disebut Kebun Raya " Eka Karya " ? 

Eka berarti satu, sedangkan Karya berarti hasil. Jadi pengertian dari Kebun Raya  "Eka Karya " yaitu kebun raya satu-satunya hasil dari pemikiran anak bangsa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Kebun Raya "Eka Karya" Bali, Bedugul secara resmi dibuka pada tanggal 15 Juli 1959, waah ini orang tua saya  belum lahir,hehehe.

Kebun Raya Bali Bedugul, nama aslinya yaitu Kebun Raya "Eka Karya" Bali. Tapi masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan sebutan Kebun Raya Bali, Bedugul karena letaknya memang di daerah Bedugul.

Kapan sih Kebun Raya "Eka Karya" Bali ini dibuka ?. Berbicara soal sejarah kapan kebun raya kece ini dibuka, dari beberapa tulisan di media sosial yang terpercaya, Kebun Raya Bali ini dibangun berawal dari ide Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo sebagai Presiden dari Badan Pusat Penelitian Lingkungan sekaligus menjadi kepala dari kebun-kebun raya yang ada di Indonesia. Bersama dengan I Made Taman sebagai Kepala Badan Konservasi Lingkungan dan Pelestarian, untuk membuat sebuah kebun raya di luar Pulau Jawa dan pilihan yang tepat yaitu di Pulau Bali.

Kenapa lokasinya dipilih di daerah Bedugul ?. Daerah Bedugul merupakan daerah yang bersuhu sejuk dan beberapa tanaman hutan hujan tropis cocok sekali tumbuh disini. Kalau siang suhunya berkisaran 15 - 25 derajat Celcius sedangkan malam hari antara 10- 15 derajat Celcius. Memiliki kelembapan antara 70 - 90 %. Ketinggian dari daerah ini juga sekitar 1250 - 1450 mdpl. Jadi itulah beberapa pertimbangan kenapa Bedugul dijadikan lokasi untuk dibangun kebun raya seperti Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Kebun Raya "Eka Karya" Bali dibangun dengan luas mencapai 157,5 hektar. Jadi gak kebayang begitu luasnya kebun raya ini. Perlu tenaga yang banyak bila ingin mengexplore kebun raya ini dengan berjalan kaki. Siapkan juga payung dan jaket hangat karena disini cuaca gak menentu, kadang hujan, cerah dan berkabut (dingin pool).

Sebagai tempat konservasi tanaman hutan hujan tropis yang sangat cocok hidup di suhu sejuk, penelitian, pengamatan beberapa jenis burung yang hidup di area kebun raya dan sebagai tempat rekreasi. Ada sekitar 2000 jenis tanaman yang hidup disini dan merupakan kebun raya yang memiliki beragam jenis tanaman terlengkap di Indonesia.








Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Bersantai sejenak di sebuah taman rerumputan bersama keluarga sambil mendirikan tenda, berkumpul di bawah pohon yang sangat rindang. Ada juga kegiatan outbond disini. Jadi sangat rekomended banget untuk acara keluarga, kantor dan reunian sambil mengexplore kebun raya kece ini

Dari area parkir kendaraan, setelah membeli tiker seharga sembilan ribu per orang, kami berjalan menuju patung Rahwana yang sedang berkelahi dengan pasukan Hanoman (koreksi bila salah). Sempat foto-foto sejenak sambil menghirup udara yang sangat sejuk dan bersih. Setelah itu kami berjalan menuju taman yang sangat luas, dikelilingi oleh pohon-pohon cemara yang jenisnya kita bisa temukan di kebun raya ini saja. Mata kami dimanjakan dengan hijaunya rerumputan dan deretan pepohonan. Rasa capek tiba-tiba hilang setelah berada disini. Ingin rasanya berlama-lama disini.

Kebun Raya Bedugul yang saya lihat saat pertama kali sebelumnya, gak ada yang berubah. Masih tetap seperti Kebun Raya Bedugul sebelumnya. Berhubung saat datang pertama kali kesini, sudah kesorean. Jadi, gak bisa mengexplore lokasi lainnya di kebun raya ini.

Bisa dibilang ini kelanjutan kunjungan saya sebelumnya ke Kebun Raya Bedugul. Ada dua lokasi yang buat saya penasaran untuk melihatnya yaitu Taman Kaktus dan Anggrek. Meskipun gak ahli dalam kedua-duanya, saya penasaran untuk melihat-lihat jenis kaktus dan anggrek yang ada di kebun raya ini. 




Ada kurang lebih 68 jenis tumbuhan kaktus yang ada di Taman Kaktus Kebun Raya Bedugul. Tumbuhan ini berasal dari Amerika dan Meksiko. Tumbuhan Kaktus yang bisa hidup di udara panas memiliki 2000 spesies dan 300 genus. Beberapa diantaranya ada di Kebun Raya Bedugul. 

Saya sering melihat jenis tumbuhan ini di salah satu film kartun, Si Oscar. Kadal jenius yang memiliki seribu akal. Sering lihat juga di film-film Koboi yang sedang naik kuda di tanah yang tandus dan panas. Di rumah juga ada beberapa tumbuhan kaktus yang ditaruh di pot-pot kecil. 

Ada bentuknya bundar dengan duri yang cukup panjang, ada yang memiliki batang panjang dengan berbentuk duri yang lembut, dan ada juga jenis kaktus yang berukuran kecil dan raksasa. Semuanya ada di Kebun Raya Bedugul. Spot selfiean juga sangat cocok disini. Kami gak membuang kesempatan untuk foto-foto disini. 

Lokasi kedua selanjutnya yaitu Taman Anggrek. Tapi sangat disayangkan, waktu kami datang tanaman anggreknya belum berbunga. Bisa dibilang gak ada sama sekali  anggrek yang bermekaran. Jadi kami hanya berkeliling saja dan melihat-lihat para petani anggrek sedang  melakukan tugasnya menyemprot tanaman anggrek yang belum berbunga. Saya kurang tau waktu yang pas datang kesini untuk melihat anggrek yang sedang bermekaran. Mungkin teman-teman yang kebetulan membaca tulisan saya ini bisa membatu menjawab di kolom komentar. Ditunggu ya, Terimakasi. 

Gak terasa kami sudah dua jam lebih berkeliling di Kebun Raya Bedugul. Masih banyak tempat lainnya yang belum kami kunjungi. Memang ya tempat ini sangat luas sekali. Mungkin harus menginap disini kali ya biar bisa mengexplore tempat-tempat lainnya.

Next time, ada kelanjutan dari cerita saya kali ini. Mungkin nanti bareng si kecil ke Kebun Raya Bedugul. Ceritanya sudah dulu ya. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan wabah Covid-19 segera berlalu biar kita bisa jalan-jalan lagi, Amin.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra