Saturday 29 August 2020

Kuliner Lagi di Bebek Goreng Pondok Galih : Gajah Mada, Lombok

Kalau ditanya tempat makan yang nyaman dengan penampilan kece di seputaran Kota Mataram. Saya langsung menjawab Bebek Goreng Pondok Galih Gajah Mada.

Sudah lama juga saya gak mereview tempat makan sambil kulineran. Akibat terlalu lama virus Covid-19 menghantui kita, sampai-sampai mau makan keluar saja harus mikir beribu kali. Pertimbangannya pastinya keamanan dan kesehatan diri sendiri.

Untuk kali ini saya gak mau kehilangan momentum. Kebetulan ada libur empat hari dan gak traveling kemana-mana. So, saya bareng keluarga berencana pergi kulineran ke tempat yang belum didatangi. Wah, ini yang saya tunggu-tunggu. Saya pun merekomendasikan mencoba olahan bebek yang cukup terkenal di Kota Mataram, yaitu Bebek Goreng Pondok Galih. Dari namanya saja agak kesunda-sundaan ya. Memang bener, resto ini bernuansa khas Sunda. 

Gimana ceritanya ?. Pasti seru dong. Buat yang gak berminat sama tulisan ini, bisa leave. Tapi buat kalian pembaca setia blog ini, pasti sudah gak sabaran sama cerita-cerita saya dong (kepedean dikit). 




Resto itu merupakan cabang baru yang menggantikan Bebek Goreng Pondok Galih yang berada di bundaran Jempong alias pindah lokasi saja. Alasan kenapa pindah, saya juga kurang tau. Yang jelas lokasi yang baru tempatnya lebih luas dan viewnya lebih kece. 

Bisa baca cerita ini juga : Bebek Goreng Pondok Galih

Bebek Pondok Galih baru dibuka beberapa bulan ini. Meskipun masih suasana wabah Covid-19, resto ini gak pernah sepi pengunjung sejak pertama kali dibuka. Terlihat beberapa kali saya lewat depan resto ini, kendaraan yang parkir sangat ramai sekali. Begitu juga saat kami datang, pengunjung sore itu cukup ramai. 

Khawatir gak dapat tempat duduk, ternyata masih ada tempat yang sesuai dengan keinginan kami. Saya gak lupa keliling sejenak melihat-lihat suasana restonya. Maklum baru pertama kali datang kesini sejak dibuka. Jadi agak katrok dikit, foto sana-sini dilihat sama karyawannya. "Mas siapa ya ?", mbaknya siapa juga ?". hahaha 

Resto ini berada di Jalan Gajah Mada no. 9, Kota Mataram. Kurang lebih dua kilometer dari lokasi sebelumnya (bundaran Jempong). Lebih tepatnya berada persis di samping Kampus baru UIN Mataram yang sama-sama baru dibangun juga. Buat kalian yang ingin datang kesini, gak perlu bingung. Lokasinya persis di jalan besar yang menghubungkan Kota Mataram dengan By Pass Bill 2. Detail lokasinya ada di akhir tulisan. 

Dari segi bangunan dibandingkan di tempat yang lama jauh lebih besar dan gak sempit. Dimulai dari area parkir kendaraan yang cukup luas. Di pintu masuknya juga dibuat seperti taman. Ada lampu taman dan kursi panjang. Disini kita bisa berfoto bareng berlatarbelakang tulisan Bebek Goreng Pondok Galih. Instagramable banget pokoknya. Bagi kalian yang datang kesini, wajib hukumnya fotoan dulu sebelum menyesal. 

Masuk ke dalam, sebelumnya jangan lupa mencuci tangan dulu pakai sabun dan dicek suhu badan menggunakan thermalgun oleh petugas. Ini salah satu langkah dalam mencegah penularan Covid-19. Datang menikmati kuliner sambil bersantai, jangan lupa harus tetap waspada dengan virus yang menyebalkan ini.




Setelah itu, kita melewati satu ruang yang cukup luas. Disini  berjejer meja dan kursi kayu dan di bagian dinding, terpajang foto-foto menu yang tersedia disini dan ruang kasir. Saya melihat kesibukan para karyawan resto yang sedang melayani pengunjung. Kami melangkah lebih ke dalam lagi untuk mencari tempat duduk. Dapatlah kita di salah satu saung yang menghadap ke arah persawahan yang ditumbuhi dengan ratusan bunga dan menghadap ke jalan. Disini kami bisa melihat matahari terbenam. Sungguh indah sekali suasana sore itu. 

Saung-saungnya pun (berugaq) dibuat lebih besar. Jadi kita bisa beramai-ramai makan di satu saung. Mejanya pun sangat besar dan memang dibuat untuk sepuluh orang bahkan lebih. Saya gak sempat menghitung berapa saung yang ada saat itu. Gak lupa di setiap saung dilengkapi dengan bak cuci tangan dan pentungan untuk memanggil karyawan. Kerennya di bawah saungnya merupakan kolam yang cukup luas. Jadi jangan coba-coba fotoan di pinggiran saungnya. Bisa-bisa handphone kalian jatuh ke dalam kolam. 

Selain saung, ada juga tempat makannya yang berupa ruang semi outdoor dengan jejeran meja dan kursi kayu. Ada juga yang di indoor berupa rumah lengkap dengan meja dan kursi kayunya. Tinggal pilih mau makan sambil bersantai dimana. 

Ciri khas dari resto ini semua bangunan terbuat dari kayu dan bambu kecuali bangunan berbentuk rumah yang dibuat untuk meeting atau acara lainnya. Ada juga jalan setapak yang ukurannya lebih lebar dibandingkan yang dulu dan terakhir ada tanaman bunga dan kolam ikannya menambah suasana benar-benar dalam suasana pedesaan. 

Saya bersama istri dan Si Kenzi sangat senang datang kesini. Begitu juga dengan bapak, mama dan adek-adek. Melihat restonya saja sekece ini, apalagi menyantap menu-menunya. Sudah gak sabar dan sudah laper banget. 




Setelah dapat tempat duduk yang kece abis, karyawan resto menghampiri kami membawa daftar menu. Lihat-lihat daftar menunya, saya langsung  memilih Bebek Goreng dan segelas es teh. Istri memesan Bebek Bakar biar bervariasi katanya. Sedangkan yang lainnya ada yang memesan Nila Bakar. Pelengkapnya biar ada sayurnya, kami memesan Cah Kangkung, Pelecing Kangkung dan Sayur Asem. Mantap makan malam kali ini. 

Sambil memenunggu pesanan datang, saya bersama istri mengajak si Kenzi jalan-jalan melihat suasana menjelang malam di resto ini. Kesibukan yang semakin malam semakin terasa. Para pengunjung juga semakin malam semakin ramai saja yang datang. Gak lupa sebelum makan, melaksanakan kewajiban Shalat Magrib dulu di mushola yang sudah disediakan. Baik Mushola, tempat wudhu dan kamar mandi dibuat sekece mungkin. Suasana malam begitu indah melihat lampu-lampu di resto ini. 

Shalat sudah, pesanan pun sudah datang dan siap di atas meja. Meja yang tadinya kosong melompong, sudah terisi penuh dengan makanan. Perut semakin laper dan waktunya makan. Mengambil posisi duduk senyaman mungkin, sedangkan Si Kenzi sibuk dengan snack bayinya dan maenan yang dibawa. Untungnya Si Kenzi gak pernah rewel dibawa kemana-mana. Sehat-sehat terus yang nak. Harus jadi jagoan ayah bunda nanti besarnya.  


Bebek Goreng Paha

Bebek Goreng Paha menu yang saya pesan. Tumben nih gak pesan dada. Untuk kali ini saya ingin mencoba bagian pahanya biar gak dada mulu yang dimakan, hehehe (jangan ngeres bacanya). Dari beberapa menu bebek yang ada, saya lebih suka dengan bebek gorengnya. Daging pahanya empuk banget. Apalagi bumbunya berasa perpaduan rempah-rempahnya. Apalagi sambelnya, pedas dan seger sekali. Saking pedesnya nambah nasi lagi, hahaha. Soal rasa bebek gorengnya gak perlu diragukan lagi. Harga seporsinya 25 ribu dan kita sudah bisa makan puas dan sekenyangnya. 


Bebek Bakar Paha

Kalau menu bebek satu ini yang jelas dibayangkan kita pasti rasanya pedas manis. Suka juga sih olahan yang bakar tapi berhubung pengen yang goreng, yang bakarnya dicoba di lain kesempatan deh. Kebetulan istri memilih menu satu ini. Dapat nyicip juga sih. Untuk rasa, dagingnya empuk sama seperti yang goreng. Bumbunya kecapnya pas dilidah dan porsinya besar sekali. Baik yang goreng maupun bakar, ukuran paha bebeknya besar dan gak kecewa deh. Untuk harga seporsinya yaitu 27 ribu. Masih tergolong murah dan terjangkau pastinya. 

Nila Bakar

Menu yang satu ini dipesan oleh bapak mama. Karena beliau berdua gak suka makan bebek. Untungnya masih ada menu nila dan itu kesukaan mereka berdua. Pas banget. Dari hasil nanya-nanya bapak mama soal rasa Nila Bakarnya, yang jelas ukuran nilanya besar sekali. Satu porsi gak habis lhoo. Bukannya gak enak, tapi memang sudah kekenyangan. Saya sempat icip-icip nilanya dan memang bener tekstur dagingnya lembut dan bumbunya meresap sampai dalam dagingnya. Apalagi makan kulitnya, enak banget pemirsa. Satu porsi Nila Bakar seharga 20 ribu saja.

Sebagai pelengkap ada Sayur Asem dengan potongan jagung yang menambah nafsu makan kami semakin menggebu-gebu. Belum lagi pedasnya Pelecing Kangkung dan Cah Kangkungnya. Mantap jiwa kuliner malam kali ini. 



Bagi kalian yang gak suka bebek, masih banyak menu lainnya. Ada ayam, nasi goreng telur, nasi uduk dan lain-lain. Selengkapnya bisa dilihat di daftar menu di atas. 

Gak terasa Bebek Goreng dan Bakarnya sudah habis tersisa Ikan Nila yang belum habis. Disuruh habisin, perut sudah gak sanggup lagi. Mau dipaksa gak baik. Untuk Nasi Goreng Telurnya, next time saya akan mencobanya. 

Sudah dulu ya ceritanya, saya nulis review ini jadi laper. Ditunggu cerita kuliner selanjutnya yang lebih informatif, menggoda lidah dan buat kalian laper pastinya. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Sunday 23 August 2020

Etika Berwisata di Era New Normal : Taman Impian Suranadi

Punya waktu liburan bersama keluarga, saya gak buang kesempatan kali ini. Kebetulan ada libur empat hari, saya mengajak anggota keluarga untuk jalan-jalan tipis sambil mengenalkan alam kepada si kecil. Hari yang spesial ini, saya memberanikan diri untuk membawa si kecil (Kenzi) yang sudah berumur enam bulan untuk pertama kalinya ikut ayah dan bundanya jalan-jalan ke alam,  meskipun kita masih dihantui oleh wabah Covid-19. Bismillah saja, yang penting tetap menjaga diri terhadap lingkungan sekitar.

Dalam kesempatan kali ini saya ingin mengajak pembaca setia blog ini untuk selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 kapan dan dimanapun kalian berada. Sangat penting sekali disaat seperti ini kita saling menjaga dan mengingatkan diri sendiri dan orang di sekitar untuk bersama-sama hidup bersih dan sehat. 

Gak hanya saya, istri dan si kecil saja yang ikut. Ada bapak, mama dan tante yang juga pengen refreshing. Biar lebih asyik dan seru bisa berkumpul bersama keluarga, apalagi dibarengi dengan jalan dan kulineran. Biar tambah keseruannya, saya merekomendasikan untuk menghabiskan waktu di Taman Impian Suranadi yang lokasinya di Desa Suranadi, Lombok Barat. 

Kalau dari rumah di Ampenan, menempuh waktu tiga puluh menit saja menggunakan motor atau mobil. Untuk lokasi lebih detailnya, bisa kalian lihat di akhir tulisan. 

Bisa baca juga : Taman Rekreasi Jaman Now di Lombok : Taman Impian Suranadi

Sebenarnya ini kedua kalinya saya kesini. Kalau istri sudah tiga kali dan buat kami berdua, gak ada bosen-bosennya datang kesini hanya sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu. Menurut kami berdua, taman ini sangat cocok untuk dijadikan tempat kumpul keluarga, media belajar dan bermain untuk anak-anak. 



Kami jalan dari rumah sekitar jam dua siang. Kebetulan Hari Jumat, jadi kami jalannya sehabis Shalat Jumat dan makan siang. Syukurnya setibanya di lokasi, hanya rombongan kami saja yang ada saat itu. "Kan hari libur, kok sepi ya ?". Mungkin karena masih siang, jadi sepi. Apalagi masih suasana Covid-19, jadi harap maklum saja. 

Setelah turun dari mobil, kami membeli tiket terlebih dahulu. Untuk tiketnya dikenakan tarif 10 ribu per orang. Sedangkan untuk anak di bawah 5 tahun, gratis tis tis. Kami ada berlima dan si Kenzi. Jadi hanya membayar 50 ribu saja dan satu tiket masuk, dapat voucher minuman ringan yang nantinya bisa ditukar di kantin dalam area taman. 

Dari penampakan yang dulu gak banyak berubah. Dari bangunan, taman, tempat bermain dan bersantai sama seperti pertama kali saya bersama istri datang kesini. Hanya saja peraturan yang berlaku saat ini antara lain setiap pengunjung harus menggunakan masker, jangan berkerumun banyak orang, suhu badan gak boleh lebih dari 37 derajat (nanti di ukur suhu badan menggunakan thermalgun), mencuci tangan pakai sabun sebelum masuk ke dalam area taman, gak berjabat tangan dan menjaga lingkungan. Jadi di pintu masuk sudah disediakan tempat mencuci tangan lengkap dengan sabunnya. Ada toilet laki-laki dan perempuan juga lhoo. Saya suka dengan kondisi toiletnya, bersih dan wangi.

Setelah semuanya memenuhi syarat, kami diijinkan masuk ke dalam area taman. Gak lupa di pintu masuk kami berfoto bersama dulu. Terimakasih buat Bli Wayan yang sudah sukarela mengambil foto kami sekeluarga. 

Ada untungnya hanya kami yang berada di lokasi. Bisa kesana kemari tanpa harus berdekatan dengan pengunjung lainnya. Bisa buka masker di beberapa kesempatan untuk menghirup udara segar siang menjelang sore hari di dalam Taman Impian Suranadi. 

Sejak kapan Taman Impian Suranadi dibuka untuk umum ?. Jawabannya, ada di tulisan saya di Taman Impian Suranadi sebelumnya. Bisa dicari di daftar tulisan. 











Disini banyak sekali jenis tumbuh-tumbuhan dan bunga yang bisa kita lihat. Lebih banyak tanaman yang biasa kita jumpai di taman pekarangan depan rumah. Dari informasinya ada sekitar tiga puluh jenis tanaman dan bunga yang ada disini. 

Dari tanaman bulu ayam, pucuk merah, lidah mertua, dan masih banyak lagi. Selain tanaman ada juga binatang peliharaan seperti burung, musang, ayam kalkun dan kelinci. Si Kenzi sangat senang melihat si lucu putih Kelinci. Gak bosen-bosennya dia menatap Kelinci yang ada di dalam kandangnya. 

Taman Impian Suranadi memiliki luas sekitar satu hektar. Jadi kalian bisa explore taman ini dalam waktu yang gak sebentar. Disini juga terdapat spot foto-foto yang bisa dibilang instagramable untuk kids jaman now. Jadi buat para pecinta selfie dan eksis, jangan sampai ketinggalan fotoan di spot-spot yang sudah disediakan. 

Saya bersama istri dan Kenzi berkeliling area taman. Melihat-lihat berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur. Menandakan mereka dipelihara dengan baik oleh tuannya. Disiram dengan penuh kasih sayang. Sehingga tumbuhnya juga baik. Sama seperti hati, kalau dipelihara dengan baik dan disiram dengan hal-hal yang positif, maka akan menjadi pribadi yang baik pula. "Betul tidak ?", ala-ala Aa Gimi. 

Bapak,mama dan tante sedang asyik bercengkrama di berugak (gazebo) yang berada di tengah-tengah area taman. Melihat kami berfoto di salah satu spot, mau ikut juga eksis. Emak-emak dan babe gak mau ketinggalan nih. Ada sekitar empat berugaq dan satu bangunan kantin yang dibangun di tengah-tengah area taman. Kecenya, berugaqnya dilengkapi dengan colokan. Jadi yang takut baterai smartphonenya habis, bisa nyolok disini pakai gratis lagi. Colokan boleh dipakai sepuasnya, asalkan gak buat nyolok rice cooker atau kulkas dua pintu yaak !.




Karena ini pertama kalinya Si Kenzi kami ajak jalan-jalan ke alam, senengnya minta ampun. Gak henti-hentinya minta digendong dan berkeliling di sekitar taman. Liat Ikan Koi berenang di dalam kolam, bunga-bunga indah, kelinci dan ingin bermain di area bermain anak-anak. Adek masih kecil, belum cukup umur untuk main-main di area bermain. Besok kalau sudah bisa jalan, baru ayah dan bunda ijinkan untuk main-main. 

Enam bulan di rumah saja, membuat kami pribadi bosen juga. Mau kemana-mana agak khawatir dengan penyebaran virus yang merepotkan sampai saat ini. Jadi, memasuki pertengahan tahun ini, saya mencoba menerapkan protokol kesehatan Covid-19 saat membawa keluarga sekedar refreshing ke tempat-tempat wisata. Tapi harus pinter-pinter memilih tempat mana yang dirasa aman untuk dikunjungi. Pastinya saya gak merekomendasikan membawa si kecil datang ke tempat yang terlalu ramai meskipun tempat tersebut menerapkan protokol kesehatan. 

Selalu pakai masker, jaga jarak dengan lingkungan sekitar, mencuci tangan pakai sabun setelah memegang benda apapun di sekitar lokasi, hindari kerumunan banyak orang, dan selalu menjaga lingkungan sekitar pastinya. Khusus buat si Kenzi saya memakaikan face shield untuk anak-anak. Bagi orang tua yang membawa anak saat jalan-jalan, kalau boleh saran, pakaikan anak anda face shield atau masker bila diperlukan.

Berwisata boleh-boleh saja, asalkan harus mematuhi aturan yang diterapkan di tempat kalian datangi. Selamat berlibur dan Salam Sehat buat kalian sekeluarga !

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Sunday 16 August 2020

Malam Pergantian Tahun di Puri Saron Hotel Senggigi

Belakangan ini saya lumayan jarang ngeposting tulisan-tulisan baru di blog karena kesibukan di kantor dan sibuk menjadi orang tua baru. Apalagi ditambah dengan wabah Covid-19 yang kasusnya belum mereda. So, mau jalan-jalan dan kulineran mikir-mikir dulu. Begitu juga dengan stok cerita yang mulai menipis. Jadi harus bersabar dan harap maklum #PembukaCurhatan 

Mungkin kalian yang sehobi dengan saya pasti merasa bosan dan pengen traveling ke beberapa destinasi yang belum pernah dijelajahi. Kalau keluar pulau sih agak sulit ya. Kita diharuskan membuat surat keterangan sehat dan di tes rapit atau swab apabila ingin bepergian dengan biaya yang gak cukup murah. Bahkan biaya rapit tes dan swab lebih besar dari biaya transport. Kalau hasilnya non reaktif dan negatif, kita diijinkan untuk berangkat. Tapi bila reaktif dan positif, kita gak boleh berangkat dan harus menjalani prosedur penanganan Covid-19. 

Daripada ribet, lebih baik kita travelingnya yang deket dari rumah saja. Atau menginap di hotel yang kalian inginkan, ala-ala staycation berbiaya gak terlalu mahal gitu. Gak perlu ngeluarin biaya tiket pesawat atau kereta api. Cukup ngeluarin biaya menginap saja atau mencari promo di beberapa aplikasi travel agent juga ada.

Ngomong-ngomong soal hotel. Di akhir tahun 2019 lalu, saya bareng keluarga besar merayakan pergantian tahun dengan menginap di hotel bintang tiga di daerah Senggigi. Sebut saja namanya Puri Saron Senggigi. Kebetulan kami mendapatkan voucher menginap semalam yang diberikan oleh pihak hotelnya. 

Jadilah saya, istri dan keluarga besar berangkat ke hotel sehari sebelum malam pergantian tahun. Kebetulan juga hari libur jadi bisa berangkat lebih awal. Waktu tempuh dari rumah kurang lebih memakan waktu tiga puluh menit. Puri Saron Senggigi terletak di Desa Kerandangan, Kecamatan Batulayar. Atau lebih tepatnya berada di samping Pantai Kerandangan. Gak jauh dari Bukit Sheraton, Senggigi. 





Sampai di hotel sekitar jam dua siang. Kami langsung check-in. Saat itu ada dua jenis kamar yang dipesan. Kamar kelas superior dan kelas bungalow. Bedanya kalau yang superior kamarnya seperti kamar superior hotel pada umumnya. Terdiri dari single/double bed, layar LCD, kulkas, meja kursi kerja, kamar mandi dan toilet. Sedangkan kalau kelas bungalow, ruang kamarnya lebih besar dan berada di satu bangunan seperti rumah lantai dua. Satu bungalow terdiri dari empat kamar, dua di atas dan dua di bawah. 

Kalau untuk honeymoon, lebih cocok pilih kelas bungalow. Soal harga yang jelas kelas bungalow lebih mahal dibandingkan kelas superior tapi lebih murah dari kelas suites. Saya dan istri memilih kamar kelas superior saja. Disamping istri sedang hamil besar saat itu dan akses kesana-kemari jauh lebih mudah. Untuk anggota keluarga lainnya, memilih di bungalow saja. 

Untuk lebih jelas bisa buka link ini : Puri Saron Hotel (Traveloka)









Setelah beres-beres, saya beserta istri jalan-jalan sekitar area hotel. Hotelnya gak terlalu luas. Hanya saja di tengah-tengah area hotel ada tamannya. Tamannya keren, ada giyongan juga di bawah pohon beringin yang cukup rindang. Spotnya bisa dijadikan tempat fotoan kece ala-ala anak selebgram gitu. Jalan-jalan sore yang sangat menikmati buat kami berdua. 

Gak lama kemudian, keluarga lainnya menyusul untuk ikut jalan-jalan sore. Berjalan ke area belakang hotel, ada kolam renang yang cukup menggoda buat dicoba. Maklum saja, kami memang doyan berenang. Melihat kolam renang seperti melihat uang kertas warna merah. Mata langsung hijau dan gak sabar untuk nyemplung plung plung kelelep. 

Tapi sore itu saya dan istri gak berencana untuk berenang. Kami berdua ingin menikmati sunset di Pantai Kerandangan yang letaknya persis di belakang hotel. Akses menuju pantai juga gak sulit. Kami tinggal berjalan melewati kolam renang dan ada pintu belakang hotel menuju pantai. Indah dan kece banget bukan. 

Setelah sampai di lokasi, kami duduk santai di sebuah kursi dan meja terbuat dari kayu milik sebuah mini cafe yang saya lupa nama cafenya apa. Sepertinya cafe ini bukan bagian dari hotel. Hanya saja letaknya persis di belakang hotel menghadap ke pantai. Banyak meja-meja dan kursi untuk para pengunjung duduk santai. Ada juga bean bag warna-warni yang disediakan. Cafe ini juga dihiasi dengan lampu-lampu yang bercahayakan indah disaat malam hari. Cafe ini bukanya dari sore hingga malam hari. 

Cuaca sore itu cukup cerah. Kami menikmati setiap moment saat itu. Gak lama kemudian anggota keluarga lainnya menyusul untuk sama-sama menikmati sunset. Sunset terakhir di tahun 2019. Sambil menikmati sunset, saya memesan secangkir kopi panas. Katanya kopi hitam paling enak di Lombok. Kalau kami menyebutnya disini, kopi sasak "kopinya orang sasak" hehehe. Suasana senja yang benar-benar indah. Semakin malam, para pengunjung yang datang semakin ramai. Gak hanya tamu hotel saja, tapi pengunjung lokal juga ada. 







Di malam harinya khusus untuk tamu hotel mendapatkan tiket untuk menikmati santapan dinner sekaligus merayakan detik-detik pergantian tahun dengan menyalakan kembang api berjamaah. Pihak hotel membuat sebuah acara yang cukup menghibur. Ada live musik, tari-tarian dan yang paling ditunggu-tunggu yaitu doorprise yang sudah disiapkan panitia. Lokasi acaranya di area kolam renang. Meja dan kursi tersusun dengan rapi. Panggung acara sudah siap menyambut detik-detik pergantian tahun. Alunan musik dari musik tradisional hingga barat terdengar hingga kamar kami. Setiap meja suda memiliki nama tamu masing-masing. Jadi sudah disiapkan kita mau duduk dimana oleh pihak hotel. Sebelumnya kita bisa request mau duduk di meja yang mana. 

Acara dimulai dari jam delapan malam dengan dibuka oleh dua host yang gokil dan kadang-kadang gak jelas bahas apa. Lagi-lagi saya lupa namanya siapa, hahaha. Selanjutnya ada kata sambutan dari pihak hotel yang diwakili oleh Ibu Made selaku General Manager Puri Saron Hotel.  Setelah itu, acara inti dimulai. Ada pergelaran tarian daerah, live musik, pembagian doorprize, makan-makan dan diakhiri dengan menyalakan kembang api disaat waktu menunjukkan jam dua belas malam, tepatnya pergantian tahun. 

Untuk menu makanan yang dihidangkan sangat beragam. Ada jajanan pasar, puding, siomay, pelecing kangkung, jenis steak, olahan seafood, barbeque, buah-buahan dan masih banyak lagi. Untuk minumnya ada fruit coktail, es campur, jus yang bisa kita pesan. Soal rasa gak perlu diragukan lagi. Kembali lagi ke selera masing-masing. 

Acara perayaan pergantian tahun sangat meriah. Ini pertama kalinya bareng keluarga besar merayakan detik-detik pergantian tahun dengan menginap di salah satu hotel di daerah Senggigi. Biasanya di rumah saja sambil nonton tv ditemani dengan jagung dan kacang rebus. Gak ketinggalan secangkir kopi panas. 

Selesainya acara, kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Keesokan harinya saya dan istri berencana untuk berenang hore di kolam renang. Gak lupa sebelumnya sarapan dulu di resto yang letaknya persis di depan kolam renang. Jadi sekalian, habis sarapan langsung siap-siap berenang. Sebelumnya saya pernah menulis di blog tentang cerita berenang di kolam renang hotel ini. Kalian bisa buka link yang saya kasi di bawah ini ya. 

Bisa baca ini : Jalan-Jalan Habis Lebaran : Puri Saron Hotel

Over all, menginap di Puri Saron Senggigi di malam tahun baru menjadi cerita spesial buat saya dan istri pastinya. Disaat itu kami berdua lagi menunggu waktu si kecil lahir. Biar gak stress, saya mengajak istri untuk refreshing biar proses persalinan lancar dan ibu anak selamat.

Terimakasi buat Puri Saron Senggigi atas jamuannya. Semoga setelah wabah Covid-19 minggat dari Indonesia, saya bareng keluarga bisa menginap lagi. Ditunggu voucher selanjutnya, Amin. #NgarepDotCom

Penulis : Lazwardy Perdana Putra



sumber google maps