Saturday 6 February 2021

Gowes Sambil Wisata Kuliner ke Desa Tempos, Lombok Barat


Siapa yang gak jatuh cinta kalau sudah melihat pemandangan yang kece seperti hijaunya area persawahan yang sangat luas, menyajikan panorama deretan perbukitan hijau dengan kabutnya menyejukkan mata. Merasakan hangatnya sinar mentari pagi yang timbul dari celah-celah perbukitan. Didukung dengan jalanan aspal pedesaan yang mulus lengkap dengan rambu-rambu lalu lintasnya. Semuanya bisa kalian lihat bila bersepeda ke Desa Tempos, Kabupaten Lombok Barat. 

Gowes atau bersepeda disaat ini menjadi primadona bagi kalangan masyarakat kita yang ingin mencari keringat. Bersepeda dianggap menjadi olahraga pilihan yang tepat disaat pandemi Covid-19 ini. Gak sedikit yang rela membeli sepeda untuk menjaga imunitas agar tetap baik. Ada juga yang bersepeda hanya sekedar ingin eksis di media sosial dengan foto-fotonya yang super duper keren. Gak bisa disalahkan memang, itu hak setiap orang. Harus kita maklumi bersama. 

Tapi buat saya pribadi bersepeda itu bisa buat happy, fresh kembali setelah semingguan bekerja di kantor, dan terpenting saya bisa berbagi cerita pengalaman bersepeda kepada teman-teman di blog ini. Sejak kecil saya memang suka bersepeda. Pergi ke sekolah selalu menggunakan sepeda. Sampai diterima jadi pegawai negeri, saya akhirnya bisa membeli sepeda sendiri di tahun 2017 lalu. Sepeda yang saya pakai dan bisa kalian lihat di setiap cerita edisi gowes di blog ini. Sudah ada beberapa cerita gowes yang saya ceritakan di blog. Dan yang terbaru, cerita gowes ke Desa Tempos. Lokasinya gak jauh dari rumah, hehehe. 






Desa Tempos merupakan sebuah desa yang memiliki jalan raya yang ramah buat para pecinta bersepeda.  Bisa dilihat dari banyaknya warga yang bersepeda melalui jalur ini disaat akhir pekan. Demi gowes kesini banyak diantara yang rela bersepeda jauh-jauh dari Kota Mataram. Apalagi yang memang hobi dan sudah menjadi kegiatan rutinitas setiap minggunya. Jarak gak menjadi penghalang buat yang ingin mencari jalur yang ramah sepeda dan memilki panorama alam yang indah nan kece. 

Semenjak pindah rumah di daerah Rumak, Kecamatan Kediri, Lombok Barat, saya sudah tiga kali gowes ke desa ini. Sudah menjadi jalur favorit saya untuk bersepeda bareng temen maupun sendirian. Kebanyakan sih gowes sendirian karena bebas mau kemana saja dan pulang kapanpun saya mau, hehehe. Ramai-ramai juga lebih asyik buat saya. Apalagi ke tempat yang kece dan belum sama sekali saya datangi (tergantung sikon juga). 

Dengan kondisi alam yang dikelilingi oleh deretan perbukitan di lereng Gunung Sasak, Desa Tempos memiliki luas wilayah sekitar 4,10 km persegi dan memiliki jumlah penduduk sekitar 3.940 jiwa (sumber BPS Lombok Barat).  Mata pencaharian penduduk sebagian bersumber dari pertanian  seperti padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai sisanya bersumber dari peternakan.






Kurang dari setengah jam waktu tempuh mengayuh sepeda dari rumah hingga sampai di desa ini. Melewati jalanan yang gak begitu ramai di pagi hari. Hanya saja di perlintasan jalan provinsi yang menghubungkan Kota Mataram dengan Kota Gerung,Lombok Barat dan Bandara Internasional Lombok, kita harus ekstra hati-hati karena banyak sekali kendaraan besar yang melewati jalur ini. 

Setibanya di bundaran Gerung atau orang menyebutnya Bundaran Patung Sapi, kita mengambil jalur yang menuju Pusat Pemerintahan Lombok Barat atau biasa disebutnya Giri Menang. Jalur ini gak terlalu ramai disaat akhir pekan. Saya bisa agak lebih tenang dan santai mengayuh sepeda ke tujuan. Kecepatan sepeda normal, saya jalan santai saja karena waktu lumayan masih pagi. 

Melintasi area perkantoran dan persawahan membuat hati senang. Terlihat dari kejauhan deretan perbukitan dan persawahan. Salah satu diantaranya yaitu Gunung Sasak. Itu artinya lokasi yang menjadi tujuan saya gak telalu jauh lagi. Melihat senyuman warga desa di pagi hari, menyapa setiap orang yang bersepeda melewati rumah mereka. Gak terasa saya sudah sampai di Desa Tempos. Terlihat gapura yang sangat besar bertuliskan "Selamat Datang di Desa Tempos".

Semakin ke dalam memasuki kawasan Desa Tempos, pemandangan yang disungguhi semakin kece saja. Melintasi area persawahan dan deretan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Melihat aliran air yang mengalir di parit-parit pinggir jalan. Sungguh bersih dan jernih. Beristirahat sejenak sambil mengatur nafas. Sepeda saya letakkan di pinggir jalan. Duduk sejenak sambil menikmati keindahan surga yang dimiliki desa ini. Melihat hilir mudik warga desa yang memulai aktifitas di pagi hari.  Ada yang akan pergi ke sawah, ada yang berjualan di pasar, dan lain sebagainya. Warga desa sangat ramah terhadap pendatang. Gak lupa bertegur sapa dengan para goweser lainnya yang kebetulan lewat.

Setelah beberapa menit beristirahat, saya melanjutkan perjalanan lagi. Setibanya di jalanan lurus dengan kiri-kanan persawahan yang membentang luas. Terlihat jelas deretan perbukitan, dimana diantaranya adalah Gunung Sasak yang menjadi landscap dari Desa Tempos. Ada lagi Gunung bernama Gunung Mareje yang terlihat dari kejauhan juga. "Kenikmatan mana lagi yang kamu dustakan". 

Disini kita akan bertemu dengan orang-orang yang bersepeda juga. Ramai sekali yang lagi beristirahat sambil bersenda gurau bareng temen lainnya. Ada juga emak-emak bersepeda yang sibuk fotoan dan tiktokan. Maklumin saja karena sekarang ini lagi musim tiktokan. Saya bertemu dengan beberapa orang saya kenal. Seru juga bisa bareng bersepeda di jalur yang sudah buat saya jatuh cinta.






Menyusuri jalan pedesaan Desa Tempos, sampailah saya di sebuah pertigaan kecil. Ambil jalur ke kanan, kita berjumpa dengan para pedagang jajanan pasar yang berjejer sepanjang jalan.  Biasanya sangat ramai yang berjualan. Di saat Covid-19 ini penjual jajanan pasar sangat sedikit. Begini saja sudah ramai sekali. Apalagi ditambah dengan para pembeli yang rela mengantri untuk mendapatkan jajanan yang dipesan. Jajanan pasar yang ada berupa kue lupis, serabi, kludan, ketan merah, ada urap, pelecing kangkung dan masih banyak lainnya.

Sedihnya, sebagian besar para penjual dan pembeli banyak yang gak menggunakan masker dan gak menjaga jarak. Padahal pandemi Covid-19 kasusnya di Provinsi NTB masih meningkat. Selalu menerapkan 5M; Memakai Masker, Mencuci Tangan Pakai Sabun, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas yang gak penting. Sebelumnya jangan salah paham dulu dengan foto di atas ya !. Saya pakai masker kok tapi pas foto saya buka dengan masker kain masih berada di leher. Saat membeli kue lupis dan serabi, saya berusaha selalu menjaga jarak dan selalu membawa handsanitaizer. 

Lanjut ceritanya !

Pas banget nih perut sudah mulai keroncongan. Sarapan dulu dengan kue lupis dan serabi. Harganya gak mahal kok alias sangat terjangkau sekali. Kita bisa beli mulai dari seribu rupiah lhoo. Saya membeli seporsi kue lupis dicampur serabi seharga lima ribu saja. Itu saja porsinya lumayan banyak. Wah, kenyang nih sarapan dengan kue lupis dan serabi dengan taburan parutan kelapa dan gula merah. Rasanya maknyus dan sangat gurih. Makan selagi hangat ditemani dengan segelas kopi hitam panas. Dijamin betah berlama-lama nongkrong disini. 

Langit yang sudah mulai cerah meskipun menyisakan aroma hujan semalam. Ditambah lagi dengan menghirup udara sejuk khas pedesaan Desa Tempos membuat perjalanan gowes ke Desa Tempos menjadi cerita kece di awal tahun 2021. Waktu gak terasa bila bersepeda menyusuri jalanan pedesaaan Desa Tempos. Sudah jam sembilan pagi, waktunya balik ke rumah. Gak lupa mengabadikan moment-moment disini dalam sebuah foto. Beberapa foto saya bersama teman-teman ada di postingan ini. Buat kalian yang punya sepeda, sayang sekali gak digunakan untuk bersepeda ke Desa Tempos. Ngayuh sepeda gak perlu buru-buru. Jalan santai saja, dan gak terasa kita sudah sampai di Desa Tempos. 

Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan Jangan ragu untuk divaksin ! #SukseskanVaksinasiCovid19 #CegahCovid19

Penulis : Lazwardy Perdana Putra



6 comments:

  1. wah mantap nih ka.. pemandangannya juga indah sekali, ditambah jajanan daerah.. makin happy sepedahannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih happy lg kalau dpt melihat kabut di pagi hari. Mantaap

      Delete
  2. Saya belum sepedaan ke jalur Selatan bang.

    ReplyDelete