Saturday 11 July 2015

Ngabuburit : Potret Kehidupan Suku Sasak di Desa Sade, Explore Lombok


Awal cerita, saya mempunyai seorang sahabat yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk berlibur ke Pulau Lombok. So, cerita ngetrip kali ini saya ditemani oleh sahabat lama saya yang bernama Mr.Amin, itulah julukan yang saya berikan.


Datang ke Lombok saat bulan puasa memang menjadi tantangan tersendiri saat melakukan penjelajahan apalagi kami berdua seorang muslim. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi alias ngabuburit ke salah satu desa tradisional yang cukup terkenal di Pulau Lombok. Sebut saja Desa Sade yang terletak di Dusun Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah.


Memacu kendaraan dengan kecepatan 60 km/jam dari Kota Mataram menuju Desa Sade, Rembitan. Dengan memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya kami berdua sampai di Desa Sade. Kami langsung disambut oleh salah seorang penduduk setempat yang menawarkan menjadi guide kami selama berkeliling di desa tradisional Suku Sasak ini. Guidenya sangat ramah dan pengetahuan tentang desa ini juga cukup luas ( Maaf, saya lupa nama guidenya ).


Setelah berkenalan dan berkenan menjadi guide kami, dia mengajak kami berdua masuk ke dalam desa. Lorong demi lorong kami lewati, tepat di lorong di salah satu rumah tradisional "bale", kami berjumpa dengan nenek tua yang sedang mengguntal benang yang akan dibuat menjadi kain. Gak lupa nenek tua tersebut menawarkan kami hasil tenunannya untuk kami beli. Salah satu potret kehidupan Suku Sasak di Desa Sade yang masih terjaga keasliannya walaupun sedang berada di era modern.


Batu akik yang lagi terkenal mengalahkan artis ibukota pun ada disini. Daerah Nusa Tenggara khususnya Pulau Lombok memiliki jenis batu akik yang cukup diminati oleh masyarakat pada umumnya. So, gak heran bagi pengunjung yang datang ke Lombok, kebanyakan mencari berbagai jenis batu akik. Selain batu akik, ada juga segala macam acesoris khas Suku Sasak yang diperjual belikan  seperti gelang, kalung, cicin, dompet khas Lombok dan masih banyak lagi yang lain.


Hampir setiap rumah trasidional "bale" disini memamerkan hasil karya mereka untuk diperjual belikan. Harga yang ditawarkan juga cukup menggiurkan bagi para pengunjung. Gak hanya itu saja, keramahan penduduk disini juga membuat para pengunjung seperti kami nyaman berkeliling dan berinteraksi dengan mereka. 


Kami memasuki salah satu rumah penduduk yang menjual berbagai macam kain tenun. Ada kain rangrang, kain songket dan jenis kain lainnya. Cukup menggoda untuk membelinya karena selain pemilihan warnanya yang indah di mata, motifnya juga saya suka dan yang jelas hasil tenunannya sangat baik dan berkelas. Akhirnya saya beli satu potong kain untuk oleh-oleh di rumah. Gak hanya saya saja yang membeli, Mr.Amin juga membeli dua potong kain untuk dibawa pulang ke Jakarta ( Shoping dadakan ).


Setelah selesai memilih kain tenun, kami berdua diajak melanjutkan berkeliling desa. Banyak hal yang diceritakan oleh guide kami tentang desa ini. Desa Sade yang memiliki luas 5500 m2 terdiri dari 150 rumah tradisional Suku Sasak yang menampung sekitar 700 orang. Rumah tradisional Suku Sasak yang disebut dengan "bale" beratapkan ijuk dengan bambu sebagai penyangga dinding dan atap, dinding terbuat dari anyaman bambu serta lantai terbuat dari tanah yang dikeraskan. 


Kebiasan unik disini bahwa lantai rumah dipel dengan kotoran kerbau. Agak jijik memang, tapi bagi penduduk disini memiliki kepercayaan bahwa dengan mengepel lantai dengan kotoran kerbau memilik banyak manfaat antara lain; menjaga lantai agar tetap hangat dan gak lembab, menghilangkan debu, mengeraskan lantai serta agar gak ada nyamuk. Percaya gak percaya memang kenyataannya begitu. Ada lagi yang mengatakan para penduduk disini meyakini jika mengepel dengan kotoran kerbau bisa mencegah dari gangguan roh jahat. 


Setelah membahas kotoran kerbau yang sangat unik. Selanjutnya guide kami menceritakan tentang kehidupan penduduk disini. Sebagian besar penduduk disini bekerja sebagai petani ( bagi laki-laki ) dan menenun kain ( bagi perempuan ). Hal yang paling unik lainnya adalah masalah pernikahan. Pada umumnya laki-laki disini bisa menikah dengan perempuan yang masih dalam satu keluarga yang berasal dari desa ini alias satu suku. Bisa juga menikah dengan orang luar akan tetapi maharnya lumayan mahal yaitu dua sampai tiga ekor kerbau. 

Ada lagi kasus yang lain dimana seorang laki-laki bisa menculik perempuan yang akan dinikahi alias kawin lari. Jika berhasil membujuk perempuan yang akan diajak kawin lari, pihak orang tua perempuan tersebut harus mau menikahkan anak perempuan mereka dengan laki-laki penculik. 



Seluruh penduduk Suku Sasak Desa Sade beragama Islam. Baik laki-laki maupun perempuan sangat rajin beribadah. Ini bisa dibuktikan dengan berdirinya sebuah masjid tradisional yang sangat terawat di tengah perkampungan Desa Sade. Agak sedikit perbaikan di bagian lantai yang terbuat dari marmer berwarna hitam. Akan tetapi dari bentuk bangunan dan penyangganya masih seperti aslinya. Gak lupa kami menumpang untuk Shalat Ashar di masjid kebanggaan penduduk Desa Sade ini.


Di penghujung penjelajahan kami berdua berkeliling desa. Kami disambut oleh atraksi Gendang Beleq. Alat musik tradisional Lombok yang dimainkan oleh dua orang penabuh gendang yang berukuran sangat besar " Gendang Beleq". Gak hanya kami berdua saja yang menonton, tapi pengunjung Desa Sade berkumpul untuk menonton atraksi dari Gendang Beleq ini. Alunan musik khas Pulau Lombok terdengar di telinga kami, sahabat saya Mr.Amin tersenyum dengan bahagia akhirnya secara langsung bisa mendengar dan melihat atraksi Gendang Beleq ini.


Wow, ada salah satu pengunjung yang ikut menari bersama dua penari cilik dengan iringan alunan musik gamelan khas Lombok. Mirip seperti tarian di Bali cuman ada perbedaan di pakaian yang dikenakan oleh si penari terutama penari bule manis asal Malaysia yang mengenakan pakaian khas Suku Sasak. 


Jika kita ada rencana menjelajah ke Desa Sade, kita bisa memesan kepada pengelola wisata desa untuk diadakan pertunjukan tarian Gendang Beleq dan lainnya. So, jangan khawatir gak bisa melihat pertunjukan dari Gendang Beleq dan atraksi tarian Peresean yang sangat langka ini jika berkunjung ke Desa Sade.


Selain deretan pantai-pantainya yang sangat indah, air terjunnya yang sangat keren serta Gunung Rinjani yang selalu dirindukan oleh para pendaki di seluruh dunia. Pulau Lombok juga memiliki wisata budaya yang sangat unik dan menarik. Gak lengkap rasanya bila ke Lombok, gak berkunjung ke desa yang sudah terkenal ini. Disinilah kita bisa merasakan suasana Suku Sasak Pulau Lombok. Desa Sade yang memberikan keramahan dan ilmu pengetahuannya kepada setiap pengunjung yang datang.

Akhir cerita dari ngabuburit saya bersama sahabat lama "Mr.Amin" ,kami berdua belajar banyak tentang potret kehidupan Suku Sasak di Desa Sade yang sangat sederhana. Kami berpamitan dengan guide yang sangat baik kepada kami berdua dan segera balik ke Kota Mataram. 

Catatan :
- Desa Sade Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah terletak di pinggir jalan menuju Pantai Kuta Mandalika.
- Sejauh 30 km jarak dari Kota Mataram menuju Desa Sade.
- Biaya guide sesuai dengan kesepakatan alias membayar seikhlasnya.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

0 comments:

Post a Comment