Saturday, 2 August 2025

Pengalaman Pertama ke Jakarta Fair : Cobain Makan Kerak Telor


Kebetulan di Bulan Juni lalu, saya datang ke Jakarta untuk mengikuti acara PIT dan Muskernas Hisfarsi 2025  yang lokasinya di Raffles Hotel Kuningan, Jakarta.


Di bulan yang sama sedang ada event sale terbesar di Jakarta yaitu Jakarta Fair atau bahasa kerennya itu Pekan Raya Jakarta (PRJ). Lokasinya berada di JIExpo Kemayoran atau di eks lahan Bandara Kemayoran. 


Festival ini berlangsung dari tanggal 19 Juni hingga 13 Juli 2025 lalu. Buka setiap hari dari jam tiga sore hingga sebelas malam kecuali di Hari Sabtu Minggu, buka dari jam sepuluh pagi. 


Pas banget datang ke Jakarta di minggu akhir Bulan Juni, setelah seharian berada di hotel mengikuti seminar dan workshop, saatnya mencari oleh-oleh pakaian buat anak-anak di rumah. 


Sekitar jam empat sore, saya menghubungi teman yang kerja di Jakarta untuk menjemput kami bertiga di hotel. Kurang lebih sepuluh menit menunggu, jemputan pun sudah berada di depan lobi hotel. 


Namanya Bang Juan asli orang Jakarta. Pertama kali bertemu karena Bang Jaka kebetulan gak bisa menjemput kami dikarenakan ada urusan lain yang mendesak. 


Kebetulan Bang Jaka dan Juan merupakan staf yang bekerja di salah satu distributor alat kesehatan di rumah sakit yang berada di Jakarta. 


Sore itu seperti biasa Jakarta pasti macet. Tapi untungnya, Bang Juan memilih menggunakan jalur alternatif untuk menghindari titik-titik kemacetan. 


Pasukan Orange siap borong di Jakarta Fair 


Menyusuri jalanan ibukota dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Meskipun hanya beberapa hari saja di Jakarta, tapi kota ini buat saya pribadi bikin betah karena suasananya yang ramah transportasi umum. Mau kemanapun, kita gak bingung. 


Sebenarnya awalnya pengen naik TransJakarta dari depan hotel tapi berhubung mau kejer waktu biar gak kena macet dan kesorean, jadinya minta tolong teman buat nganter ke lokasi. 


Untuk transportasi umum yang bisa kalian gunakan menuju Jakarta Fair sangat banyak pilihan. Dari MRT kalian harus turun di Stasiun Bundaran HI lalu lanjut menggunakan TransJakarta sampai di Kemayoran. Bisa juga menggunakan LRT dan turun di Stasiun Cawang, lalu lanjut menggunakan TransJakarta dan Jaklingko. 


Bisa juga menggunakan TransJakarta langsung dengan beberapa koridor tertentu (gak hafal). Semua moda transportasi bisa kalian gunakan karena semuanya terakses. Lebih jelasnya, bisa kalian cek di situs resmi TransJakarta atau Jaklingko (koreksi bila salah). 


Dari Hotel Raffles di daerah Kuningan, kami langsung menuju Kemayoran tanpa ganti pakaian dulu di penginapan dengan alasan kalau mampir di penginapan takutnya tambah kesorean lagi sampai di PRJ. 


Estimasi waktu tempuh dari Kuningan ke Kemayoran sekitar setengah jam (sudah termasuk macet di jalan) dengan jarak sekitar lima belas kilometer menggunakan mobil. 


Syukurnya dari Hotel Raffles sampai di Jalan Benyamin Suaib salah satu tokoh pelawak legend di Indonesia, kami gak terkena macet. Untungnya juga waktu masih jam empat sore dan belum banyak yang pulang kerja, jadinya sepanjang jalan Benyamin Suaib masih ramai lancar 


Dari jalan tersebut, lokasi JIExpo Kemayoran sudah dekat. Terlihat antrian kendaraan roda empat sudah banyak yang mengantri untuk masuk ke dalam area parkir. 


Berhubung Bang Juan gak ikutan masuk, jadinya kami bertiga turun dari mobil di luar saja. Tepatnya persis di samping pintu masuk bagian timur atau pintu 2B. Kami sudah janjian sama Bang Juan kalau dijemput nanti, saya akan menelpon beliau. 




Setelah turun dari mobil, kami berjalan menuju pintu masuk. Untungnya kami sudah beli tiket online via website resmi di Jakarta Fair. Kami membeli tiket seharga 50 ribu per orang untuk di hari itu (Rabu).


Untuk yang membeli tiket online, gak perlu berlama-lama mengantri. Cukup menunjukkan barcode di handphone masing-masing untuk di scan oleh petugas. Sedangkan yang membeli tiket langsung atau manual, harus rela ngantri panjang. 


Setelah melewati petugas tiket, saya dan teman lainnya jalan menuju area PRJ. Sore itu masih belum ramai. Terlihat beberapa toko pakaian bermerk sudah dibanjiri oleh pembeli. 


Ada juga area permainan anak-anak seperti komedi putar, odong-odong dan permainan lainnya seperti di pasar malam pada umumnya. 


Saya, Mbak Zahra dan Mas Erwin sudah punya tujuan masing-masing. Kami bertiga berpisah untuk mencari barang yang kami cari. Dan akan bertemu setelah selesai membeli barang yang dicari. 


Yang menarik bagi saya yaitu ada toko pakaian yang bertuliskan serba 50 ribu per pcs. Saya pun tergoda untuk masuk ke dalam tokonya. Pilih-pilih baju kaos untuk anak-anak. Kualitas kaosnya cukup bagus. Saya pun mendapatkan empat kaos untuk anak-anak. 


Keluar dari toko, saya pun berjalan menuju toko lainnya. Satu per satu toko pakaian saya masuki. Bagus-bagus dan godaan terbesar pun datang. Tantangan terbesar menahan diri untuk gak belanja berlebihan. Waktu masih panjang di Jakarta, hehehe. 


Selain toko pakaian, disini juga ada perlengkapan anak sekolah, alat tulis, buku, barang elektronik, sepeda listrik, otomotif, motor, perabotan rumah tangga dan makanan yang unik-unik. Apapun yang dicari, hampir semua ada disini. Mau cari cewek manis dan modis, ada banyak terlihat disini (semoga gak dibaca sama istri) hehehe. 


Sejarah Jakarta Fair Kemayoran 


Event  ini berawal dari tradisi Pasar Gambir di Batavia (sekarang Jakarta) sekitar tahun 1898 yang diadakan untuk merayakan penobatan Ratu Wilhelmina. Sempat dihentikan pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942. 


Di tahun 1967, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, Bapak Ali Sadikin menginisiasi acara terpusat yang memadukan pasar malam, budaya, dan perdagangan dengan nama Pekan Raya Jakarta. Dan resmi digelar sejak tahun 1968 di Lapangan IKADA (sekarang bernama Monas) dan diresmikan oleh Presiden Soeharto sekaligus menjadi edisi pertama. 


Pada tahun 1992, lokasi berpindah ke Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Sejak saat itu, event ini dikenal sebagai Jakarta Fair Kemayoran (JFK). Itulah sejarah singkat dari awal mulanya Jakarta Fair ini diselenggarakan hingga sekarang. Sudah cukup tua juga ya umurnya. 


Festival ini diselenggarakan untuk menyambut HUT DKI Jakarta. Di tahun 2025, merupakan helatan yang ke-56 sejak tahun 1968. Dan di tahun 2025 umur Provinsi DK Jakarta sekarang yaitu 498 tahun. Gak usah kaget sama umur Jakarta, hehehe. 


Tema yang diangkat di tahun 2025 yaitu "Jakarta Fair Kemayoran Mendukung Indonesia Maju Melalui Inovasi dan Karya Bangsa Berkelanjutan". 


Jakarta Fair bukan sekadar pameran dagang, melainkan juga festival rakyat yang menggabungkan ekonomi, budaya, dan hiburan dalam skala besar. Kira-kira seperti itulah yang saya tangkap dari beberapa media yang sudah mengulas tentang festival ini. 





Berkeliling ke beberapa tenant yang menjual pakaian, pernak pernik khas Jakarta, jajanan viral dengan harga promonya dan makanan tradisional. Gak terasa kaki pun teras pegal. Kelihatan jarang olahraga rupanya.


Perut pun sudah keroncongan. Tandanya harus diisi. Lihat-lihat tenant yang menjual makanan, mata pun jatuh kepada salah satu abang penjual Kerak Telor khas dengan gerobaknya. Kerak Telor merupakan salah satu jajanan khas Jakarta. Biasanya jajanan ini ada saat perayaan hari besar Betawi seperti Pekan Raya Jakarta.


Sebelumnya saya hanya tau saja ada jenis makanan seperti ini. Saya pun belum pernah nyobain seumur hidup. Hanya sering mendengar dan membaca cerita teman tentang review makan Kerak Telor. Penasaran juga rasanya seperti apa. Mari kita coba !. 


Di dalam area Jakarta Fair dengan luas sekitar 44 hektar ini, banyak sekali bejejeran pedagang Kerak Telor. Yang saya lihat kalau gak salah lebih dari dua puluh penjual yang berjejer rapi di sepanjang jalan di dalam area festival. 


Gak hanya saya saja yang penasaran, tapi Mbak Zahra pun sama. Kami memesan satu porsi Kerak Telor dengan pilihan Telur Ayam saja seharga 30 ribu seporsi. 


Uniknya, saya bisa melihat cara buat Kerak Telor dari penjual asli dari Betawi. Kalau gak salah nama bapaknya, Babe Saffan (babe untuk sebutan bapak di Betawi). 


Bapaknya cukup ramah meskipun wajahnya lempeng gitu dan gak ada senyum. Tapi over all, bapaknya baik kok. 





Kerak Telor berbahan dasar ketan putih yang diberi telur ayam atau bebek biasanya. Kemudian ditaburi ebi (udang kering yang ditumbuk ) dan parutan kelapa sangrai. Ada bumbu halusnya juga seperti bawang merah, bawah putih, merica dan kencur. Dimasak tanpa menggunakan minyak goreng. 


Cara membuatnya cukup beras ketan putih yang sudah direndam diletakkan di atas wajan kecil. Kemudian dicampur dengan telur dan bumbu, lalu dimasak di atas tungku arang.


Setelah setengah matang, wajan dibalik langsung ke atas bara agar bagian atas kerak menjadi kering dan sedikit gosong dan ini yang memberi aroma khas.


Disajikan tanpa saus atau kuah. Ditaburi kelapa sangrai dan ebi kering di atasnya. Biasanya langsung dimakan dari wadah daun pisang atau kertas nasi. 


Setelah pesanan Kerak Telor saya jadi, saya pun menyantap dengan memotong beberapa bagian menggunakan sendok. Selagi hangat, enak banget dimakan. Rasa bumbu halus dengan ebi dan sangrai kelapanya nendang banget. Rasanya gurih dan buat cepat kenyang. 


Aroma telur ayamnya kuat banget. Tumben makan ketan putih dicampur dengan telur ayam. Rasanya seperti makan nasi rasul kalau di daerah saya di Lombok. Biasanya makan jajanan seperti ini di hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, acara kawinan, orang naik haji dan acara di masjid-masjid kampung. 


Soal rasa karena saya baru pertama kali makan dan rasanya sudah familiar di lidah, cukup enak dan mengenyangkan. Mungkin ada beberapa orang yang gak biasa makan seperti ini apalagi yang alergi makan telur. Jangan coba-coba makan ya !. 


Cukup bahagia rasanya bisa mencicipi Kerak Telor di Jakarta Fair Kemayoran karena kata orang sini, akhir-akhir ini penjual Kerak Telor sudah jarang ditemui kecuali hari-hari besar di Jakarta, salah satunya di Pekan Raya Jakarta ini. 





Setelah mencicipi Kerak Telor, kami bertiga melanjutkan keliling ke area yang belum sempat kami sambangi. Langit sudah gelap dan lampu-lampu di area PRJ sudah dihidupkan. Suasana semakin meriah karena semakin malam, jumlah pengunjung semakin membludak. 


Ditambah lagi ada konser setiap hari selama festival ini berlangsung (di jam-jam tertentu). Yang tampil konser di festival ini dari berbagai band ibukota yang sudah terkenal. Salah satunya The Changcuters, salah satu band favorit saya pada masa itu sekitar tahun 2009-2013. Dan masih banyak lagi band-band yang hadir mengisi konser di festival ini. 


Selama berada di Jakarta Fair beberapa jam saja, rasanya kaki ini pegal sekali. Gak sanggup rasanya kalau mengelilingi area festival semuanya. Mana membludak sama ribuan pengunjung yang datang semakin malam semakin padat. 


Sedikit tips dari saya ketika kalian datang ke Jakarta Fair, antara lain : jaga baik-baik barang berharga kalian seperti handphone dan dompet. Kalau bawa tas ransel, usahakan posisi taruhnya di depan dada agar terhindar yang hal-hal yang gak diinginkan. 


Membeli tiket pada situs resmi bagi yang membeli online dan membeli di loket-loket resmi di dalam area Jakarta Fair untuk menghindari calo.


Yang membawa anak kecil, pegang terus anak kalian. Karena di dalam area festival penuh dengan ribuan pengunjung yang saling berdesakan (apalagi di akhir pekan). Kecuali yang bawa gebetan kali ya yang rawan tangannya dipegang sama orang lain, Asyiiik. 


Membawa air mineral untuk menghindari dehidrasi di dalam area festival. Di dalam banyak sekali penjual minuman. So, kalian gak bingung kalau kehausan. 


Tips yang terakhir, pintar-pintar membeli barang. Kalau sudah di dalam area festival, godaan besar itu yaitu jika menemukan barang kesukaan kita, berat untuk dilewatkan, hahahaha. 


Itu dia cerita pengalaman pertama kali saya datang ke Jakarta Fair Kemayoran. Kalau kalian ceritanya gimana ?. Tulis di kolom komentar ya !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


0 comments:

Post a Comment