Saturday, 13 September 2025

Motoran Menikmati Udara Segar ke Desa Banyu Urip : Batu Palar Hills


Selama beberapa bulan menulis cerita jalan-jalan ke Yogya dan Jakarta, kita balik lagi cerita tentang jalan-jalan di Lombok. Kampung halaman yang gak ada habisnya buat diceritakan. 


Meskipun akhir-akhir ini di negeri kita khususnya di Lombok, dilanda kasus pembunuhan, pembegalan dan penjarahan. Kedengarannya serem tapi itulah fakta yang kita hadapi saat ini.


Sampai teman-teman media ada yang menulis kalau beberapa wisatawan membatalkan liburannya ke Lombok dikarenakan kondisi keamanan yang belum kondusif. Sedih bacanya tapi itulah kenyataannya. 


Tapi saya percaya, Lombok akan kembali aman seperti sebelumnya. Banyak lagi tamu yang ke Gili Trawangan, camping di Desa Sembalun, trekking Air Terjun Tiu Kelep, menonton MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika, nikmatin aneka kuliner, dan belajar agama dan budaya disini.


Gak perlu takut datang ke Lombok !. Pulau Lombok kaya akan destinasi wisata alam yang wajib kalian explore dan warganya yang terkenal ramah dan bersahabat !. 


Bercerita tentang destinasi wisata di Lombok, saya menemukan salah satu spot yang terbilang masih baru dan sempat viral di media sosial.  


Pas sekali buat kalian yang suka dengan hijaunya area persawahan dan perbukitan. Suka nongkrong sambil menikmati view cantik dan khusus buat para bikers yang setiap akhir pekan gowes, cocok banget beristirahat di rest area ini. 


Selamat Datang di Batu Palar Hills !. 


Berawal dari kegabutan saya dan istri di rumah. Bangun kepagian, habis subuh gak bisa tidur lagi. Anak-anak pun sudah bangun meskipun langit masih belum terang. 


Karena besoknya Hari Senin, berat rasanya ngetrip ke tempat yang jauh. Tapi berat juga rasanya menghabiskan waktu seharian hanya berdiam diri di rumah saja.


"Kita kemana ya pagi ini ?". 


"Cari sarapan ke Desa Tempos sambil motoran yuk, sudah lama rasanya gak motoran kesana !", celetuk saya ke istri. 


Eh ternyata istri juga pengen motoran nyari sarapan. Yasudah, tanpa mikir dua kali lagi takutnya berubah pikiran, kami berempat siap-siap berangkat. 


Gak perlu acara mandi segala. Entar saja mandinya pas pulangnya biar menghemat waktu. Mumpung tetangga belum bangun juga (gak ada hubungannya).


Dengan modal dadakan, kami berangkat sekitar jam setengah tujuh pagi menuju arah Desa Tempos buat nyari sarapan. 


Sudah pernah saya membahas tentang Desa Tempos di tulisan blog saya beberapa tahun yang lalu. Desa yang terletak di bawah kaki Gunung Sasak, Kab.Lombok Barat ini menyimpan banyak view keren. 


Area persawahan hijau yang luas. Jalan pedesaan yang instagrammable. Pasar kulinernya yang dibuka pada hari Minggu saja. Dimulai dari jam enam pagi hingga siang hari. 


Bisa baca disini : Gowes Sambil Kuliner di Desa Tempos


Hangatnya sinar matahari pagi itu, menemani kami di perjalanan. Kabut pagi itu tampak menutupi lereng perbukitan dan sebagian area persawahan. Banyak warga yang sudah keluar rumah untuk joging dan berjalan kaki. 


Waktu tempuh ke Desa Tempos dari rumah memakan kurang lima belas menit atau hanya lima menit dari Gerung, pusat pemerintahan Kab.Lombok Barat. 





Sesampainya di Desa Tempos sudah banyak pedagang yang berjualan aneka sarapan dan kuliner khas setempat. Kami menyempatkan mampir sebentar untung membeli sarapan. Sarapannya kami bungkus untuk dimakan nanti di lokasi. 


Tujuan kami gak hanya mencari sarapan ke Desa Tempos, melainkan ke spot yang lokasinya gak begitu jauh dari sini. Mumpung kesini, sekalian saja mampir kesana. Ya kan ! 


Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Banyu Urip yang memiliki view gak kalah kerennya dengan Desa Tempos. Kedua desa saling berdekatan dengan waktu tempuh sekitar lima menitan. 


Desa Banyu Urip sendiri berada sekitar enam kilometer dari pusat pemerintahan Gerung. Saya bareng teman-teman beberapa kali gowes ke jalur ini karena memang treknya yang menantang dengan view keren. 


Dari Desa Tempos menuju Desa Banyu Urip, kita disuguhkan view perbukitan hijau dan persawahan. Udara disini juga sangat sejuk. Melihat aktivitas warga desa pagi hari dengan senyum keramahan yang sangat hangat.


Melihat warga desa yang bekerja di sawah dengan topi caping di kepala. Baik bapak maupun ibu-ibu bersemangat bekerja di sawah pagi itu. Anak-anak sedang asyik bermain karena hari libur sekolah mereka. 


Jalanan desa begitu ramai dengan warga desa dan pengunjung yang sedang bersepeda maupun hanya motoran seperti kami. 




Sebelum memasuki Desa Banyu Urip kami bertemu dengan tanjakan dan turunan. Setelah turunan, melewati jembatan yang diberi nama "Jembatan Pelangi" karena warna tiang-tiangnya dicat warna warni seperti pelangi. 


Sungainya cukup lebar dan banyak bebatuan yang berukuran besar. Di kiri kanan sungai berupa persawahan dan perbukitan. 


Dari jembatan ini, kami sudah bisa melihat tujuan kami yaitu Bukit Batu Palar yang letaknya berada di tebing perbukitan. Bukit Batu Palar merupakan destinasi wisata alam kecil yang terletak sekitar satu kilometer setelah area persawahan Buntage, di samping Jembatan Pelangi, Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Lombok Barat.


Akses menuju kesana cukup mudah. Setelah melewati jembatan, ada pertigaan. Dari pertigaan, kita belok ke kiri melalui jalanan sempit, akses menuju desa sebelah yang sudah dicor semen. 


Harus ekstra hati-hati karena jalannya cukup menanjak. Apalagi yang berboncengan muatan berat, harus pas tancap gasnya. Jangan sampai kehilangan daya dorong karena keberatan. 


Sesampainya di puncak tanjakan, kiri jalan merupakan area parkir kendaraan ke Bukit Batu Palar. Bisa dibilang  bukan area parkir tapi karena ada lahan kosong cukup untuk dua motor, jadinya bisa digunakan untuk memarkirkan motor. 


Di tebing bukit, ada tulisan besar dari baja dicat warna putih "Batu Palar" yang kondisinya kurang terawat.  





Nama Batu Palar berasal dari sebuah bongkahan batu besar yang ada di area bukit tersebut. Warga sekitar menyebutnya “Batu Palar”, karena batu itu bentuknya menonjol dan mudah terlihat dari kejauhan.


Dalam bahasa Sasak (lokal), kata palar sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang terpampang, terbuka, atau terlihat jelas. Jadi, Batu Palar bisa diartikan sebagai batu besar yang menonjol dan terlihat jelas di atas bukit.


Seiring waktu, bukit di sekitar batu itu juga ikut dikenal dengan nama Bukit Batu Palar dan dijadikan destinasi wisata oleh warga Desa Banyu Urip, Gerung, Lombok Barat.


Meskipun tinggi bukit hanya sekitar dua puluh lima meter dari permukaan air laut, posisinya yang berada di atas lembah dan tepi sungai menciptakan sensasi seolah berdiri di puncak yang tinggi dengan view sawah, sungai, pepohonan, dan Jembatan Pelangi di kejauhan sebagai lanskap.


Bangunan sederhana seperti meja, kursi, anjungan selfie, dan berugaq (gazebo) telah disediakan untuk kenyamanan pengunjung .


Keindahan pagi hari menakjubkan saat matahari terbit, termasuk aktivitas tradisional seperti memandikan hewan ternak di sungai, menjadi momen menarik bagi pecinta fotografi. 


Setelah memarkirkan motor di pinggir jalan, kami mencoba beristirahat sejenak sambil menikmati suasana alam pedesaan dari atas bukit. 


Untungnya sesampainya kami di lokasi, hanya ada sepasang muda mudi yang asyik ngobrol berdua di berugaq. Pas kami datang, mereka berdua langsung bubar, maksudnya langsung pulang bukan putus hehehe. So, hanya kami berempat di lokasi pagi itu. 


Anak-anak pun sangat senang saat di lokasi. Mereka antusias untuk berjalan ke anjungan selfie yang terbuat dari besi baja dan kayu. Cukup kuat dan aman buat pengunjung yang datang. 





Dari atas anjungan, benar kata beberapa teman yang sudah kesini. Viewnya keren sekali. Saya kurang tau siapa yang punya ide pertama kali membuat spot cantik untuk melihat view alam yang gak ada obatnya. Bisa saja ini ide pemerintah desa setempat. 


Dari atas anjungan ini, kita dapat melihat moment sunrise, melihat aktivitas warga desa di sawah dan sungai. 


Cukup lama kami disini untuk menikmati suasana sambil sarapan. Duduk di berugaq sambil menikmati minum kopi. 


Saat ini pengunjung belum dikenakan tiket masuk. Hanya dikenakan biaya parkir sekitar 5 ribu untuk mobil dan 2 ribu untuk sepeda motor. Itupun kalau ada tukang parkir dari pengelola desa. Kebetulan saat itu gak ada tukang parkirnya hehehe. 


Kedepannya dari info yang saya pernah baca, rencana pengembangan wisata di sekitar Bukit Batu Palar ini mencakup area kuliner, lapak hasil pertanian lokal, dan wahana seperti flying fox dari bukit ke arah Jembatan Pelangi, meskipun masih terkendala pembiayaan. Saya doakan semoga lancar semua. Amin.


Menurut saya banyak potensi yang saya lihat dari tempat ini. Bukit Batu Palar dikembangkan sebagai destinasi pelengkap bagi Jembatan Pelangi, dengan potensi ekowisata yang melibatkan olahraga alam, wisata pertanian, panjat tebing, hingga camping di tepi sungai. 


Akses menuju kesini juga sangat mudah. Jalan sudah aspal mulus dari pusat kota menuju desa. Keamanan juga cukup baik. Panorama alam yang bisa menggaet wisatawan domestik maupun luar negeri untuk berkunjung ke desa ini. 


Gimana, sangat menarik bukan !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Friday, 5 September 2025

Mengajak Anak Menjelajah Sains dan Kreativitas di Taman Pintar Yogyakarta


Dari Jakarta, kita pindah ke Yogyakarta (Jogya). Beberapa bulan sebelumnya, saya sudah menuntaskan beberapa cerita berkegiatan dan jalan-jalan di Jakarta selama lima hari meskipun ada bagian cerita yang belum sempat saya tulis. Next time, ditunggu saja bagian cerita yang tertunda.


Kali ini ada tulisan yang tertunda juga dan belum saya ceritakan di blog sewaktu liburan ke Jogya bareng keluarga sekitar April lalu. Siapkan cemilan dan kopi untuk ikut jalan-jalan bersama saya ke salah satu destinasi wisata anak-anak yang ada di Kota Jogya !. 


Cekidooot !. 


Liburan ke Jogya rasanya belum lengkap kalau gak mampir ke Taman Pintar. Tempat wisata edukasi ini memang jadi favorit keluarga, terutama untuk anak-anak. Gak hanya bermain, mereka juga bisa belajar sains, teknologi, seni, dan budaya dengan cara yang menyenangkan.


Tepat di hari kedua kami di Jogya, saya dan keluarga bersiap-siap menuju Taman Pintar. Lokasinya gak begitu jauh dari hotel tempat kami menginap di kawasan Malioboro. 


Waktu menunjukkan jam delapan pagi. Seperti biasa, dari hotel berjalan kaki menuju shelter Malioboro I Trans Jogya yang berada di depan Kantor DPRD DI Yogyakarta. Sengaja jalannnya agak pagian biar gak kepanasan di jalan. 





Kami naik Trans Jogya nomor 1B. Kurang lebih memakan waktu tempuh hanya lima menit saja melewati Jalan Malioboro. Kemudian belok kiri di perempatan Titik Nol  kilometer menuju arah timur. Sekitar lima puluh meter, kami sudah tiba di shelter Taman Pintar. 


Baca disini juga : Keliling Jogya Naik Trans Jogya


Taman Pintar beralamatkan di Jalan Panembahan Senopati No. 1–3, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. 


Buka Hari Selasa sampai Minggu dari jam setengah sembilan pagi sampai empat sore kecuali Hari Senin tutup. 


Lokasinya sangat strategis.  Hanya beberapa menit jalan kaki dari Malioboro dan dekat dengan Benteng Vredeburg serta kawasan Titik Nol Kilometer dan Kantor Post Pusat Yogyakarta. 


Setelah turun dari Trans Jogya, kami berempat jalan kaki hanya beberapa meter saja dari shelter. Tepat di samping shelter Taman Pintar, pintu gerbang Taman Pintar berada. 


Begitu masuk pintu gerbang, anak-anak langsung disambut dengan wahana bermain di area playground yang penuh warna. Ada perosotan, jungkat-jungkit, dan permainan seru lainnya yang membuat mereka gak sabar untuk mencoba. Suasana riang dan tawa anak-anak seolah jadi pembuka manis sebelum menjelajahi wahana yang ada di dalam. 


Berjalan melewati taman air dengan pancuran kiri dan kanan saling bertemu. Seolah-olah memasuki lorong air. Adem banget rasanya tapi pakaian kami gak basah terkena cipratan air. 


Terdapat juga replika gong perdamaian yang melambangkan perdamaian di Indonesia sesuai dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika". Berbeda-beda tetapi tetap satu jua atau tujuan. 





Sebelum memasuki gedung utama yaitu Gedung Oval dan Gedung Kotak, kami membeli tiket masuk dulu dari harga 5 ribu hingga 25 ribu. 


Kami membeli tiket masuk Gedung Oval - Kotak seharga 24 ribu untuk dewasa. Sedangkan anak-anak (3-6 tahun) 14 ribu saja. Selain itu, kami juga membeli tiket untuk area playgroundnya yaitu Paud Barat dan Timur. Untuk dua anak total biaya 20 ribu saja. Jadi kami mengeluarkan uang sejumlah 96 ribu untuk kami berempat. 


Setelah membeli tiket, kami memasuki gedung Oval dan Kotak. Petugas dengan ramah memeriksa kertas kecil tiket kami dan mempersilahkan kami masuk. 


Suasana pagi itu belum ramai pengunjung. Tapi ada terlihat rombongan anak-anak TK yang jumlahnya puluhan serta didampingi oleh ibu guru mereka. 


Ada apa saja ya di Gedung Oval dan Kotak ?. Yuuk mari kita jelajahi. Jujur, ini pertama kalinya saya masuk ke Taman Pintar Jogya selama enam tahun di Kota Pelajar ini dulu (curhat colongan).


Awalnya Kakak Ken takut gak mau masuk karena ruangannya terlihat gelap dan ada suara dinosaurus. Jujur, menurut saya sih agak serem. Apalagi waktu itu hanya beberapa pengunjung saja yang ada. Pagi itu pengunjung masih sepi. 


Dirayu-rayu buat masuk, akhirnya si kakak mau masuk dengan syarat matanya ditutupin. Sedangkan adik Lala dan bundanya sudah terlebih dahulu masuk ke dalam. 


Kami melewati lorong akuarium raksasa. Terlihat beberapa ikan hias seperti arwana, gurami dan lain-lain. Setelah itu kami tiba di zona fosil. Beberapa patung dinosaurus yang bisa bergerak dan mengeluarkan asap. Ada T-Rex, Raptor, Triceratops, Apatosaurus dan masih banyak lainnya.


Patung-patung dino tersebut mengeluarkan suara khas mereka masing-masing. Kita diajak untuk memasuki dunia dinosaurus dan belajar tentang kehidupan dinosaurus di jaman purba. 





Setelah melewati dunia dino, kami menjumpai beberapa ruang sains dan teknologi. Anak-anak pun sangat antusias. Salah satu pengalaman paling berkesan, anak-anak bisa mencoba berbagai eksperimen sederhana, seperti melihat ilusi optik, belajar tentang tata surya, proses terjadinya gempa, hingga mencoba permainan interaktif yang membuat mereka penasaran. Menariknya, semua dirancang agar mudah dipahami anak-anak.


Tak jarang, orang tua pun ikut larut mencoba alat-alat sains itu. Rasanya seperti kembali ke masa kecil bedanya sekarang kita bisa belajar bersama anak-anak dengan cara yang lebih menyenangkan.


Btw, secara keseluruhan gedung Oval ini cukup besar dan luas. Terdiri dari dua lantai. Dimana lantai satu terdiri dari ruang depan dan terowongan akuarium. Ada juga layar tv interaktif yang menayangkan video tentang alam semesta dan kehidupan prasejarah. Selain itu ada alat peraga sains open exhibit. 


Di area ini, ada contoh alat sains seperti: Generator Van de Graaff dan Whimshurst Machine yang fungsinya untuk demonstrasi listrik statis. Air track (rel udara), peta kenampakan alam Indonesia yang dilengkapi lampu warna-warni, sistem pemadam otomatis, detektor banjir, hingga tempat wudhu otomatis.


Berjalan ke lantai dua. Di sini ada beberapa zona yang sangat menarik lagi. Ada zona explorasi ilmu seperti alat simulasi gempa, simulasi tsunami, gunung meletus, melihat alam semesta dan sistem tata Surya dari belajar nama planet hingga galaksi. 

Selain disebutkan di atas, ada juga zona fisika, zona listrik, zona biologi dan jembatan sains. Hampir semuanya kami mencobanya dan fokus belajar, hahaha.

Setelah puas muter-muter di gedung Oval, kami melanjutkan ke gedung Kotak yang memiliki zona lebih seru lagi. Untuk masuk ke gedung Kotak gak dipungut biaya lagi ya. Kecuali mengambil paket wahana lainnya seperti masuk ke planetarium, dinosaurus dan zona berbayar lainnya. 






Gedung Kotak terdiri dari tiga lantai. Dimana lantai satu merupakan area exhibition hall, ruang audio visual, radio anak Jogja, food court, souvenir counter, Amusement Center yang menyediakan fasilitas lengkap mulai dari informasi, hiburan, sampai tempat istirahat pengunjung dan belanja suvenir.


Beralih ke lantai dua. Disini ada beberapa zona antara lain zona pengolahan minyak dan gas bumi, zona agro, zona air untuk kehidupan, zona warisan leluhur, zona teknologi pengolahan susu (jejak nutrisi), zona teknologi informasi dan komunikasi, zona teknologi otomotif (roda dua). 


Di lantai tiga, zona kreatifitas dan hiburan interaktif seperti Teater 4D, dino adventure, presenter tv, zona batik, zona koleksi keris, replika Candi Boroubudur, zona anti narkoba, zona air kehidupan, dan masih banyak lagi zona-zona yang gak bisa disebutkan satu per satu. 

Yang buat saya dan anak-anak terkesan yaitu kami berdua mencoba sebuah alat virtual dimana disini kami bermain games balapan mobil. Cara mainnya, kami berdiri di depan layar besar dan menggunakan kacamata digital. Selanjutnya, kami menggerakkan mobil tersebut dengan menggerakkan anggota badan. Secara gak sadar, tubuh kita terpengaruh dengan games tersebut. Rasanya ingin jatuh saja hahaha. 

Bermain games ini melatih keseimbangan tubuh kita. Kalian coba games ini deh kalau ke Taman Pintar nanti. Baik orang dewasa maupun anak-anak sangat cocok main games ini. 





Zona selanjutnya, kami keluar dari gedung Kotak dan menuju zona PAUD Timur dan Barat. Gedungnya terpisah dari gedung Oval dan Kotak. Berada di depan Playground dan Zona Kolam Bahari. 


Kami memasuki zona PAUD Timur. Gedung ini lebih fokus pada stimulasi motorik dan ekspresi kreatif. Di dalamnya ada ruang flora & fauna yang memperkenalkan alam melalui media edukatif seputar tumbuhan dan hewan.


Selanjutnya ada ruang olahraga. Disini anak-anak diajak melakukan aktivitas fisik ringan, membantu perkembangan motorik kasar.


Ada juga ruang bermain alat musik. Tempat anak-anak bereksperimen dengan berbagai alat musik, merangsang kreativitas dan koordinasi.


Panggung Pertunjukan yang menyediakan panggung kecil untuk anak-anak tampil, serta membangun kepercayaan diri.


Setelah menunggu anak-anak bermain dan belajar di PAUD Timur, kami melanjutkan masuk ke PAUD Barat. Disini anak-anak bertemu dengan permainan yang lebih seru lagi. 


Di PAUD Barat anak-anak belajar tentang merangsang fungsi kognitif anak usia dini (pra-TK/TK). Di dalamnya terdapat, ruang bermain lego tempat anak-anak mengeksplorasi kreativitas dan logika melalui permainan konstruksi.


Ada zona sains dan teknologi yang menyediakan alat peraga edukatif dan interaktif untuk mengenalkan prinsip dasar sains dan teknologi.


Nah disini anak-anak sangat suka masuk ke ruang bermain profesi. Di sini anak bisa berimajinasi menjadi profesi seperti dokter,apoteker,perawat, polisi, dan lain-lain.


Gedung ini juga memiliki fasilitas perpustakaan. Menyediakan koleksi buku edukatif serta ruang nyaman untuk membaca. Selain itu ada komputer kids. Area komputasi yang ramah anak, memperkenalkan penggunaan komputer dengan konten yang sesuai usia.


Baik di PAUD Barat dan Timur, para orang tua dilarang masuk ke dalam ruang per ruang. Hanya anak-anak saja yang boleh masuk dengan ditemani oleh kakak-kakak yang baik hati dan ramah. Mereka yang akan menemani anak-anak bermain dan belajar. Para orang tua hanya memantau layar cctv di ruang tunggu aktivitas anak-anak di dalam. 




Waktu sudah beranjak siang hari. Gak terasa sudah tiga jam kami berada di Taman Pintar. Anak-anak juga sudah agak kecapean bermain dan belajar. Saatnya kami beristirahat di sebuah kedai yang berada di area playground. Suasanan disini adem banget. Kedainya persis di depan Taman Air. 


Sambil minum yang segar-segar. Kami menyantap makanan yang sudah kami bawa dari penginapan. 


Meskipun gak semua wahana kami kunjungi dan dicoba, tapi dengan mengexplore gedung Oval, lanjut ke gedung Kotak. Lalu bermain dan belajar di PAUD Barat dan PAUD Timur, anak-anak sudah senang banget. Itu saja anak-anak sudah kelelahan. 


Mungkin nanti kalau anak-anak sudah agak besaran dan masuk SD, kalau liburan ke Jogya lagi, bakalan datang kesini lagi. Biar mereka bisa belajar lebih maksimal sesuai namanya Taman Pintar buat anak-anak dan orang tua pintar dan cerdas. 


Di akhir kunjungan, jangan lupa mampir ke area suvenir. Ada banyak mainan edukatif dan pernak-pernik khas Taman Pintar yang bisa dibawa pulang. Anak-anak biasanya senang sekali memilih oleh-oleh kecil sebagai kenang-kenangan.


Buat saya pribadi, Taman Pintar bukan sekadar tempat wisata. Ini adalah ruang kebersamaan di mana anak-anak bisa bermain, belajar, dan orang tua ikut mendampingi dengan penuh kebahagiaan. Rasanya puas sekali melihat mata mereka berbinar karena pengalaman baru yang didapat.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Saturday, 30 August 2025

Terbang Nyaman ke Pulau Seribu Masjid: Pengalaman Penerbangan Citilink A320 Jakarta – Lombok


Gak terasa lima hari di Jakarta, sudah waktunya balik ke rumah lagi. Sabtu pagi, setelah shalat subuh, saya dan Mbak Zahra bersiap-siap menuju Bandara Soekarno Hatta. Kami berdua duluan pulang ke Lombok sedangkan Mas Erwin pulang ke rumah saudaranya di Depok. 


Jam enam pagi kami menunggu jemputan di lobby hotel sambil menyelesaikan proses check out. Gak lupa mengambil jatah sarapan terakhir di hotel sebelum berangkat ke bandara. Lumayan bisa dimakan nanti setelah sampai di bandara. 


Saya sudah janjian sama Bang Jaka untuk mengantar kami ke bandara. Syukurnya abangnya on time sekali. So, gak lama kami menunggu di lobby. Setelah mobil jemputan tiba, kami bergegas masuk ke dalam mobil. 


Perjalanan dari hotel ke bandara kurang lebih memakan waktu hampir satu jam. Kebetulan juga Hari Sabtu, jadinya kondisi lalu lintas ibu kota gak terlalu padat. 


Cuaca pagi itu cukup baik meskipun langit agak mendung. Selama lima hari di Jakarta, baru kali ini melihat langit Jakarta mendung. Semoga saja di penerbangan nanti gak bertemu dengan hujan. 


Sepanjang perjalanan menuju bandara, mobil melewati jalan tol yang cukup lengang. Terlihat kabut putih menyelimuti gedung-gedung tinggi ibu kota. Gak lama lagi saya akan meninggalkan kota ini dalam waktu yang gak tau kapan kesini lagi. 


Kami akan terbang menggunakan maskapai Citilink. Anak maskapai low cost carrier dari Garuda Indonesia. Sudah lama juga saya gak terbang bersama Citilink. Kalau gak salah terakhir kali naik Citilink itu pada saat ke Surabaya di tahun 2017 lalu. Cukup lama juga ya. 


Citilink menggunakan pesawat jenis Airbus A320-214. Salah satu pesawat yang bisa dibilang cukup aman sejauh ini di langit Indonesia. 


Sedikit bercerita kejadian lucu yang kami alami saat perjalanan menuju bandara. Ternyata Bang Jaka lupa kalau kami naik pesawat dari terminal 1B karena seingat beliau Citilink ada di terminal 3 seperti maskapai berplat merah (Garuda Indonesia dan Pelita Air). 


Ternyata Citilink sudah pindah ke terminal 1B kalau gak salah sekitar Maret tahun ini. Jadinya semua penerbangan dialihkan ke terminal 1B kecuali yang di Bandara Halim Perdanakusuma. 


Singkat cerita kami salah jalur menuju terminal, muter-muter jalan eh gak taunya nyasar ke perkampungan warga yang berada di sekitaran bandara. Saya lupa nama kampungnya apa. Hahaha. Moment lucu sih saat itu. 


Untungnya kami memang sengaja ke bandara lebih awal karena takutnya di jalan ada hal-hal yang gak diinginkan. Tapi kena juga hahaha. 




Syukurnya, kami tiba di terminal 1B tepat waktu. Jadinya gak buru-buru menuju ruang check in penumpang. Suasana di area penuruan penumpang cukup lengang pagi itu. Terlihat bandara masih ditutupi kabut pagi. 


Setelah turun dari mobil dan mengambil barang bawaan di bagasi belakang mobil. Kami berpamitan ke Bang Jaka yang sudah mengantar jemput kami selama di Jakarta. Terimakasi bang. Sampai jumpa kembali !.


Next, kami berdua berjalan menuju ruang check in untuk mencetak boarding pass dan bagasi. Sebenarnya bisa gak cetak boarding pass karena sudah ada e-boarding pass di handphone. Tapi biar ada kenang-kenangan, wajib hukumnya cetak. 


Terlihat seluruh terminal 1B didominasi oleh maskapai Citilink. Ruangan serba putih dan hijau. Ada banner Citilink juga di setiap sudut ruang check in


Proses check in dan bagasi berjalan dengan lancar. Syukurnya berat bagasi saya kurang dari sepuluh kilogram alias gratis gak pakai bayar bagasi. Antrian juga gak terlalu panjang karena counter check in dibuka semua sesuai kota tujuan. Terlihat dari antrian calon penumpang yang akan ke Lombok benar-benar akan ramai. Prediksi saya full seat






Setelah proses check in selesai. Saya dan Mbak Zahra berjalan menuju lantai dua yaitu ke ruang tunggu penumpang yang berada di B7. Sebelum naik ke eskalator, di sebelahnya ada toko oleh-oleh makanan. Disini dijual berbagai macam oleh-oleh. Dari makanan ringan sampai kue juga ada. Gak lupa kami membeli oleh-oleh buat teman-teman di rumah sakit. 


Urusan oleh-oleh sudah, kami berdua menuju ruang tunggu yang berada di B7. Secara pribadi saya lebih suka dengan tampilan terminal 1 dan 2 karena penampakan terminal ini lebih klasik. 


Ketika berada di dalam terminal ini, saya merasakan kesejukan dan nyaman sekali. Melihat tanaman hijau yang berada di sudut-sudut bandara dan koridor menuju gate dengan dinding kaca sehingga cahaya yang masuk lebih maksimal.


Baik terminal 1 dan 2 merupakan terminal tertua di Bandara Soekarno-Hatta yang dibuka sejak 1985. Desainnya dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu. Terinspirasi dari arsitektur tradisional Jawa (Joglo) dengan atap limasan, nuansa tropis, ruang terbuka hijau di beberapa bagian dan koridor berdinding kaca.


Beberapa tiang dari bangunan ini juga berbahan kayu jati. Yang paling saya suka dan sangat menginspirasi yaitu lantainya dari batu bata tempel. 


Ciri khas terminal 1 adalah penggunaan atap merah bata, dinding bata ekspos, serta koridor dengan jendela kaca lebar sehingga banyak cahaya alami masuk.


Setelah revitalisasi di tahun 2024 sampai 2025, area terminal 1B terlihat lebih modern dengan sentuhan kontemporer, tetapi tetap mempertahankan nuansa lokal.


Sekarang ini di terminal 1B melayani penerbangan domestik yaitu Citilink dan NAM Air ke berbagai tujuan di Indonesia. 





Setelah berjalan menuju ruang tunggu di gate B7, saya menyempatkan untuk sarapan dengan menu nasi kotak dari hotel. Isinya ada rice bowl chicken. Porsinya juga lumayan banyak. Soal rasa gak perlu diragukan lagi. Daging ayamnya empuk dan bumbu kecapnya nendang banget. Ditambah lagi ada telur mata sapi dan tumis sayur. Sarapan dulu sebelum terbang ke Lombok !.


Waktu boarding masih lama yaitu jam setengah sembilan pagi. Terlihat di layar jadwal penerbangan, penerbangan kita masih status "sesuai jadwal". Khawatir juga status di layar berubah menjadi delayed, hahaha. 


Selama menunggu waktu boarding, saya menyempatkan untuk berkeliling sekitar ruang tunggu. Fasilitas di bandara ini cukup lengkap. Ada sinyal wifi yang cukup kencang, ada toilet yang berada di bawah ruang tunggu. Ada kantin atau cafe di dalam ruang tunggu. Ruangannya juga dingin. Kursi tunggu cukup nyaman. 


Di belakang kursi tunggu saya melihat taman kecil dari balik dinding kaca. Ada beberapa pohon besar dan tanaman hias serta rerumputan hijau. Sambil sarapan, saya menikmati view hijau di bandara ini, sejuk melihatnya.





Sayangnya di terminal 1B ini, kita gak leluasa melihat pesawat yang sedang parkir atau saat take off atau landing karena sebagian dinding kaca tertutup oleh semacam ventilasi. Berbeda dengan terminal 2 dan 3 yang bisa terlihat pesawat yang turun naik dan parkir dari ruang tunggu penumpang. 


Langit di atas Bandara Soekarno Hatta sedang tertutup awan tebal. Semoga saja jadwal penerbangan gak tertunda. Harap-harap cemas juga sambil menunggu, memutar beberapa video di youtube sambil lirik sana-sini melihat penumpang yang sudah ramai di ruang tunggu. Ada beberapa mahasiswi yang sepertinya akan berlibur ke Lombok. Mana modis-modis pula hahaha. 


Suara informasi terdengar. Bagi penumpang Citilink dengan nomor penerbangan QG 640 CGK-LOP dipersilahkan menuju pesawat. Akhirnya, kita terbang juga setelah sekian menit menunggu. Melihat jam tangan, waktu menunjukkan jam delapan pagi lebih sepuluh menit waktu Jakarta.


Satu per satu para penumpang melakukan pengecekan tiket di pintu terakhir sebelum memasuki pesawat. Para petugas bandara bertugas dengan cukup baik. 


Setelah melewati pengecekan tiket, saya dan penumpang lainnya berjalan menuju pesawat melalui garbarata. Lagi-lagi melewati si belalai gajah (garbarata). Padahal pengennya masuk ke dalam pesawat melalui tangga biasa agar bisa melihat pesawatnya secara utuh. 


Antrian penumpang memasuki pesawat cukup panjang. Benar kan, penumpang menuju ke Lombok saat itu ramai banget. 





Saya akan terbang bersama Citilink Airbus A320-214 dengan kode registrasi PK GQN. Menurut aplikasi flight radar, umur pesawat ini masih sekitar sembilan tahun. Pertama kali terbang di tahun 2016. 


Terlihat dari kaca garbarata, penampakan pesawatnya masih mulus dengan livery didominasi dengan warna putih dan tulisan Citilink berwarna hijau. Serta di bagian ekor pesawatnya bermotif ekor burung berwarna hijau muda dan tua. 


Setelah memasuki pintu pesawat, kami disambut dengan senyuman oleh para pramugari dan pramugara yang bertugas saat itu. Berpakaian batik dengan dominasi warna hijau muda dan tua khas Citilink. Untuk pramugara menggunakan jas hitam.


Saya berjalan menuju seat 7B. Sedangkan Mbak Zahra di seat 7A yang bersebelahan dengan seat saya. Seluruh seat di Citilink yaitu kelas ekonomi dengan formasi seat 3-3. Beberapa juga ada seat green zone yang memiliki keistimewaan kalau gak salah di jarak antar seat depannya. 


Sayangnya saya duduk di seat tengah alias gak di pinggir jendela dan pinggir lorong. Untuk seatnya cukup empuk dan tebal di pantat. Ada sandaran kepala yang empuk juga. Jarak antar seat juga cukup luas. Gak seperti pesawat sebelah. 


Sayangnya gak ada monitor inflight entertainment-nya di setiap seatnya. Berarti ini benar-benar waktu untuk tidur selama penerbangan karena gak ada aktivitas lain yang bisa dilakukan. Hanya duduk manis, menikmati penerbangan dan memejamkan mata. 





Di saku belakang seat depan, ada beberapa buku petunjuk keselamatan penerbangan, ada kantung plastik mabuk penerbangan, ada majalah dan kartu doa. 


Di dalam kabin pesawat udaranya dingin dan harum. Kaca pesawat di deretan seat saya juga masih kinclong. Suara mesin pesawat dari dalam kabin juga senyap. Selamat menikmati penerbangan !.


Proses boarding gak begitu lama, pesawat sudah berjalan mundur (push back). Para pramugari memperagakan demo keselamatan. Terlihat sederhana tapi sangat penting buat kita ketika terjadi sesuatu yang gawat selama penerbangan. 


Tali oksigen akan keluar ketika tekanan udara di dalam pesawat tiba-tiba berubah drastis. Memakai life jacket yang terdapat di bawah seat. Bagi saya ketika pramugari memperagakan hal tersebut, benar-benar saya dibuat merinding setiap naik pesawat. 


Gak lama kemudian, pesawat berjalan menuju runway (saya lupa runway nomor berapa) untuk melakukan take off. Proses take off berjalan dengan lancar. Langit Jakarta semakin mendung. Sempat terjadi guncangan kecil ketika badan pesawat menembus awan tebal tapi gak berlangsung lama. 


Selama penerbangan, saya habiskan untuk tidur. Bangun sebelum Subuh, berangkat pagi-pagi ke bandara biar gak telat, cukup membuat mata ini mengantuk. Apalagi penerbangan pagi, godaan untuk tidur besar juga. 


Saya tinggalkan Mbak Zahra yang asyik membaca buku untuk tidur. Gak terasa hampir dua jam penerbangan, terdengar samar-samar dari kapten pilot bahwa pesawat sebentar lagi akan landing di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid, Praya Lombok. 





Sumber foto : Handphone Mbak Zahra 


Pesawat sudah terbang di atas Pulau Lombok. Terlihat dari jendela Puncak Gunung Rinjani, Gili Trawangan, Meno, Air. Cuaca di Lombok siang itu cukup cerah. Gak terjadi turbulensi juga selama penerbangan. 


Badan pesawat semakin menurunkan ketinggian. Roda pesawat sudah keluar dan persiapan untuk landing. Proses landing berjalan dengan lancar. Kami sudah tiba di Bandara Internasional Lombok (BIZAM) dengan selamat. 


Sudah gak sabar turun dari pesawat dan bertemu dengan istri dan anak-anak. Kebetulan bapak mama juga ikut menjemput. 


Cuaca Lombok siang itu cukup cerah. Total waktu tempuh penerbangan yaitu dua jam. Suasana di Bandara BIZAM cukup ramai dengan pesawat siang itu. Terlihat ada beberapa maskapai yang terparkir di apron seperti Lion Air, Wings Air, Batik Air, Super Air Jet, Air Asia dan Citilink. 


Over all, penerbangan bersama Citilink Airbus A320-214 PK GQN sungguh terasa nyaman meskipun hanya maskapai berbiaya murah. Waktu tunggu boarding on time. Seat yang nyaman. Ruang kabin yang bersih dan dingin. Bagasi kabin yang cukup luas untuk menyimpan koper dan barang besar. Kru yang cukup ramah dan kondisi pesawat yang terbilang terawat.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra