Kalau mendengar nama Bogor, pasti yang terlintas di benak banyak orang adalah kota hujan, kuliner enak, dan tentu saja Kebun Raya Bogor. Destinasi ini selalu jadi pilihan favorit untuk wisata alam, kuliner, edukasi, sekaligus refreshing dari hiruk pikuk ibu kota. Saya sendiri baru-baru ini sempat explore langsung dan pengalaman di sana benar-benar menyenangkan.
Awalnya gak ada rencana buat ke Bogor. Karena ikut Mas Erwin ke rumah saudaranya di Depok, mendadak kami ingin jalan-jalan ke Bogor. Hari itu kami gak ada kegiatan karena acara pembukaan PIT & Muskernas Hisfarsi Jakarta 2025 keesokan harinya.
Kami berempat setelah sarapan bersiap-siap menuju ke Bogor. Menunggu mobil jemputan di lobby hotel. Gak lama menunggu, jemputan sudah tiba di depan hotel.
Sekitar jam sembilan pagi, kami berangkat menuju Depok. Kali ini tujuan kami ke daerah Cilodong, Depok. Kurang lebih waktu tempuh satu setengah jam perjalanan dengan jarak sekitar tiga puluh kilometer dari hotel kami yang berada di daerah Kuningan,Jakarta Selatan.
Lalu lintas Kota Jakarta pagi itu cukup padat merayap. Syukurnya kami melintas di luar jam kerja. So, gak terjebak macet. Melewati beberapa jalan utama antara lain Jalan Raya Tj.Barat kemudian masuk ke Jalan Margonda Raya yang mengarah ke arah Bogor.
Berbelok ke Jalan Boulevard Grand Depok City. Gak jauh dari situ, kami tiba di perumahan Grand Mako tempat tinggal saudara Mas Erwin.
Setelah beristirahat sejenak dan makan siang. Kami berencana jalan-jalan ke Bogor. Dadakan juga rencana kesana. Berhubung dari daerah Cilodong ke Bogor jaraknya cukup dekat. Kami memutuskan untuk berkunjung ke Kebun Raya Bogor.
Gak ada terpintas buat saya ngetrip ke Kota Bogor. Melainkan berencana ke Bandung. Emang namanya rencana itu siapa yang gak sangka. Maunya ke rumah temen, eh malah nyangkut ke rumah mantan, hahahaha.
Kurang lebih setengah jam perjalanan, kami tiba di Kota Bogor. Suasana Bogor siang itu cukup ramai lancar. Udara di kota ini cukup sejuk. Untungnya gak turun hujan seperti sebutan kota ini yaitu "Bogor Kota Hujan".
Selain hujan, kota ini juga punya sebutan "Kota Angkot" karena banyak mobil angkot di kota ini. Yang saya kangenin kalau datang ke Bogor yaitu naik angkotnya. Dulu pernah sekali ke Bogor, jalan-jalan keliling kota pakai angkot. Itupun naiknya gak berani sendiri melainkan bareng temen yang sudah sering ke Bogor.
Akses Menuju Kebun Raya Bogor
Ada beberapa cara menuju ke Kebun Raya Bogor bagi kalian yang memulai perjalanan dari Kota Jakarta.
Kalian bisa menggunakan KRL dari Stasiun Manggarai menuju ke Stasiun Bogor. Setelah turun di Stasiun Bogor, bisa berjalan kaki selama lima belas menit atau naik ojek online.
Selain itu bisa menggunakan bus. Kalian bisa naik bus ke arah Bogor dari Terminal Kampung Rambutan atau Pulogebang. Nanti turunnya di Terminal Baranangsiang Bogor. Jarak ke Kebun Raya dari terminal ini cukup dekat. Kita bisa berjalan kaki sejauh satu kilometer saja.
Atau kalian yang dari Bandara Soekarno Hatta langsung menuju Bogor, bisa menggunakan DAMRI jurusan Bogor. Kalian bisa turun di Pool DAMRI depan Kebun Raya Bogor atau Amarossa Royal Bogor.
Buat kalian yang membawa kendaraan pribadi juga sangat mudah. Yang membawa mobil, bisa melalui Tol Jagorawi mengarah ke Bogor lalu keluar Tol Bogor dan menuju Kota Bogor. Sedangkan yang membawa motor, banyak jalan menuju Bogor dari arah Jakarta. So, kalian bisa memilih mau menggunakan transportasi yang mana.
Baca juga disini : Sensasi Menginap di Amarossa Royal Hotel Bogor
Baca juga disini : Berolahraga Menikmati Udara Pagi Kota Bogor
Sesampainya di Bogor, kami langsung menuju Kebun Raya Bogor melalui pintu utama di sebelah selatan. Memutari Tugu Kujang yang berada persis di depan Amarossa Royal Bogor.
Kami turun dari mobil di pinggir jalan depan pintu masuk karena di dalam parkiran sudah penuh. Kami sudah janjian sama abang supirnya kalau sudah mau pulang, nanti dijemput di depan pintu masuk.
Suasana Kebun Raya Bogor siang itu sedang ramai-ramainya oleh rombongan keluarga karena masih musim libur sekolah. Ini pertama kalinya saya masuk ke Kebun Raya Bogor.
Dulu belum sempat mau masuk ke dalam. Saat itu belum jam buka. Jadinya hanya joging mengelilingi Kebun Raya Bogor dari luar pagar saja. Melewati Pasar Tradisional Bogor, Hotel Salak, Melihat kawanan rusa di halaman depan Istana Bogor, melewati Sungai Ciliwung dan finish di hotel tempat menginap.
Kebun Raya ini berada di tengah kota. Dikelilingi oleh jalan utama. Meskipun berada di tengah kota, udara disini sangat sejuk karena ada ribuan jenis tanaman hijau yang hidup disini.
Setelah turun dari mobil. Kami berjalan kaki menuju pintu masuk untuk membeli tiket masuk. Menaiki anak tangga dengan kiri kanan ada patung singa. Kalau di Bali sebutannya togog (patung kembar penjaga pintu). Kami memasuki ke dalam bangunan bergaya Eropa melalui pintu tadi.
Di hari Senin sampai Jumat, Kebun Raya Bogor dibuka dari jam delapan pagi hingga jam empat sore. Sedangkan di akhir pekan mulai buka dari jam tujuh pagi hingga jam empat sore.
Kalau sekedar saran saja, kalau ingin berkunjung ke Kebun Raya Bogor bisa dari pagi hari hingga sore agar bisa berkeliling sepuasnya disini. Sayangnya kami datangnya sudah siang hari. So, gak banyak spot yang bisa kami datangi.
Harga tiket masuk baik domestik maupun mancanegara yaitu lima belas ribu rupiah saja (Senin-Jumat). Sedangkan di akhir pekan atau hari libur sebesar dua puluh lima ribu (harga bisa berubah). Yang bertugas mengantri membeli tiket satu orang saja. Sedangkan lainnya menunggu di pintu cek tiket sambil melihat-lihat suasana di sekitar.
Antrian cukup panjang ketika kami akan memasuki kebun raya. Didominasi oleh anak-anak yang sedang liburan. Terlihat pepohonan rindang dan hijaunya kebun raya sudah memanggil-manggil kami untuk segera masuk.
Kebun Raya Bogor merupakan kebun raya kedua yang sudah saya kunjungi setelah Kebun Raya Eka Sari Bedugul, Bali. Keduanya memiliki keunikan masing-masing. Tapi disini saya gak akan membahas perbedaan dari kedua tempat tersebut.
Welcome to Kebun Raya Bogor !
Kebun Raya Bogor beralamatkan di Jalan Ir. H. Juanda No.13, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
Lokasinya sangat strategis, berada di pusat Kota Bogor dan bersebelahan langsung dengan Istana Bogor. Dari Stasiun Bogor jaraknya hanya sekitar lima belas menit menit berjalan kaki atau dua kilometer dengan kendaraan.
Begitu masuk pintu cek tiket, suasana langsung berubah. Pohon-pohon besar yang usianya ratusan tahun, hamparan rumput hijau, dan jalan setapak yang rapi membuat kita merasa seperti masuk ke dunia berbeda. Udara di dalam jauh lebih sejuk, meski lokasinya berada di tengah kota.
Rombongan kami yang jumlahnya kurang lebih tujuh orang berjalan kaki menuju tepian danau melewati jalan setapak yang tertata rapi. Kursi-kursi taman yang berjejer. Melihat rombongan lainnya yang menggelar tikar di atas rumput. Mereka sangat menikmati suasana sambil piknik bersama orang-orang tersayang.
Gak jauh berjalan kaki, kami sudah berada di tepian danau yang bernama Danau Gunting. Salah satu spot terbaik menurut saya. Apalagi mendengar kicauan burung danau dan langit siang itu cukup mendung. Syahdu sekali.
Saya sangat suka dengan danau. Ditambah lagi di sekeliling danau terlihat hijaunya pepohonan rindang dan rerumputan. Tanaman yang tumbuh di permukaan air. Sejauh mata memandang di tepi danau, terlihat dari kejauhan bangunan putih bergaya Eropa. Itulah gedung Istana Presiden Bogor. Akses masuk kesana sangat ketat. Pengunjung kebun raya dilarang masuk ke dalam area istana yang dijaga oleh petugas berseragam.
Kami gak melewati moment untuk menikmati keindahan danau yang ukurannya cukup luas sambil berfoto ala foto keluarga. Suasana hangat dengan keceriaan hari itu. Anak-anak pun sangat senang.
Setelah berfoto bersama di tepian danau, kami melanjutkan berjalan kaki menuju tempat penyewaan sepeda. Melihat pengunjung lain yang didominasi oleh anak-anak yang bersepeda mengelilingi kebun raya, kami tertarik untuk bersepeda juga.
Awalnya sih saya pengennya menikmati kebun raya dengan berjalan kaki saja. Tapi berhubung waktu yang sudah siang dan ingin explore kebun raya secara keseluruhan. Rasanya kalau jalan kaki, besok pagi baru kelar kelilingnya, hehehe.
Di kebun raya ini sudah disediakan tenda-tenda penyewaan sepeda. Fasilitas yang cukup menarik untuk dicoba. Saya dan Mas Erwin memilih untuk bersepeda dengan sepeda MTB saja. Biaya sewanya yaitu tiga puluh ribu rupiah per jam. Sedangkan Mbak Zahra dan lainnya memilih sepeda listrik dengan biaya sewa empat puluh ribu rupiah per jam. Biaya ini berlaku di saat weekday maupun weekend.
Setelah memilih sepeda yang sesuai. Kami cek dulu sepedanya. Petugas di tenda mengecek kondisi sepedanya. Dari ban sampe rem dicek semua. Setelah dinyatakan sepeda dalam kondisi baik, barulah kami pakai sepedanya.
Begitu juga dengan sepeda listrik. Dicek dulu semuanya dari ban sampai baterainya apa masih penuh atau sudah mau habis. Penting juga, takutnya baterai hampir habis dan dipakai keliling,malah mogok di tengah jalan nantinya.
Setelah semua sepeda dalam kondisi baik. Kami memulai mengexplore Kebun Raya Bogor. Ada waktu satu jam kami untuk mengexplore. Tujuan kami pertama yaitu berfoto di depan Istana Bogor.
Jalanan aspal dengan dikelilingi oleh pepohonan rindang yang usianya sudah gak muda lagi. Bisa diperkirakan usia pohon-pohon disini sudah ratusan tahun.
Titik point pertama tempat kami berhenti di tepian danau dekat dengan latar belakang Istana Bogor. Disini kami mengambil foto. Suasana di sekitar cukup ramai oleh pengunjung lainnya. Gak lama berhenti untuk berfoto, saya melanjutkan mengayuh sepeda ke spot berikutnya.
Sejarah Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor memiliki luas keseluruhan sekitar delapan puluh tujuh hektar. Menjadi rumah bagi lebih dari dua belas ribu jenis koleksi tumbuhan, termasuk pohon langka, tanaman obat, kaktus, anggrek, hingga bunga bangkai (Amorphophallus titanum) yang terkenal.
Dari beberapa sumber terpercaya yang saya kutip. Kebun Raya Bogor sudah ada sejak abad ke lima belas. Dahulu, Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran pernah membangun Samida, semacam hutan lindung, untuk menanam berbagai pohon langka. Dari sinilah, tempat yang sekarang kita kenal sebagai Kebun Raya Bogor mulai memiliki kisah panjang.
Melompat jauh ke abad ke sembilan belas ketika Belanda berkuasa di Hindia Timur. Seorang ahli botani bernama Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt datang ke Bogor. Ia melihat betapa suburnya tanah dan indahnya view di sekitar Istana Bogor. Dari idenya, lahirlah sebuah kebun penelitian yang akhirnya diresmikan pada 18 Mei 1817. Tanggal ini kemudian dianggap sebagai hari lahir Kebun Raya Bogor.
Sejak saat itu, Kebun Raya Bogor bukan hanya sekadar taman atau destinasi wisata alam. Berperan juga menjadi pusat penelitian tanaman tropis di Asia Tenggara. Banyak tanaman penting yang sekarang menjadi komoditas besar Indonesia seperti karet, kelapa sawit, dan kina yang pernah ditanam dan diuji coba pertama kali di sini sebelum menyebar luas ke seluruh Nusantara (sebutan Indonesia dulu).
Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan Kebun Raya berpindah ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selanjutnya sekarang di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Tetapi perannya gak pernah berubah. Tetap menjadi jantung penelitian botani sekaligus ruang hijau bersejarah di tengah Kota Bogor.
Ketika kami berjalan-jalan di jalur rindang Kebun Raya, melewati pohon-pohon berusia ratusan tahun atau sekadar duduk di tepi Danau Gunting sambil memandang Istana Bogor, kami sebenarnya sedang menyusuri jejak panjang sejarah. Dari hutan buatan kerajaan, taman penelitian kolonial, hingga destinasi wisata alam dan ilmu pengetahuan modern. Kebun Raya Bogor adalah saksi hidup perjalanan waktu yang memiliki sejarah panjang.
Spot yang Ada di Kebun Raya Bogor
Setelah berfoto di Danau Gunting yang menjadi spot terkece dengan latar belakang Istana Bogor. Spot berikutnya yang saya dan lainnya kunjungi yaitu Taman Meksiko. Disini kami hanya melihat dari luar saja. Disini kami bisa menjumpai koleksi kaktus dan tanaman sukulen yang unik. So, berasa berada di daerah gurun.
Selanjutnya kami bisa jumpai Jembatan Merah. Salah satu spot yang menjadi ikon romantis di Kebun Raya Bogor. Sering menjadi spot favorit pengunjung untuk foto prewedding.
Buat kalian yang sedang di Bogor. Bolehlah foto berdua dengan pasangannya atau berfoto bersama keluarga tercinta. Konon katanya, kalau yang berfoto disini orang yang berpacaran, katanya hubungannya bisa putus. Hanya mitos, boleh percaya atau gak, hehehe.
Di Kebun Raya Bogor ada juga Museum Zoologi. Tempat yang cocok buat anak-anak belajar tentang hewan. Banyak koleksi hewan yang diawetkan dan memiliki nilai yang edukatif.
Selain itu, banyak juga taman tematik lain seperti Taman Soedjana Kassan, Taman Obat, dan bahkan ada makam kuno Belanda yang menambah nilai historis. Wah kalau makan kuno apalagi makam Belanda, saya absen dah gak ikutan kesini. Takutnya lihat yang aneh-aneh.
Fasilitas di Kebun Raya Bogor
Selain fasilitas seperti taman tematik (Taman Meksiko, Taman Anggrek, Taman Obat), Danau Gunting, Jembatan Merah, Museum Zoologi. Sewa sepeda, mobil wisata (buggy car).
Disini juga terdapat toilet, mushola, kantin, Grand Garden Cafe, toko souvenir. Ada juga perpustakaan botani, herbarium, laboratorium dan tur edukasi.
Di Kebun Raya Bogor juga tersedia jalur disabilitas & shuttle internal untuk para lansia dan anak-anak. Ingat ya shuttlenya khusus lansia dan anak-anak (sama pendamping).
Kesimpulan
Ternyata setelah bersepeda mengelilingi kebun raya, kaki dan pantat pegel semua. Ngayuh sepeda satu jam, untungnya sepedanya cukup baik. Mana trek jalannya juga gak datar saja. Ada di beberapa titik, jalannya menanjak dan berkelok-kelok. Harus ekstra hati-hati juga dalam berkendara karena kondisi siang itu cukup ramai oleh pengunjung yang bersepeda juga.
Singkat cerita, setelah sejam saya dan lainnya bersepeda. Kami kembali ke tenda penyewaan sepeda yang berada di dekat pintu masuk. Syukurnya kami kembali tepat waktu. Misalkan kembalinya lewat jam yang sudah ditentukan, kita bisa kena denda bayar lagi seharga satu jam.
Setelah mengembalikan sepeda, saatnya kami balik ke Cilodong buat nganterin saudaranya Mas Erwin dan anak-anaknya. Kemudian lanjut balik ke Jakarta lagi.
Over all, pengalaman mengelilingi Kebun Raya Bogor memang melelahkan. Dapat lelahnya dapat pula senangnya. Akhirnya kesampaian juga bisa masuk ke dalam kebun raya tertua di Asia Tenggara ini. Banyak pelajaran yang bisa kami dapat
Menjaga kelestarian alam dengan terus memberikan pendidikan kepada anak-anak kita bahwa lingkungan harus tetap dijaga dengan baik dan benar. Belajar merawat alam dan ikut menjaga aset negara yang kaya akan sejarah.
Dengan luas delapan puluh tujuh hektar dan sejarah lebih dari dua ratus tahun, Kebun Raya Bogor bukan hanya tempat wisata, tapi juga semacam “ensiklopedia hidup” yang menyimpan cerita tentang alam, sejarah, hingga budaya.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment