Tuesday, 19 March 2019

Festival Sinema Australia Indonesia 2019 Singgah di Kota Mataram

photo from : FSAI 2019 Lombok

Akhirnya Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) tahun ini singgah di Kota Mataram, Lombok. Saya pun bersemangat untuk ikut berpartisipasi mengikuti festival film kontemporer ini. Berawal dari teman satu kantor bernama Bang Romi yang membagikan brosur FSAI 2019 sehari sebelum festival dimulai. Cepat-cepat saya buka website FSAI dan langsung mendaftar.

Di tahun 2019 Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) kembali menampilkan film-film terbaik dari Australia dan Indonesia. Berbagai genre film panjang dari Australia dan Indonesia akan diputar di festival tahun ini. FSAI 2019 juga untuk pertama kalinya akan menayangkan pilihan film-film pendek yang ditampilkan di Flickerfest, sebuah festival film pendek terdepan di Australia. Di tahun keempat ini, jangkauan FSAI diperluas di lima kota  yaitu Jakarta, Mataram, Bandung, Makassar dan Surabaya.

Khusus di Kota Mataram, FSAI dimulai dari tanggal 15 s/d 17 Maret 2019,bertempat di CGV Transmart Kota Mataram. Kebetulan saya ditemani sama si doi untuk pergi nonton salah satu film yang diputar di FSAI. Kami memilih menonton di Sabtu malam, malam santai dan sekalian malam mingguan. Film yang kami tonton berjudul Gurrumul, seorang laki-laki buta asli Suku Aborigin, Autralia yang memiliki keahlian dalam bermusik dengan suara yang sangat merdu. Laki-laki hebat yang memiliki nama lengkap Geoffrey Gurrumul Yunupingu merupakan seorang artis yang sangat terkenal di Australia. Dia menemukan tujuan dan arti hidup melalui lagu dan musik yang terinspirasi dari komunitas dan tanah kelahirannya Pulau Elcho di Timur Laut Arnhem Land.




Tiket nontonnya gratis lhoo, caranya kita mendaftar di situs websitenya https://www.eventbrite.com terlebih dahuluSetelah masuk ke websitenya, kita tinggal memilih film yang akan ditonton. Lihat juga jadwal filmnya ya, jangan sampai salah klik. Mau nonton di Mataram,malah klik nonton di Makassar, kan lucu hehehe. Setelah memilih film, kita melanjutkan untuk registrasi terlebih dahulu dengan persyaratan yang sudah ditentukan. Setelah registrasi berhasil, kita akan menerima konfirmasi e-tiket di email masing-masing. Nantinya konfirmasi e-tiket dari email tersebut saat akan menonton, bisa kita tukarkan dengan tiket manual di meja konfirmasi panitia di bioskop tempat FSAI digelar.

Antusias para penikmat film di Kota Mataram terhadap festival film ini sungguh diluar dugaan saya pribadi. Sehari sebelum film tayang, seat sudah sold out. Kece banget kan !. FSAI 2019 di Kota Mataram digelar di CGV Transmart Mataram. Salah satu bioskop favorit saya disini. Setelah registrasi ulang di meja panitia, kami berdua menunggu di ruang tunggu. Sambil menunggu, kita bisa duduk santai di ruang tunggu penonton. Bioskopnya instagrammable banget dan nyaman menurut saya. Meskipun lumayan jauh dari rumah, saya sering nonton di bioskop ini karena gak terlalu ramai dibandingkan bioskop tetangga,hehehe. 



Dua tiket film Gurrumul sudah ditangan. Para penonton pun sudah ramai berdatangan menunggu film yang sama tayang. Ini pertama kalinya FSAI digelar di Kota Mataram dengan pilihan film-film terbaik. Kami berdua sangat mendukung dengan adanya festival film semacam ini di Kota Mataram. Semoga saja di setiap tahunnya, FSAI selalu digelar di Pulau Lombok dengan film-film terbaik lainnya.

Sekitar jam setengah tujuh malam, film Gurrumul dimulai. Adegan demi adegan di dalam film saya menikmatinya. Apalagi saat kematian ibu dan ayahnya Si Gurrumul yang membuat penonton mengeluarkan air mata (colek si doi). Saya salut dengan jalan hidup Si Gurrumul. Dengan keterbatasan, dia sukses menjadi artis yang disayang oleh para fansnya melalui suaranya yang merdua berbahasa Aborigin. Terkadang kita gak tau artiya apa, tapi kita bisa merasakan maksud dari lagu dan musik yang disampaikan. Film yang disutradai oleh Paul Damien Williams dengan durasi satu setengah jam ini, sukses membuat penonton terkagum-kagum. Film yang penuh inspirasi ini wajib kalian tonton (Spoiler colongan).



Setelah film selesai, ternyata di dalam studio Mr.Paul sutradara film Gurrumul hadir di tengah-tengah penonton. Suprise banget dan kami semua pun kaget dibuat. Ada perasaan senang dan terharu bisa berjumpa langsung dengan sutradara film biografi ini. Mr.Paul pun menceritakan suka duka dalam pembuatan film ini. Mr.Paul sebelumnya adalah orang yang dekat dengan Gurrumul dan Michel (sahabat Gurrumul) yang suka membuatkan teh dan sarapan Gurrumul. Terpintas di pikiran Mr.Paul kalau akan membuat film biografi dari Si Gurrumul. Setelah meminta ijin, akhirnya Si Gurrumul bersedia dibuatkan film tentang jalan hidupnya.

Sesi tanya jawab pun berjalan dengan lancar. Para penonton sangat terkesan dengan film Gurummul. Di salah satu pertanyaan dari penonton untuk sutradara "Apakah tradisi Suku Aborigin saat ada orang meninggal di Suku Aborigin ada hubungannya dengan kebakaran hutan di Pulau Elcho ?". Jawaban Mr.Paul, tidak ada hubungannya tradisi orang meninggal disana dengan kebakaran hutan. Sutradara film hanya ingin memperlihatkan peralihan kehidupan kota dengan kehidupan di suku pedalaman (Spoiler sedikit).

Gurrumul Trailer from to youtube.com

Mr Paul pun menjelaskan bahwa tradisi adat Suku Aborigin saat ada kematian yaitu acara kematian bisa dua belas hari atau tiga minggu, tergantung ibu mertua.  Untuk tarian, lima belas suku bangsa mencerminkan suku bangsa masing-masing. Mulai jam tiga sore sudah menari, mencerminkan suku dan budaya suku tersebut. Foto orang yang mati gak boleh diperlihatkan sesuai permintaan keluarga.

Jalannya cerita di dalam film sangat natural dan menggambarkan kehidupan Suku Aborigin melalui Gurrumul. Saya jadi tahu kehidupan Suku Aborigin di pedalaman Australia yang bisa dibilang menjadi minoritas di tanahnya sendiri. Kemegahan kota-kota Australia dan penduduk yang mayoritas berkulit putih, tapi menjunjung tinggi yang namanya perbedaan. Saling menghargai satu sama lain yang diperlihatkan dari film Gurrumul. Karya-karya Gurrumul diterima dan sangat disukai di negaranya bahkan Amerika dan negara-negara lainnya. Filmnya keren dan wajib kalian tonton !!!.

Bagi kalian yang berada di Kota Makassar, Bandung dan Surabaya, nantikan FSAI 2019 mampir di kota kalian di bulan ini. Info lebih jelasnya bisa kalian buka di webnya https://www.eventbrite.com

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 16 March 2019

Mengexplore Alam Surganya Kupu-Kupu : TWA Kerandangan, Pulau Lombok


Bagi yang punya hobi trekking seperti saya mungkin susah kalau selama sebulan hanya berdiam diri di rumah saat libur akhir pekan. Akhir-akhir ini memang sulit mencari waktu luang untuk traveling dikarenakan sibuk dengan aktivitas yang ada.

Ketika ada waktu, saya gak mau membuang kesempatan untuk jalan-jalan menyusuri hutan dan bisa menemukan hal-hal yang menarik di dalamnya. Seperti berburu harta karun bagi saya pribadi. Asyik, seru, menegangkan dan happy pastinya. Trekking merupakan salah satu kegiatan yang paling saya suka. Apalagi tujuannya ke destinasi yang baru, jadi tambah semangat.

Dua minggu yang lalu, saya bareng si doi pergi ke suatu tempat yang sudah lama eksis tapi agak kurang peminatnya untuk kalangan kids jaman now. Sebut saja, Taman Wisata Alam Kerandangan. Mungkin di pikiran kalian, nama ini agak asing di telinga terutama dari luar Pulau Lombok. Masih kalah tenar dengan Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Desa Sembalun atau Pantai Kuta Mandalika. Padahal Taman Wisata Alam ini lokasinya sangat dekat dengan Pantai Senggigi. Hanya lima menit dari Pantai Senggigi, kita sudah sampai di pintu masuk TWA Kerandangan. 

Dari informasi yang ada, di TWA Kerandangan kita bisa melihat beragam fauna yang dilindungi. Seperti Celepuk Rinjani, burung hantu endemik dari Pulau Lombok. Ukurannya sekitar 21-28 cm. Bisa kita jumpai saat sore hingga malam hari. Habitatnya di pepohonan bercabang terbuka, pinggiran hutan dan pemukinan dekat hutan. Bisa dibilang Celepuk Rinjani merupakan jenis burung hantu yang paling kecil dari segi ukuran. Ada juga Paok Laus atau lebih dikenal dengan Elegant Pitta. Jenis burung yang bisa dipanggil sewaktu-waktu, tapi biasanya keluar saat pagi hari. Dan masih banyak jenis burung lainnya baik yang dilindungi undang-undang maupun yang gak dilindungi tapi sering diburu oleh manusia. Sayangnya saat kesana, kami gak sempat bertemu dengan mereka semua. Next time kalau kesini lagi, pasti bisa berjumpa dengan mereka. Amiin. 







Minggu pagi yang cerah, udara yang sangat sejuk dan sisa-sisa hujan semalam masih terasa saat menghirup udara pagi. Pemandangan perbukitan hijau dan lautan biru menjadi tontonan kami sepanjang perjalanan dari Kota Mataram menuju arah Pantai Senggigi. Kendaraan baik roda dua dan empat sudah ramai hilir-mudik di jalanan kota. Pasar Kebon Roek sudah ramai oleh para pedagang dan pembeli. Warga ada yang lari pagi dan sepedaan. Hari santai dan pas untuk berolahraga. 

Rencana kami berdua memang ingin berolahraga dengan soft trekking. TWA Kerandangan menjadi pilihan kami untuk trekking saat itu. Gak butuh waktu lama, hanya lima belas menit saja kami sudah sampai di pintu masuk taman wisata alam. Melewati pusat Pantai Senggigi, menuju arah Kerandangan. Tepat setelah Hotel Svarga, ada belokan di kanan jalan menuju arah TWA Kerandangan. Setelah berbelok ke kanan, kami melewati kampung warga dan villa-villa kece yang pemiliknya rata-rata orang bule. Gak lama kemudian, kami sudah sampai di post TWA Kerandangan.

Setelah melapor di post jaga, kami berdua melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju tempat favoritnya si doi. Jujur, saya baru pertama kali kesini. Dan baru kali ini ada waktu untuk datang, itupun diajak sama doi. Kali ini tour guidenya si doi karena dia sering banget kesini. Di pikiran saya, kok tempat sekece ini gak terpintas sebelumnya. Hutan tropis yang sungguh memanjakan mata. Rimbunnya pepohonan hijau, bertemu dengan kawanan monyet, menyeberangi sungai kecil dengan air yang jernih dan adem pastinya. 

Taman Wisata Alam Kerandangan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 494/Kpts-II/1992 tanggal 1 Juni 1992 seluas 396,10 Ha. Menurut administrasi pemerintahan Taman Wisata Alam Kerandangan termasuk ke dalam wilayah Desa Persiapan Senggigi Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Beberapa obyek wisata yang terdapat di TWA Kerandangan antara lain Air terjun Putri Kembar, Goa Walet serta mata air Eat Beraik. Kemudian beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan seperti Jungle Tracking, Jelajah sungai, Camping, Pendidikan Lingkungan serta Pengamatan Satwa. Untuk menuju Air Terjun Putri Kembar dan Goa Walet, kita membutuhkan waktu dua jam perjalanan dengan jarak tempuh hampir dua kilometer. Lumayan menguras keringat dan cocok buat pecinta trekking. Tapi saat itu, kami berdua gak berencana menuju air terjunnya. Kami berdua hanya ingin menikmati alam TWA Kerandangan dari atas menara dan bertemu dengan kupu-kupu cantik.




Setelah melewati jalanan setapak mulai dari landai sampai menanjak, akhirnya kami sampai di menara TWA Keradangan. Tinggi menara kurang lebih dua belas meter dan digunakan untuk memantau beragam satwa yang ada seperti Burung Elang dan kawan-kawan. 

Kami berdua pun gak sabar untuk naik hingga lantai tertinggi. Benar saja, dari atas menara saya bisa melihat begitu indahnya TWA Keradangan ini. Perbukitan yang hijau, hutan hujan tropis yang lebat dan di arah barat, saya melihat lautan biru Selat Lombok, kece guys. Setelah lumayan soft trekking, kami berdua nongkrong di atas menara sambil menikmati ciptaan Allah SWT yang sungguh indah. 

Cukup lama kami berada di atas menara. Gak lupa mengambil beberapa foto dan selfie kece pastinya. Awalnya pengen lama-lama di atas menara, tapi berhubung mau ke lokasi selanjutnya yaitu ke penangkaran kupu-kupu. Jadinya, harus segera kesana biar gak kesiangan. Kupu-kupu paling banyak kita jumpai saat pagi hari hingga menjelang siang. Kami pun segera turun dari menara dan berputar balik ke arah post jaga. 







picture : Toni Tastura


Penangkaran kupu-kupu lokasinya gak jauh dari post jaga. Sesampainya di lokasi, gak banyak jenis kupu-kupu yang kami jumpai. Kata si penjaga, kami berdua sudah datang kesiangan. Kalau mau melihat ratusan kupu-kupu, datangnya harus pagi-pagi banget. Saking banyaknya, kupu-kupu bisa hinggap di tubuh kita. Bayangin saja, gimana rupanya kupu-kupu nongki di tubuh saya. Kalau mereka sampai nongki, itu berarti saya manis semanis madu. Hueeekkk... 

Berhubung sudah siang, kami hanya berjumpa dengan beberapa kupu-kupu saja yang terbang kesana kemari mencari sisa-sisa madu bunga. Ada yang bewarna kuning, cokelat, merah, belang-belang dan toska. Indah banget dilihat. Apalagi terbang kesana-kemari, membuat mata dan hati sejuk dan senang. Untuk mengambil foto mereka saja sangat susah karena mereka gak berdiam lama di beberapa bunga. Harus extra sabar dan fokus. Pengennya sih ada kupu-kupu nongki di tubuh saya atau si doi, tapi gak ada satupun yang mau nongki. Apa karena kami berdua sudah bau matahari dan keringetan yaa, sampai ogah mau nongki. Nyapapun mereka gak mau, senyumpun gak ada (mulai ngomong ngelantur). 

Apapun hasil fotonya, kami berdua sudah senang datang kesini. Nyari keringetnya dapat, menikmati pemandangan dan bertemu dengan kupu-kupu cantik sudah senang banget. Gak dapat liat Elegant Pitta dan ratusan kupu-kupu, it's okelah. Next Time, harus datang kesini lagi untuk ngecamp dan belajar tentang kehidupan beragam burung dan satwa lainnya disini.

Sekedar saran saja, bagi kita yang ingin mengexplore TWA Kerandangan, atur niat terlebih dahulu (pesan dari si penjaga). Apabila ingin melihat dan belajar tentang burung, pilihannya bisa datang sore hingga malam hari atau ngecamp disini. Untuk melihat kupu-kupu bisa datangnya pagi-pagi banget karena umur kupu-kupu kurang sehari. Mereka akan mati disaat sudah gak ada cahaya matahari lagi. Untuk menuju air terjun, bisa datangnya disaat musim penghujan. Ajak keluarga, sahabat dan gebetan untuk belajar tentang flora dan fauna di TWA Kerandangan. Dijamin dapat semuanya, dapat liburan dan ilmu yang bermanfaat. Jaga Sopan Santun dan Kebersihan Disini, Oke !!!

Catatan 
- Tiket masuk
   domestik 5 ribu (weekday), 7,5 ribu (weekend)
   mancanegara 100 ribu (weekday), 150ribu (weekend)
- Biaya ngecamp 7,5 ribu/orang

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday, 11 March 2019

Melihat Atraksi Barongsai di Moment Imlek

 sumber picture : toptier.id

Tahun baru Imlek selalu identik dengan barongsai. Tarian yang satu ini selalu hadir menghiasi perayaan Imlek di setiap mall ataupun tempat umum lainnya, gerakannya yang atraktif menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat ataupun pengunjung yang datang ke tempat tersebut.

Tapi tahukah kamu awal mula terbentuknya barongsai? Tarian Barongsai sebenarnya adalah tarian tradisional yang berasal dari Cina, tarian ini menggunakan kain panjang yang menyerupai singa. Seni tari ini mulai dikenal sejak zaman Dinasti Nan Bei, sekitar tahun 420-589 Masehi.

Pada saat itu pasukan Raja Song Wen Di mulai kewalahan menghadapi serangan dari Negeri Lin Yi yang dipimpin oleh Raja Fan Yang. Lalu munculah ide dari panglima yang bernama Zhong Ques untuk membuat boneka tiruan berbentuk singa untuk mengusir Raja Fan. Upaya tersebut ternyata sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda dan hingga saat ini menjadi salah satu ciri khas Tahun Baru Cina.

Hingga saat ini, hampir setiap daerah memiliki komunitas tarian barongsai. Untuk wilayah Lombok sendiri, salah satu komunitasnya adalah Vamous Rinjadi Barongsai. Komunitas yang berpusat di daerah Ampenan ini berdiri sejak 18 Agustus 2016. Mereka gak hanya tampil pada saat perayaan Tahun Baru Imlek, tapi juga sering memeriahkan acara pawai, festival, mengisi acara di Grand Opening toko, hotel hingga acara pernikahan.

Ko Nandar, sebagai sekertaris Vamous Rinjai Barongsai (VRB) mengatakan bahwa rencana VRB yang paling dekat adalah ikut berpartisipasi dalam Pekan Olahraga Nasional cabang Barongsai tahun 2020 mendatang yang akan diselenggarakan di Papua.

Mereka sudah menyiapkan diri dari sekarang, akan tetapi kendala pasti mereka alami. "Kita sebenarnya belum resmi masuk ke Federasi Olahraga Barongsai Indonesia, kita sedang mengupayakannya. Kita berharap pihak Pemerintah daerah membantu kami memudahkan jalan untuk berpartisipasi dalam PON mendatang" aku Ko Nandar.

sumber : genpilomboksumbawa.com 
Penulis: Lazwardy Perdana Putra

Monday, 4 March 2019

Malam Minggu di Festival Kuliner Jalanan : Montana Premier Senggigi


Di tahun lalu, kami berdua (saya & doi) dapat kesempatan mencicipi beberapa menu yang disajikan oleh Clove Restaurant, Montana Premier Senggigi dengan konsep "Barbequean Party". Lagi-lagi di awal Bulan Maret tahun 2019, pihak Montana Premier Senggigi mengundang kami berdua. Kebetulan nih, saya bingung mau ngajak si doi malam mingguan dimana. So...dapat tempat untuk bermalam minggu sambil mencicipi menu-menu baru, Asyiik. Kalian yang belum tau Montana Premier Senggigi itu dimana, nih saya tuliskan sedikit profil dari hotel kece satu ini.

Jadi, Montana Premier Senggigi ini merupakan sebuah hotel yang berada di daerah Senggigi. Kurang lebih hanya empat menit berjalan kaki dari Pantai Senggigi. Kerennya lagi, hotel ini merupakan hotel bintang 3 baru yang memiliki kamar berperabot lengkap dengan layar LED, AC dan wifi gratis di dalam hotel. Bagi kalian yang sedang berada di Kota Mataram, hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja sampai di hotel ini menggunakan kendaraan pribadi atau sewa, taksi dan bus Damri dari Bandara maupun dari pusat Kota Mataram. Lebih jelasnya, kalian bisa kunjungi webnya di http://montanapremiersenggigi.com. Disana kalian bisa cek langsung fasilitas hotelnya dan budget nginapnya. 

bisa baca disini juga : Barbequean di Montana Premier Senggigi


 
Sebelumnya saya ngucapin terimakasi banyak buat Mbak Lia dan kepala chefnya "Mas Achmad Djaelani" yang sudah ngundang kami berdua buat nyicipin menu-menu andalan di Festival Kuliner Jalanan Montana Premier Senggigi. Sukses dengan Barbeque Party di tahun lalu, sekarang hotel ini mencoba merubah konsep dari tema bakar-bakaran menjadi tema jajanan khas jalanan. Jangan berpikir negatif dulu, jalanan disini maksudnya makanan atau minuman yang sering kita jumpai di pinggir jalan ketika kita sedang berada di sebuah kota yang dimana makanan tersebut menjadi ciri khas dari sebuah tempat tersebut.

Contohnya saja, mpek-mpek khas Palembang. Di sepanjang jalan Kota Palembang pasti banyak menemukan warung mpek-mpek. Begitu juga dengan Gudeg Yogya, Ayam Taliwang Lombok, Ayam Betutu Bali dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu, Montana Premier Senggigi ingin mengangkat konsep jajanan khas jalanan nusantara ini menjadi lebih inovatif dan memiliki cita rasa yang sangat lezat dengan harga terjangkau.




Oke..kembali ke laptop !!!

Sekitar jam delapan malam, kami berdua sudah berada di lobi hotel. Kami langsung bertemu dengan Mbak Lia yang sudah menunggu dari tadi. Mbak Lia langsung mengantar kami ke restonya yang bernama Clove Restaurant. Dari kejauhan saya melihat beberapa staf restaurant sudah berdiri di stand menu masing-masing. Berpakaian putih bersih, lengkap dengan perlengkapan seorang asisten chef. Gak lama kemudian seorang laki-laki berumur sekitar 35 tahun mendekati kami dan menyapa penuh senyum. Beliau langsung memperkenalkan diri. Namanya Mas Achmad Djaelani, seorang kepala chef baru di hotel ini. Baru kali ini saya berkenalan dengan kepala chef sekelas hotel bintang 3 dengan penuh senyum dan ramah banget. Apa karena kami berdua tamu istimewa yaak, hahaha..kepedean bang #Lupakan.

Setelah berkenalan, Mas Achmad menjelaskan kepada kami berdua tentang konsep baru dari Montana Premier Senggigi. Jujur, saya suka dengan konsep baru ini. Berhubung saya juga penyuka masakan khas Nusantara dan sangat suka dengan masakan berbumbu. Ada beberapa menu yang dihidangkan malam itu, antara lain : mpek-mpek, siomay, nasi goreng, mie ayam spesial, rawon, aneka jenis kue, bakso bakar, ati ampela, roti bakar, es campur, aneka jus, kopi dan teh. Banyak banget ternyata, emang banyak menunya dan menggoda untuk nyicip semuanya,hahaha. Untuk harga mulai dari 5K guys, cukup murah kan untuk sekelas hotel bintang 3.

Berhubung hanya kami bertiga saja (saya,doi dan Mbak Lia), gak banyak menu yang kami coba. Saya mencoba memesan mpek-mpek, aneka jenis kue dan roti bakar. Sedangkan doi memesan siomay saja (lagi program diet) dan Mbak Lia memesan mie ayam spesial. Kita review menu-menu yang saya sebutkan di atas yaak :



Mpek-Mpek

Makanan satu ini memang juara banget. Sayangnya di Pulau Lombok, susah sekali nyari cemilan khas Palembang ini. Dulu ada di Kota Tua Ampenan, warung yang menjual mpek-mpek, tapi sekarang sudah gulung tikar. Beruntung sekali saya bisa bertemu dengan cemilan satu ini di Festival Kuliner Jalanan. Saat melihat stand yang menyajikan mpek-mpek, senyum saya langsung berbinar-binar. Sudah lama gak makan mpek-mpek. Ini menu wajib yang harus saya coba di malam minggu ini. Tanpa keraguan saya memesan kapal selam dan lenjer satu porsi lengkap dengan kuah cukanya.

Untuk pelayanan, sangat cepat. Gak lama menunggu, mpek-mpek yang saya pesan sudah terhidang di meja. Tektur kapal selamnya lembut dan gak keras. Saat digigit gurih banget. Apalagi saat mencicipi kuah cukanya, gak terlalu asem dan gak buat enek. Satu porsi mpek-mpek seharga 15K. Cukup murah untuk harga menu di hotel.



Siomay

Si doi memesan siomay yang ada isi kol, kentang, pare dan telurnya. Sudah tau siomay kan ?. Siomay adalah salah satu jenis dim sum yang berasal dari China. Saya belum bisa membedakan siomay China sama Indonesia, yang jelas sama-sama enak,hehehe. Siomay merupakan cemilan yang masuk dalam list cemilan favorit saya. Bumbu kacangnya itu lhoo yang selalu buat tergoda dan gak bikin cepat enek. Tekstur siomaynya lembut dan gurih. Cocok sekali untuk kalian yang sedang program diet, hehehe (percaya gak percaya). Untuk satu porsi siomay seharga 15K. Gak terlalu mahal dibandingkan harga siomay yang ada di pedagang kaki lima. 



Mie Ayam Spesial

Di Festival Kuliner Jalanan kali ini, saya berjumpa dengan mie ayam spesial. Kalau sudah mendengar namanya mie ayam, saya jadi mendadak laper. Tapi untuk kali ini, berhubung sudah memesan mpek-mpek, mie ayam spesialnya saya minta komentar dari Mbak Lia saja.

Mie Ayam Spesialnya merupakan mie ayam Jakarta. Berbeda dengan mie ayam khas Jawa yang khas. Over all, dua jenis mie ayam ini sama-sama enak. Kembali lagi tergantung selera. Mie ayam spesial terdiri dari olahan daging sapi, sayur, pangsit, dan mie yang dibuat sendiri dan kuah dengan aneka bumbu pilihan. Dari segi penampilan, mie ayam spesialnya menarik. Gak terlalu banyak dan gak terlalu sedikit. Cukup untuk kita yang lagi program diet. Untuk seporsi mie ayam spesial yaitu 15K.




Next... !!!

Beberapa menu yang saya ambil seperti beberapa jenis kue dan roti gandum bakar. Untuk tekstur kuenya lembut dan gak terlalu manis. Sayangnya, gak mencicipi semua jenis kue yang dihidangkan karena ruang di perut disisakan untuk roti gandum bakar. Sambil menyantap menu yang dihidangkan, gak lupa foto-foto menunya,hehehe.

Saya lebih tertarik untuk mencicipi roti gandum bakar. Kebetulan juga saya bareng doi lagi program diet, saya pengen nyobain menu roti gandum bakar dengan diberi selai blueberry. Soal rasa, gak perlu diragukan lagi. Satu porsi roti gandum bakarnya luar biasa gede banget. Saya pun gak bisa makan semuanya. Untung saja, doi juga ikutan makan. Satu porsi roti gandum bakar diberi harga 15K. Cukup murah dan harganya pun gak jauh beda dengan harga yang roti bakar yang kita jumpai di pinggir jalan. 







Selain menikmati cita rasa dari menu-menu yang ada, para pengunjung juga dimanjakan dengan live music. Disini kita bisa request lagu yang kita sukai lhoo, asalkan jangan lagu dangdut saja. Kita juga bisa melihat live cooking dari para chef yang sedang beraksi memasak dan bakar-bakar (bakar berbagai jenis sate maksudnya). Semakin malam para pengunjung semakin rame saja. Suasana di Clove Resto juga semakin meriah dengan canda tawa para pengunjung yang berbaur dengan para chef dan band yang gak henti-hentinya melantunkan lagu. 

Yang saya sukai dari tempat ini yaitu restonya berada di pinggiran kolam renangnya. Sambil menikmati hidangan, kita juga bisa menikmati kolam renang dan angin pantai yang sepoi-sepoi. So... bagi kalian yang masih bingung mau malam mingguan dimana dengan konsep jajanan jalanan, bisa mencoba makan malam di Festival Kuliner Jalanan, Montana Premier Senggigi. 



Festival Kuliner Jalanan buka setiap malam minggu, dari pukul 18.00 sampai 22.00 WITA. Dimulai dari harga 5K (5 ribu). Ayoo buruan, jangan sampai ketinggalan. Over all... kami berdua puas dan sangat kenyang. Program diet malam itu gagal deh, semoga saja berat badan gak naik lagi. Btw, untuk acara makan-makan kami kali ini disponsori oleh Montana Premier Senggigi. Thanks buat Mbak Lia dan Mas Achmad Djaelani yang sudah mengundang kami untuk makan malam gratis. Ditunggu undangan makan-makannya lagi dengan konsep yang berbeda,hehehe #Ngarep.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra