Tuesday, 15 December 2015

Mencari Ketenangan : Pantai Mawun


Tempat terakhir yang kami explore pada hari itu adalah Pantai Mawun. Pantai yang terletak di antara Pantai Kuta Mandalika dengan Pantai Selong Belanak ini memiliki sejuta keindahan yang bisa menandingi keindahan pantai-pantai lainnya yang berada di wilayah Lombok Tengah. 



Kurang lebih lima belas menit dari Pantai Selong Belanak untuk sampai di Pantai Mawun. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang gak kalah indahnya, jalan yang beraspal mulus dikelilingi oleh perbukitan khas alam Pulau Lombok. Di beberapa titik kami berjumpa dengan pembangunan beberapa area penginapan. Saat ini di Pulau Lombok banyak sekali pembangunan penginapan, salah satunya di daerah Lombok Tengah.



Ada satu tempat yang menurut saya paling kece, perbukitan yang bisa melihat Pantai Mawun dari kejauhan. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan yang sayang sekali untuk dilewatkan. Tempat terbaik untuk melihat Pantai Mawun dari kejauhan, disinilah tempatnya.




Pantai Mawun saat itu sangat tenang. Warna laut sama dengan warna langit. Saat matahari bersinar terang dan langit membiru tanpa kehadiran awan putih yang menyelimutinya, saat itulah saya merasa mendapatkan ketenangan yang luar biasa dan Pantai Mawun menunjukkan kecantikannya.




Kami bersyukur cuaca berpihak kepada kami, sehingga kami dapat menikmati beberapa tempat dengan perasaan puas, salah satunya di Pantai Mawun. Terimakasi buat para sahabat yang sudah dalam kondisi capek, tapi masih memiliki semangat untuk menuntaskan perjalanan satu hari mengelilingi pantai-pantai di wilayah Lombok Tengah. Goa Kotak, Batu Payung, Pantai Selong Belanak dan Pantai Mawun, Thanks to all buat keramahannya. Next time, kami akan kemari lagi dengan membawa orang-orang tersayang untuk bersama-sama menikmati keindahan alam Pulau Lombok. 

Gimana, Pulau Lombok keren bukan ? Bentar lagi waktu liburan Natal dan Tahun Baru anda akan tiba. Jika ke Pulau Lombok, jangan lupa mampir di Pantai Mawun dan pantai-pantai di sekitarnya. 

Selamat Mengexplore Pulau Lombok !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com 

Tuesday, 8 December 2015

Selong Belanak : My Favourite Beach


Dari sekian banyak pantai-pantai yang sudah saya explore di Pulau Lombok. Ada salah satu pantai yang menjadi favorit saya. Banyak hal yang membuat langsung jatuh cinta dengan pantai ini. Sejak pertama kali kesini sekitar awal tahun 2014 yang lalu, pantai ini yang terindah dari pantai-pantai yang lain. Selong Belanak selalu memberikan potret terbaik di dalam hati saya.


Walaupun jarak yang lumayan jauh dari Kota Mataram yaitu sekitar dua jam perjalanan menggunakan motor, gak menurunkan semangat saya untuk segera sampai di Selong Belanak. Gak hanya wisatawan lokal saja, tetapi dari mancanegara pun ramai sekali yang datang. Bisa dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang hari itu untuk menikmati alam pantai di musim panas ini. Deretan warung-warung serta tempat untuk berjemur untuk para pengunjung, melengkapi fasilitas dari Selong Belanak.




Banyak hal yang dilakukan di pantai ini, antara lain bermain pasir seperti yang dilakukan para orang tua dengan anak-anaknya, berenang, snorkeling, bersantai-santai dan yang paling penting yaitu mengambil foto. Ombaknya pun gak terlalu besar dengan kondisi pantai yang gak landai, sehingga sangat aman untuk berenang atau sekedar bermain air. Pasir putih yang sangat halus serta terik matahari yang menyengat melengkapi hari-hari saya bersama Pantai Selong Belanak.



Gradasi warna laut yang didukung dengan cuaca cerah berawan. Ada satu hal yang saya suka dengan pantai ini, deretan perbukitan yang berada di sebelah barat pantai. Bila musim hujan tiba, deretan perbukitan berwarna hijau tua. Saya menyebutnya dengan sebutan Raja Ampat miliknya Pulau Lombok. Bila musim panas sekarang perbukitannya berwarna cokelat ala Indonesia bagian timur.


Bule saja sudah pernah kesini, masak teman-teman yang rumahnya sekitaran Pulau Lombok atau dekat sama pantai ini belum pernah ke Selong Belanak ?, sayang sekali jika belum pernah. Sempat saat itu menyapa salah satu bule asal Australia yang sudah seminggu berlibur di Pulau Lombok. Berhubung saya gak terlalu mahir berbicara Inggris, jadinya cuma bicara ala kadarnya dan selebihnya menggunakan bahasa isyarat. Hasilnya saya bersama sahabat saya Si Ocha bisa merayu si Mr.bule untuk berfoto bersama. Pantai ketiga yang kami explore pada hari itu setelah Goa Kotak dan Batu Payung. 

Catatan :
- Rute yang dapat ditempuh : Kota Mataram - By Pass Bandara Internasional Lombok - Penujak - belok ke kanan jalan samping Masjid Penujak - Pantai Selong Belanak.
Rute : Kota Mataram - By Pass Bandara Internasional Lombok - Penujak - Bandara Internasional Lombok - Desa Sade - Pantai Kuta Mandalika ( belok ke kanan arah menuju Pantai Mawun ) - Pantai Ariguling - Pantai Mawun - Pantai Mawi - Pantai Selong Belanak.
- Tiket Masuk Rp.10.000,- per motor

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Grand Canyon Lombok Island : Batu Payung


Berawal request dari temen lama yang ada di jauh sana. Malam sebelum saya tulis cerita ini, bbm dia masuk yang isinya memberitahukan bahwa dia mau ke Lombok. Dia penasaran sama yang namanya Batu Payung. Dia bilang kalau Batu Payung seperti Grand Canyon di Amerika sana. Tambahannya, dia menyuruh saya menulis lengkap dengan foto-foto keren ala fotografer profesional. Saya bukan fotografer tetapi tukang ngebolang dengan bawa kamera dslr kesayangan, malah curhat. Yaudah, saya mulai ceritanya saja. Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya ngetrip kesana.


Sebenarnya ini cerita lanjutan dari perjalanan ke Goa Kotak ( baca post Goa Kotak ). Setelah dari Goa Kotak, saya melanjutkan perjalanan menuju Batu Payung. Bisa dibilang Batu Payung ini sebuah tanjung yang di ujungnya berdiri sebuah batu raksasa yang bentuknya bila dilihat dari segala sudut berbeda-beda dan unik. Batu yang bentuknya mirip seperti payung, sehingga diberi nama Batu Payung karena selain bentuknya yang kece, batu ini juga bisa untuk dijadikan berteduh dari panasnya sinar matahari. 



Batu Payung terletak di sebelah timur Pantai Tanjung Aan. Ada dua alternatif jalur menuju tempat ini Bisa dengan menyewa perahu dari Tanjung Aan dengan mengeluarkan sejumlah uang per perahunya, sedangkan bila kita mau capek sedikit, bisa melewati Pantai Batu Payung yang berada di sebelah timur Tanjung Aan dengan berjalan kaki sejauh lima ratus meter.



Kami memilih berjalan kaki karena lebih sehat dan efektif. Setelah memarkirkan kendaraan di tempat yang telah disediakan, kami melanjutkan perjalanan melalui pinggiran perbukitan yang sangat eksotis menurut saya. Benar-benar seperti di Grand Canyon Amerika yang sangat indah dengan aliran sungai . Sedangkan di Batu Payung, bukan aliran sungai melainkan lautan sejauh mata memandang. 



Lumayan juga berjalan kaki, capeknya itu bukan karena jauhnya tetapi karena panas sinar matahari yang sangat terik. Cuaca sangat cerah tanpa ada awan, jadinya bisa dibayangkan panasnya saat sudah siang hari. Untungnya, saat itu air laut lagi surut, sehingga kami bisa melewati pinggiran pantai menuju Batu Payung yang terletak di balik balik bukit bebatuan.

Capek kami terbayarkan setelah sampai di tempat tujuan. Jujur, saya sudah beberapa kali kesini, tapi kali ini moment yang terbaik menurut saya. Cuaca cerah, panas, dan yang paling buat saya bahagia adalah masih sepi dari pengunjung. Entah kenapa saat itu masih sepi padahal sudah siang hari ?. Mungkin panasnya yang buat orang-orang pada enggan kesini. Keuntungan buat kami kalo gitu, he...he..he..


Disisi sebelah selatan dari Batu Payung, ada sebuah gili yang masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Gili Anakanjang. Saya sempat berpikir ini gili sepertinya bisa diseberangi, tapi saya lihat belum pernah ada orang yang kesana. Entah kenapa, padahal lumayan deket. Apa mungkin karena ombak di sekitar gili lumayan besar sepanjang hari, sehingga orang enggan kesana. Saya yakin suatu saat nanti pasti ada yang mengexplore Gili Anakanjang. 




Dari sisi manapun dilihat, batu raksasa ini sangat indah dan kece. Perlu diketahui, banyak fotografer profesional dari berbagai daerah bahkan dunia yang datang kesini untuk mengambil foto terbaik. Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah iklan rokok di televisi yang pertama kali memperkenalkan tempat ini sehingga terkenal sampai sekarang. Saya berterima kasih kepada yang telah mempopulerkan tempat ini sehingga menjadi salah satu destinasi terbaik yang dimiliki Pulau Lombok. Buat pemerintah setempat, saya rasa harus selalu memperhatikan destinasi ini dan juga destinasi sekitarnya agar selalu terjaga kebersihan dan keamanannya. 

Gimana, bila masih penasaran silahkan datang langsung ke Batu Payung ? Dijamin betah dan gak mau pulang. 

Catatan :
 - Rute menuju Batu Payung : Kota Mataram - Bandara Internasional Lombok - Desa Sade - Pantai Kuta Mandalika - Tanjung Aan - Pantai Batu Payung.
 - Biaya masuk Rp.10.000 per motor ( tiket parkir sekaligus tiket masuk )
 - Dianjurkan membawa air minum
 - Tidak dianjurkan mandi di sekitar Batu Payung karena ombaknya yang besar dan hampir seluruhnya adalah batu karang, jadi berbahaya.
 - Paling pas datang kesini saat siang hari sampai sunset tiba.
 - Bagi yang ingin menggunakan perahu dari Tanjung Aan untuk ke Batu Payung bisa mengeluarkan biaya sebesar Rp.250.000 per perahu ( pulang pergi )... catatan : bisa ditawar

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com

Tuesday, 1 December 2015

Explore Goa Kotak, Gerupuk


Selamat Pagi !!!

Gak terasa sudah berada di penghujung tahun 2015 dan selama berada di tahun ini, saya sudah lumayan banyak mengexplore tempat-tempat yang bisa dibilang kece. Tetapi masih belum puas rasanya mengajak teman-teman untuk selalu mengikuti cerita perjalanan saya bersama para sahabat yang selalu setia dan heboh pastinya. Memasuki Bulan Desember ini, saya secara khusus akan bercerita tentang perjalanan ngetrip ke beberapa pantai yang ada di daerah Lombok Tengah. 


Untuk kali ini saya akan bercerita tentang kerennya Goa Kotak. Goa Kotak ?, dari namanya saja kita langsung membayangkan sebuah goa yang berbentuk kotak. Ada pertanyaan lagi, " Dimanakah letak Goa Kotak ?, jawabannya adalah di sebuah tebing perbukitan daerah pesisir pantai yang berada di daerah Lombok Tengah, tepatnya di Desa Gerupuk. Memang benar goa ini berbentuk kotak dan seperti rumah buatan pada zaman batu dalam film Flinstone. Bagi yang lahir tahun 90an pasti pernah menonton film yang menceritakan kehidupan manusia pada zaman batu alias semuanya serba batu. Nah, di Lombok ada beberapa goa yang berbentuk kotak persis seperti di film Flinstone. Salah satunya ada di Goa Kotak, Desa Gerupuk. 



Awalnya kami gak merencanakan untuk ngetrip, tetapi karena salah satu personil membahas soal Goa Kotak, jadinya saya berpikir apa salahnya kami datang kesana sekalian mampir di tempat kece lainnya. Kebetulan juga masih musim panas, dan jalur kesana gak terlalu susah dibandingkan saat musim hujan, gak kebayang jika kondisi jalan yang berupa tanah becek, terkena air hujan, dibayangin sendiri saja.

Kebetulan hari yang ditunggu-tunggu datang juga, kami berenam antara lain saya sendiri, Nazam, Mas Junk bersama istri Si Nova dan dua model kita Si Izza dan Si Ocha. Sayangnya beberapa anggota yang lain pada gak bisa gabung dikarenakan ada urusan masing-masing. Gak apa-apalah, " Walau Hambatan Sudah Menanti, Crew Patrick  Pantang Mundur untuk Mengexplore Keindahan yang Allah Sudah Ciptakan ", ( puitis alay sedikit ).



Tempat pertama yang kami pilih untuk diexplore adalah Goa Kotak. Kenapa Goa Kotak yang pertama dipilih ?, jawabannya karena tempatnya yang paling jauh di antara tempat-tempat yang akan kami explore hari itu. Berhubung masih pagi juga, menurut saya paling tepat waktunya. Sesampai disana, memang benar apa yang saya duga, waktunya pas. Pas dapat melihat gradasi warna laut dari hijau muda, hijau tua, biru muda sampai biru tua, super kece. Gak hanya itu saja, saya dapat melihat perbukitan tandus berwarna cokelat dan pasir putih yang gak diragukan lagi keindahannya bersama langit biru yang selalu setia menemani.



Goa ini memiliki lebar kurang lebih 3 meter dan panjang sekitar 6 meter. Bila memasukinya, kita dapat melihat bekas pahatan yang tertinggal di dinding gua. Jelas, gua ini adalah gua buatan yang digunakan untuk mencari beberapa hasil bumi seperti emas dan beberapa bahan mineral lainnya. Walaupun sangat indah dilihat, tapi menurut saya sayang sekali tempat sebagus ini gak terpantau dari pemerintah setempat. Entah ini ilegal atau legal, yang jelas gua ini jauh dari kata aman bagi para pengunjung yang datang kesini. Menurut saya pemerintah harus turun tangan dalam permasalahan ini, gak hanya di Goa Kotak saja tetapi di tempat lainnya yang luput dari pantauan pemerintah, " kasus begal contohnya". 



Kembali membahas tempat kece ini. Goa Kotak menurut saya bisa dijadikan referensi petualangan teman-teman yang hobi ngetrip. Dari sini kita dapat menikmati pemandangan pantai-pantai tetangga, salah satunya dari arah barat terlihat Batu Patung dan Bukit Merese dari kejauhan. Biasanya kita dapat melihat penampakan seperti ini bila kita berada di sebuah hotel atau homestay yang berada di atas perbukitan, tetapi disini kita dapat melihat dengan puas dari dalam mulut goa.



Masih bingung posisi tempat ini ?, saya jelaskan sekali lagi. Perjalanan ke Goa Kotak membutuhkan waktu dua jam perjalanan dari Kota Mataram. Mungkin teman-teman masing asing mendengar tempat ini. Biar gak asing lagi, teman-teman harus kesana.

Rute yang dapat ditempuh pertama-tama kita mengarah ke Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah. Sesampai di Pantai Kuta Madalika, kita akan melanjutkan perjalanan ke arah Pantai Tanjung Aan. Sekitar satu kilo dari Pantai Tanjung Aan menuju ke arah timur, kita akan bertemu dengan sebuah desa nelayan yang dikenal dengan sebutan Desa Gerupuk. Ikuti saja jalur desa tersebut, jika masih bingung, bisa menanyakan letak Goa Kotak ke warga desa, Insyaallah mereka paham. Setelah melewati jalur tengah desa, kita akan bertemu dengan sebuah tanjakan yang lumayan curam, tapi tenang saja kondisi jalannya sudah beraspal. Tinggal gas pool dan menjaga keseimbangan, semuanya Insyaallah beres. Perlu diketahui, tanjakan tersebut hanya bisa dilalui oleh motor. Mobil hanya sampai Desa Gerupuk saja, selanjutnya bisa berjalan kaki.


Gak jauh dari tanjakan, kita akan bertemu dengan sebuah tempat berteduh berupa parkiran motor. Kebetulan masih pagi sekali dan penjaga parkirannya belum datang, jadinya kami langsung saja menuju goa yang membuat saya penasaran dari rumah. Seperti sudah pernah kesana, saya langsung memberikan kode kepada teman-teman untuk melanjutkan perjalanan menuju Goa Kotak. Nah, melihat banyak jalur setapak di atas perbukitan, saya kebingungan. Jalur yang tepat menuju goa lewat mana ya ?, kami sedang kebingungan ternyata ada bapak-bapak membawa golok yang sedang berjalan ke arah kami. Awalnya kami langsung membuat kesimpulan ini bapak mau ngapain bawa golok ?, ternyata bapaknya mau pergi mencari rumput untuk makanan kerbaunya.


Gak ragu-ragu saya bertanya kepada si bapak, jalur menuju Goa Kotak lewat mana. Akhirnya kami mendapat petunjuk jalur yang benar dari si bapak. Terimakasi pak !. Setelah mendapatkan petunjuk dari si bapak, ternyata kami perlu sedikit mengeluarkan tenaga untuk mendaki bukit yang ada di hadapan kami. Gak seberapa tanjakan dan itupun harus berjalan kaki, motor sudah gak bisa melewati tanjakan ini. Setelah lima menit pendakian, akhirnya sampai juga kami berenam di Goa Kotak. Memang benar kata orang, bila ingin ke tempat yang super kece, diperlukan kesabaran dan gak boleh mengeluh di perjalanan.

Gimana, anda tertarik kesini ?... Silahkan kesini selagi masih diberikan kesehatan dan semangat buat ngetrip. Wonderful Lombok Island

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Sunday, 29 November 2015

Acara Nyongkolan di Desa Sade, Lombok Tengah



Sewaktu pulang dari ngetrip seharian menuju pantai-pantai yang berada di Lombok Tengah, saya bersama teman-teman sudah mempunyai rencana ingin mampir di Desa Sade. Alasan kami ingin mampir di desa ini karena salah satu personil belum pernah sama sekali ke desa yang terkenal sampai ke luar negeri ini.

Kebetulan juga hari itu bertepatan dengan Hari Minggu, dimana pada saat hari-hari libur dan habis panen, masyarakat biasanya mengadakan acara resepsi pernikahan disertai mengarak-arak kedua pasangan pengantin keliling desa yang biasa disebut dengan istilah Nyongkolan. Kami saat itu beruntung bisa melihat tradisi tersebut di Desa Sade.


Nyongkolan sendiri merupakan acara yang dilakukan setelah selesai akad nikah. Dimana sepasang pengantin berjalan beriringan dari tempat kediaman pihak pengantin laki-laki menuju kediaman pihak pengantin perempuan yang diiringi oleh keluarga dan juga masyarakat setempat serta para tokoh masyarakat antara lain pemuka agama atau pemuka adat juga ikut serta dalam tradisi tersebut.

Pakaian yang digunakan saat memeriahkan acara yaitu pakaian khas Suku Sasak, dimana untuk pakaian laki-laki disertai dengan keris atau golok yang terpasang di bagian pinggang atau disandang di punggung. Sedangkan untuk pakaian perempuan, memakai kebaya khas Suku Sasak lengkap dengan asesorisnya.


Nyongkolan tersebut gak lengkap bila gak ada musik pengiringnya. Biasanya musik yang digunakan yaitu musik tradisional Suku Sasak yang disebut Gendang Beleq dan kawan-kawan. Gendang Beleq adalah sebuah alat musik tradisional asli Pulau Lombok. Biasanya dimainkan oleh dua orang penabuh ( pemain Gendang Beleq ) yang saling kompak dalam menciptakan irama musik yang indah.

Saya orang asli Pulau Lombok sangat senang dengan acara ini. Selain menonton pasangan pengantin yang diarak bagaikan raja dan ratu alias Raja Sejelo ( raja sehari ), saya sangat terhibur dengan permainan dua penabuh Gendang Beleq dan kawan-kawan. 


Gak hanya kami saja yang menonton, tetapi para masyarakat setempat dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara gak henti-hentinya mengabadikan moment demi moment di dalam sebuah kamera mereka masing-masing. Saat itu karena baterai kamera dslr saya sudah habis, untungnya ada salah satu personil yang memakai kamera Xiaomi Yi untuk mengabadikan prosesi acara nyongkolan, Alhamdulillah gak sia-sia kami bertemu dengan tradisi ini. 

Nyongkolan ini bisa dibilang merupakan puncak dari ritual pernikahan, dimana dipersatukannya seorang laki-laki ( teruna ) dan perempuan ( dedare ) dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah menurut agama Islam dan diakui menurut adat setempat. 


Semua proses tersebut gak luput dari awal perkenalan seorang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Setelah adanya kecocokan diantara kedua belah pihak, maka seorang laki-laki melamar kekasih hatinya kepada kedua orang tua perempuan. Sedikit bercerita bahwa di Pulau Lombok ini ada sebuah tradisi unik dimana seorang laki-laki yang ingin mempersunting pujaan hatinya, maka dia akan menculik calon istrinya. Setelah menculik, dari pihak laki-laki memberitahukan kepada orang tua calon istrinya bahwa anak perempuannya telah diculik, akhirnya mau gak mau orang tua perempuan menyetujuinya karena mengganggap laki-laki tersebut bersungguh-sungguh ingin menikahi anak perempuannya. Tradisi ini disebut dengan istilah merari ( melarikan ).

Seru juga tuh prosesnya, asalkan gak terjadi masalah diantara keluarga kedua belah pihak sih aman-aman saja. Setelah acara nyongkolan selesai, kami segera balik ke Kota Mataram biar gak kemalaman sampai rumah. Tontonan yang menarik sore itu, saya berangan-angan jika menikah nanti ingin diiringi oleh Gendang Beleq tetapi gak diarak-arak keliling desa, di dalam gedung saja sudah cukup. 

Gimana, Pulau Lombok itu gak hanya kece pantai, air terjun dan gunungnya saja, tetapi budayanya juga gak kalah kecenya. Selamat berlibur di Pulau Lombok !!!.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday, 24 November 2015

Kekecewaan Terbayarkan oleh Bukit Selong, Desa Sembalun Lawang


Mungkin ada pertanyaan mengapa judul artikel ini berkaitan dengan kekecewaan ?. Jawabannya bisa ditemukan dalam cerita yang saya tulis kali ini yaitu di Bukit Selong, Desa Sembalun Lawang. Sebelum membahas keindahan Bukit Selong, saya akan sedikit bercerita di awal artikel ini tentang kekecewaan saya saat itu. Awal datangnya musim hujan apalagi telah terjadi erupsi Gunung Anak Baru Jari, Rinjani beberapa saat yang lalu, membuat dunia penerbangan Pulau Lombok dan Bali terganggu. Setelah kondisi cuaca dianggap aman, saya berencana akan menuju ke salah satu air terjun yang sedang naik daun di Pulau Lombok. lebih tepatnya di Lombok Timur.

Tepatnya Hari Minggu sekitar jam tujuh pagi saya bersama teman-teman ( drg.Irfan, Odi, mas Junk, Nova, dan Kiki ) berangkat menuju Desa Senaru melalui jalur Tanjung, Lombok Utara. Menggunakan motor matic kesayangan, saya rasa menjadi pilihan terbaik karena lebih simple dan nyaman. Butuh waktu dua jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Desa Senaru. Dari Desa Senaru kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Desa Biluk Petung, lokasi air terjun yang dituju. Ternyata sampai di pintu masuk air terjun, kami dihadang oleh masyarakat sana. Mereka menyampaikan informasi yang gak kebayangkan sebelumnya, bahwa ada lahar dingin di aliran sungai tempat lokasi air terjun. Lahar Dingin ???, langsung timbul rasa kecewa dan penasaran. Lebih memastikan lagi, kami meminta ijin untuk ke area tersebut, ternyata tetap gak diijinkan karena mempertimbangkan resiko keamanan. Sempat bingung saat itu mau kemana, mau balik ke Mataram sudah tanggung, akhirnya ada ide untuk melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun dengan mempertimbangkan jarak yang lebih dekat dengan lokasi air terjun.



Pendek cerita, sekitar setengah jam perjalanan dari Desa Biluk Petung menuju Desa Sembalun akhirnya kami singgah di sebuah warung Soto Ayam untuk beristirahat makan siang. Saya mengajak sang ibu penjual soto ngobrol-ngobrol sambil mendengarkan sang ibu cerita tentang keindahan Desa Sembalun. Entah kebetulan atau gak, sang ibu bercerita tentang sebuah bukit yang lagi terkenal di Desa Sembalun. Bukitnya gak terlalu tinggi dan jalur treknya gak susah seperti bukit yang pernah saya daki beberapa bulan yang lalu. Namanya Bukit Selong yang berada di Desa Sembalun Lawang. Setelah selesai makan soto, kami segera pamit ke sang ibu untuk melanjutkan perjalanan menuju Bukit Selong. Diselimuti rasa penasaran, kami buru-buru menuju tempat yang diceritakan tadi. 



Gak memakan waktu yang lama untuk sampai di tempat tujuan. Hanya sepuluh menit waktu yang ditempuh dari warung soto, akhirnya sampai juga di Bukit Selong. Waw, kece sekali suasananya. Rasa kecewa seakan-akan menghilang saat melihat pemandangan dari atas bukit yang sangat mengagumkan ini. Kali kedua saya melihat hamparan persawahan, rumah-rumah penduduk serta deretan perbukitan yang selalu menghiasi Desa Sembalun sepanjang waktu dari atas bukit. Pemandangannya sangat indah sekali, ditambah lagi udara perbukitan yang sangat sejuk. Berhadapan dengan Bukit Pergasingan yang saat itu habis terbakar karena cuaca yang sangat panas, maklum terjadi musim kemarau berkepanjangan. Gak membuat tempat ini kehilangan keindahannya, justru menjadi lebih eksotis dan gagah. 




Sedikit informasi tentang Bukit Selong, bahwa bukit ini terletak di kaki Bukit Anak Dara yang memiliki ketinggian sekitar 2000an mdpl dan merupakan bukit yang lagi terkenal di Desa Sembalun. Desa Sembalun sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Lombok dan menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan yang berkunjung kesini. Kalau boleh jujur, saya sangat suka tempat ini. Walaupun bisa dibilang cuaca masih panas-panasnya di Pulau Lombok, tempat ini sangat sejuk dan nyaman buat saya. Dari atas bukit, kami bisa duduk santai sambil menenangkan pikiran, mencari inspirasi dan menikmati surga dunia yang Allah SWT ciptakan di Gumi Sasak ( Pulau Lombok ) ini.


Sesaat berada di atas bukit, kami bertemu dengan seorang bapak-bapak bersama kedua anaknya lagi membawa beberapa bongkahan kayu yang diambil dari hutan lereng perbukitan untuk persediaan sehari-hari. Inilah salah satu potret kehidupan masyarakat Desa Sembalun yang sangat sederhana tetapi memiliki jiwa sosial yang tinggi, bisa dilihat dari seorang anak yang membantu orang tuanya bekerja mencari kayu di dalam hutan. Jarang kita temukan di perkotaan seorang anak yang dengan ikhlas mau membantu orang tua mereka dalam bekerja. Seperti itulah sikap yang perlu dicontoh untuk kita-kita anak perkotaan, dari segi pendidikan memang anak perkotaan lebih maju dibandingkan anak pedesaan, akan tetapi untuk urusan usaha dan bersosialisasi, anak-anak pedesaan jauh lebih oke dibandingkan anak perkotaan ( survei membuktikan ). 

Mata pencaharian masyarakat Desa Sembalun sendiri sebagian besar bertani dan berkebun. Hasil pertanian dan perkebunan dikirim ke seluruh penjuru di Pulau Lombok, Sumbawa bahkan ke Pulau Bali dan Jawa. Bisa dibilang Desa Sembalun merupakan desa yang makmur, surganya Pulau Lombok. Segala macam sayur-sayuran dan buah-buahan hidup subur di tanah Desa Sembalun. Jadi jangan heran bila saya menyebut desa ini "Surganya Pulau Lombok". 


Dengan kesempatan ngetrip saat itu, saya mendapatkan ilmu yang sangat berharga. Jika kita mendapat sesuatu yang gak kita inginkan, janganlah kecewa !!!. Dibalik kekecewaan itu pasti ada hikmahnya dan rencana yang jauh lebih indah dibandingkan rencana yang kita inginkan. Gak jadi ke air terjun dikarenakan ada halangan yaitu gejala alam, Bukit Selong yang sangat kece pun jadi.

Gimana, anda tertarik menuju ke Bukit Selong ? Jika ada yang belum jelas, bisa tanyakan via email atau twitter, bbm pun boleh. Terimakasi

Catatan :
- Rute yang dapat ditempuh, Jalur Utara : Kota Mataram - Pusuk ( Monkey's Forest ) - Pemenang - Bangsal - Tanjung - Gangga - Kayangan - Bayan - Senaru - Desa Biluk Petung - Desa Sembalun Lawang ( Bukit Selong ).
Jalur Timur : Kota Mataram - Narmada - Mantang - Kopang - Terara - Sikur - Masbagik - Aikmel - Suela - Desa Sembalun Bumbung - Desa Sembalun Lawang ( Bukit Selong ).
- Tiket masuk : Rp.5000,- 
- Bulan yang cocok untuk kesini yaitu Bulan Agustus - Desember. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra