Friday, 12 December 2025

Terbang di Cuaca Buruk : Lion Air Boeing 737 800


Gak terasa sudah berada di akhir tahun. Kondisi cuaca akhir-akhir ini juga lagi kurang baik. Sepanjang hari hujan turun dengan lebatnya. Beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat dilanda musibah banjir dan tanah longsor. Ribuan korban terkena dampaknya. Kondisi kota lumpuh, rumah-rumah hanyut. Yang memprihatinkan banyak yang kehilangan sanak saudara.


Mari kita doakan untuk saudara kita yang ada disana, semoga selalu diberikan kesehatan dan kesabaran menghadapi musibah ini. Bantuan demi bantuan berdatangan silih berganti baik melalui jalur udara maupun darat meskipun akses yang begitu sulit ditempuh.


Cuaca saat ini sedang gak baik-baik saja, saya malah mendapatkan tugas untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Sebenarnya  senang bisa ngetrip lagi ke tanah Jawa. Tapi karena lagi musim hujan, agak berat untuk ninggalin anak-anak di rumah. 


Karena ini tugas negara, ya saya gak bisa menolaknya. Apalagi ini menyangkut harga diri. Kalau sudah diperintahkan berangkat, berarti kita termasuk orang yang dipercaya. Gimanapun resiko tugasnya nanti, kita berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya, Asyiiik (curhat colongan). 


Di tahun ini sudah dua kali saya berkunjung ke Kota "Pahlawan". Sebelumnya sekitar Bulan April di tahun ini, saya bareng keluarga singgah di kota ini untuk melanjutkan perjalanan ke Jogya. Dan di awal Desember ini, kesini lagi sendirian. 


Berhubung ini perjalanan dinas, untuk segala kebutuhan dari biaya pelatihan, transportasi, hotel dan makan minum sudah diurus oleh kantor. Jadinya saya tinggal jalan saja. 


Untuk menuju Surabaya, saya memilih naik pesawat saja untuk menghemat waktu di jalan. Ada beberapa maskapai yang melayani rute Lombok - Surabaya. Saya memilih pesawat sore saja karena kegiatan pelatihan dimulai di keesokan pagi harinya.


Lagi-lagi maskapai yang saya pilih yaitu pesawat sejuta umat karena pesawat plat merah sementara ini gak ada melayani rute Lombok - Surabaya. 


Alasan lainnya kenapa pilih maskapai ini karena jadwal keberangkatannya bisa dibilang banyak pilihan. Ada yang pagi, siang maupun sore sampai malam. 


Kebetulan ada jadwal keberangkatan paling terakhir jam lima sore, jadinya saya ambil jam segitu biar gak buru-buru. Bisa lebih lama bareng anak-anak juga karena ditinggal empat hari nantinya. 


Tepat di hari H, sekitar jam satu siang, tiba-tiba langit mendung dan gak lama hujan turun dengan deras. Sudah satu jam lamanya hujan turun, saya cek ulang barang yang akan dibawa agar gak tertinggal. Pikir saya, hujan gak hujan, jam tiga siang saya tetap jalan ke bandara. 


Syukurnya jam tiga kurang, hujan pun sudah reda. Ketika si kecil sudah tidur, saya memesan taxi via aplikasi. Saya memilih menggunakan bluebird group karena nyaman saja dan armadanya cukup baik. 


Istri dan si kakak (anak pertama) masih terbangun. Ketika taxi sudah datang, saya berpamitan ke istri dan si kakak. Agak berat juga sebenarnya ninggalin mereka disaat kondisi cuaca seperti ini. Tapi Bismillah saja, namanya ini ibadah. 




Dari rumah yang berlokasi di Desa Rumak, Lombok Barat, waktu tempuh ke Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Tarif taxi sekitar 150 ribuan. 


Sampainya di bandara, saya langsung turun dari taxi dan berjalan menuju area check in tiket. Suasana bandara siang itu cukup ramai. Lumayan banyak jadwal keberangkatan pesawat sore itu. Ada yang ke Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Bima dan Tambolaka. 


Karena gak ada bagasi, saya cetak boarding pass mandiri di mesin boarding pass yang berada di area check in. Sebelumnya saya sudah minta bantuan adek yang kerja di maskapai Lion Air untuk check in online. 


Setelah boarding pass tercetak, saya menuju lantai dua. Berjalan menuju area pengecekan barang dan lain-lain. Seperti biasa, yang membawa ikat pinggang, jam tangan, jaket, topi dan hp, bisa dilepas dan ditaruh di nampan plastik yang sudah disediakan. 


Setelah dipastikan barang bawaan aman semua dari alat X-ray, saya segera menuju ruang tunggu penumpang. Tertera di boarding pass, Lion Air dengan nomor penerbangan JT 823 tujuan Surabaya jadwal boarding pukul 16.35 WITA melalui Gate 2.




Baik Gate 1 maupun Gate 2 merupakan gedung terminal baru. Untuk kondisi ruangannya sangat keren. Ada sofa-sofa panjang melingkar yang berada di area gedung ini. Selain itu kursi ruang tunggunya juga cukup enak. Ornamen-ornamen modern tanpa menghilangkan kesan budaya Lombok sendiri yang ada di bagian atap maupun dinding. 


Di bagian depan, terdapat dinding kaca sehingga kita bisa leluasa melihat pesawat yang take off maupun landing. Bandara BIZAM ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sudah banyak titik yang sudah mengalami perbaikan. Beberapa spot juga sudah dipercantik untuk memanjakan para wisatawan domestik maupun mancanegara yang berlibur bahkan menonton MotoGP ke Lombok.  


Beberapa toko oleh-oleh, resto, caffe dan minimarket dengan brand terkenal sudah ada di dalam area ruang tunggu penumpang. Fasilitas umum lainnya ada toilet pria, wanita dan difabel yang cukup bersih. Mushola dengan ukuran yang gak begitu besar tapi cukup menampung para calon penumpang yang akan melaksanakan shalat. Ada juga playground anak agar anak-anak gak cepat bosan. 


Menariknya saya melihat kondisi ruang tunggu di Gate 1 maupun 2 sangat ramai oleh calon penumpang. Ada juga antrian penumpang yang sedang berbicara dengan petugas maskapai. Penasaran juga, apa yang terjadi. Kepikiran, mungkin saja ada salah satu pesawat yang delay. 




Ternyata, gak hanya satu pesawat saja yang delay. Tapi ada beberapa pesawat yang mengalami gangguan operasional. Parahnya lagi ada salah satu maskapai yaitu Super Air Jet tujuan Jakarta, sudah lebih delapan jam delay. Yang tadinya jadwal berangkat jam sembilan pagi, dari informasi terakhir akan diberangkatkan jam tujuh malam. 


Harap-harap cemas juga semoga pesawat saya gak ikutan delay. Lihat di Traffic Flight Radar, pesawat yang akan saya naiki nanti sedang menuju Lombok dari Surabaya. Tanya sama adek yang kerja di bandara ini juga, infonya juga sama. 


Selama menunggu di ruang tunggu, saya pergunakan untuk duduk bersantai sejenak sambil minum susu favorit. Ngobrol sesekali dengan calon penumpang yang duduk di sebelah. Mereka sejak pagi sudah berada di ruang tunggu ini menunggu pesawat yang belum pasti berangkat jam berapa. 


Dimaklumi karena kondisi cuaca seperti ini, sangat wajar penerbangan pada delay. Apalagi yang menuju arah timur seperti Makassar, Tambolaka dan Bima kondisi cuaca disana lagi buruk. Sehingga mengganggu jarak pandang pilot dan membahayakan pesawat yang melintas.  


Sekitar jam setengah lima sore, pesawat Lion Air Boeing 737 800 PK LOR sudah terlihat landing di runway 31. Sedikit tenang karena kemungkinan pesawat berangkat tepat waktu. 


Pesawat yang akan menerbangkan saya dan lainnya ke Surabaya berjalan perlahan menuju apron. Pesawat berbadan putih dengan lambang Singa Terbang merah di bagian ekor dan tulisan Lion di bagian badan pesawat. 


Sudah lama rasanya saya gak terbang bersama Lion Air lagi. Gak sabar rasanya ingin cepat-cepat masuk ke dalam kabin pesawatnya. Setelah pesawat selesai menurunkan penumpang, sudah diumumkan bagi penumpang Lion Air dengan nomor penerbangan JT 823 tujuan Surabaya dipersilahkan menuju pesawat. 




Antrian panjang penumpang di Gate 2 untuk melakukan pengecekan terakhir boarding pass dan kartu pengenal sebelum masuk ke dalam pesawat. Syukurnya pesawat kami gak mengalami delay. 


Setelah melakukan pengecekan boarding pass, saya berjalan menuju pesawat melalui garbarata. Sudah terlihat secara jelas pesawat yang akan menerbangkan saya ke Bandara Juanda Surabaya. 


Langit sore yang cukup cerah pertanda penerbangan nanti baik-baik saja. Perlahan-lahan para penumpang memasuki pesawat. Saya duduk di seat nomor 2A. Dua baris dari depan. Duduk di sebelah jendela bagian kiri pesawat. 


Para pramugari dengan ramah melayani para penumpang menuju seat (kursi) masing-masing agar gak tertukar dengan penumpang lain. Setelah meletakkan tas bawaan di kompartemen bagasi di atas kursi, saya segera duduk di kursi saya sendiri sebelum ada penumpang yang iseng nyerobot kursi yang bukan semestinya. Biasanya ada saja penumpang yang sengaja duduk di tempat duduk kita dan beralasan itu tempat duduknya. Kebanyakan ibu-ibu atau bapak-bapak (menurut pengalaman pribadi). 


Para penumpang satu per satu duduk di seatnya masing-masing. Setelah pintu pesawat sudah ditutup. Pesawat sebentar lagi akan berangkat. Para awak kabin mendemokan alat keselamatan seperti jaket pelampung dan masker oksigen. 


Gak lupa di depan kursi kita, ada informasi keselamatan yang wajib dibaca. Selain itu ada majalah dan buku doa sesuai keyakinan masing-masing. Saya sangat beruntung bisa duduk di samping jendela bagian depan. 




Untuk kursi (seat) nya masih terawat. Dengan bahan kursinya semi kulit berwarna biru tua khas Lion Air tanpa ada sarung kursi yang berwarna merah pada biasanya. Untuk kaca jendela masih cukup bersih dengan usia pesawat yang menurut traffic flight radar sekitar 11,5 tahun. 


Lion Air Boeing 737 800 dengan nomor registrasi PK LOR ini pertama kalinya dioperasikan oleh maskapai Lion Air pada tahun 2015. Kelas semuanya full ekonomi dengan konfigurasi seat 3-3 dan bisa mengangkut penumpang sebanyak 189 orang (selain awak kabin). 


Untuk jarak antar seat bagian depan dan belakang menurut saya gak sempit-sempit amat seperti pesawat Lion Air lainnya. Kalau yang PK LOR ini menurut saya jarak antar seatnya cukup longgar dengan tinggi saya 165 cm. 


Pesawat sudah push back dan taxi menuju runway 31. Cuaca sore itu cukup cerah meskipun di arah barat awan terlihat tebal. Semoga saja di atas nanti gak sering bertemu dengan hujan.




Setelah pesawat berjalan pelan menuju runway, gak lama terdengar suara mesin pesawat yang cukup bising di bagian sayap kiri dan kanan. Pertanda pesawat sudah berjalan cepat untuk take off. Ini moment bagi saya yang cukup menegangkan. Setiap naik pesawat, yang saya khawatirkan itu disaat take off dan landing


Gak lama kemudian, pesawat sudah take off dan menukik ke atas dengan tajam. Baru kali ini saya naik pesawat, nukiknya cukup tajam. Apa setiap pilot itu punya ciri khas dalam menerbangkan pesawat gak ya ?. 


Setelah tiga menit take off, pesawat terbang dengan stabil. Agak sedikit tenang. Terlihat view cantik Kota Mataram di sore hari. View laut dengan deretan perbukitan Pulau Lombok yang memanjakan mata dan selalu saya rindukan setiap keluar pulau. 


Pesawat masuk ke dalam awan tebal. Semakin terbang tinggi, pesawat terasa terguncang kecil. Pulau Bali pun gak terlihat karena terselimuti awan tebal. Pertanda di bawah sana hujan turun. 


Sepuluh menit terbang, pesawat terkena turbulance beberapa kali. Sampai tanda mengenakan sabuk pengaman menyala beberapa kali. Goncangan demi goncangan juga terasa cukup keras. Yang tadinya mau tidur, jadinya gak bisa tidur. Apalagi terlihat view sunset yang sangat indah. 





Sudah lama sekali gak melihat moment matahari terbenam dari dalam pesawat. Sampai gak ingat lagi kapan terakhir naik pesawat sambil menikmati sunset seperti ini. Rasa cemas karena turbulance sedikit berkurang karena melihat sunset yang begitu cantik. 


Posisi pesawat sudah berada di atas Jawa Timur. Bali Barat dan Banyuwangi terlihat jauh di bawah dengan Selat Bali yang memisahkan. Begitu juga dengan ratusan lampu terang dari Paiton yang memanjakan mata. Ditambah lagi jalan tol Probowangi yang terlihat seperti ular putih yang meliuk-liuk di kawasan pantura Jawa Timur. 


Semakin lama, langit semakin gelap. Matahari pun sudah terbenam. Lampu-lampu rumah warga sudah menyala. Sebentar lagi pesawat akan landing di Bandara Juanda Surabaya. Rasanya cepat sekali ya. Baru saja setengah jam terbang, eh sudah sampai saja di Surabaya. 


Perlahan-lahan pesawat turun. Tekanan udara pun berubah drastis sampai telinga pun agak berdengung. Suasana hening, sebagian penumpang tertidur di kursinya masing-masing. Untungnya dua kursi di sebelah saya kosong. Jadinya agak leluasa untuk merekam dan mengabadikan moment selama penerbangan. 


Lampu di dalam kabin pesawat dimatikan. Pesawat sebentar lagi akan mendarat. Terdengar ban pesawat sudah diturunkan. Moment menegangkan kembali hadir. Kali ini moment paling kritis dari pesawat salah satunya saat landing


Jantung berdebar-debar saat sudah terlihat ujung landasan dengan lampu di pinggir landasan. Terdengar "kreeekkkk", ban pesawat menyentuh aspal landasan dan mesin terdengar sangat bising karena pesawat melakukan pengereman. 


Akhirnya pesawat landing dengan sempurna dan segera berjalan menuju apron. Terlihat bangunan Bandara Juanda dengan ciri khas rumah Joglo dan beberapa pesawat terparkir. 




Setelah pesawat berhenti dengan sempurna. Para penumpang segera bersiap-siap turun dari pesawat melalui tangga yang sudah disiapkan. Pintu pesawat sudah dibuka. Awak kabin mempersilahkan seluruh penumpang untuk berjalan turun dari pesawat dengan tertib. Jangan lupa mengecek barang bawaan agar gak tertinggal terutama "tumbleur" masing-masing. 


Penumpang turun gak melalui garbarata, tapi melalui tangga manual. Wah ini yang saya tunggu-tunggu karena bisa melihat badan pesawat secara utuh. 


Langit Surabaya sedang bersahabat malam itu. Kami sampai di Surabaya sekitar jam setengah enam magrib. Ada perbedaan waktu satu jam lebih lambat dari Lombok. Kurang lebih satu jam penerbangan dari Lombok ke Surabaya. 


Setelah turun dari pesawat, saya dan para penumpang lainnya berjalan kaki menuju terminal kedatangan. Suasana bandara malam itu cukup ramai. Ada beberapa penerbangan di malam itu. Terlihat di ruang tunggu masih ramai oleh penumpang yang sedang menunggu jadwal keberangkatan. 


Karena gak ada bagasi, saya pun langsung keluar bandara dan mencari taxi yang sudah saya pesan via aplikasi. Kali ini saya ingin mencoba bluebird taxi dengan kelas gold nya. Pelayanannya cukup oke dengan armada saat itu mobil Inova hitam dengan driver yang sangat ramah. Tarifnya sekitar 240 ribu. Itu sudah sampai biaya masuk tol. Gak dikenakan biaya tambahan lagi. 


Over all, penerbangan Lombok - Surabaya kali ini bersama Lion Air Boeing 737 800 dengan nomor penerbangan JT 823 PK LOR sangat saya nikmati. Meskipun penerbangan low cost carrier, tapi pelayanan standarnya cukup baik. Awak kabin yang ramah dibandingkan awak kabin maskapai merah sebelah, hehehe. 


Kondisi pesawatnya juga cukup oke. Gak ada drama delay dan pendingin udaranya bekerja dengan baik. Saya pribadi gak merasa kepanasan di dalam pesawat. Kali ini penerbangan sungguh menyenangkan. 


Perjalanan dari Bandara Juanda menuju hotel tempat saya menginap beberapa hari kedepan memakan waktu tempuh dua puluh menit. 


Untuk hotelnya nanti saya review di tulisan selanjutnya. Jadi sampai disini dulu cerita saya edisi Surabaya. Ditunggu cerita selanjutnya yang lebih seru dan gak jelas lagi. Hehehe. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

0 comments:

Post a Comment