Thursday 2 September 2021

Gowes Sambil Kuliner Mewah (Mepet Sawah) di Desa Tempos, Enak Kali Ya ?

Untuk kesekian kalinya gowes kesini, gak ada kata bosan setiap mengunjungi Desa Tempos. Untung juga semenjak pindah rumah di daerah Kediri, Lombok Barat. Jadi sering banget memilih desa ini untuk tujuan gowes setiap akhir pekan. Jarak rumah ke desa ini hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja dengan mengayuh sepeda kesayangan. 

Pertama kali mengunjungi Desa Tempos, saya dibuat jatuh cinta dengan panorama alamnya yang bagi siapa saja datang kesini, pasti pengen balik lagi. Bisa dibilang Desa Tempos punya paket lengkap. Ada area persawahan yang sangat luas, perbukitan yang membuat udara di desa ini sangat sejuk, perkebunan, memiliki aliran sungai yang airnya cukup jernih dan warga desa disini sangat ramah oleh pengunjung.

Di saat kondisi yang masih membuat kita harus menjaga kesehatan bahkan meningkatkan imun diri sendiri, jalan-jalan ke Desa Tempos menjadi tujuan yang tepat. Datang di pagi hari, kita akan dimanjakan oleh udara yang sejuk disertai dengan kabut yang menyelimuti area perbukitan dan persawahan, melihat aktivitas warga desa hilir mudik, apalagi ke Desa Tempos dengan bergowes membuat jiwa dan raga kita tetap sehat. 


Desa Tempos yang berada di sebelah selatan Kantor Bupati, Lombok Barat ini telah menjelma menjadi jalur favorit para goweser baik dari Lombok Barat sendiri bahkan dari Kota Mataram dan sekitarnya. Memiliki jalur bersepeda yang mulus dengan jalan full aspal. Selain memiliki trek lurus, jalan di desa ini juga ada yang berkelok-kelok dan menanjak. Menjadi tantangan buat para goweser pemula seperti saya.

Di beberapa kesempatan, saya bareng teman-teman kantor pernah menaklukkan jalur dari Desa Tempos sampai Desa Banyu Urip kemudian melanjutkan bersepeda sampai Desa Jembatan Kembar dan balik ke Kota Mataram. Pemandangan yang kami lihat sungguh menakjubkan. Meskipun menempuh jarak kurang lebih empat puluh kilometer, kami sangat senang dan puas bisa merasakan gowes ke desa ini. 

Ceritanya ada disini --- > Gowes Sambil Kulineran di Desa Tempos

Beberapa minggu yang lalu, tepatnya di awal Bulan Agustus, ada yang baru dari Desa Tempos. Kini, bagi para goweser yang akan bersepeda ke desa ini juga bisa menikmati kuliner yang dikenal dengan sebutan kuliner Mewah (Mepet Sawah). Lokasinya gak jauh dari Kantor Desa Tempos, Lombok Barat. Ide ini berasal dari teman-teman Karang Taruna dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tempos. 

Melihat pertama kali di instagram, saya langsung mengontak tim gowes kantor. Minggu depannya kami berempat (saya, Mbak Dien, Mbak Tatik dan Mbak Puri) bersepeda ke lokasi. Meeting point di bundaran Patung Sapi, Gerung dan saya tiba duluan. Lihat jam tangan, waktu masih menunjukkan jam tujuh pagi. Alamat kesiangan nih karena para emak-emak belum nongol juga. Kontak via whatsapp, katanya masih dalam perjalanan. It's oke, saya menunggu sambil menikmati udara pagi nan sejuk. 


Sekitar jam tujuh lewat lima belas menit, semuanya sudah berkumpul. Kami melanjutkan mengayuh sepeda dengan waktu tempuh sepuluh menit saja sampai tiba di lokasi. Bersepeda di bawah sinar matahari pagi serta udara persawahan yang sejuk membuat hati dan pikiran kembali fresh. Dari kejauhan terlihat Gunung Sasak dan Gunung Mareje, kece bener. 

Sesampainya di lokasi, sudah banyak pengunjung yang bersantai di pinggir sawah. Hampir semuanya membawa sepeda masing-masing. Banyak anak-anak muda yang nangkring juga sambil berfoto selfie. Terlihat juga sepeda dan sepeda motor yang terparkir rapi di pinggir jalan. Jalan raya Desa Tempos pagi itu penuh dengan manusia dan sepeda. 



Ide dari adanya Kuliner Mewah ini berawal dari banyaknya orang yang bersepeda ke Desa Tempos baik dari dan luar Lombok Barat. Apalagi Desa Tempos merupakan jalur favorit para goweser untuk memacu sepeda di akhir pekan. Oleh karena itu, anak-anak muda disini melihat peluang besar dengan membuat para tamunya betah berlama-lama di desa mereka. Gak hanya bersepeda saja, tapi bisa menikmati kuliner khas yang ada di desa ini. Ada live musicnya juga lhoo yang dimainkan oleh anak-anak muda desa.

Kuliner Mewah ini adanya di Hari Sabtu dan Minggu pagi saja lhoo. Hadir dari jam enam sampai sembilan pagi. Hampir mirip dengan Car Free Day yang ada di Jalan Udayana, Kota Mataram. Kalau semakin minggu antusias pengunjung yang datang ke desa ini semakin tinggi, bisa jadi akan diperpanjang waktunya hingga sore hari atau mungkin mengambil tanggal merah. Informasi ini saya peroleh saat mewawancarai salah satu anak muda asli dari Desa Tempos. Namanya saya gak sebutkan ya. 



Ngomong-ngomong tetang kulinernya, disini ada empat stand yang saya ingat. Setiap stand menjual jajanan yang berbeda. Ada menjual aneka jajanan pasar dan khas Lombok seperti kue bantal, lupis, serabi dan kelepon. Untuk minumannya, ada kopi hitam, aneka softdrink dan yang paling saya suka disini ada minuman serbat. Apa itu serbat ?. Serbat minuman hangat yang dibuat dari jahe. Mirip seperti wedang asal Jawa. Minumnya selagi hangat, mantap pool. 

Disini juga ada paket-paketnya lhoo. Kalau milih paket 1 dengan membayar 25 ribu, kita mendapatkan fasilitas sepeda, sarapan dan serapi ditambah kopi hitam. Saya kurang paham sama fasilitas sepeda yang dimaksud apa. Maksudnya mungkin tempat menaruh sepeda kali ya?. Informasinya sih seperti itu. Ada juga paket 2 dengan membayar 15 ribu, kita mendapatkan sarapan, kue serabi dan kopi hitam saja. Kalau yang paket 3 bayarnya hanya 8 ribu, kita mendapatkan kopi dan jajanan khas Tempos. 

Hmmm, meskipun ada paketnya, kami bebas mau beli apa saja. Tinggal datangi standnya dan pilih-pilih mau makan apa buat menu sarapan pagi itu. Jangan lupa bayar lhoo ya !. Saya kebetulan melihat jajanan bernama kue bantal, langsung saja saya beli seharga 5 ribu sudah dapat lima biji kue bantal yang isinya pisang. Kue yang terbuat dari ketan putih yang isiannya potongan pisang, lalu dibungkus dengan daun kelapa atau lontar. Dimakan selagi hangat, tambah mantap pool. 

Untuk minumnya saya beli minuman serbat hangat. Serbat di Desa Tempos enak banget. Rasa jahenya pas hangat di tenggorokan. Cocok diminum disaat udara dingin di malam atau pagi hari. Apalagi di Desa Tempos udaranya sejuk, jadi cocok banget minum serbat.  Segelas serbat, saya membelinya seharga 5 ribu saja. Sedangkan teman-teman lainnya, membeli menu yang berbeda. Ada yang membeli nasi bakar. Nah nasi bakarnya yang buat saya penasaran. Lain kali kalau datang kesini lagi, mau cicipi nasi bakarnya. Kata Mbak Puri sih, nasi bakarnya enak banget. Apa beneran enak atau Mbak Purinya lagi laper banget ?. hehehe. 


Nah, disini saya mau kritik fasilitas tempat duduknya. Kalau saya rasa sih, cukup berbahaya kalau meja dan kursi kayu buat pengunjung berada di pinggir jalan. Apalagi lebar jalanan disini gak terlalu besar. Mungkin sedikit saran, kalau dibuatkan semacam gazebo atau saung di pinggiran sawah. Jadi kita juga gak kepanasan kalau berlama-lama disini. Soalnya kalau semakin siang, cahaya matahari semakin menyengat. Bagus sih berjemur, tapi kalau berjemur sambil makan apa enak ?. 

Semoga pengelolaan Kuliner Mewah Desa Tempos ini semakin kesininya semakin baik. Jangan lupa juga selalu menerapkan protokol kesehatan. Saya lihat masih banyak yang gak menggunakan masker dan berkerumun tanpa protokol kesehatan. Disini juga ada tempat mencuci tangan dan sabun, tapi pas saya mau cuci tangan, airnya gak ada alias habis. Mungkin bagi para pengelola harus memperhatikan ini. Terlihat sederhana, tapi sangat bermanfaat untuk banyak orang. 

Ayo, buat teman-teman yang belum sepat gowes ke Desa Tempos, jangan sampai ketinggalan lhoo !.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

6 comments:

  1. Ah terpuaskan banget ini mah, udah viewnya ciamik banget eh banyak yang jualan juga makin tambah betah aku hehe. Kalo kita tetanggan bisa setiap minggu kita gowes bareng bang wkwkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget. Seru kali klo gowed bareng n ngeblog bareng hahaha

      Delete
  2. wah padahal ini dulu cuma jalan raya di tengah sawah ya, sekarang jadi spot yang mirip CFD an gitu
    mantaap, ada kue bantal juga, jadi enggak perlu ke Lotim, heuheuheu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener benget. Alam pedesaan emang kece. Ya gak perlu k lotim atau k Pusuk lg buat nyari kue bantal. Hahahaha

      Delete
  3. Naah setujuuu, aku juga suka serem kalo DTG ke tempat wisata/kuliner yg mana prokes ya longgar banget :(. Ini orang2 pada ngerasa pandemi udh ilang apa.

    Unik Yaa mas tempatnya.. pengen juga ngerasain makan di pinggir sawah gitu 😄

    ReplyDelete