Friday 28 October 2022

Hampir Ketinggalan Pesawat : Wings Air ATR 72-500


Di awal tulisan ini saya mau sedikit bercerita tentang pengalaman yang gak mengenakkan sekaligus agak gokil. Gak kebayang sama sekali berangkat agak pagian ke bandara. Eh di tengah jalan ditelpon kalau penerbangan saya dialihkan ke sore. Alasannya karena tiket saya dipakai sama salah satu istri pejabat yang gak perlu saya sebut siapa dia. 

Okelah ya, saya sih berusaha buat santai. Tapi kekesalan saya memuncak disaat saya mau balik pulang ke rumah, eh ditelpon lagi sama seseorang kalau istri pejabat tersebut gak jadi berangkat pagi. Dan saya disuruh berangkat pagi dengan tiket yang bukan atas nama saya lagi. Jadi kesel kan !.


Untung ada adek bungsu yang bertugas di maskapai Lion Air. Dialah yang membantu saya mengurusi semuanya. Menurut kabar, nama saya sudah gak ada tercantum di daftar penumpang. Sempat jengkel juga sih si adek dengan petugas VIP yang seenaknya gonta-ganti tiket orang tanpa koordinasi dulu dengan pihak maskapai. Jadi pelajaran juga buat semuanya.

Next time, awalnya sih bingung menolak atau menerima. Berhubung karena saya harus berangkat jadinya saya menerimanya. Akhirnya saya balik lagi ke bandara karena pesawat akan boarding satu jam lagi. Supir mobil saya suruh agak cepat sedikit. Di tengah perjalanan, saya ditelpon lagi sama salah satu petugas VIP bandara. Infonya saya disuruh naik pesawat melewati gedung VIP. Kaget dong ya, antara jengkel sama bahagia nih. Kapan lagi bisa naik pesawat lewat VIP. Kayak beneran jadi pejabat aja sekelas gubernur atau menterilah ya, hehehe.

Sesampai di gedung VIP, saya dijemput oleh petugas VIP yang membawa sebuah mobil Hiace milik maskapai Lion Air. Saya dipersilahkan masuk ke dalam mobil. Rasa jengkel berkurang karena pihak VIP bertanggung jawab penuh ke saya. Akhirnya saya diantar sampai di pintu pesawat. Saya lalu turun mobil dan bersiap masuk ke dalam pesawat Wings Air ATR 72-500 yang akan mengantarkan saya dan rombongan ke Bima. Salah satu kabupaten paling timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Pesawat Wings Air ATR 72-500 PK WFI menerbangkan kami dengan aman dan selamat hingga sampai di Kab.Bima. Cuaca saat itu cukup cerah meskipun cuaca di dalam hati masih bercampur antara jengkel dan was-was. Tapi saya selalu berusaha buat santai. 

Terimakasi buat semua pihak yang memberikan pelayanan "terbaik" buat seluruh penumpang termasuk saya pribadi meskipun bisa dibilang saya jadi penumpang gelap. Rasanya campur aduk. Untungnya pihak VIP mau bertanggung jawab. Semoga pengalaman ini gak pernah terulang kembali.

***

Oke, Kita lupakan kejadian gak mengenakkan beberapa hari yang lalu. Berlanjut ke cerita penerbangan saat balik ke Lombok menggunakan maskapai yang sama yaitu Wings Air ATR 72-500 dengan kode registrasi PK WFR dan nomor penerbangan IW 1879. 

Tiga hari di Bima, saya dan rombongan balik ke Lombok mengambil penerbangan agak siang yaitu 10.45 WITA. Sengaja ambil yang siang biar gak buru-buru menuju bandara. 



Setelah mencari oleh-oleh, kami beranggotakan lima orang. Saya, bu bos dan ketiga teman yang lain dari hotel tempat kami menginap, berangkat menuju Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima dengan mobil teman. Jarak dari hotel ke bandara memakan waktu dua puluh menitan. 

Ini yang kece dari Bima. Sepanjang perjalanan dari hotel ke bandara, kami melewati jalan raya pinggir pantai dengan view Teluk Bima dan deretan perbukitan hijau. Cuaca siang itu cukup cerah. Semoga saja selama penerbangan nanti cuaca baik-baik saja.

Sesampai di bandara, saya sudah ditunggu oleh keluarga yang kebetulan menetap di Bima. Mereka membawa oleh-oleh buat saya bawa pulang. Namanya keluarga itu dimana saja pasti akan mencari keluarga yang lain. 

Saya dan teman-teman segera berjalan menuju pintu keberangkatan untuk melakukan check in. Suasana bandara cukup sepi karena yang ramai itu pada saat penerbangan pagi hari.

Di bandara ini melayani beberapa rute penerbangan. Ada Bima-Lombok, Bima-Denpasar dan Bima-Makassar (PP) yang dilayani oleh satu maskapai saja yaitu Wings Air ATR 72-500/600. Dulu sebelum Covid-19, ada beberapa maskapai yang melayani penerbangan ke Bima antara lain Garuda Indonesia ATR 72-500 dan NAM Air Boeing 737-500. Tapi sekarang keduanya masih belum lagi membuka penerbangan ke Bima. Semoga saja kedepan maskapai lain kembali lagi terbang ke Bima. 

Setelah cetak boarding pass, kami berjalan menuju ruang tunggu penumpang. Di ruang tunggu terlihat masih sepi. Artinya kita datangnya kepagian. Gak apa-apa, lebih baik kepagian daripada ditungguin pesawat, hehehe. 



Duduk santai sambil menikmati view ke arah luar jendela. Terlihat area parkir pesawat yang masih kosong, runway yang cukup terawat dan gak kalah kecenya, terlihat hamparan tambak garam dengan latarbelakang deretan perbukitan cantik. Gak bosen kalau duduk lama disini sambil menunggu pesawat kami tiba. 

Sepuluh lebih dua puluh menit, pesawat kami landing dengan sempurna. Pesawat menuju area parkir dan menurunkan penumpang terlebih dulu. Setelah itu terdengar informasi para penumpang sudah bisa melakukan boarding. Kami sudah dipersilahkan menaiki pesawat.

Setelah dilakukan pengecekan boarding pass, saya bersama penumpang lainnya berjalan menuju pesawat yang sudah terparkir. Panas amat yaak, bener-bener menyengat sekali. Untungnya ada angin sepoi-sepoi yang berhembus. Jadi teriknya agak berkurang.



Dari jauh sudah terlihat sebuah pesawat ATR 72-500 milik maskapai Wings Air terparkir. Para kru dan petugas tehnis terlihat sibuk di area pesawat. Ini dia salah satu jenis pesawat favorit saya kalau menuju daerah pelosok. Pesawat berbadan kecil dan balik-baling, kecil cabe rawit. Sangat cocok sekali landing di landasan pendek. Kecenya lagi, ketinggian jelajah gak terlalu tinggi seperti tipe Boeing atau Airbus. Jadi kita bisa menikmati pemandangan dari luar jendela lebih dekat.

Masuk ke pesawat harus ngantri. Satu per satu penumpang menaiki anak tangga. Saya disambut hangat oleh pramugari cantik berbaju merah khas pramugari Wings Air. "Yang berbaju merah jangan sampai lepas", (mirip lirik lagu yaak?).

Saya duduk di seat nomor 12A. Harusnya duduk di window seat. Eh, sudah ada yang duduk duluan dan cuek gitu pas saya sapa buat pindah. Ya sudah, saya yang mengalah. Berharap ada window seat yang kosong biar bisa pindah duduk. 

Kesabaran diuji lagi. Berusaha tetap enjoyed. Sebenarnya enak juga duduk di lorong pesawat. Bisa lihat secara jelas pramugari yang kesana-kemari. Bisa cuci mata gitu (berharap istri gak baca cerita ini) hehehe...i just kidding. Alangkah lebih kecenya kalau cuci matanya melihat pemandangan dari window seat gitu. Bisa lihat gunung, laut, awan dan kamu. Asyiiik !. 

Oke, setelah semua siap, pesawat persiapan buat taxi. Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima ini terbilang bandara cukup besar dengan landasan yang bisa didarati pesawat jenis Boeing 737-500 milik NAM Air. Untuk review bandaranya bisa kalian baca juga tulisan saya di bawah ini.




Pesawat berjalan menuju runway untuk take off. Proses lepas landas berjalan dengan lancar dan aman. Namun disaat beberapa menit setelah take off, pesawat sempat turbulance. Katanya sih hal yang normal terbang di atas Teluk Bima. Anginnya memang terkenal kencang disini. Baik landing maupun take off, pesawat selalu mengalami turbulance

Sampai ketinggian 9000 kaki, pesawat sudah stabil. Informasi dari pramugari, sabuk pengaman sudah bisa dilepas dan bisa ke kamar kecil. Berhubung selama penerbangan, saya gunakan untuk menikmati perjalanan. Lirik ke belakang ternyata ada seat yang kosong. Otomatis pindah tempat duduk dong. Dari sini, saya bisa menikmati pemandangan luar dari jendela. Emang kalau sudah namanya rezeki, gak bakalan kemana. 

Selebihnya saya gunakan sisa perjalanan untuk beristirahat. Duduk santai sambil memandang ke arah luar jendela. Sudah gak sabar bertemu lagi dengan istri dan anak-anak yang lagi lucu-lucunya di rumah. Suatu saat nanti, saya bakalan ajak mereka terbang bareng ke tempat yang kece antara lain Yogyakarta, Bali dan Bandung. Yang dekat-dekat saja dulu. 

Satu jam penerbangan, pesawat sudah bersiap untuk landing di Bandara International Zainuddin Abdul Madjid, Lombok. Alhamdulillah, proses landing berjalan dengan sempurna. Seluruh penumpang aman dan selamat sampai tujuan. 

Sekali lagi cerita ini saya tulis buat menceritakan pengalaman saya selama terbang menggunakan pesawat. Gak bermaksud buat menjatuhkan salah satu pihak. Over all, saya selalu menikmati setiap penerbangan menggunakan maskapai apapun. Yang namanya perjalanan, gak selalu mulus dan berjalan sesuai rencana. Pasti ada rintangan atau halangan yang menghadang. Semuanya pasti ada jalan keluarnya. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 22 October 2022

Staycation Tiga Hari di The Sultan Recidence Hotel Senayan, Jakarta Pusat


Saat tau bakalan menginap di The Sultan & Recidence Hotel Senayan. Saya langsung bahagia banget. Bahagianya bisa ke Jakarta lagi semenjak Covid-19 melanda sejak dua tahun yang lalu. Sedihnya, bakalan ninggalin istri dan dua anak yang sedang lucu-lucunya untuk bertugas dinas ke ibu kota. 


Mau gak mau harus berangkat karena ditugaskan berangkat sama pimpinan untuk menghadiri acara Symposium & Launching Formularium Fitofarmaka di Jakarta.


Untuk cerita perjalanan saya dari rumah hingga sampai di Jakarta, bisa kalian baca di tulisan saya sebelumnya. Saya kasi linknya dibawah ini ya. 


Baca juga disini : Penerbangan Makassar - Jakarta




Sesampainya di Terminal 2E, Bandara Soekarno Hatta, suasana bandara sangat ramai sekali oleh penumpang yang baru tiba dari berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Namanya juga bandara internasional terbesar di Indonesia, pastilah sangat ramai lah.


Saya berjalan membawa tas ransel favorit menuju pintu keluar bandara. Rencananya sih mau pakai taxi saja biar cepat sampai hotel. Kalau mau pakai publik bus atau kereta bandara, rasanya gak mungkin karena badan sudah capek banget dari habis subuh sudah jalan dari rumah. Mana pakai acara transit lagi.


Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, perjalanan dari bandara ke hotel butuh waktu lima belas menit saja via tol. Untungnya gak sulit mendapatkan taxi bandara yang sesuai keinginan dan budget di bandara. Tanya-tanya berapa tarif sampai hotel, ternyata estimasinya sekitar 100 ribuan saja. Pelayanannya cukup oke, supirnya juga sangat ramah sekali. Untuk nama taxinya saya skiip ya (bukan ngendorse).




Welcome to The Sultan Recidence Hotel Senayan !.


Singkat cerita, dulu hotel ini adalah sebuah apartemen yang dibangun sekitar tahun 1987 - 1989 dengan nama The Hilton Recidence. Total berjumlah 30 lantai dan berbentuk gedung kotak bertingkat. Sejak tahun 2006, apartemen ini berubah fungsi menjadi hotel dan berganti nama menjadi The Sultan Recidence. Dilihat dari jauh, gedung hotel ini seperti gedung kembar dengan cat khas berwarna krem.


Setiba di depan lobi hotel, saya turun dari mobil taxi kemudian menuju meja resepsionis. Saya disambut hangat oleh karyawan hotelnya. Selesai administrasi, mas-masnya memberikan satu card kunci kamar. Kamar saya saat itu berada di lantai 10 (gak sebut nomor kamarnya berapa). Ternyata saya gak sendirian, ada salah satu teman dari provinsi lain yang sekamar dengan saya dan tiba lebih awal. 




Jalan menuju kamar sambil lihat penampakan hotelnya dari dalam. Konsep hotelnya elegan sekali. Bernuansa Jawa klasik dan ketebak ini hotel sudah berumur lama. Terlihat dari bentuk bangunan dan furniturenya yang bernuansa Jawa klasik nan modern. Kursi sofa yang elegan. Lampu-lampu kaca yang menghiasi ruang lobi. Dinding lobi yang membawa kita ke era-80an.  Lukisan-lukisan yang menempel di setiap sudut ruangan dan suara musik instrumen klasik yang menyambut saya setiba di hotel. Hotel klasik nan mewah.


The Sultan Recidence Hotel Senayan beralamatkan di Jalan Gatot Subroto, RT 01/RW 03, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tepatnya berada di depan area Senayan atau Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan gak jauh dari Gedung Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. 


Setelah tau bakalan menginap di salah satu hotel termewah di Ibukota Jakarta dan dekat dengan Senayan, sudah kebayang mau kemana. Semoga saja ada waktu dan kesempatan buat melihat Stadion GBK secara dekat. 






Sesampai di kamar hotel, saya disambut oleh Abang Budi dari Kalimantan Barat. Orangnya ramah banget. Baru pertama kali bertemu, langsung nyambung saja. Kamar yang diberikan panitia penyelenggara yaitu kelas superior dengan dua bed. Kamarnya lumayan besar. Bednya juga gede bener. Cukup lah buat seukuran badan saya. Kasurnya empuk dan suasananya hening banget. 


Fasilitas di kamarnya lumayan lengkap. Ada layar LED, meja kerja, alat pemanas air, lemari pakaian, box berangkas, kamar mandi yang super duper bersih dan lengkap. Ada juga sandal hotel, handuk, dua buah botol air, gelas cangkir dan terpenting ada kopi sachetan guys. Penting ada di kamar buat ngopi malam hari. Menurut informasi yang saya cari via aplikasi online, tarif kamar per malamnya sebesar 1,5 sampai 2 juta rupiah untuk kelas superior. Waw mahal amat yaak ?.


Setelah beres-beres dan mandi. Saya ijin keluar sebentar melihat suasana di luar. Kebetulan juga belum makan siang, jadi sekalian nyari makan. Kata Abang Budi, gak jauh dari hotel ada food court yang menjual berbagai macam makanan minuman. Ada Pecel Madiun, batagor, Nasi Padang, gorengan dan lainnya. Soalnya panitia gak menyediakan makan siang buat peserta. Jadi makannya di luar hotel gitu. 




Setelah perut kenyang, saya kembali ke hotel sambil jalan kaki menikmati suasana Senayan sore hari. Gak banyak kegiatan hingga malam. Saya pergunakan waktu buat istirahat di kamar saja sambil menikmati pemandangan Jakarta di malam hari. Lumayan capek juga seharian di perjalanan. Total penerbangan hampir lima jam (kayak ke Mekkah saja).


Paginya saya dan Abang Budi pergi ke restoran hotel buat sarapan. Lokasi restonya berada di area lantai paling bawah.  Penampakan restonya bener-bener klasik banget dengan perpaduan nuansa Jawa dan modern. 





Menu-menunya juga menyajikan makanan Nusantara. Menu utamanya ada nasi goreng, nasi kuning, ayan goreng, mie goreng dan lain-lain. Jajannya ada jajanan khas pasar seperti agar-agar, arem-arem, gorengan. Minumannya cukup beragam, ada wedang ronde, es campur, es bajigur, es cendol, es dawet ayu dan buah-buahan juga ada disini. Selama tiga hari di hotel ini, saya sangat suka dari pelayanan dan menu-menunya.


Setelah sarapan dan bersih-bersih, saya dan Abang Budi berangkat ke lokasi pertemuan. Kebetulan pertemuannya gak di hotel tempat kami menginap, tetapi di Gedung JCC yang lokasinya gak jauh dari hotel. 


Kesananya naik apa ?.




Awalnya sih mau pesen ojek online. Tapi dari informasi yang diberikan panitia, kita bisa melewati terowongan bawah tanah yang menghubungi antara hotel dan gedung JCC. Kaget dong dengernya dan sudah gak sabar pengen tau dimana sih terowongannya. Saya dan Abang Budi mengikuti petunjuk yang diberikan pihak hotel bahwa menuju terowongan melewati resto tempat kami sarapan tadi. 


Ternyata terowongannya persis di belakang restonya. Berjalan kaki melalui terowongan yang panjangnya kurang lebih 1 kilometer. Gak seperti terowongan yang ada di bayangan saya yang gelap dan serem gitu. Tapi terowongan yang menuju gedung JCC ini sangat lebar dan terang. Di setiap dinding ada lampu penerang, lukisan dan foto. Jadi gak gelap ya. Suasana di sepanjang perjalanan juga gak serem-serem amat. Kecenya lagi ada eskalator agar jalan kita bisa dipercepat. 


Setibanya di Gedung JCC, suasana sudah sangat ramai sekali. Selain pertemuan yang akan kami hadiri, disini juga ada pameran yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangkaian G20 lhoo. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di JCC. Biasanya hanya bisa lihat di layar tv dan medsos saja (katrok ya).




Alhamdulillah, kegiatan pertemuan dari pagi hingga sore hari berjalan dengan lancar. Saya gak langsung balik hotel tapi masuk dan melihat-lihat isi pameran di ruang sebelah. Sangat berkesan sekali dan bahagia bisa datang ke acara sebesar ini.


Karena masih belum sore-sore amat, saya dan Abang Budi memutuskan balik ke hotel dengan jalur yang sama. Setibanya di hotel, saya langsung bersiap untuk berenang dulu di kolam renang hotel. Pakai celana renang dan bersiap turun ke lobi bawah dan menuju kolam renang. 


Sedangkan Abang Budi pergi lari sore ke Stadion GBK. Sempat dilema sih mau ikut Abang Budi atau tetap renang. Tapi saya putuskan buat renang saja karena sayang sekali gak renang di kolam renang mewah milik The Sultan Recidence Hotel Senayan.





Kolam renangnya keren habis. Bingung mau komentar apa. Dari kualitas airnya menurut saya sih bersih dan gak berminyak. Lantai kolamnya juga saya suka karena gak licin. Kedalamannya juga pas sekitar 150 meter gitu. Lokasinya juga berada di area cafe outdoornya. Sambil berenang ditemani alunan musik yang up to date


Gak terasa waktu sudah menjelang malam. Saya putuskan untuk segera naik dan berbilas. Sampai di kamar hotel, langsung tepar karena mata sudah lima watt.


Over all, saya suka dengan hotel ini. Pelayanannya sangat baik. Suasana hotelnya juga cukup nyaman. Sinyal wifi juga kenceng banget. Makanannya juga cocok di lidah. Fasilitas kamarnya gak buat kecewa. Sangat pantas dengan status hotel bintang lima. 


Oke, itu dia review sekilas dari saya selama staycation di The Sultan Recidence Hotel Senayan, Jakarta Pusat. Mungkin ada dari teman-teman yang memiliki pengalaman yang berbeda selama menginap di hotel ini. Bisa ditulis di kolom komentar ya !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday 14 October 2022

Sunset di Taman Panda, Pantai Kalaki Bima Kece Habis !


Hello... Kembali lagi ke Bima !


Salah satu kabupaten yang berada di paling timur Pulau Sumbawa ini memiliki banyak destinasi wisata yang wajib kalian kunjungi. Ada Pantai Amahami, Pantai Kalaki, Masjid Terapung Amahami, Museum ASI Mbojo di Kota Bima dan masih banyak lagi yang lainnya.


Yang paling saya sukai kalau datang ke Bima yaitu view sunsetnya guys. Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan datang ke Bima bersama rombongan dari Kemenkes RI. Kebetulan mereka ada kegiatan selama tiga hari di Kab.Bima dan Dompu. Kami dari provinsi ikut mendampingi mereka. 


Selesai tugas dinas dari pagi hingga sore, gak lengkap rasanya kalau gak datang ke tempat yang kece dan kulinerannya enak. Di Bima ada salah satu tempat yang rekommended banget buat didatangi yaitu Taman Panda yang masih berada di wilayah Pantai Kalaki. Disini ada banyak lesehan yang menjual berbagai aneka macam sea food. Sudah kebayang bakalan menyantap Ikan bakar, cumi kabar, kepiting bumbu asem manis dan hasil laut lainnya. 





Lokasi Taman Panda ini berada kurang lebih 10 km dari pusat Kota Bima atau masih satu kawasan dengan Pantai Kalaki, Teluk Bima. Jadi sangat cocok sekali menikmati makan sore bersama para sea food di pinggir pantai. Pantai disini ombaknya gak besar seperti pantai-pantai di Lombok. Disini pantainya sangat tenang, anginnya sepoi-sepoi dan viewnya kece habis. Kita bisa melihat Teluk Bima dengan deretan perbukitan hijau khas Bima. Kita juga bisa melihat dari kejauhan Kota Bima dan perahu-perahu yang hilir mudik di waktu mencari ikan di laut.


Sesampainya di lokasi, kami tertuju ke salah satu warung. Terlihat kesibukan ibu-ibu penjual ikan yang sedang melayani pembeli. Sudah tercium aroma ikan segar yang dibakar. Perut tambah lapar, gak sabar ingin menyantap hidangan yang dipesan. 


Saya memilih duduk di semacam gazebo yang gak beratap tepat di pinggir pantai. Tempatnya terbuat dari potongan bambu dan kayu. Jumlahnya juga gak hanya satu, tapi banyak sekali. Hampir sepanjang area makan dibangun gazebo di pinggir pantai.




Jadi tempat duduk ini berada di seberang lesehannya dan masih satu kepemilikan. Buat kalian yang mau hilir mudik, harus hati-hati dengan kendaraan yang lalu-lalang. Kebetulan sore itu lagi ada acara di Taman Panda dan akses jalannya ditutup. Jadi kendaraan yang lewat hanya yang akan mampir makan aneka sea food disini. 


Apa yang akan kami santap, sudah dipesan. Saya sih ngikut rombongan saja mau makan apa. Yang penting dibayarin alias gratis tis tis, hehehe. Sambil menunggu pesanan datang. Kami foto-foto di area pinggir pantai sambil menikmati suasana. Ada juga salah satu dari rombongan yang buat video. 





Menjelang waktu senja, langit di barat sudah berwarna orange kebiruan. Pertanda malam hari akan tiba. Untungnya cuaca lagi bersahabat, saya bisa menikmati sunset dari Pantai Kalaki. Nice banget sunsetnya. Matahari seakan bersembunyi di balik perbukitan. Angin pantai yang berhembus juga menambah suasana saat itu menjadi syahdu. Suara-suara adzan magrib berkumandang memanggil untuk segera melaksanakan kewajiban Shalat Magrib.


Setelah selesai shalat di tempat yang tersedia di lesehan ini, pesanan sudah siap. Saatnya menyantap menu-menu spesial yang dipesan. Ada Ikan Bumbu Palumara, Ikan Bakar Bumbu Asem Manis dan masih banyak lagi lainnya. 




Soal rasa gak perlu diragukan lagi. Yang paling saya sukai dari hidangan yang dipesan yaitu Ikan Bumbu Palumara dan Ikan Bakar bumbu Asem Manis. Ikan Palumara yang dipesan yaitu ikan baronang dengam bumbu kuning atau bahasa kerennya Ikan Bumbu Palumara. Bisa-bisa nambah dua piring nasi nih.


Untuk harganya kalau pesennya sepaket, ada nasi,sea food dan minumnya kisaran 100 - 150 ribu untuk 4 sampai 6 orang. Cukup murah bukan. Tempat kaki lima rasa hotel bintang lima. Rekommended buat kalian yang berkunjung ke Bima dan Kota Bima, bisa mampir di Taman Panda, Pantai Kalaki. Dari Bandara Sultan Salahuddin Bima juga hanya waktu tempuh lima belas menitan saja.


Itu dia sedikit cerita saya tentang menikmati sunset sambil kulineran di Taman Panda, Pantai Kalaki, Kab.Bima. Untuk cerita dari Kota Bima lainnya ditunggu saja ya. Masih banyak cerita-cerita seru yang bakal saya tulis di blog ini. Semoga gak bosan saja. Amin. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 8 October 2022

Terbang Bersama Batik Air di Hari Batik Nasional


Wah, ada yang berbeda nih dari cerita penerbangan saya menggunakan salah satu maskapai terbaik di Indonesia. Bertepatan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober 2022, secara gak sengaja saya memilih Batik Air untuk terbang ke Soekarno Hatta International Airport.


Ada tugas lagi dari pimpinan yang mengharuskan saya harus ke Bogor selama beberapa hari meninggalkan anak istri di rumah. Namanya abdi negara harus mengikuti aturan yang ada. Mendengar kata Bogor, seneng dong bisa datang ke kota hujan ini. Lihat surat tugas, saya akan stay empat hari di salah satu hotel yang berada di kawasan Sentul, Bogor. 


Oke, saya ke Bogor gak sendirian. Saya ditemani oleh empat teman yang berbarengan mengikuti pertemuan yang sama. Ada dokter Bagus, Mbak Reni, Mbak Sofi dan Mas Wawan. Kebetulan kami bekerja di instansi yang berbeda. Sama-sama mewakili NTB di pertemuan workshop yang diadakan oleh Kemenkes RI.


Berangkat pagi sekitar jam 7 dari rumah menuju Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Praya menggunakan taksi burung biru. Lama perjalanan sekitar 15 menitan saja. Cuaca pagi itu cukup cerah meskipun sorenya biasanya turun hujan. 





Sengaja mengambil penerbangan pagi biar agak santai menuju Bogor. Jadwal penerbangan Batik Air rute Lombok-Soekarno Hatta jam 8.40 pagi. Sampai di bandara, langsung cetak boarding pass dan berjalan menuju ruang tunggu penumpang.


Setibanya di ruang tunggu kami berlima berkumpul. Masih ada waktu setengah jam dari jadwal boarding. Waktu yang tersisa saya gunakan untuk mencari cemilan buat sangu di atas pesawat nanti. Sementara yang lainnya lagi sibuk dengan urusan masing-masing.


Suasana di dalam bandara sudah ramai. Ada yang mau terbang ke Sumbawa, Bima, Denpasar, Surabaya dan Jakarta. Pesawat yang sudah terparkir lumayan banyak. Terlihat sudah ada pesawat yang akan kami naiki nanti, Batik Air. Ada juga Wings Air dan Lion Air. Garuda kemana ya? Sepertinya sudah terbang duluan ke Soekarno Hatta. 





Gak terlalu menunggu lama, para penumpang Batik Air ID 6657 PK LAL, Lombok-Soekarno Hatta dipersilahkan naik ke dalam pesawat melalui Gate 3. Berdiri di antara antrian menunggu giliran pengecekan boarding pass oleh petugas bandara. 


Setelah melewati pengecekan boarding pass, saya dan rombongan berjalan menuju pesawat melalui garbarata (belalai gajah). Kurang seru sih kalau lewat garbarata, gak bisa foto pesawatnya secara utuh. Tapi gak apa-apa, semoga saja nanti di Bandara Soeta bisa foto secara utuh. 


Penumpang Batik Air kali ini ramai sekali, terlihat full seat. Saya dan rombongan duduk di kelas ekonomi dengan harga yang terbilang cukup terjangkau yaitu 900 ribuan. Di kelas bisnis juga full seat. Perlahan-lahan moda transportasi udara sudah mulai ramai semenjak kasus Covid-19 menurun hingga sekarang. 


Saya duduk di seat 7 C. Sayang sekali gak bisa dapat yang di samping jendela. Kecewa sih iya, tapi berhubung naik Batik Air lagi, ada perasaan bahagia. Bahagianya bisa merasakan lagi duduk di atas pesawat Airbus A320. Terakhir kali naik jenis pesawat ini sebelum Covid-19 melanda dunia. 


Setelah semua penumpang naik ke dalam pesawat. Persiapan untuk taxi of runway atau berjalan menuju runway. Cuaca pagi itu masih cerah berawan. Para pramugari melakukan demo keselamatan. 





Hal yang paling saya suka dengan Batik Air Airbus A320 yaitu ada layar entertainment nya di setiap seatnya. Kita bisa menonton film, dengar lagu dan bermain game. Sayangnya di layar saya gak bisa hidup. Gak tau kenapa. Apa ada yang pernah mengalami hal yang sama seperti saya ?. Boleh komentarnya di kolom komentar ya !.


Selain itu yang saya suka dari pesawat ini yaitu jarak antar seatnya yang lumayan lengang. Dengan tinggi 165 cm, lumayan lega sekali. Dan terakhir, ada diberi service makan meskipun diberi paket roti dan air botol. Cukup untuk mengganjal perut selama 1 jam 40 menit di atas pesawat. 


Pesawat bersiap-siap untuk take off. Jangan lupa menggunakan sabuk pengaman biar aman kalau terjadi hal-hal yang gak diinginkan. Proses take off berjalan dengan lancar. Pesawat kami sudah meninggalkan Pulau Lombok menuju Pulau Jawa. 




Cuaca selama penerbangan sejauh ini cukup cerah. Pesawat sudah dalam posisi stabil di udara. Tanda memakai sabuk pengaman juga sudah dimatikan. Gak lama kemudian, para pramugari yang memakai kebaya warna putih dengan bawahan motif batik khas Batik Air berjalan menuju setiap seat untuk membagikan makanan dan minuman kepada penumpang.


Ada dua buah roti dan sebotol air minum merk Batik Air. Rasa rotinya enak banget. Tekstur rotinya empuk, manis dan gurih. Sangat lembut di mulut. Pengen nambah lagi, tapi sudah sampai hotel. Saya sempat makan rotinya setelah sampai hotel. Jadi di pesawat hanya menikmati penebangan saja. 


Selama penerbangan saya pergunakan untuk memejamkan mata sambil releks sejenak. Masih jam ngantuk soalnya,hehehe. Meskipun gak bisa menikmati pemandangan dari luar jendela pesawat. Tapi saya sangat menikmati penerbangannya. Gak ada turbulance yang berarti sejauh ini. 


Sekarang Batik Air meluncurkan aplikasi terbarunya yaitu Tripper yang bisa didownload di Play Store. Jadi, kita bisa menikmati beragam layanan di dalamnya. Untuk mengakses aplikasi ini khususnya saat terbang, penumpang bisa mengaktifkan fitur airplane mode, kemudian sambungkan ke wifi Batik Entertainment. Selanjutnya buka aplikasi Tripper, lalu registrasi dan pilih Batik Air. Setelah itu, penumpang tinggal menikmati hiburan yang ada di dalamnya. Cukup mudah bukan. 





Sempat tertidur, gak terasa sudah mau landing di Bandara Soeta. Persiapan untuk landing, seluruh penumpang dipersilahkan duduk di seatnya masing-masing. Proses landing berjalan dengan mulus meskipun sempat ngantri untuk landing dikarenakan saat itu jam padat penerbangan. Namanya bandara international terbesar di Indonesia, pastinya ribuan pesawat naik dan turun disini. 


Akhirnya kami sudah tiba di Bandara Soeta dengan selamat. Pesawat berjalan menuju area parkir yang berada Terminal 2D. Syukurnya gak menggunakan garbarata, jadi bisa foto pesawatnya secara utuh. Kami turun dari pesawat menggunakan tangga penumpang. Setelah itu kami dijemput oleh suttel bus dari Lion Group menuju area kedatangan domestik. Cuaca di Jakarta saat itu cukup cerah tapi gak panas. 







Tiba di area kedatangan Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, kami langsung berjalan menuju area bagasi. Saya sih gak ada bagasi, tapi ada teman yang menunggu bagasinya. So, kita harus menunggu. Ini kedua kalinya saya turun di Terminal 2D. Terminalnya besar banget bila dibandingkan dengan bandara di kampung halaman, ya jauh lah besar dan luasnya. 


Uniknya di Terminal 2 ini, konsep bangunannya khas Betawi yaitu suku asli Jakarta. Atap bangunan juga mengambil dari atap rumah adat Betawi. Tiang-tiangnya juga terbuat dari kayu paten, besar dan kokoh. Lantainya juga dari marmer dan memiliki motir batu bata merah dan mengkilat. Itu sekilas dari Terminal 2D Bandara Soeta di Tangerang, Banten. 


Perjalanan masih cukup panjang, sekitar dua jam lagi. Kami memutuskan untuk langsung saja ke Bogor melihat waktu sudah mulai siang. Awalnya bingung mau naik apa. Naik bus atau kereta, takutnya terlambat sampai hotel karena jam 1 siang pembukaan dimulai. 


Lihat jam tangan menunjukkan jam setengah 11 siang. Masih cukup banyak waktu sebenarnya. Daripada sama-sama bingung, kami memutuskan pakai jasa travel saja yang harganya lumayan mahal. Tapi gak masalah, nanti diganti sama panitia disana. 


Akhirnya kami menggunakan salah satu travel yang tersedia disana. Pelayanannya cukup oke, supirnya juga sangat ramah kepada kami. Sebanding dengan harganya sebesar 500 ribuan untuk lima orang. Menurut kalian, mahal gak ya ?. Soalnya kami tumben menggunakan travel mengingat lokasi hotel tempat kami menginap sangat jauh dari perkotaan dan transportasi umum.


Perjalanan dari Soekarno Hatta menuju Bogor sangat lancar meskipun agak sedikit macet di kawasan Semanggi, Jakarta. Dalam perjalanan juga sempat hujan ringan. Langit di Bogor sudah gelap pertanda lagi turun hujan disana. Namanya juga kota hujan, ya pasti sering hujan lah. 


Mungkin sampai sini dulu cerita perjalanan saya dari Lombok menuju Bogor. Nanti kita sambung lagi di cerita selanjutnya yang lebih seru dan menarik (harapan). 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra