Friday, 14 November 2025

Kembali ke Lombok Berlayar Bersama KM Mutiara Barat : Kapal Hantu yang Gak Berhantu


Setelah hampir seminggu trip ke Banyuwangi, tibalah waktunya pulang ke rumah. Berhubung waktu cuti segera berakhir, dengan berat hati saya dan keluarga harus balik lagi ke Lombok. 


Pengennya sih nambah beberapa hari lagi di Tanah Blambangan ini, tapi kondisi belum mengijinkan. Masih banyak tempat-tempat yang belum saya explore seperti Pantai Pulau Merah, touring ke Alas Gumitir, Kawah Wurung dan lainnya. 


Oke, kita mulai saja cerita di tulisan terakhir edisi Banyuwangi 2025. Kali ini saya akan mengajak kalian para pembaca setia Lazwardy Journal untuk berlayar bersama kapal yang banyak orang menyebutnya "kapal hantu". 


Kapal yang sejak pertama kali beroperasi dari Lombok ke Banyuwangi, bikin saya penasaran untuk mencobanya. Alasan utama kenapa saya pengen banget nyobain kapal ini yaitu karena kapal ini cukup legend. Umurnya sudah gak muda lagi. Ukurannya juga sangat besar. Saking besarnya, banyak ruang di dalam kapal ini yang terkunci atau gak digunakan. 


Fasilitas di dalam kapalnya juga klasik. Dari lorong kapal, kantin yang dulunya restoran pada zamannya, sampai kamarnya berkesan vintage. Maklum saja, kapal ini merupakan kapal bekas Jepang. Saking klasiknya, saat memasuki kapal ini saya merasakan vibes berada di dalam sebuah kapal mewah Jepang di tahun 90-an.


Cerita dimulai dari pembelian tiket. Saya memesan kapal ini cukup unik. Mungkin kalian yang sudah membaca tulisan pertama saya trip ke Banyuwangi, pastinya sudah tau. Jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Banyuwangi. Saya berhasil mendapatkan beberapa nomor kontak kru kapal yang akan saya naiki dari temen yang sering bolak-balik Lombok Banyuwangi. 


Menyesuaikan jadwal keberangkatan kapal dengan hari kepulangan. Setelah melihat jadwal keberangkatan kapal di website PT.Antosium Lampung Pelayaran (ALP), pas banget dengan keberangkatan kapal KM Mutiara Barat. Orang biasa menyebutnya dengan kapal "City Line" karena tulisan di badan kapalnya tertulis jargon tersebut. 


Kapal ini merupakan salah satu tol laut yang menjadi program dari Pak Jokowi semenjak menjabat menjadi presiden dulu. Hingga sekarang banyak masyarakat yang menggunakan tol laut ini untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lainnya. Saya rasa sih cukup membantu bagi kita yang tinggal di kepulauan. 


Ada beberapa kapal yang sama yang melayani rute Lombok - Banyuwangi PP yaitu KM Mutiara Berkah II, KM Mutiara Sentosa III, KM Mutiara Barat, KM Mutiara Ferindo I dan II. Jadi saat ini ada lima kapal ALP yang beroperasi lintas Pel.Gili Mas menuju Pel. Tanjungwangi PP. Banyak juga orang menyebutkan kapal-kapal ini dengan sebutan kapal kembar City Line karena dari bentuk dan ukuran kapalnya hampir sama semua. 


Balik ke laptop !. 


Setelah memutuskan akan naik kapal tersebut, saya mengontak salah satu kru kapalnya. Kerennya direspon cepat sama mereka. Yang saya tanyakan apakah kapalnya dipastikan jalan dan harga sewa kamar karena rencananya saya dan keluarga akan menyewa kamar di dalam kapal. 


Dari informasinya kapal akan berangkat ke Lombok sekitar jam dua belas malam. Tapi kendaraan sudah bisa masuk sekitar jam delapan malam. Begitu juga dengan kamarnya, saya berhasil nego kamar kelas VIP dengan empat bed, lengkap dengan satu sofa dan pendingin ruangan seharga 250 ribu. Untuk pembayaran sewa kamarnya bisa nanti di atas kapal. 


Saat sudah memastikan kapal dalam kondisi baik-baik saja dan akan berangkat ke Lombok, saya langsung memesan tiket via website resmi PT.ALP. Caranya cukup mudah sekali.


Kita tinggal masuk ke dalam websitenya. Mengisi beberapa data yang diminta. Dari pilihan rute kapal, tanggal berangkat, nama kapal, jenis kendaraan, nomor kendaraan, nama penumpang sampai proses pembayaran. 


Hal yang perlu diperhatikan disini. Ketika akan memesan tiket, kita pastikan kendaraan yang akan kita gunakan. Jangan salah memasukkan jenis kendaraan dan nomor kendaraan. 


Setelah jenis kendaraan sudah diinput, lalu nama-nama penumpang jangan lupa dimasukkan. Jika membawa motor, itu sudah termasuk dua penumpang gratis. Caranya klik supir dan kernet. Lalu masukkan nama penumpangnya sejumlah dua orang. 


Hal penting lagi, jika penumpang kendaraan lebih dari dua orang, kita bisa menginput penumpang lainnya tapi bayar seharga penumpang. Kalau gak salah untuk dewasa seharga 105 ribu sedangkan anak-anak hanya 15 ribu. Tapi bisa juga gak dimasukkan kalau ingin berhemat, hehehe. 


Untuk pembayarannya sementara ini hanya bisa pakai Livin Mandiri bila ingin transaksi online. Bagi yang gak mau ribet, kalian bisa pesan di agent-agent resmi yang bekerjasama dengan PT.ALP di sekitar pelabuhan. 





Oke... Setelah urusan pertiketan beres, sekitar jam enam sore sehabis shalat magrib, kami berangkat menuju Pelabuhan Tanjungwangi. Sedih juga saat berpamitan dengan keluarga Banyuwangi. Kapan lagi kesini, semoga masih diberikan kesehatan, rezeki dan waktu buat datang kesini lagi. 


Saya bersama anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak ibu pakai motor Vario. Untuk urusan barang bawaan jangan ditanya lagi. Apa yang bisa dibawa, kami bawa. Sisanya saya dan istri paket lewat ekspedisi hehehe. 


Perjalanan dari Rogojampi ke Pelabuhan Tanjungwangi memakan waktu tempuh kurang lebih empat puluh lima menit. Melewati Kota Banyuwangi dan Pelabuhan Ketapang. Akhirnya kami tiba tepat waktu di Pelabuhan Tanjungwangi. 


Langit malam saat itu agak mendung. Kecepatan angin juga cukup kencang. Sepertinya akan turun hujan. Semoga waktu memasuki kapalnya belum turun hujan. 


Memasuki pintu pelabuhan, kami diarahkan oleh petugas pelabuhan menuju portal pemeriksaan tiket. Setelah di depan portal, saya mengeluarkan handphone untuk membuka barcode pemesanan tiket. Setelah itu, barcode diarahkan ke layar yang ada di mesin scan.


Setelah terscan, artinya proses check in berhasil dan sudah bisa masuk ke dalam kapal. Gak perlu nyetak e-tiket lagi. Tinggal tunjukkin barcode e-tiket kepada petugas. Semuanya sudah beres. 


Untuk urusan check ini beres, selanjutnya kami diarahkan menuju ruang tunggu penumpang. Suasana di pelabuhan malam itu belum begitu ramai oleh penumpang pejalan kaki atau kendaraan. Yang ramai itu antrian truk-truk ekspedisi yang akan ikut menyeberang ke Lombok. 


Kapal KM Mutiara Barat sudah bersandar di dermaga bersama beberapa kapal barang lainnya. Gak lama menunggu, seluruh penumpang baik pejalan kaki maupun yang membawa kendaraan pribadi dipersilahkan memasuki kapal melalui ramdor yang berada di bagian buritan kapal. 


Gila ukuran kapalnya gede dan panjang banget. Ini pertama kalinya saya naik kapal berukuran panjang seperti ini. Mana bentuknya juga seperti kapal perang dengan livery dominan putih polos dan biru tua bertuliskan City Line di badan kapal. Benar-benar memberi kesan tersendiri.


Sepertinya perjalanan nanti akan seru karena saya rencananya akan mengexplore kapal ini dari buritan hingga haluan. Semoga kaki ini kuat jalan dan persiapan mental karena memang benar, kapal ini seperti kapal hantu saking besarnya. Sampai anak saya saja nanya, "ayah kok kapalnya serem dan gelap?". Saya bingung jawabnya gimana. 


Saat memasuki lambung kapal, gerimis pun datang. Cepat-cepat saya membawa motor masuk ke dalam cardeck. Untungnya petugas kapal mengarahkan motor saya dan bapak, parkir di samping ramdor yang berada di bagian buritan. Gak perlu jauh-jauh parkir motor. 


Cardeck kapal ini ada dua lantai. Lantai satu untuk kendaraan besar dan berat, sedangkan lantai dua untuk kendaraan sedang seperti truck kecil, mobil dan motor. 


KM Mutiara Barat ini memiliki bobot muat kotor sekitar 11.500 ton dengan panjang 166 meter dan lebar 25 meter. Bisa memuat kendaraan sekitar 115 unit dan penumpang sejumlah 1000 orang. Kapal ini dibangun pada tahun 1991 di Jepang. Dulu saat masih beroperasi di Jepang, kapal ini sudah beberapa kali berubah nama. Salah satunya bernama Ocean West (sumber : marine traffic).


Meskipun kapal ini tergolong sudah tua dan bekas kapal Jepang, fisiknya masih tetap terjaga. Bagi saya kapal ini memiliki kesan tersendiri. Kalau dibandingkan dengan kapal-kapal yang sudah saya naiki seperti punyanya PT.DLU pastinya kalah dari sisi fasilitas. Tapi kapal-kapal milik ALP ini banyak yang cari karena harga tiketnya cukup terjangkau dan hanya satu-satunya penyeberangan Banyuwangi langsung ke Lombok saat ini. 


Setelah memarkirkan motor dengan aman, kami berjalan menuju lantai atas untuk menuju deck penumpang. Suasana cardeck cukup lengang karena baru kendaraan kecil saja yang dipersilahkan masuk. Kendaraan besar masih berada di parkiran pelabuhan menunggu giliran masuk kapal. 


Penerangan di cardeck cukup minim pencahayaan. Kami melalui jalan menanjak ke cardeck lantai dua. Cukup terjal juga tanjakannya. Lumayan nyari keringet malam-malam. Berada di cardeck lantai dua, kondisi masih kosong melompong. Kami mencari tangga untuk menuju deck atas. Melalui pintu, di pinggir cardeck terlihat tangga menuju deck atas. Gila anak tangganya banyak banget. Benar-benar nih kapal buat saya jadi olahraga hahaha. 





Sesampainya di deck atas. Hujan turun dengan lebatnya. Kami segera masuk ke dalam ruang penumpang. Suasana ruang penumpangnya adem banget. Masih sepi dengan penumpang. Hanya terlihat beberapa kru kapal yang sedang bertugas. Dengan ramahnya, kami langsung ditawari kamar. Saya pun langsung menjawab sudah pesan kamar sama Mas Tian. Salah satu kru tempat saya berkomunikasi sebelumnya. 


Kami langsung disamperin oleh Mas Tian dan mengantarkan kami ke kamar VIP yang berada di Deck A. Menaiki tangga lagi penghubung Deck A dan Deck B. Kami memasuki pintu kaca dorong. Melewati lorong kamar VIP. Disini kamarnya banyak banget. Saking banyaknya saya gak sempat hitung jumlahnya berapa. Lantai lorongnya juga bersih. 


Mas Tiang langsung membuka pintu kamar dan taraaaaa, kamarnya cukup lega. Tersedia empat bed susun. Kasurnya juga empuk dan seprainya bersih. Kamarnya gak usah ditanya. Bersih banget meskipun beberapa perabotan sudah usang. 


Sejauh ini, kami senang dan puas. Terutama anak-anak ceria mendapatkan kamar yang super lega. Untuk kami berenam cukup nyaman mendapatkan kamar ini. Untuk review kamarnya menurut saya, kamar dan bed-nya bersih, seprainya juga wangi. Sayangnya gak ada bantalnya ya. Tapi it's oke, gak apa-apa. Yang penting dapat tidur pulas malam ini. 


Ada sofa panjang yang menghadap ke jendela. Pendingin ruangan bekerja dengan baik. Ada wastafel yang berfungsi dengan baik. Lemari untuk menyimpan barang dan ada lift jacket dewasa sebanyak empat buah. Penerangan kamarnya juga cukup terang. Melihat hujan turun dengan lebatnya dari dalam kamar. Gak peduli kapal berangkat jam berapa. Yang ada di pikiran kami malam itu, bisa tidur dengan nyenyak. 


Berhubung sudah ngantuk banget, saya tertidur sebentar. Sedangkan anak-anak masih asyik bermain di dalam kamar. Bangun-bangun kapal masih belum berangkat. Lihat jam tangan, waktu menunjukkan jam sebelas malam. Hujan juga sudah berhenti. Sepertinya asyik juga keluar kamar untuk melihat suasana di luar. Saya ijin sama istri untuk keluar sebentar. Ibu bapak dan anak-anak juga sudah tertidur. 


Sebelum keluar, terdengar informasi untuk jatah makan pertama sudah disiapkan dan bisa diambil di kantin kapal. Saya pun mengambil jatah makan untuk enam orang. Ini sudah termasuk tiket ya. Jadinya gak perlu bayar lagi. Untuk menunya, nanti saya bahas di saat pengambilan jatah makan kedua keesokan harinya. 




Muter-muter di atas kapal, suasana di sekitar pelabuhan syahdu banget karena habis turun hujan. Berjalan ke arah haluan, ternyata view malam keren banget. Dari sini kita bisa melihat lampu-lampu kapal ferry yang melintas dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.


Nongkrong sebentar di pinggir pagar kapal, selanjutnya kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Gak banyak kegiatan yang dilakukan saat malam. Mau nunggu kapalnya berangkat, tapi sepertinya masih lama karena antrian truk yang akan masuk ke dalam kapal masih panjang.


Besok saja kalau sudah terang, baru kita explore kapal ini. Masuk ke dalam kamar untuk lanjut tidur sambil mengedit beberapa tulisan blog yang belum selesai. Sekitar jam setengah satu pagi waktu Banyuwangi, terdengar bunyi bel kapal sebanyak dua kali. Pertanda kapal akan segera diberangkatkan. 


Ini moment yang saya tunggu-tunggu. Kapan lagi melihat kapal sebesar kapal pesiar ini berangkat dengan cara ditarik oleh kapal tunda atau disebut tugboat. Saya pun kembali keluar untuk melihat proses kapal berangkat. Terlihat dua tugboat bersiap-siap menarik kapal KM Mutiara Barat. Tali tambat kapal sudah dilepas. Perlahan-lahan kapal meninggalkan dermaga menuju ke tengah. 


Keren juga ya, dua tugboat bisa menarik kapal besar menggunakan tali tambat. Langit malam itu cukup cerah. Angin laut juga cukup kencang. Semoga pelayaran aman-aman saja. Sempat khawatir juga naik kapal ini karena beberapa insiden pernah dialami oleh kapal lainnya yang satu bendera dengan KM Mutiara Barat seperti kejadian terbakarnya KM Mutiara Timur dan tenggelam di Selat Lombok beberapa tahun yang lalu.


Belum lagi insiden KM Mutiara Berkah II yang mengalami trouble di mesin saat akan berangkat dari Pelabuhan Gili Mas, Lombok menuju Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi di hari kami berangkat menuju Banyuwangi seminggu sebelumnya. 


Bisa baca ceritanya disini : Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi


Sejauh ini kapal aman-aman saja. Setelah kapal berangkat, saya memutuskan untuk kembali ke kamar. Lanjut tidur biar gak kesiangan bangun. Semoga bisa bangun pagi sebelum matahari terbit. Dan benar saja, saya dan lainnya bangun kesiangan. Waktu menunjukkan jam enam pagi. Lihat jendela kamar, langit sudah terang di luar. 


Shalat subuh dulu, habis itu lanjut jalan-jalan pagi di pinggir kapal bareng anak-anak yang sudah bangun juga. Istri gak mau ketinggalan untuk ikutan juga. Sedangkan bapak ibu masih pengen di kamar saja. 





Semalam saya tidur cukup pulas. Jadinya badan terasa kembali seger dan siap keliling kapal. Btw, posisi kapal sudah berada di utara Pulau Bali tepatnya di atasnya Buleleng. Biasa di perairan ini kita bisa melihat kawanan lumba-lumba yang berenang di pinggir kapal seakan-akan mengiringi kami menuju tujuan. 


Sayangnya kami belum berhasil bertemu dengan kawanan lumba-lumba secara dekat. Hanya bisa melihat dari kejauhan. Belum beruntung namanya. Oke, kami berjalan menuju haluan kapal untuk menikmati matahari terbit. Disini juga sudah beberapa penumpang lainnya yang menunggu sunrise. 


Cuaca sangat cerah dan lautan dalam keadaan tenang. Kurang lebih sudah enam jam kapal ini berlayar dari Banyuwangi. Masih ada enam jam lagi kapal akan berlayar menuju Lombok. Anak-anak pun sangat senang diajak keliling kapal. Mereka sangat antusias melihat Pulau Bali dari kejauhan. 


Pagi itu saya, istri dan anak-anak menghabiskan waktu untuk berkeliling kapal dari deck A ke deck B, dari haluan sampai buritan. Ada beberapa ruangan yang menarik direview. Kapal ini memiliki beberapa ruang penumpang. Dari ruang penumpang kelas ekonomi lesehan tanpa adanya AC. Selain itu ada kamar khusus supir yang berada di bagian paling belakang. 



Ada kamar penumpang kelas VIP dengan fasilitas tempat tidur, sofa, meja kerja, lemari, wastafel dan AC. Ada juga kamar penumpang kelas bisnis tanpa AC. Ada kamar kelas paling tinggi untuk satu keluarga lengkap dengan kamar mandi dalam.


Uniknya lagi, di dalam kamar mandinya ada semacam jacuzzi yaitu bak air untuk berendam. Biasanya dilengkapi dengan air panas dan gelembung air. Kebiasaan berendam di jacuzzi ada di Jepang. Gak heran karena kapal ini bekas kapal Jepang. Sayangnya sudah gak digunakan lagi saat ini. 

 





Fasilitas toilet dan kamar mandi di kelas VIP semuanya bersih tanpa ada aroma yang aneh. Untuk kamar yang kami sewa,toilet dan kamar mandinya ada di luar. Sedangkan untuk kelas lesehan, toilet dan kamar mandinya terpisah dengan kelas VIP. Untuk kebersihan kamar mandi kelas lesehan agak kurang terjaga kebersihannya dan aromanya gak sedap. 


Di kapal ini gak ada ruang penumpang yang ada kursi duduknya seperti kapal ferry dan lainnya. Jadinya hanya ada ruang lesehan dan kamar tidur penumpang. Tinggal memilih mau dimana sepanjang pelayaran dua belas jam lamanya. Untuk ruang kantin ada satu saja dan itu gak terlalu luas. Ada kursi sofa dan meja. Tapi sayangnya, bagi kita yang gak suka asap rokok, jangan duduk disini karena banyak para supir yang merokok. 


Anehnya, ruang kapal ini terutama di depan kantin ber-AC dan ada peringatan gak boleh merokok. Tapi kenyataannya, banyak yang merokok. Serem juga kalau terjadi kebakaran gara-gara seputung rokok. Perlu jadi perhatian buat dinas perhubungan khususnya petugas kapal. Harus tegas dalam melarang penumpang merokok di dalam ruang ber-AC.


Untuk fasilitas lainnya, kapal ini juga sudah dilengkapi dengan alat keamanan seperti kapal sekoci, ban pelampung dan lift jacket yang bisa digunakan disaat keadaan darurat. Ada juga area muster station atau area tempat berkumpul jika terjadi sesuatu yang gak kita inginkan. 


Setelah puas berkeliling sekitar kapal, kami mampir di kantin untuk mengambil jatah makan kedua. Selain itu saya memesan dua gelas kopi susu hangat seharga 10 ribu buat saya dan bapak. Cemilannya, kami beli pisang goreng seharga 5 ribu dapat tiga pisang goreng. 


Habis itu lanjut ke kamar untuk menyantap menu sarapan yang kami ambil di petugas kantin. Untuk menu makan pertama dan kedua, menurut saya cukup enak. Pastinya ada kelebihan dan kekurangan. 





Menu makan pertama, kita dapat nasi putih, ikan lele goreng, sayur hijau dan sambal lalapan. Berhubung malam itu laper banget, saya menghabiskan dua kotak nasi karena ada sisa satu kotak yang gak dimakan. Untuk ikan lelenya ukurannya cukup besar. Dagingnya lembut dan sambelnya nendang pooool.


Kalau menu makan kedua, kita dapat ayam goreng, capcay dan sambel. Menu sarapan ini enak banget. Ayam gorengnya empuk dan lembut, capcaynya juga enak. Nasi putihnya juga lembut. Baik makan pertama dan kedua, porsinya cukup banyak. Jadinya mengenyangkan seukuran perut saya. 


Di luar ekspektasi saya, menu makan yang didapat selama perjalanan, ternyata semuanya enak dan gak mengecewakan. Meskipun lauknya sederhana, tapi sangat mengenyangkan dan gak pelit bumbu. 





Setelah sarapan, saya lebih banyak berada di dalam kamar untuk melanjutkan istirahat sejenak sambil mengecek draft tulisan yang belum selesai. Ngopi pagi, duduk di pinggir jendela sambil memandang Pucak Gunung Agung, Bali. 


Sebenarnya ada hiburan di depan tangga dan kantin yaitu live music yang dibawakan oleh dua biduwan dengan penampilan menarik. Suara biduannya cukup bagus dan lagu-lagu dibawakan kebanyakan dangdut dan Jawa. Keluar sebentar untuk nonton, tapi mata ini sudah gak kuat. Mau diajak tidur saja. Balik lagi ke kamar buat lanjutkan tidur. 


Posisi kapal sudah berada di ujung timur Pulau Bali. Itu artinya sebentar lagi, kita sudah memasuki Selat Lombok. Langit pagi itu cukup cerah. Gelombang laut yang cukup tinggi. Sudah terasa kapal oleng ke kanan dan ke kiri tapi hanya terasa samar-samar gitu. 


Yang saya suka dari kapal ini meskipun umur sudah senior, tapi semenjak berangkat meninggalkan Pelabuhan Tanjungwangi semalam, kami merasa nyaman. Kecepatan kapal ini juga sedang. Gak terlalu lambat dan gak terlalu cepat.


Meskipun sering menonton beberapa review dari youtuber yang sudah mencoba naik kapal milik PT.ALP rute Banyuwangi - Lombok dengan rata-rata ulasan mereka cukup menarik. Rasanya gak percaya sebelum mencobanya sendiri. Dan benar sekali, kapal ini cukup nyaman dan bagi saya sangat beruntung bisa naik kapal ini. Sebelum dipensiunkan, sayang banget kalau gak dicoba. 


Kurang lebih tiga jam lagi kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok. Sisa waktu tersebut, saya manfaatkan untuk tidur sejenak. Anak-anak juga kembali tidur. Bangun-bangun kapal sudah berlabuh di Teluk Lembar untuk menunggu antrian masuk ke dermaga Pelabuhan Gili Mas. 


Waktu menunjukkan jam dua belas siang. Kurang lebih dua belas jam perjalanan dari Banyuwangi ke Lombok. Dan gak menunggu lama, mesin kapal sudah dinyalakan lagi. Pertanda kapal sudah berjalan untuk sandar di dermaga. 





Dua buah kapal tunda segera mendekati kapal untuk membantu dalam proses sandar. Ini sudah menjadi standar operasional prosedur dari dunia perkapalan. Dimana ketika ada kapal besar akan sandar di dermaga, maka akan dibantu oleh satu atau dua buah kapal tunda. Alasannya karena kapal besar susah untuk bermanuver sendiri di pelabuhan. Bisa-bisa nanti kapal akan kandas di perairan dangkal. 


Setelah kapal sudah sandar sempurna di dermaga, kami bersiap-siap untuk menuju cardeck. Gak lupa mengecek barang bawaan jangan sampai ada yang tertinggal. Para petugas kapal jalan berkeliling kamar untuk mengambil kunci kamar. 


Kami segera turun ke cardeck menuju kendaraan yang terparkir di seberang ramdor kapal. Motor bisa keluar duluan dari kendaraan lainnya. 


Pelayaran memakan waktu dua belas jam, akhirnya kami menginjakkan kaki di Pulau Lombok lagi. Cuaca siang itu cukup cerah meskipun beberapa wilayah terlihat awan mendung. Angin laut sepoi-sepoi mengiringi kami seakan-akan mengucapkan selamat datang di rumah kembali. 


Over all, di luar ekspektasi. Dimana diawal saya mengira kapal ini banyak kekurangannya dari ruang yang panas, toilet yang gak bersih dan menu makan yang gak sesuai di lidah. Ternyata semuanya tertepis karena kapal ini sangat nyaman sekali. Kamar yang dingin, toilet dan kamar mandi yang bersih, menu makanan yang enak dan mengenyangkan. 


Dengan harga 250 ribu untuk motor, saya rasa worth it banget. Meskipun kekurangannya banyak perokok yang berada di ruang ber-AC. Jadinya tercium bau asap rokok yang menyengat. 


Bagi kalian yang gak dikejar waktu dalam bepergian, pas banget mencoba naik kapal ini. Untuk jadwal keberangkatan kapal ini gak tentu. Gak sesuai dengan jadwal keberangkatan yang tertera di website resminya. Saran saya, kalian bisa menanyakan ke salah satu kru kapalnya yang kalian dapat nomor kontaknya atau bisa menanyakan jadwal keberangkatan langsung di agent-agent resmi. 


Untuk nomor kontaknya kalian bisa japri saya ya. Nanti saya kasi nomor kontak kru kapal-kapal ALP rute Lombok - Banyuwangi PP. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 1 November 2025

Ngopi Pagi di Twins Coffee Marina Boom Banyuwangi

 


Kemanapun ngetripnya, jangan lupa nyari tempat ngopi !. Nyari-nyari tempat ngopi asyik dengan view yang cakep di Banyuwangi sepertinya gak susah. Disini banyak sekali tempat ngopi rekommended dengan ciri khas masing-masing.


Salah satunya Twins Coffee yang berlokasi di Pantai Marina Boom Banyuwangi. Kebetulan saat itu lagi ke Kota Banyuwangi untuk service motor di salah satu bengkel yang lokasinya gak jauh dari Pantai Marina Boom. 


Berhubung pagi itu bengkelnya belum buka, saya memutuskan untuk jalan-jalan dulu sambil mencari tempat enak buat ngopi dan ngedit tulisan. 


Sesampainya di Pantai Marina Boom, saya berkeliling dulu menuju beberapa spot yang belum diexplore kemarin saat kesini bersama anak-anak dan istri. Kalau sendiri kan bebas mau kemana saja. Gak ada yang komentar, hehehe...ampun (semoga gak dibaca sama istri). 


Link tulisan disini : Minggu Pagi Keliling Kota Banyuwangi




Spot yang dimaksud yaitu jembatan ikonik yang sering kita lihat di Instagram. Jembatan ini berada di sisi sebelah barat dermaga kayu. 


Jembatan seperti lorong waktu, berbentuk seperti gulungan ombak dengan dominasi warna putih. Biasanya disaat sore menjelang malam, banyak warga yang berfoto disini. 


Apalagi dikala malam tiba, lampu hias di jembatan ini menambah kesan teduh dan syahdu. Jembatan ini menghubungkan beberapa area seperti Eco Park, dermaga kayu dan lain sebagainya. 


Saya pun kesini karena pengen fotoan dengan background jembatan ini. Si Blumax juga gak mau ketingalan. Sayangnya gak ajak anak-anak dan istri kesini lagi. 


Untuk buat video cinematic juga keren disini. Apalagi kalau sore hari, kita bisa nongkrong disini sambil menikmati view Gunung Ijen yang berada di sebelah barat dan menunggu moment sunset tiba. 




Setelah beberapa saat nongkrong di jembatan ikonik ini, saya melanjutkan menuju spot lainnya yaitu pelabuhan rakyat dimana ada kapal cepat dengan rute Banyuwangi menuju Pelabuhan Serangan, Benoa, Bali. 


Kapal ini baru beberapa bulan yang lalu dilaunching oleh Bupati Banyuwangi "Ibu Ipuk". Kapal cepat ini bernama Express Bahari. Kali ini saya gak bisa mereview kapal ini karena belum merasakan langsung nyobain kapal cepat ini dari Banyuwangi sampai Benoa, Bali. 


Mumpung lagi disini, sayang sekali gak melihat kapal ini lebih dekat. Meskipun gak naik tapi seneng saja gitu bisa melihat. Jiwa transum mania meronta-ronta, Asyiiik !.


Gak susah menuju  ke arah dermaga rakyat yang berada di sisi sebelah utara Pantai Marina Boom. Tinggal membaca papan petunjuk ke arah pelabuhan rakyat yang masih dalam kawasan Pantai Marina Boom. Saya juga gak begitu tau persis jadwal kapal ini jam berapa saja. Tapi namanya kita penasaran, siapa tau masih ada kapalnya alias belum jalan ke Bali. 


Eh, benar saja. Kapalnya masih nongkrong di dermaga. Terlihat masih sepi gitu. Gak ada terlihat aktivitas penumpang yang menunggu kapal jalan. 


Yang rame itu, beberapa buruh kapal kayu yang sedang sibuk menurunkan beberapa barang. Kelihatannya ini kapal baru datang dari pelayaran yang jauh. Kemungkinan bisa dari Madura atau pulau-pulau yang ada di sekitar Banyuwangi. 


Kembali ke kapal cepatnya !. Kapalnya keren, tertulis Express Bahari. Dominasi warna putih dan ungu. Bentuk ukurannya juga seperti kapal cepat pada umumnya. Terdapat dua tingkat. Kapan-kapan kalau masih terus beroperasi, pengen coba !. 


Untuk jadwal kapalnya kalau gak salah dari Banyuwangi berangkat jam sembilan pagi. Sedangkan dari Denpasar jam dua siang. Untuk harga tiket ada dua kelas. 225 ribu untuk kelas eksekutif sedangkan kelas VIP seharga 275 ribu (koreksi bila keliru). Pastinya kalian bisa tanya ke website resmi Express Bahari. 




Karena niat awal tadi kesini untuk mencari kopi. Saya melanjutkan perjalanan ke arah pantai, siapa tau ada warung penjual kopi. Tapi seingat saya disini ada beberapa cafe atau kedai kopi. 


Muter-muter, akhirnya ketemu kedai kopinya yang bisa dibilang asyik buat nongkrong sambil kerja atau ngobrol bareng temen. Apalagi nongkrong disini bisa sambil cuci mata. Entar saya jelasin apa maksudnya, hehehe. 


Kedai kopinya persis di depan dermaga kayu dengan puluhan kapal yard yang bersandar. Disini emang area kuliner serta sport. Kedai kopi yang bernama Twins Coffee satu area dengan Twins Gym (Banyuwangi Fitnes Center). Di sekitarnya juga ada beberapa tempat makan dan cafe. 


Setelah memarkirkan motor di area parkir depan kedainya, saya berjalan menuju kedai kopinya untuk memesan segelas es Kopi Susu Gula Aren dan Tahu Walik untuk cemilannya. Gak lengkap kalau ngopi kurang cemilan.




Penampakan kedai kopinya cukup keren. Tempat duduk berada di outdoor semua. Sedangkan tempat memesan kopinya di bangunan seperti kontainer gitu dengan desaign kaca dan cat berwarna hitam dan merah. Konsepnya ya industrial gitu. 


Tempat duduknya juga ada beberapa pilihan. Ada meja dan kursi besi berwarna hitam serta diberi payung untuk menghindari dari panas sinar matahari dan hujan. Ada juga meja panjang beralaskan papan kayu dengan bangku besi tinggi dengan cat dominasi warna hitam juga. 


Setelah memesan kopi susu gula aren dan tahu walik, saya memilih duduk di kursi yang ada payungnya. Sambil menikmati view Gunung Ijen dan pelabuhan kapal yard dari depan kedai ini. 




Kembali lagi dengan yang tadi "cuci mata". Karena kedai kopi ini berada di halaman depan tempat nge-gym/fitnes, jadinya banyak cewek dari mbak-mbak sampai ibu-ibu (laki-laki gak usah dibahas) untuk nge-gym. Otomatis mereka berjalan melewati kedai kopi. Jadi bisa ngopi sambil cuci mata. Siapa tau ada yang kita kenal kan ? Hehehe.


Gak perlu lama menunggu, pesanan pun datang. Salah satu karyawan kedai berjalan menuju tempat duduk saya sambil membawa segelas es kopi susu gula aren dan tahu walik yang baru saja digoreng.


Pagi itu pas banget habis sarapan, ngopinya es kopi susu gula aren dengan cemilan tahu walik yang cukup terkenal di Banyuwangi. 





Untuk kopi susu gula arennya menurut saya tingkat manisnya cukup. Susunya juga gak berlebih. Kopi yang digunakan juga cukup enak di lidah. Saya bukannya ahli perkopian yang doyan minum kopi hitam yang terasa pahit. Saya sukanya kopi yang agak manis tapi saya juga gak suka minuman yang terlalu manis. 


Jadinya kopi Twins Coffee ini cocok buat saya. Gelasnya juga gak terlalu besar. Jadinya masih aman buat lambung dan kesehatan. 


Cemilannya tahu walik karena saya suka tahu daripada tempe. Karena masih hangat dan baru digoreng, tekstur tahunya juga bagus. Rasanya ada seperti diberi bumbu rempah. Cukup gurih tapi sayangnya terlalu kering karena lama di goreng. Porsinya juga cukup mengenyangkan. Dicocol sama saus sambal dan tomat.


Untuk kedua menu yang dipesan, saya menghabiskan duit hanya 26 ribu rupiah saja. Harga keduanya sudah termasuk PPN. Selain kopi susu gula aren dan tahu walik, masih banyak menu lainnya yang ada. Sayangnya pagi itu ada beberapa menu yang belum ready. Mungkin kalau agak siang, menunya lengkap. 


Rasanya saya sangat nyaman dan ingin berlama-lama menikmati kopi sambil melihat view cantik di depan mata. Sepertinya enak juga datang di sore hari sambil menikmati sunset. 


Next time, kalau kesini lagi bakalan datangnya sore. Mungkin bisa juga datang buat nge-gym kali ya. Hahahaha. Untuk jam bukanya disesuaikan dengan jam buka tempat ngegymnya. 


Gimana, kalian sudah ke Banyuwangi belum ?. Jangan lupa datang ke Pantai Marina Boom sambil menikmati view dan kopinya !.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 25 October 2025

Minggu Pagi Keliling Kota Banyuwangi : Pantai Marina Boom dan Taman Blambangan


Bangun pagi, saya dan istri sudah merencanakan untuk ajak anak-anak motoran ke Kota Banyuwangi. Hari Minggu seluruh kegiatan sekolah dan perkantoran diliburkan. Kebetulan juga di Kota Banyuwangi hari itu ada car free day (CFD) di Jalan Diponegoro, Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi. 

Berangkat dari rumah mbah uyut di Rogojampi menuju arah utara. Waktu tempuh kurang lebih dua puluh lima menit dengan jarak tiga belas kilometer dari Rogojampi ke Kota Banyuwangi. Anak-anak dari jam enam pagi sudah bangun karena sudah dijanjikan bakalan jalan-jalan pagi.

Cuaca pagi hari itu cukup cerah meskipun sehari sebelumnya Rogojampi dan sekitarnya diguyur hujan lebat. Udara pagi sangat segar menemani kami diperjalanan. Arus lalu lintas berjalan dengan normal. Melihat aktivitas warga kota di hari libur. 

Ada yang joging pagi, bersepeda, berbelanja ke pasar, dan ada yang jalan-jalan menuju Kota Banyuwangi. Kami perginya hanya berempat saja. Saya, istri dan anak-anak. Mereka berdua sangat antusias kalau diajak jalan bareng ayah bundanya. Kakak Ken yang sudah menginjak umur lima tahun dan Adeq Lala berjarak dua tahun dari kakaknya. 

Pantai Marina Boom Banyuwangi 

Tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Pantai Marina Boom Banyuwangi. Salah satu pantai yang menjadi ikon Kota Banyuwangi selain Pantai Watu Dodol yang ada di daerah Ketapang sana. 

Pantai Boom terletak di Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Rute yang kami lewati menuju pantai bisa dimulai dari Simpang Lima Banyuwangi kemudian mengarah ke Jalan Dr. Sutomo, Taman Blambangan, menyusuri Jalan Nusantara dan Jalan Ikan Cucut hingga sampai di pintu gerbang Pantai Boom. 

Lebih jelasnya kalian bisa buka google maps di smartphone masing-masing. Ketik Pantai Boom Banyuwangi. Lokasinya gak begitu jauh dari pusat Kota Banyuwangi. 



Setelah sampai di pintu gerbang masuk menuju Pantai Boom, kami berhenti di pos loket untuk membeli tiket masuk. Harga masuknya relatif murah yaitu 7,5 ribu rupiah saja per orang. Berhubung bawa anak-anak dua orang diberi gratis sama petugasnya. Jadinya total biaya masuk 15 ribu rupiah saja. 

Petugas loketnya ramah-ramah. Apalagi pas melihat plat motor dari Lombok, petugasnya langsung paham bahwa kami dari Lombok. Kesan baik yang kami dapatkan ketika awal masuk ke area destinasi wisata ini. 

Setelah urusan tiket masuk selesai, kami berkeliling sejenak sekitaran pantai. Area pantainya luas banget. Jalannya juga kondisi baik yaitu aspal yang mulus. 

Penataan area pantainya yang cukup baik. Bahkan lebih rapi untuk pantai yang ada di dalam kota. Plank petunjuk juga cukup lengkap. Jadinya kami gak kesasar mau kemana. 

Disini ada beberapa area yang bisa kita explore. Ada dermaga kayu untuk kapal-kapal pesiar ukuran kecil.  Ada bangku-bangku panjang di sekitar trotoar pinggiran dermaga. Cafe dan resto juga ada disini termasuk tempat nge-gym ada disini. 

Selain itu ada patung macan yang menjadi simbol kekuatan dan keberanian masyarakat Osing Banyuwangi. Gak ketinggalan ada jembatan estetik dan area taman yang tertata rapi.

Mungkin di beberapa tempat yang saya lihat masih perlu dibenahi. Over all, kesan awal datang pertama kali kesini cukup menyenangkan. 




Terlihat beberapa kapal pesiar bersandar di dermaga. Sempat bingung mau kemana dulu. Muter-muter sebentar, kami melihat dari kejauhan beberapa pengunjung lain yang sedang bersantai di pinggiran pantai. 

Akhirnya kami kesana saja. Apalagi ada playground anak-anak disana. Ada penyewaan mobil remot, sepeda listrik dan beberapa wahana lainnya.

Melihat ada penyewaan mobil remot kontrol, anak-anak langsung kegirangan. Mereka berdua sangat suka main mobil remot  kontrol. 

Pantai Boom dahulu dikenal sebagai pelabuhan penting pada masa kolonial. Saat ini, area tersebut dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai yang modern dan instagramable. Begitu memasuki area pantai, pengunjung akan disambut dengan ikon besar bertuliskan “Pantai Boom Marina Banyuwangi” yang sangat cocok sebagai latar foto.  

Pantai yang sering disebut Pantai Marina Boom ini juga setiap tahunnya menggelar beberapa event. Salah satu event yang pengen saya nonton dari dulu yaitu Festival Gandrung Sewu. 

Festival yang menampilkan seribu penari yang menggunakan pakaian khas penari Banyuwangi. Seribu penari menari di atas hamparan pasir pantai yang luas. Ini sudah agenda rutin tiap tahunnya yang selalu ditunggu banyak orang baik domestik maupun mancanegara. Keren kan !. 

Kawasan Pantai Boom ini cukup luas sekali. Terbagi dari beberapa bagian. Ada berupa teluk yang terdapat beberapa dermaga kapal. Terdapat Eco Park Marina yang berada di sebelah utara dimana disini kita bisa melakukan kegiatan trekking dan berlari karena ada jalur track khusus berlarinya. 

Sedangkan bagian pantainya dengan hamparan pasir yang begitu luas menghadap ke arah Selat Bali dan Pulau Bali

Di pantainya juga terdapat beberapa kursi santai dan diberi payung untuk bersantai dan berjemur sehabis mandi pantai. Sayangnya pagi menjelang siang tersebut sinar matahari menyengat sekali. Jadinya kami urungkan niat untuk berjalan menuju pinggir pantai. Cukup menikmati suasana pantai dari bawah pohon yang cukup rindang. 



Disini juga ada penyewaan kuda. Kita bisa berkeliling pantai sambil duduk di atas punggung kuda dengan ditemani oleh yang punya kudanya. Sekali berkeliling dikenakan tarif dari 25 ribu saja. Cukup worth it me urut saya sih. Sayangnya kudanya gak terlalu besar. Jadinya ragu buat nyobain, hehehe. Anak-anak pun takut nunggang kuda. 

Yasudah, kami menghabiskan waktu di Pantai Boom sambil menemani anak-anak main mobil remot saja. Harga sewanya 20 ribu per mobil dengan waktu hanya 15 sampai 25 menit saja. 

Gak banyak kegiatan yang kami lakukan selain berkeliling motoran muterin kawasan pantai, duduk santai di bawah pohon rindang sambil menikmati view Selat Bali dan Pulau Bali dan anak-anak menghabiskan waktu bermain saja. 

Berhubung waktu masih cukup pagi, tujuan selanjutnya kami akan ke Taman Blambangan sambil melihat suasana car free day khas Banyuwangi. 

Taman Blambangan Banyuwangi

Taman yang berada di pusat jantung Kota Banyuwangi ini menjadi daya tarik bagi siapa pun yang melintas di tempat ini. Dikelilingi oleh jalan besar membuat akses ke tempat ini menjadi lebih mudah. 

Jarak dari Pantai Marina Boom ke Taman Blambangan sangat dekat. Bahkan kedua tempat ini bisa dibilang satu jalur. Kurang lebih hanya lima menit waktu tempuh dari Pantai Marina Boom, kami sudah sampai di area parkir taman yang berada di sebelah barat. 

Suasana sangat rindang dan asri sekali karena area parkirnya persis di bawah pohon-pohon besar seperti Pohon Beringin. Gak khawatir kepanasan dan udara disini sangat sejuk di tengah cuaca panas kota.



Taman Blambangan merupakan ruang terbuka hijau terbesar dan sekaligus ikon Kota Banyuwangi. Siapapun yang datang ke Banyuwangi, pasti pengen mampir ke taman yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berkumpul, berolahraga atau menghilangkan penat seharian bekerja. 

Taman Blambangan memiliki sejarah panjang sebagai pusat kegiatan masyarakat. Letaknya yang berada di tengah kota menjadikannya titik strategis yang mudah diakses dari mana saja. Dikelilingi fasilitas publik, pusat belanja, hingga tempat wisata kuliner, taman ini setiap harinya digunakan untuk berolahraga. 

Lapangan luas yang tertata rapi, mulai dari area olahraga, event seni, budaya, hingga kegiatan keagamaan skala besar sering digelar di sini. 



Ada area untuk jogging, bermain basket, bermain bola, sampai ada beberapa fasilitas olahraga untuk orang dewasa dan anak-anak seperti jungkat-jungkit, alat nge-gym sederhana.

Dari beberapa review orang lain yang saya baca, biasanya pagi hari adalah waktu teramai bagi para pegiat kesehatan yang menikmati udara segar sambil menggerakkan badan.

Saat kami disana, kebetulan juga hari libur, ramai sekali warga yang datang ke taman ini. Ada yang duduk santai sambil berkumpul bersama teman, gebetan dan keluarga. Ada yang lagi asyik main basket. Ada yang asyik menyantap beberapa makanan khas daerah sini. Ada juga yang sekedar olahraga jalan kaki seperti saya dan istri (sambilan nurunin berat badan) hehehe. 

Ada beberapa spot yang bisa dipakai untuk mengambil foto. Di bagian tengah taman, ada panggung permanen gitu dengan background bangunan khas Blambangan mirip seperti candi berwarna putih. Biasanya saya lihat bentuk bangunan ini di salah satu novel atau buku yang menceritakan tentang Kerajaan Blambangan dahulu kala. 




Di kiri-kanan panggung, ada dua bangunan berbentuk joglo Jawa. Terlihat banyak pengunjung yang duduk sambil bersantai di bangunan ini. 

Di sisi sebelah barat taman, ada surganya kuliner. Beberapa makanan khas sini, kami cobain seperti sego cawuk, sego tempong dan nasi pecel. 

Dari ketiga makanan tersebut, yang paling saya suka yaitu nasi tempongnya. Berasa banget sambel tomat dan ikan terinya. Kalau datang ke Banyuwangi, gak lengkap rasanya gak nyobain nasi tempongnya. 

Taman Blambangan juga sering dijadikan pusat penyelenggaraan acara besar seperti konser musik, festival budaya dan pasar malam. 

Saat malam hari, suasana taman berubah menjadi tempat nongkrong yang seru. Banyak anak muda berkumpul untuk bermain musik, bersantai dengan komunitas, hingga mengabadikan momen dengan latar suasana Kota Banyuwangi. Gak sedikit juga yang memanfaatkan taman ini untuk membuat konten foto maupun video untuk dishare di tiktok, Instagram atau youtube. 

Masuk ke Taman Blambangan ini gratis ya. Gak ada tiket masuk. Hanya bayar parkir motor saja 2 ribu rupiah. Bukanya dua puluh empat jam. Kapanpun bisa datang kesini. 

Berhubung waktu sudah menjelang siang dan anak-anak sudah mulai capek dan ngantuk. Kami balik ke rumah mbah uyut. 

Rasanya keliling kota belum cukup hanya dua tempat saja. Next time... Bakalan explore lagi ke tempat yang lainnya sekitaran Kota Banyuwangi. 

Over all, jika kalian sedang berada di Banyuwangi, jangan lupa luangkan waktu sejenak untuk mampir dan menikmati atmosfer hangat di Pantai Marina Boom dan Taman Blambangan. Atau tempat lainnya yang menarik juga. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra