Saturday, 16 August 2025

Menginap di Avissa Suites Hotel Jakarta : Dekat Dengan Pusat Perbelanjaan dan Transportasi Umum


Setelah landing di Bandara Soekarno Hatta, saya dan kedua teman berjalan menuju pengambilan bagasi. Selanjutnya menuju pintu keluar kedatangan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. 

Kami sudah dijemput oleh teman yang bekerja di Jakarta, namanya Bang Jaka. Saya, Mbak Zahra dan Mas Erwin menunggu Bang Jaka di depan pintu kedatangan timur untuk mengambil mobil di parkiran. 

Menghirup udara ibukota lagi. Suasana yang saya kangenin kalau datang ke Jakarta itu melihat para pekerja yang berjalan kaki  dan naik transportasi umum sepulang kerja. Senang aja gitu lihatnya. Pemandangan langka orang masih membiasakan diri berjalan kaki dan nungguin angkutan umum di pinggir jalan. Di daerah saya, sudah jarang sekali orang pulang berjalan kaki naik angkot gitu. Kebanyakan pada menggunakan kendaraan pribadi. 

Kami sudah di dalam mobil yang dibawa oleh Bang Jaka. Meninggalkan area bandara menuju daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Perjalanan cukup ramai lancar. Melewati jalan tol tengah kota, lalu masuk ke jalan Sudirman dan memasuki daerah Kuningan yang sudah padat merayap. Disini kami terjebak macet parah karena jam pulang kerja. 

Bagi kami orang pulau yang jauh dari ibukota, rasanya tersiksa sekali melihat kemacetan parah yang ada di depan mata. Karena di tempat tinggal saya, yang namanya macet itu sangat jarang kecuali ada event atau penutupan jalan. 

Tapi mungkin warga di ibukota yang sudah bertahun-tahun tinggal disini, rasanya sudah biasa sekali. Menurut saya sih sudah saatnya warga Jakarta lebih memilih transportasi umum untuk mengurangi kemacetan. 

Kurang lebih hampir dua jam perjalanan, kami sudah sampai di depan hotel tempat kami menginap lima hari kedepan. Selamat datang di Avissa Suites Hotel. Pertama kali melihat hotel ini dari depan, saya sudah yakin ini hotel nyaman dan gak ada gangguan makhluk lain hehehe. 




Avissa Suites Hotel adalah hotel bintang tiga yang terletak strategis di kawasan segitiga emas, Kuningan, Jakarta Selatan. Tepatnya di Jalan Karet Pedurenan No. 19 . 

Lokasinya sangat dekat dengan pusat bisnis dan pusat perbelanjaan. Akses transportasi umum juga mudah, dengan stasiun MRT Bendungan Hilir dan Dukuh Atas BNI dan transportasi feeder dekat sekitar hotel .

Gak jauh dari jalan utama Prof.dr.Satrio dan jalan layang Kp.Melayu-Tanah Abang. Dekat juga dengan Ciputra World I Mall, Mall Ambasador dan Raffles Hotel. 

Di sekitar penginapan, banyak sekali warung makan, cafe/kedai kopi, resto dan pedagang kaki lima. Jadi, gak susah buat nyari makanan. Buat beli obat-obatan juga sangat dekat dengan apotek.

Setelah turun dari mobil, kami memasuki lobby hotel dengan disambut hangat oleh staf hotel. Langit Jakarta sudah mulai gelap. Pas adzan magrib berkumandang kami tiba di hotel. Bang Jaka membantu kami menurunkan barang bawaan. Orangnya sangat ramah dan baik. Setelah mengantar kami ke hotel, beliau langsung ijin pamit untuk pulang. Thanks bang !. 

Untuk penampakan hotelnya cukup keren. Bangunan hotelnya sih gak terlalu besar. Tapi cukup tertata dan modern. Udara di dalam looby hotel cukup dingin. Ada sofa empuk untuk para tamu yang sedang menunggu jemputan taxi atau tempat bersantai. 

Karena proses check in gak terlalu lama. Kami diantarkan oleh staf hotel menuju kamar kami sambil membantu membawakan barang bawaan seperti tas dan koper. Untuk akses ke kamar bisa melalui lift dan tangga. 

Saya dan Mas Erwin satu kamar berdua di kamar nomor 519. Sedangkan Mbak Zahra dan anaknya Mas Erwin di kamar nomor 517 yang berada di lantai lima. Jadi Avissa Suites ini memiliki tujuh lantai. Dimana lantai satu merupakan looby. Lantai dua sampai lantai enam itu kamar tamu. Dan lantai tujuh yaitu resto dan ruang meeting.

Untuk parkir kendaraan ada di basemant. Halaman hotel gak begitu luas. Hanya untuk kendaraan untuk menurunkan penumpang dan area taman seukuran mini. Tapi hotelnya sangat hijau nan sejuk di tengah panasnya Jakarta. 



Untuk memasuki kamarnya, kami diberikan dua kartu (masing-masing satu kartu). Kami akan bermalam di kamar kelas superior yang kisaran harga per malamnya itu 600-700 ribu (harga bisa berubah-ubah). Bisa dipesan melalui aplikasi travel online atau website resmi. 

Penampakan kamarnya seperti kamar kelas superior biasanya. Ukuran kamarnya cukup luas. Kasurnya empuk untuk dua orang dewasa. Ada sofa dan meja. Ada kursi dan meja kerja dan kaca cermin.

Lemari dengan beberapa gantungan pakaian. Ditambah lagi fasilitas lainnya seperti lemari es berukuran mini, alat pemanas air, dua cangkir kopi, dua botol air mineral, ada layar tv, wifi yang kencang, ketel listrik, brankas dan colokan listrik di meja kerja dan samping tempat tidur lengkap dengan lampu baca. 

Untuk kamar mandinya, seperti biasa. Ada shower air panas dan air dingin. Wastafel, cermin besar, alat mandi (sabun,shampo,pasta dan sikat gigi), dua handuk warna putih, closed duduk. Antara toilet dan kamar mandi disekat dengan sebuah pintu kaca. Over all, semuanya bersih. 

Sayangnya jendela kamar gak menghadap ke view perkotaan, tapi menghadap ke sebelah bangunan di sebelahnya. It's oke, gak apa-apa. 

Sesampainya di kamar, gak banyak yang saya lakukan. Habis bersih-bersih badan, lanjut shalat dan keluar nyari makan malam bareng lainnya. Untungnya di dekat hotel ada beberapa tempat makan yang cukup enak. Ada warung bakso dan lalapan. Gak khawatir kebingungan kalau soal makanan. 

Setelah selesai makan, jalan-jalan sebentar menikmati Kota Jakarta di malam hari dengan berjalan kaki. Ada dua mall besar yang dekat dengan hotel kami yaitu Ciputra World I dan Ambasador Mall.

Kembali ke hotel, lanjut istirahat agar besok pagi kembali fit karena besok kegiatan cukup padat. 






Bangun tidur, saya langsung melaksanakan kewajiban shalat Subuh berjamaah bareng Mas Erwin. Setelah itu menunggu sunrise di lantai dua yaitu di kolam renang tapi sayangnya pagi itu langit cukup mendung. View keren dari hotel ini yaitu bisa melihat gedung-gedung pencakar langit. 

Di area kolam renang yang berada di lantai dua, saya bersantai sejenak sambil menikmati Kota Jakarta di pagi hari. Udara pagi itu cukup sejuk dan dingin. 

Emang pagi itu niatnya mau renang. Setelah duduk sebentar, saya langsung turun ke kolam renang yang ukuran gak terlalu luas dan dalamnya hanya 130 meter. Air kolamnya bersih dan jernih. Di mata juga aman dan gak buat perih karena kaporit. 

Sedangkan Mas Erwin, olahraganya di dalam fitnes center (treadmill, multi-gym, sepeda statis) yang letaknya bersebelahan dengan kolam renang. Kami berdua mengabiskan waktu sekitar satu jam untuk berolahraga. 

Fasilitas lainnya dari hotel ini ada ruang meeting, restaurant, gazebo tempat bersantai, dan kolam ikan. 

Waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Kami berdua kembali ke kamar untuk mandi-mandi dan bersiap sarapan di resto yang berada di lantai tujuh. 






Sebut saja Kecapi Resto. Ruang restonya gak begitu luas. Ada beberapa meja dan kursi dan sofa. Terbagi menjadi dua ruang, indoor dan outdoor. 

Ruangannya cukup nyaman dan sejuk. Paling enak menikmati hidangan di outdoornya atau balkon. Dari sini kita bisa melihat view gedung-gedung pencakar langit sambil bersantai dan ngobrol bareng orang lain. 

Sarapan dimulai dari jam enam pagi hingga sepuluh pagi. Untuk menunya beragam setiap harinya. Menu andalan yaitu menu Nusantara. Ada nasi goreng, nasi putih, mie goreng, ayam opor, sambel kentang, cah kangkung, bubur ayam, segala macam roti atau crossiant dan buah-buahan. Minumnya ada aneka jus, susu putih dan air mineral.

Soal rasa, selama lima hari menikmati menu sarapan di Avissa Suites, gak mengecewakan. Yang paling saya suka yaitu nasi goreng, opor ayam, sambel kentang dan rice bowlnya. Bumbunya nendang dilidah. Bener-bener mengenyangkan atau all you can eat. 

Over all, bagi saya menginap di Avissa Suites Hotel Jakarta memberikan pengalaman yang sangat menyenangkan. Lokasi yang sangat strategis dan dekat dengan venue acara yang akan kami hadiri selama lima hari yaitu di Raffles Hotel Kuningan .

Untuk menuju stasiun LRT atau MRT juga dekat yaitu stasiun MRT Bendungan Hilir dan LRT Dukuh Atas BNI. Dan dekat dengan berbagai jalur feender dan Trans Jakarta. 

Bukannya ngendorse, tapi bagi yang akan berlibur atau ada kerjaan/bisnis di Jakarta. Avissa Suites Hotel bisa menjadi salah satu pilihan buat kalian. 

Sebagai tamu yang sudah menginap di hotel ini, saya beri bintang lima untuk pelayanan, kamar, fasilitas lainnya seperti kolam renang dan fitnes center, restonya yang nyaman dengan menu-menu yang enak, dan keramahan staf hotel yang membuat saya pribadi betah di Jakarta. Apalagi ada servise tambahan gratis loundry empat pakaian selama menginap. Mantaap !. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Friday, 8 August 2025

Kalau Belum Coba Gak Bakalan Tahu : LRT Dukuh Atas - Halim


Sejak pertama kali dioperasikan (28 Agustus 2023) oleh Bapak Jokowi, saya pun antusias dengan adanya transportasi publik terbaru di Jakarta. Meskipun gak tinggal di Jakarta, saya ikut senang karena mau kemanapun, sudah terkoneksi oleh beberapa moda transportasi umum dan biaya yang kita keluarkan pastinya gak semahal naik taxi. 

Kebetulan sedang di Jakarta, tiba-tiba saya ingin naik LRT yang kata netizen, kondisi penumpang LRT lebih sepi dibandingkan kakaknya yaitu MRT yang terlebih dahulu ada di ibukota. Ada yang bilang juga, naik LRT itu gak seaman MRT. 

Ada juga yang berkomentar positif, yang nyaman dan suka naik LRT. Apapun komentar netizen, itu semua hak mereka. Kita boleh berpendapat, yang penting tetap menjaga suasana yang kondusif. 

Mungkin kalau saya sendiri, lebih percaya kalau sudah merasakan langsung. Kalau belum mencoba, mana kita tau rasanya. Pengalaman berharga itu akan kita dapatkan setelah kita merasakannya langsung. Betul gak ?. 

LRT yang akan saya coba kali ini yaitu LRT Jabodebek. LRT itu apa sih ?. Mungkin kalian sudah pernah melihat kereta listrik yang memiliki jalur khusus berupa rel yang melayang di medsos atau berita di tv. Dulu sempat viral karena terjadi insiden kecelakaan disaat uji coba. 

LRT (Light Rail Transit) adalah kereta ringan yang digunakan sebagai moda transportasi publik perkotaan. LRT dirancang untuk mengangkut penumpang dalam jumlah sedang hingga besar, terutama di kota-kota dengan lalu lintas padat.

LRT merupakan produk dari karya asli anak bangsa yaitu PT.INKA yang berada di Madiun, Jawa Timur.  Kereta ini dilengkapi dengan sistem otomatis tanpa masinis menggunakan teknologi CBTC (Communication-Based Train Control) dengan otomatisasi tingkat GoA-3.

Kereta ini seluruhnya berjalan di rel layang atau permukaan dan membawa sekitar tiga rangkaian kereta saja. Digerakkan tanpa masinis tetapi tetap diawasi oleh petugas. Horor juga ya naik kereta yang digerakkan oleh sistem komputer alias tanpa masinis. Hehehehe. 

Mari kita coba ! 




Hari itu, Jumat pagi setelah sarapan di penginapan, saya ijin ke teman-teman untuk jalan-jalan sebentar. Jadwal pagi itu ada beberapa materi tapi saya gak ngikutin. Rencananya ngikut materi yang siang sampai sore saja. 

Karena sudah sering jalan sendiri kalau bepergian ke luar kota, saya sih enjoy saja muter-muter Jakarta sendirian tanpa khawatir jika bertemu sama orang jahat. Yang penting bawa diri pede saja. Jangan sampai terlihat sama orang kita kebingungan di jalan. O

Dari penginapan, saya memesan ojek online via aplikasi hijau. Rencana akan naik LRT dari Stasiun Dukuh Atas BNI Jalan Setia Budi karena jarak dari penginapan gak terlalu jauh. Siapin uang receh biar gak ribet nunggu kembalian. 

Buat kalian yang akan bepergian melalui Stasiun Dukuh Atas, apabila naik MRT bisa turun di Stasiun MRT Dukuh Atas. Atau yang dari Bandara Soeta, bisa menggunakan Kereta Bandara turunnya di Stasiun Sudirman Baru lalu jalan kaki kurang lebih seratus meter menuju Stasiun LRT Dukuh Atas BNI. Buat naik KRL juga bisa diakses oleh stasiun ini. 

Setelah si abang ojek datang. Saya pun berangkat menuju stasiun. Waktu tempuh hanya sepuluh menit saja melewati jalan pintas untuk menghindari macet. Untungnya hari itu hari libur nasional alias tanggal merah. Saya lupa hari besar apa itu. Jadinya di jalan gak begitu ramai kendaraan. Mungkin masih pada tidur di rumah masing-masing. 

Sesampainya di pintu masuk Stasiun Dukuh Atas BNI. Saya pun berjalan menaiki anak tangga menuju stasiun yang berada di atas jalan raya. Suasana stasiun Dukuh Atas BNI masih sepi. Mungkin hari libur dan saya datangnya terlalu pagi. 

Hanya beberapa calon penumpang saja yang terlihat. Sempat ragu jadi apa gak mau naik LRT. Sempat berubah pikiran untuk naik MRT saja ke Blok M. Tinggal nyeberang jalan ke Stasiun MRTnya. 

Tapi karena LRT belum sama sekali saya cobain. Sedangkan MRT sudah pernah beberapa kali. So, tetap pilihan jatuh kepada LRT. 

Pikir saya, enak lah naik kereta dalam keadaan sepi. Gak perlu rebutan kursi dan berdiri di dalam kereta. Tinggal duduk manis, bebas pilih kursi dan bebas buat konten pastinya. Hehehe. 




Suasana stasiunnya nyaman. Penampakannya keren dan mirip seperti Stasiun MRT. Hanya saja kalau MRT ada stasiun bawah tanahnya karena jalurnya ada lewat terowongan bawah tanah. Sedangkan MRT full rel layang di atas permukaan jalan. 

Fasilitas di dalam stasiun sangat baik. Ada toiletnya yang bersih. Dibedakan toilet laki-laki dan perempuan. Ada juga toilet khusus disabilitas. Petunjuk informasi sangat membantu. Gak perlu bingung melihat beberapa arah petunjuk. 

Layar lebar digital yang menunjukkan jadwal keberangkatan kereta dan beberapa informasi yang sangat membantu kita yang baru pertama kali mencoba layanan transportasi keren ini. 

Yang perlu diingat, di Stasiun Dukuh Atas ini ada dua jalur LRTnya yaitu dari Dukuh Atas menuju stasiun pemberhentian Stasiun Jati Mulya Bekasi via Stasiun Halim (Bekasi Line). Sedangkan ada juga jalur dari Dukuh Atas hingga pemberhentian terakhir di Stasiun Cibubur via TMII (Cibubur Line). 

Apabila buat kalian yang akan menuju arah Cibubur, kalian bisa turun di Stasiun Cawang untuk transit lalu lanjut LRT ke arah Stasiun Harjamukti. Bila masih bingung, kalian bisa bertanya kepada petugas yang ada di dalam kereta atau stasiun. 

Sebelum berangkat ke stasiun, saya mencoba mencari informasi cara pembelian tiket LRT lewat aplikasi KAI Accees. Tapi kebetulan aplikasi saya sedang trouble. Jadinya pakai cara lain yaitu lewat kartu e-money saja. 

Karena e-money belum diisi, saya pun mencoba membayar dengan kartu lain. Menggunakan kartu MRT ternyata gak bisa. Jadinya, beli kartu KRL yang bisa digunakan untuk LRT seharga 30 ribu. Ditambah top up 20 ribu. Jadi totalnya 50 ribu. Hitung-hitung nambah kartu perjalanan gitu. 

Jadwal keberangkatan LRT Jabodebek setiap sepuluh menit (koreksi bila keliru). Rencananya saya akan menuju Stasiun Halim. Alasan pertama, ingin melihat Stasiun KCIC Halim yang sedang viral dengan Kereta Woosh Jakarta - Bandungnya. Katrok amat yaa ! Hahaha. 

Setelah membeli kartu KRL Multi Trip di loket. Saya pun memasuki area tunggu penumpang dengan masuk melalui gate otomatis. Kartu tadi tinggal di tap di mesin scan otomatis. Lalu gatenya terbuka setelah tap kartu. 





Selanjutnya saya berjalan menuju area tunggu di peron. Terlihat hanya saya dan beberapa penumpang saja yang menunggu kedatangan kereta dengan arah yang sama. 

Waktu menunjukkan jam sembilan pagi. Kereta saya pun akhirnya datang. Dari kejauhan terlihat kereta berwarna dominan merah dengan ukuran lebih kecil dibandingkan kakaknya (MRT). 

Saya berdiri di depan pintu otomatisnya. Berdiri mengikuti tanda panah di lantai. Setelah kereta berhenti dengan sempurna. Pintu kereta dan pintu pembatas terbuka otomatis secara bersamaan. 

Setelah terbuka, saya pun langsung masuk ke dalam kereta. Karena gak ada penumpang turun, jadinya kita diperbolehkan langsung masuk. Tetapi kalau ada penumpang turun, kita dahulukan penumpang yang turun dulu. Setelah itu baru kita masuk. 

Suasana di dalam kereta dingin banget. Kaca kereta kinclong. Maklum saja, baru dua tahun kereta ini beroperasi. Kursi berwarna merahnya sangat empuk. Tapi jumlahnya gak sebanyak di MRT. Fasilitas di dalam kereta cukup lengkap.

Ada kursi empuk, pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri. Ada alat pemadam kebakaran. Ada alat pemecah kaca yang digunakan disaat kondisi tertentu. Ada petugas keamanannya sehingga kita di dalam kereta merasa tenang. 





Papan informasi cukup lengkap dari jalur, stasiun pemberhentian hingga aturan gak boleh merokok dan makan minum selama di dalam kereta. Pastinya gak ada toilet di dalam kereta. 

Setelah duduk, saya melihat sekitar dalam kereta. Vibesnya seperti kereta kota di Jepang gitu meskipun belum pernah naik kereta di Jepang. 

Gak menunggu lama, LRT pun berangkat. Pintu otomatis sudah tertutup. Kereta pun bergerak secara perlahan lalu melaju dengan kencang sekitar 80 km/jam. Gak ada goncangan berarti. Jalan keretanya mulus sekali. Benar-benar dibuat nyaman. 

View yang kita lihat di perjalanan sungguh keren. Melewati gedung-gedung pencakar langit ibukota Jakarta. Cuaca juga cukup cerah. Jadi teringat film Spiderman. Dimana saat bang Spider sedang berantem di kereta dengan Prof.Octopus, hehehe.

Beberapa stasiun yang akan dilewati hingga ke Halim antara lain Stasiun Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran Bank BJB, Cikoko, Ciliwung, Cawang dan sampai di Stasiun Halim. 

Perjalanan diperkirakan sekitar lima belas menit saja. Jarak antar stasiun juga gak terlalu jauh, setiap lima menit kereta sudah sampai di stasiun pemberhentian. 

Gak banyak saya lakukan di dalam kereta. Hanya duduk sambil menikmati perjalanan. Buka handphone untuk mengambil beberapa foto. Sisanya benar-benar menikmati view yang ada di depan mata. 





Sudah melewati Stasiun Cawang, saatnya saya dan beberapa penumpang lainnya bersiap-siap turun di Stasiun Halim. Dari kejauhan sudah terlihat Stasiun Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Halim dengan bangunan yang super megah dan cat dominan putih. 

Sempat melihat Kereta Whoosh di detik-detik keberangkatan menuju Stasiun Tegaluar, Kab.Bandung disaat LRT sampai di Stasiun Halim. 

Setelah berhenti dengan sempurna dan pintu otomatis LRT terbuka. Saya dan penumpang lainnya turun. Suasana masih sepi di stasiun padahal stasiun ini merupakan stasiun penghubung ke Stasiun KCIC Whoosh. Apa mungkin kebetulan pas saya kesini, stasiun masih sepi. 

Setelah keluar dari LRT, saya berjalan menuju pintu keluar. Untuk keluar stasiun masih menggunakan tap kartu. Jadi kartu yang kita pegang, jangan sampai hilang atau tertinggal. Kalau gak ada, kita gak bisa keluar stasiun. 

Pas saya tap, ternyata di layar mesin scan kartu tertera tarif yang saya sudah tempuh. Jadi dari Stasiun Dukuh Atas ke Halim, hanya 8,5 ribu saja dengan durasi lima belas menit. Cukup murah banget. 

Stasiun LRT Halim sangat modern. Apalagi stasiun ini nyambung dengan Stasiun KCIC Whoosh. Saya cukup berjalan kaki kurang lebih lima menit saja melewati lorong penghubung menuju stasiun Whoosh. 





Sesampainya di Stasiun Whoosh, suasana sangat ramai oleh calon penumpang yang akan menuju ke Bandung. Bisa jadi karena hari libur alias long weekends. Jadinya banyak warga Jakarta yang keluar kota. Tujuannya paling terdekat kalau gak ke Bandung ya ke Bogor. 

Sayangnya, saya belum sempat mencoba kereta Whoosh dikarenakan waktu yang gak memungkinkan. Besok pagi sudah balik ke Lombok. Next time kalau ke Jakarta lagi, diusahakan cobain Whoosh. 

Setelah berkeliling sebentar di dalam stasiun Whoosh yang super super ramai oleh para penumpang. Saya pun balik ke Stasiun LRT untuk balik ke Stasiun Duluh Atas lagi. 

Nah pas baliknya, saya mendapatkan LRT dengan kondisi penumpang ramai. Sampai-sampai gak kebagian tempat duduk alias berdiri di lorong kereta. 

Kesimpulan awal saya terbantahkan setelah melihat kondisi penumpang LRT dari Stasiun Jati Mulya Bekasi yang ramai sekali. Sebelumnya saya berpikir, kalau mau naik kereta sepi, bisa naik LRT. Ternyata baik MRT, KRL maupun LRT sama-sama menjadi favorit warga Jabodebek. 

Ini juga menjadi solusi tepat untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, Bekasi dan ke arah Bogor. Dengar-dengar juga, Jakarta sekarang ini sudah mulai gak terlalu macet. Sudah banyak warga yang sadar akan pentingnya naik moda transportasi umum. Bahkan pegawai pemerintahan di Jakarta, setiap hari Rabu harus menggunakan transportasi umum menuju ke kantor. Keren kan !. 

Kurang lebih satu jam waktu jalan-jalan saya menggunakan LRT. Perasaan saya senang sekali akhirnya bisa nyobain kereta ini. Bagi saya, LRT memiliki kelebihan dibandingkan moda transportasi lainnya yang ada di Jakarta. Salah satunya, setiap stasiun LRT memiliki akses ke Trans Jakarta, MRT, KRL dan KCIC. Jadi kita gak perlu bingung mau naik apa. Tinggal sesuaikan dengan waktu perjalanan kalian saja. 

Gak rugi naik LRT ! 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 2 August 2025

Pengalaman Pertama ke Jakarta Fair : Cobain Makan Kerak Telor


Kebetulan di Bulan Juni lalu, saya datang ke Jakarta untuk mengikuti acara PIT dan Muskernas Hisfarsi 2025  yang lokasinya di Raffles Hotel Kuningan, Jakarta.


Di bulan yang sama sedang ada event sale terbesar di Jakarta yaitu Jakarta Fair atau bahasa kerennya itu Pekan Raya Jakarta (PRJ). Lokasinya berada di JIExpo Kemayoran atau di eks lahan Bandara Kemayoran. 


Festival ini berlangsung dari tanggal 19 Juni hingga 13 Juli 2025 lalu. Buka setiap hari dari jam tiga sore hingga sebelas malam kecuali di Hari Sabtu Minggu, buka dari jam sepuluh pagi. 


Pas banget datang ke Jakarta di minggu akhir Bulan Juni, setelah seharian berada di hotel mengikuti seminar dan workshop, saatnya mencari oleh-oleh pakaian buat anak-anak di rumah. 


Sekitar jam empat sore, saya menghubungi teman yang kerja di Jakarta untuk menjemput kami bertiga di hotel. Kurang lebih sepuluh menit menunggu, jemputan pun sudah berada di depan lobi hotel. 


Namanya Bang Juan asli orang Jakarta. Pertama kali bertemu karena Bang Jaka kebetulan gak bisa menjemput kami dikarenakan ada urusan lain yang mendesak. 


Kebetulan Bang Jaka dan Juan merupakan staf yang bekerja di salah satu distributor alat kesehatan di rumah sakit yang berada di Jakarta. 


Sore itu seperti biasa Jakarta pasti macet. Tapi untungnya, Bang Juan memilih menggunakan jalur alternatif untuk menghindari titik-titik kemacetan. 


Pasukan Orange siap borong di Jakarta Fair 


Menyusuri jalanan ibukota dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Meskipun hanya beberapa hari saja di Jakarta, tapi kota ini buat saya pribadi bikin betah karena suasananya yang ramah transportasi umum. Mau kemanapun, kita gak bingung. 


Sebenarnya awalnya pengen naik TransJakarta dari depan hotel tapi berhubung mau kejer waktu biar gak kena macet dan kesorean, jadinya minta tolong teman buat nganter ke lokasi. 


Untuk transportasi umum yang bisa kalian gunakan menuju Jakarta Fair sangat banyak pilihan. Dari MRT kalian harus turun di Stasiun Bundaran HI lalu lanjut menggunakan TransJakarta sampai di Kemayoran. Bisa juga menggunakan LRT dan turun di Stasiun Cawang, lalu lanjut menggunakan TransJakarta dan Jaklingko. 


Bisa juga menggunakan TransJakarta langsung dengan beberapa koridor tertentu (gak hafal). Semua moda transportasi bisa kalian gunakan karena semuanya terakses. Lebih jelasnya, bisa kalian cek di situs resmi TransJakarta atau Jaklingko (koreksi bila salah). 


Dari Hotel Raffles di daerah Kuningan, kami langsung menuju Kemayoran tanpa ganti pakaian dulu di penginapan dengan alasan kalau mampir di penginapan takutnya tambah kesorean lagi sampai di PRJ. 


Estimasi waktu tempuh dari Kuningan ke Kemayoran sekitar setengah jam (sudah termasuk macet di jalan) dengan jarak sekitar lima belas kilometer menggunakan mobil. 


Syukurnya dari Hotel Raffles sampai di Jalan Benyamin Suaib salah satu tokoh pelawak legend di Indonesia, kami gak terkena macet. Untungnya juga waktu masih jam empat sore dan belum banyak yang pulang kerja, jadinya sepanjang jalan Benyamin Suaib masih ramai lancar 


Dari jalan tersebut, lokasi JIExpo Kemayoran sudah dekat. Terlihat antrian kendaraan roda empat sudah banyak yang mengantri untuk masuk ke dalam area parkir. 


Berhubung Bang Juan gak ikutan masuk, jadinya kami bertiga turun dari mobil di luar saja. Tepatnya persis di samping pintu masuk bagian timur atau pintu 2B. Kami sudah janjian sama Bang Juan kalau dijemput nanti, saya akan menelpon beliau. 




Setelah turun dari mobil, kami berjalan menuju pintu masuk. Untungnya kami sudah beli tiket online via website resmi di Jakarta Fair. Kami membeli tiket seharga 50 ribu per orang untuk di hari itu (Rabu).


Untuk yang membeli tiket online, gak perlu berlama-lama mengantri. Cukup menunjukkan barcode di handphone masing-masing untuk di scan oleh petugas. Sedangkan yang membeli tiket langsung atau manual, harus rela ngantri panjang. 


Setelah melewati petugas tiket, saya dan teman lainnya jalan menuju area PRJ. Sore itu masih belum ramai. Terlihat beberapa toko pakaian bermerk sudah dibanjiri oleh pembeli. 


Ada juga area permainan anak-anak seperti komedi putar, odong-odong dan permainan lainnya seperti di pasar malam pada umumnya. 


Saya, Mbak Zahra dan Mas Erwin sudah punya tujuan masing-masing. Kami bertiga berpisah untuk mencari barang yang kami cari. Dan akan bertemu setelah selesai membeli barang yang dicari. 


Yang menarik bagi saya yaitu ada toko pakaian yang bertuliskan serba 50 ribu per pcs. Saya pun tergoda untuk masuk ke dalam tokonya. Pilih-pilih baju kaos untuk anak-anak. Kualitas kaosnya cukup bagus. Saya pun mendapatkan empat kaos untuk anak-anak. 


Keluar dari toko, saya pun berjalan menuju toko lainnya. Satu per satu toko pakaian saya masuki. Bagus-bagus dan godaan terbesar pun datang. Tantangan terbesar menahan diri untuk gak belanja berlebihan. Waktu masih panjang di Jakarta, hehehe. 


Selain toko pakaian, disini juga ada perlengkapan anak sekolah, alat tulis, buku, barang elektronik, sepeda listrik, otomotif, motor, perabotan rumah tangga dan makanan yang unik-unik. Apapun yang dicari, hampir semua ada disini. Mau cari cewek manis dan modis, ada banyak terlihat disini (semoga gak dibaca sama istri) hehehe. 


Sejarah Jakarta Fair Kemayoran 


Event  ini berawal dari tradisi Pasar Gambir di Batavia (sekarang Jakarta) sekitar tahun 1898 yang diadakan untuk merayakan penobatan Ratu Wilhelmina. Sempat dihentikan pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942. 


Di tahun 1967, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, Bapak Ali Sadikin menginisiasi acara terpusat yang memadukan pasar malam, budaya, dan perdagangan dengan nama Pekan Raya Jakarta. Dan resmi digelar sejak tahun 1968 di Lapangan IKADA (sekarang bernama Monas) dan diresmikan oleh Presiden Soeharto sekaligus menjadi edisi pertama. 


Pada tahun 1992, lokasi berpindah ke Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Sejak saat itu, event ini dikenal sebagai Jakarta Fair Kemayoran (JFK). Itulah sejarah singkat dari awal mulanya Jakarta Fair ini diselenggarakan hingga sekarang. Sudah cukup tua juga ya umurnya. 


Festival ini diselenggarakan untuk menyambut HUT DKI Jakarta. Di tahun 2025, merupakan helatan yang ke-56 sejak tahun 1968. Dan di tahun 2025 umur Provinsi DK Jakarta sekarang yaitu 498 tahun. Gak usah kaget sama umur Jakarta, hehehe. 


Tema yang diangkat di tahun 2025 yaitu "Jakarta Fair Kemayoran Mendukung Indonesia Maju Melalui Inovasi dan Karya Bangsa Berkelanjutan". 


Jakarta Fair bukan sekadar pameran dagang, melainkan juga festival rakyat yang menggabungkan ekonomi, budaya, dan hiburan dalam skala besar. Kira-kira seperti itulah yang saya tangkap dari beberapa media yang sudah mengulas tentang festival ini. 





Berkeliling ke beberapa tenant yang menjual pakaian, pernak pernik khas Jakarta, jajanan viral dengan harga promonya dan makanan tradisional. Gak terasa kaki pun teras pegal. Kelihatan jarang olahraga rupanya.


Perut pun sudah keroncongan. Tandanya harus diisi. Lihat-lihat tenant yang menjual makanan, mata pun jatuh kepada salah satu abang penjual Kerak Telor khas dengan gerobaknya. Kerak Telor merupakan salah satu jajanan khas Jakarta. Biasanya jajanan ini ada saat perayaan hari besar Betawi seperti Pekan Raya Jakarta.


Sebelumnya saya hanya tau saja ada jenis makanan seperti ini. Saya pun belum pernah nyobain seumur hidup. Hanya sering mendengar dan membaca cerita teman tentang review makan Kerak Telor. Penasaran juga rasanya seperti apa. Mari kita coba !. 


Di dalam area Jakarta Fair dengan luas sekitar 44 hektar ini, banyak sekali bejejeran pedagang Kerak Telor. Yang saya lihat kalau gak salah lebih dari dua puluh penjual yang berjejer rapi di sepanjang jalan di dalam area festival. 


Gak hanya saya saja yang penasaran, tapi Mbak Zahra pun sama. Kami memesan satu porsi Kerak Telor dengan pilihan Telur Ayam saja seharga 30 ribu seporsi. 


Uniknya, saya bisa melihat cara buat Kerak Telor dari penjual asli dari Betawi. Kalau gak salah nama bapaknya, Babe Saffan (babe untuk sebutan bapak di Betawi). 


Bapaknya cukup ramah meskipun wajahnya lempeng gitu dan gak ada senyum. Tapi over all, bapaknya baik kok. 





Kerak Telor berbahan dasar ketan putih yang diberi telur ayam atau bebek biasanya. Kemudian ditaburi ebi (udang kering yang ditumbuk ) dan parutan kelapa sangrai. Ada bumbu halusnya juga seperti bawang merah, bawah putih, merica dan kencur. Dimasak tanpa menggunakan minyak goreng. 


Cara membuatnya cukup beras ketan putih yang sudah direndam diletakkan di atas wajan kecil. Kemudian dicampur dengan telur dan bumbu, lalu dimasak di atas tungku arang.


Setelah setengah matang, wajan dibalik langsung ke atas bara agar bagian atas kerak menjadi kering dan sedikit gosong dan ini yang memberi aroma khas.


Disajikan tanpa saus atau kuah. Ditaburi kelapa sangrai dan ebi kering di atasnya. Biasanya langsung dimakan dari wadah daun pisang atau kertas nasi. 


Setelah pesanan Kerak Telor saya jadi, saya pun menyantap dengan memotong beberapa bagian menggunakan sendok. Selagi hangat, enak banget dimakan. Rasa bumbu halus dengan ebi dan sangrai kelapanya nendang banget. Rasanya gurih dan buat cepat kenyang. 


Aroma telur ayamnya kuat banget. Tumben makan ketan putih dicampur dengan telur ayam. Rasanya seperti makan nasi rasul kalau di daerah saya di Lombok. Biasanya makan jajanan seperti ini di hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, acara kawinan, orang naik haji dan acara di masjid-masjid kampung. 


Soal rasa karena saya baru pertama kali makan dan rasanya sudah familiar di lidah, cukup enak dan mengenyangkan. Mungkin ada beberapa orang yang gak biasa makan seperti ini apalagi yang alergi makan telur. Jangan coba-coba makan ya !. 


Cukup bahagia rasanya bisa mencicipi Kerak Telor di Jakarta Fair Kemayoran karena kata orang sini, akhir-akhir ini penjual Kerak Telor sudah jarang ditemui kecuali hari-hari besar di Jakarta, salah satunya di Pekan Raya Jakarta ini. 





Setelah mencicipi Kerak Telor, kami bertiga melanjutkan keliling ke area yang belum sempat kami sambangi. Langit sudah gelap dan lampu-lampu di area PRJ sudah dihidupkan. Suasana semakin meriah karena semakin malam, jumlah pengunjung semakin membludak. 


Ditambah lagi ada konser setiap hari selama festival ini berlangsung (di jam-jam tertentu). Yang tampil konser di festival ini dari berbagai band ibukota yang sudah terkenal. Salah satunya The Changcuters, salah satu band favorit saya pada masa itu sekitar tahun 2009-2013. Dan masih banyak lagi band-band yang hadir mengisi konser di festival ini. 


Selama berada di Jakarta Fair beberapa jam saja, rasanya kaki ini pegal sekali. Gak sanggup rasanya kalau mengelilingi area festival semuanya. Mana membludak sama ribuan pengunjung yang datang semakin malam semakin padat. 


Sedikit tips dari saya ketika kalian datang ke Jakarta Fair, antara lain : jaga baik-baik barang berharga kalian seperti handphone dan dompet. Kalau bawa tas ransel, usahakan posisi taruhnya di depan dada agar terhindar yang hal-hal yang gak diinginkan. 


Membeli tiket pada situs resmi bagi yang membeli online dan membeli di loket-loket resmi di dalam area Jakarta Fair untuk menghindari calo.


Yang membawa anak kecil, pegang terus anak kalian. Karena di dalam area festival penuh dengan ribuan pengunjung yang saling berdesakan (apalagi di akhir pekan). Kecuali yang bawa gebetan kali ya yang rawan tangannya dipegang sama orang lain, Asyiiik. 


Membawa air mineral untuk menghindari dehidrasi di dalam area festival. Di dalam banyak sekali penjual minuman. So, kalian gak bingung kalau kehausan. 


Tips yang terakhir, pintar-pintar membeli barang. Kalau sudah di dalam area festival, godaan besar itu yaitu jika menemukan barang kesukaan kita, berat untuk dilewatkan, hahahaha. 


Itu dia cerita pengalaman pertama kali saya datang ke Jakarta Fair Kemayoran. Kalau kalian ceritanya gimana ?. Tulis di kolom komentar ya !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra