Tahun ini (18-25 September 2025) saya dan anak istri bisa mengunjungi keluarga besar di Banyuwangi. Happy dong dan anak-anak sudah gak sabar untuk segera berangkat. Setiap hari mereka menghitung hari dan sampai akhirnya hari itu pun tiba.
Begitu juga dengan saya. Pas dapat ijin cuti ke Banyuwangi, saya pun mencatat tempat-tempat yang akan kami kunjungi nantinya. Salah satunya, tempat yang hukumnya wajib dikunjungi. Apa itu ?. Diikuti saja cerita-cerita saya di blog edisi Banyuwangi dari berangkat sampai pulang ke Lombok lagi !.
Saya dan keluarga akan menghadiri acara nikahan sepupunya istri. Gak hanya saya,istri dan anak-anak saja yang berangkat, tapi bapak dan ibu mertua gak ketinggalan untuk ikut.
Seminggu sebelumnya, saya mencari informasi tentang jadwal kapal dari Lombok langsung ke Banyuwangi. Ada beberapa kapal yang jalan di tanggal keberangkatan. Sayangnya, saya gak bisa memesan tiketnya langsung. Infonya lebih baik pastikan kapalnya berangkat, baru memesan tiket.
Gak mau ambil pusing, sehari sebelum berangkat, saya memesan tiket via website resminya. Memesan lewat agent resmi via whatsapp juga bisa. Tapi lebih enakan pesan lewat website yang harganya jauh lebih murah.
Cara memesan tiket online pun gak susah. Tinggal buka alamat websitenya alp.co.id, kemudian registrasi terlebih dahulu menggunakan alamat email. Selanjutnya, tinggal mencari rute dan di klik.
Nanti muncul nama kapal, rute dan jadwal keberangkatannya. Kita tinggal pilih sesuai waktu keberangkatan. Setelah itu diisi kolom seperti jenis kendaraan, nomor plat motor (harus sesuai), jumlah penumpang beserta nama lengkap dan umur. Setelah semuanya diisi dan klik pesan, lalu melakukan proses pembayaran.
Apabila kita membawa kendaraan roda dua atau roda empat, ada ketentuan bahwa satu kendaraan itu sudah termasuk dua penumpang (gratis). Caranya, ketika pilih tambah penumpang, kita memilih supir dan kenek untuk mengisi biodata penumpang.
Apabila dalam satu kendaraan lebih dari dua orang. Maka sisanya bisa dibelikan tiket per orang saja agar bisa masuk ke dalam data manifest kapal untuk keperluan apabila terjadi suatu hal yang gak kita inginkan.
Perlu diperhatikan sebelum pembayaran, harus dicek ulang semua data yang kita isi. Gak boleh ada yang salah terutama kendaraan yang akan kita pakai saat berangkat. Setelah dipastikan data semuanya sesuai, lalu langkah terakhir melakukan pembayaran. Disini pembayarannya hanya bisa pakai m-banking Mandiri saja (khusus online).
Bagi yang gak sempat memesan secara online. Bisa menggunakan jasa agent resmi atau agent yang sudah menjadi mitra perusahaan kapal bersangkutan. Setelah pembayaran selesai, kita akan dikirimkan e-tiket berbentuk pdf via website.
Kami memilih kapal KM Mutiara Berkah II milik PT.Atosim Lampung Pelayaran dengan keberangkatan dari Pelabuhan Gili Mas jam satu pagi. Paling telat berangkat jam tiga pagi karena bongkar muat kendaraan yang agak lama.
Setelah e-tiket sudah saya download, gak lupa mengecek barang bawaan agar gak ada yang tertinggal terutama surat-surat penting lainnya.
Drama dimulai !.
Tiga jam sebelum berangkat ke pelabuhan. Saya mendapatkan whatsApp yang isinya informasi yang kurang mengenakkan. Isi infonya bahwa kapal yang akan kami naiki menuju Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi, mengalami trouble mesin dan masih dalam proses perbaikan.
Terpaksa kami menunda berangkat dari rumah menuju pelabuhan. Waktu itu sekitar jam sebelas malam. Lebih baik menunggu kabar dari rumah saja. Dan dari pihak perusahaan kapal, nanti akan menginfokan jika kapal sudah bisa muat kendaraan.
Menunggu kabar baik hingga subuh tiba, tapi belum ada pesan whatsapp masuk. Yasudah saya dan lainnya kembali tidur. Anak-anak masih lelap tidurnya. Dari jadwal terbaru, kapal akan diberangkatkan sekitar jam tujuh pagi. Tapi jika perbaikan masih belum selesai, akan dialihkan ke kapal selanjutnya.
Mencari info dari kapal selanjutnya bahwa kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok sekitar sore hari. Tapi belum tau kapan berangkatnya kembali ke Banyuwangi.
Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan diskusi sengit bareng bapak ibu, kami putuskan untuk memilih alternatif terakhir menggunakan jalur dari Bali. Artinya kami akan melakukan touring dadakan. Gak banyak persiapan tapi kami mengejar waktu agar bisa hadir di acara nikahan.
Gimana tiket kami yang sudah dibayar ?. Tanya-tanya pihak agent yang saya minta nomor kontaknya dari temen yang biasa naik kapal ALP.
Kata agentnya, kalau beli tiket di agent bila ada pengalihan kapal karena suatu hal, bisa dirubah di tiketnya. Sedangkan bila beli di aplikasi resmi ALP, untuk perubahan jadwal dan kapal karena kapal rusak atau lain hal, gak bisa dilayani. Artinya tiket kami hangus kata mereka.
Kecewa juga dengan pelayanan ALP ini. Masak beli di agent tiket lebih baik dibandingkan dengan beli langsung di aplikasi resmi ?. Kalau memang gak bisa uang kembali, yasudah ikhlaskan saja. Daripada memaksakan diri menunggu kapal selanjutnya yang belum pasti berangkat jam berapa.
Pengalaman pertama naik kapal yang dikenal juga dengan sebutan Tol Laut ini. Penasaran naik kapal ini sebenarnya. Lihat review nya di youtube. Kapal ini tergolong paling murah tiketnya dari kompetitor lainnya tapi fasilitas dan kondisi kapal yang jauh dari kata baik. Meskipun begitu, saya tertantang buat mencoba naik kapal ini.
Lupakan dulu tiket kapal ALP (KM Mutiara Berkah II). Kalau emang rezeki kita, gak bakalan kemana duitnya. Fokus dulu sama persiapan motoran melalui Bali.
Kami membawa dua motor. Saya dan anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak dan ibu menggunakan motor istri. Barang bawaan kami jangan ditanya. Bawa dua tas ransel yang isinya pakaian kami. Satunya dibawa istri, satunya dimasukkan ke dalam jok motor. Jas hujan gak lupa dibawa, takut kehujanan di jalan nanti.
Anak-anak kami pakaikan baju dua lapis, jaket gunung dan rompi touring. Gak lupa helm dan masker wajah. Setelah perlengkapan anak-anak untuk touring sudah aman. Saya mengecek perlengkapan selama di perjalanan. Kondisi ban motor, oli dan rem dalam kondisi prima. Begitu juga dengan motor yang akan digunakan orang tua, keduanya dalam kondisi baik.
Perjalanan Menuju Pulau Bali
Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai perjalanan ke Pelabuhan Lembar untuk mengejar jadwal kapal jam setengah dua belas siang.
Sesampainya di luar pelabuhan, kami mampir sejenak di salah satu gerai tiket online untuk membeli tiket. Di luar pelabuhan banyak sekali gerai-gerai yang menjual tiket online.
Untuk motor di bawah 250 cc dikenakan tarif sebesar 180 ribu. Itu sudah termasuk penumpang alias kita gak bayar tiket per orang lagi.
Setelah mendapatkan selembar barcode tiket, kami pun segera menuju pelabuhan untuk masuk ke dalam kapal. Sekitar setengah jam lagi, kapal ferry akan berangkat.
Suasana pelabuhan cukup lengang. Kapal yang akan kami tumpangi sudah bersandar di dermaga satu. Kebetulan kami mendapatkan kapal KMP Gerbang Samudra III dari PT. Gerbang Samudra Sarana. Salah satu kapal ferry tercepat di penyeberangan Pel.Lembar - Pel.Padangbai PP.
Gak perlu ngantri masuk kapal, setelah melewati pengecekan tiket, kami segera memasuki lambung kapal. Terlihat beberapa kendaraan besar sudah parkir di dalam kapal. Motor-motor pun sudah lumayan banyak berjejer rapi di parkiran kendaraan.
Setelah turun dari motor, kami menuju dek penumpang melalui anak tangga. Anak-anak pun senang naik kapal lagi. Senyuman mereka sumringah gitu.
Sesampainya di dek penumpang. Ruang penumpang sudah cukup ramai. Kami kesulitan mendapatkan tempat duduk. Untungnya ada satu matras yang masih kosong untuk tempat anak-anak tidur nanti. Tapi ini matrasnya berbayar lhoo ya. Satu matras disewakan 30 ribu saja. Sedangkan saya dan lainnya, mencari tempat duduk dan syukurnya masih ada yang kosong.
Ruang penumpang benar-benar full seat. Gak ada terlihat baik kursi maupun matras yang masih kosong. Padahal belum semua kendaraan masuk ke dalam kapal. Ada terlihat satu bus lagi yang masih menunggu giliran masuk ke dalam kapal.
KMP Gerbang Samudra III ini ukuran kapalnya cukup sedang. Gak kecil maupun besar. Ruangan penumpangnya juga full AC dan bebas asap rokok. Hanya saja jam keberangkatannya agak kurang bersahabat buat saya pribadi karena pas jam ramai penumpang.
Jam segini memang favorit para penumpang yang akan menyeberang ke Bali selain jam keberangkatan malam. Karena kapal ini berangkat dari Lombok di siang hari dan sampai di Padangbai, di sore harinya.
Dek penumpang hanya satu lantai saja. Terdiri dari ruang indoor dan outdoor. Di belakang ruang penumpang, terdapat fasilitas lainnya seperti mushola dan toilet yang cukup bersih. Di bagian buritan kapal, terdapat area tempat berkumpul (master station). Di buritan kapal, kita bisa melihat view cantik sepanjang pelayaran mengarungi Selat Lombok nanti.
Di atas dek penumpang atau dek paling atas yaitu anjungan dan kamar tidur kru kapal. Penumpang gak diperbolehkan menuju dek ini.
Fasilitas lainnya yang ada di kapal ini ada kantin yang menjual segala macam makanan ringan dan minuman. Ada snack, pop mie, kopi panas, minuman dingin dan air mineral. Layar tv yang menyajikan film-film menarik sepanjang pelayaran nanti.
Over all, kapal kami cukup nyaman dan bebas dari asap rokok. Sekitar jam dua belas siang, bel kapal berbunyi menandakan kapal akan berangkat. Langit Lombok cukup berawan, semoga saja di perjalanan nanti gak turun hujan.
Selepas meninggalkan Pel.Lembar, kapal berjalan keluar dari Teluk Lembar yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Salah satu surganya Pulau Lombok. Melewati Pel.Gili Mas yang seharusnya kami sekeluarga naik kapal lewat pelabuhan ini.
Terlihat kapal yang seharusnya kami naiki menuju Banyuwangi, masih bersandar di dermaga pelabuhan. Gak hanya itu saja, kapal yang selanjutnya akan jalan atau pengganti kapal yang rusak mesin, baru tiba di Lombok. Perkiraan saya, kapal ini akan balik lagi ke Banyuwangi sekitar nanti malam atau dini hari keesokan harinya.
Sudahlah, masih jengkel bercampur kecewa sih belum rezeki naik kapal yang dijuluki kapal hantu karena ukurannya yang sangat besar dan umurnya sudah lumayan tua.
Next time, saat balik ke Lombok nanti, wajib nih nyobain kapal ini karena saya belum pernah sama sekali nyobain naik kapal dari Lombok langsung Banyuwangi. Kita nikmatin dulu perjalanan ke Banyuwangi motoran melalui Pulau Bali.
Arus laut siang itu cukup besar, tapi karena kapal ini jalannya cepat, rasa goyangan itu gak terlalu berasa. Kami menghabiskan di dalam kapal untuk tidur dan mengisi tenaga untuk motoran malam nanti.
Di pertengahan pelayaran menuju Bali, tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk dari ALP. Isi pesannya benar-benar di luar dugaan saya. Dari infonya bahwa tiket kami bisa dialihkan ke jadwal kapal berikutnya. Atau kita juga bisa membatalkan tiket dikarenakan masalah teknis dengan catatan uang kami dikembalikan seratus persen.
Berarti info dari agent tadi kurang lengkap atau mereka sengaja menakuti kami yang memesan tiket lewat aplikasi resmi. Jadi, kesimpulan saya membeli tiket via aplikasi resmi ALP jauh lebih efektif dan efisien. Harganya juga jauh lebih murah dari beli di agent.
Hati dan perasaan sudah kembali tenang dan semangat melakukan perjalanan panjang. Uang kami dikembalikan dalam bentuk saldo di aplikasi. Jadi bisa dipakai saat pesan tiket balik ke Lombok nanti.
Perjalanan Malam ke Pel. Gilimanuk - Pel.Ketapang, Banyuwangi
Singkat cerita, sekitar jam setengah enam sore, kapal sudah bersandar di dermaga satu Pelabuhan Padangbai, Bali. Total empat jam pelayaran dari Lombok menuju Bali. Langit Bali gak baik-baik saja. Pertanda hujan akan segera turun.
Hujan lebat di Kota Denpasar
Setelah keluar dari kapal, kami segera berjalan menuju Kota Denpasar. Rute yang kami pilih rute selatan melewati Denpasar bagian utara, Tabanan, Mengwi, lanjut Kota Negara, dan Gilimanuk.
Arus lalu lintas sore itu cukup padat. Saya gak bisa gas motor terlalu kencang. Harus pelan-pelan nyari celah untuk menyalip kendaraan di depannya.
Situasi kurang mengenakkan pun tiba. Setengah jam berjalan meninggalkan Pel.Padangbai, kami terkena hujan. Untungnya sudah bawa jas hujan lengkap. Anak-anak kami pakaian jas hujan juga. Setelah itu, lanjut jalan lagi hingga Kota Denpasar.
Semakin mendekati Kota Denpasar, intensitas hujanpun semakin deras. Saya dan bapak memutuskan untuk berteduh di salah satu Alfamart yang berada di jalur By Pass Prof.Dr.Ida Bagus Mantra. Cukup lama kami berteduh disini sambil membeli beberapa makanan dan kebutuhan selama di perjalanan.
Langit Bali sudah mulai gelap, hujan pun sudah reda. Setelah dipastikan gak hujan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk.
Selepas memasuki Kota Denpasar, arus lalu lintas cukup padat. Banyak kendaraan besar yang berada di jalur Denpasar- Tabanan. Saya pun kesulitan untuk menyalip kendaraan di depan. Kondisi jalan juga masih basah dan banyak air menggenang karena hujan. Syukurnya, gak ada turun hujan lagi.
Keluar dari Kota Denpasar, kami beristirahat di salah satu Warung Lalapan yang berada persis di depan pintu masuk Terminal Mengwi. Karena perut sudah lapar banget dan efek kena hujan di jalan. Cukup lama kami beristirahat disini. Anak-anak pun lahap makan lele goreng, ayam goreng dan nasi putih.
Waktu menunjukkan jam sembilan malam waktu Bali, kami melanjutkan perjalanan. Tenaga sudah kembali pulih dan ngantukpun sudah hilang sementara. Cukup pede bawa motor sampai Gilimanuk. Kondisi anak-anak, istri, bapak ibu juga cukup baik.
Perjalanan malam hari yang cukup melelahkan karena membawa anak-anak dan barang bawaan yang cukup berat melalui jalur Denpasar - Gilimanuk yang cukup panjang dan membosankan. Saya pun dituntut untuk selalu menjaga keseimbangan dan kecepatan berkendara di tengah malam yang dingin.
Fokus kedepan melihat rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang wajib malam itu. Apalagi kondisi arus lalu lintas yang semakin malam, kendaraan berat semakin ramai di jalanan.
Sesampainya di Gilimanuk, waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Gak lupa membeli tiket kapal di luar pelabuhan. Sama seperti di Lembar, di luar pelabuhan banyak gerai-gerai di pinggir jalan yang melayani pembelian tiket kapal secara online.
Untuk kendaraan dibawah 250 cc dikenakan tarif 47 ribu saja. Itu sudah termasuk penumpangnya. Gak menunggu ngantri panjang, kami memasuki kapal yang sudah siap berangkat. Disini dermaganya banyak sekali. Kalian tinggal pilih kapal mana yang terlihat sudah terisi banyak kendaraan. Tapi berhubung sudah ngantuk dan lelah, random saja naik kapalnya.
Kami memilih naik kapal KMP Liputan XII di dermaga LCM Gilimanuk. Kapalnya cukup lebar dan besar. Arus Selat Bali juga baik-baik saja. Semoga pelayaran aman sampai tiba di Pelabuhan Ketapang.
Gak menunggu lama, setelah masuk ke dalam kapal. Kapalpun diberangkatkan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Lelah jadi gak terasa setelah duduk santai di salah satu kursi penumpang kapal sambil menikmati keindahan Pelabuhan Ketapang di malam hari. Melihat puluhan kapal-kapal ferry yang hilir mudik.
Normalnya, penyeberangan Gilimanuk - Ketapang ditempuh dalam waktu satu jam jika cuaca bersahabat. Dari kejauhan sudah terlihat ribuan lampu yang berada di pulau seberang (Pel.Ketapang,Banyuwangi).
Di dalam kapal, saya sudah mulai merasa mengantuk berat. Mencoba untuk memejamkan mata lima sampai sepuluh menit. Sedangkan anak-anak masih segar bugar. Mereka berlari-lari di dalam kapal. Bapak ibu dan istri juga sudah ngantuk berat juga. Tapi apa boleh buat, karena anak-anak selalu mengajak main dan ditemani melihat suasana di luar kapal, yasudah saya gak jadi tidur, hahaha.
Di tengah Selat Bali, sudah mulai pergantian zona waktu. Kami sudah memasuki zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Perbedaan waktunya satu jam lebih lambat dibandingkan Bali.
Yang saya khawatirkan di Selat Bali ini, kapal oleng kanan kiri karena selat ini terkenal dengan arus bawah lautnya yang cukup kencang. Kalau dilihat saat siang hari, arusnya seperti arus sungai yang deras. Jadinya kapal-kapal yang melintas terlihat berjalan pelan tapi sebenarnya kapal tersebut berjalan cepat. Sebabnya karena kapal tersebut melawan derasnya arus bawah laut.
Ternyata Selat Bali malam itu baik-baik saja. Gak terasa sudah sampai di Pel. Ketapang, Banyuwangi. Waktu menunjukkan jam setengah dua pagi (WIB). Perjalanan dari Pelabuhan Ketapang sampai di Rogojampi kurang lebih satu jam saja. Sampai di rumah Mbah Uyut, sekitar jam setengah tiga pagi. Kami disambut oleh keluarga Banyuwangi dengan hangat.
Kami semua selamat dan sehat sampai di Rogojampi, Banyuwangi. Kondisi kedua motor juga masih sangat baik. Hanya pinggang saya dan bapak saja yang encok. Enaknya diurut dan dikerokin.
Total perjalanan dari Lombok hingga Banyuwangi yaitu kurang lebih enam belas jam perjalanan dengan dua kali penyeberangan dengan kapal ferry.
Gimana cukup seru kan perjalanan dadakan kami. Yang awalnya mau naik kapal langsung dari Lombok ke Banyuwangi. Ternyata motoran menyeberangi dua selat dan melintasi jalur Pulau Bali. Capeknya itu ya melintasi jalur Bali yang ramai oleh kendaraan besar.
Setelah bersihin badan dan beres-beres, kami segera istirahat sejenak sambil menunggu waktu subuh tiba. Anak-anak juga kembali tidur di kamar yang sudah disiapkan. Saya pun langsung tertidur pulas di depan ruang tamu. Hahahaha.
Total biaya yang saya keluarkan untuk satu motor dengan rincian; bayar tiket kapal ferry Lombok - Bali 180 ribu, bensin 50 ribu (Pertalite), uang jajan di jalan 100 ribu, tiket kapal Bali - Banyuwangi 47 ribu. Total jadinya 377 ribu dibulatkan jadi 400 ribu. Cukup murah bukan ?.
Cerita edisi Banyuwangi masih berlanjut di part berikutnya. Jangan bosan lhoo ya !.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment