Saturday, 8 September 2018

Berkunjung ke Desa Dara Kunci, Sambelia : Trauma Healing


"Crew Patrick mengguncang Sambelia", kalimat yang menarik untuk saya tulis di postingan ini. Bukan mengguncang seperti Si Gempa 7 SR dan kawan-kawannya yang membuat semua orang takut dan berduka ,tapi guncangan kali ini membuat kita semua happy dan lupa sama kesedihan yang dirasakan.

Sebelum melanjutkan cerita ini, kalian sudah tau kan Crew Patrick itu siapa ?. Bukan LSM atau komunitas besar yang sudah memiliki nama keren lhoo yaa. Crew Patrick merupakan kumpulan bocah-bocah yang hobinya suka jalan, makan dan nongkrong sambil ngopi di kedai-kedai kopi. Nah, saya termasuk di dalam bagian crew ini. Asal muasal terbentuknya crew ini panjang ceritanya.

Ketemunya pas jalan-jalan dulu, kenalan dan buat agenda trip tiap minggu dan sampe sekarang silaturahmi tetap berjalan. Berhubung kita dari lintas profesi yang berbeda-beda (hampir semuanya tenaga kesehatan), jadi kesibukan kerja yang membuat kita sulit ngumpul bareng. Itu dia profil dari crew ini. So, bagi kalian yang sudah mengikuti blog ini dari tiga tahun yang lalu, pasti gak asing denger nama Crew Patrick,hehehe.

Kembali lagi soal mengguncang Sambelia. So, gimana keseruan Crew Patrick mengguncang Sambelia.  Yuuk dibaca terus tulisan saya sampai selesai !.



Tanggal 2 September 2018

Berangkat di Hari Minggu pagi, gak membuat semangat kami kendor. Gak tanggung-tanggung kami berangkat jam enam pagi. Bisa dibilang jalannya sesudah melaksanakan Shalat Subuh. Berhubung perjalanan kami kali ini lebih jauh dari sebelumnya, segala kebutuhan sudah siap. Dari Logistik dari teman-teman donatur, kendaraan yang dipakai dan personelnya juga sudah siap semua.

Perjalanan kali ini ditempuh tiga sampai empat jam dari Kota Mataram menuju sebuah desa yang berada di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Desa ini bernama Desa Dara Kunci. Terletak di sebelah barat dari pusat kota kecamatan. Cuaca pagi itu cukup cerah. Kami berangkat menggunakan mobil, ada dua mobil lebih jelasnya. Perjalanan cukup lancar dan gak macet seperti perjalanan kami sebelumnya ke Lombok Utara beberapa hari yang lalu. 

Sambelia merupakan sebuah daerah kecamatan yang berada di ujung timur Pulau Lombok. Daerah ini sempat menjadi pusat gempa beberapa minggu yang lalu dengan berkekuatan 6,9 SR. Hampir seluruh daerah di Pulau Lombok merasakan guncangan hebat yang terjadi sekitar jam sebelas malam (jam tidur warga). Ini adalah gempa terbesar dan terlama terakhir yang kami rasakan di Pulau Lombok sampai saya menuli cerita ini. 




Seperti biasa, kami menuju Desa Dara Kunci, Sambelia untuk berbagi kebahagiaan bersama para korban Gempa Lombok disana. Gak banyak bantuan yang kami bawa. Hanya membawa bingkisan untuk para korban yang kami rasa sangat berarti buat mereka. Seperti pakaian layak pakai, pakaian anak bayi, buku tulis, perlengkapan mandi, makanan ringan dan terpenting kami membawa keceriaan dan semangat. 

Semangat hidup yang saya rasa harus kami berikan untuk mereka. Setelah sampai di lokasi, kami disambut dengan penuh suka cita. Melihat keceriaan anak-anak kecil yang lucu, para ibu-ibu yang tersenyum memandang kami dengan penuh harap, dan bapak-bapak yang gak mau kalah menyambut kami dengan sibuk membantu menurunkan beberapa logistik yang kami bawa.

Kami sudah berada di tengah-tengah pengungsian warga Desa Dara Kunci. Cuaca pagi menjelang siang sangat cerah, sinar matahari sudah menyengat di kulit. Tapi gak berlaku di posko pengungsian kami saat itu. Pepohonan di tengah pengungsian, membuat kami semua terlindungi dari teriknya sinar matahari. Beberapa remaja sibuk mempersiapkan tempat untuk kegiatan hari itu. Setelah tempat sudah disiapkan, kami mempersilahkan warga untuk mengambil tempat untuk ikut seneng dan ceria bareng dengan kami. 

Trauma Healing, lagi-lagi kami melakukan Trauma Healing. Dari informasinya, ini adalah trauma healing pertama kalinya yang diadakan di pengungsian mereka. Beruntung sekali buat kami bisa menghibur mereka sebentar. Di tulisan sebelumnya, saya sudah menjelaskan apa itu trauma healing dan beberapa contoh cara kita memberikan trauma healing tersebut. Intinya trauma healing dalam bahasa sederhananya yaitu membuat orang yang lagi sedih, bisa kembali senang, tersenyum dan semangat hidup lagi. Apapun caranya, terpenting melakukannya dengan cara-cara positif. 





Trauma Healing yang pertama yaitu senam sehat, kemudian dilanjutkan dengan joget yang lagi heboh saat ini yaitu Joget Kewer-Kewer. Antusias warga sangat senang sama joget ini. Saya pun sangat senang dengan goyangannya karena musik dan gerakan demi gerakan bisa buat kita tertawa dan lupa dengan masalah yang ada. Cocok buat kesehatan jantung. Bagi yang punya riwayat asam urat, harus hati-hati karena joget ini sangat cepat gerakannya. 

Dari anak-anak, sampai orang tua gak mau kalah unjuk gigi dalam berjoget. Ada salah satu warga yang bernama Papuq Suriah (Nenek Suriah) yang ikut berjoget juga. Beliau sangat semangat sekali dalam berjoget. Keringat yang terlihat mengalir dari kulit beliau, membuat saya agak sedikit was-was. Semoga saja si nenek gak kenapa-kenapa. Maklum saja, umur beliau kurang lebih sudah menginjak kepala delapan. Sehat-sehat terus nek, doa kami buat nenek dan semuanya. Joget Kewer-Kewer mampu mengguncang Desa Dara Kunci dengan heboh dan kece, hehehe. 




Setelah dibuka dengan senam dan berjoget happy, trauma healing selanjutnya yaitu merenung sejenak. Dalam bahasa sederhananya seperti intropeksi diri. Si Eza dan Si Odi yang bertugas saat itu, mengajak kami semua untuk memejamkan mata dengan telapak tangan di taruh di atas dahi. Membayangkan semua hal yang sudah terjadi sebelumnya. Dari hal yang menyedihkan sampai hal-hal yang menyenangkan. 

Menanyakan di dalam hati, kesalahan apa saja yang pernah kita lakukan. Berdamai dengan hati dan membuang jauh-jauh kesedihan yang ada. Apabila sudah berdamai dengan hati kita sendiri, segala macam kesedihan dapat terobati dengan sendirinya. Percayalah musibah yang menimpa kita semua, pasti ada hikmah di balik semuanya. Gak ada yang sia-sia di dunia ini. Rencana Allah SWT paling indah daripada rencana manusia itu sendiri. 

Dengan diiringi alunan musik yang dapat menyentuh hati, gak sedikit ibu-ibu meneteskan air mata. Saya pun sempat dibuat terharu. Gempa yang mengguncang Pulau Lombok lebih dari seribu kali ini, membuat kita sadar begitu berharganya hidup ini. Menghargai alam dan berdamai dengan hati adalah solusi terbaik untuk kita menjadi tenang dan semangat hidup lagi. 

Setelah kegiatan trauma healing selesai, acara terakhir yaitu membagikan bingkisan untuk anak-anak dan para orang tua. Ada perlengkapan mandi, snack dan perlengkapan sekolah buat anak-anak. Mereka gak boleh berlama-lama di tenda pengungsian. Mereka harus bersekolah dan belajar. Untuk ibu-ibu yang memiliki anak bayi atau balita, kami sudah membawa pakaian bayi. Dan untuk seluruh warga, ada pakaian layak pakai dan logistik lainnya yang semoga semuanya bermanfaat. Amiin. 





Hari sudah semakin siang, kami pun pamit untuk kembali ke Kota Mataram. Alhamdulillah, kegiatan berjalan dengan lancar. Gak sedikit para warga yang menyuruh kami berlama-lama di pengungsian mereka. Mereka semua sangat haus dengan hiburan. Kalau gak kita, siapa lagi yang akan menghibur mereka. 

Anak-anak kecil dan para orang tua, melambaikan tangan sambil berteriak "Terimakasih" ketika mobil kami mulai bergerak meninggalkan posko pengungsian. Ada perasaan senang melihat mereka tersenyum kembali. Semoga semangat hidup mereka gak pernah padam. Doa saya buat mereka, semoga selalu sehat dan bahagia. Amiin. 

Di sepanjang perjalanan pulang ke rumah, kami melihat ada pemandangan yang sangat kece. Kecenya itu ada rombongan kerbau yang lagi makan rumput yang mengering. Padang rumput dan perbukitan menguning. Gak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Kedua mobil pun berhenti di pinggir jalan. Kami keluar semua dari mobil untuk berfoto-foto. 

Indah banget padang rumputnya. Mirip seperti di Baluran, Banyuwangi sana. Apalagi ditambah dengan rombongan kerbau yang fotoan bareng kami, membuat hari itu sangat kece. Habis mentraumahealingkan para korban, kami pun trauma healing buat kami sendiri. Keindahan Pulau Lombok gak akan pernah berkurang meskipun gempa yang mengguncang pulau ini bertubi-tubi selama lebih dari sebulan.

Cepat sembuh Lombok, biar kita bisa mengexplore alammu yang kece ini lagi. #LombokBangkit

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday, 28 August 2018

Melihat Lombok Kembali Bangkit #LombokBangkit


Hari Minggu, tanggal 5 Agustus 2018

Cuaca di Minggu sore yang cukup cerah. Langit biru dan sinar matahari yang menghangatkan tubuh. Waktu dimana banyak orang pergi bersantai dan berkumpul bersama keluarga, sahabat dan gebetan.

Pulau Lombok !

Ya Pulau Lombok, di hari itu Pulau Lombok lagi cerah-cerahnya. Pantai, air terjun, destinasi wisata lainnya selalu dipenuhi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Satu kata, "liburan". Ya mereka semua ke Lombok untuk liburan.

Di hari yang sama, saya bersama teman-teman dari lintas profesi berangkat menuju salah satu desa yang berada di Lombok Utara. Kami pergi kesana untuk membawa misi kemanusiaan yaitu membawa logistik buat para korban gempa bumi yang terjadi pada tanggal 29 juli 2018 yang lalu.

Seminggu sebelumnya,  Pulau Lombok bagian utara dan timur diguncang gempa yang cukup besar (6,4 SR). Guncangan terjadi di pagi hari yaitu sekitar jam enam pagi membuat beberapa bangunan runtuh gak tersisa. Kami di Kota Mataram dan sekitarnya pun merasakan guncangan tersebut hingga kami berusaha berlari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.





Beberapa rumah warga di beberapa daerah seperti Desa Obel-Obel, Sajang (Lombok Timur) dan Bayan (Lombok Utara) mengalami kerusakan yang cukup parah dan gak luput memakan korban jiwa. Mungkin kalian sudah menonton berita di tv atau di media sosial, ada salah satu korban dari Malaysia yang meninggal dunia akibat terkena reruntuhan bangunan. Beritanya heboh sekali saat itu.  Belum lagi keadaan ratusan pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani disaat gunung tertinggi ketiga di Indonesia tersebut mengalami longsor di beberapa bagiannya akibat gempa tersebut.

Seminggu berlalu, para korban sudah aman di tenda pengungsian. Banyak para donatur dan relawan yang berbondong-bondong membawa logistik menuju posko-posko yang tersebar di beberapa titik.

Kami pun gak mau ketinggalan. Beberapa sumbangan dari teman-teman, kami bawa menuju beberapa titik yang kami anggap sangat membutuhkan. Selimut, tikar, beras, terpal, susu bayi dan beberapa sembako adalah kebutuhan yang sangat mendesak saat itu.

Berangkat dari Mataram pagi harinya melewati jalur Pusuk, Lombok Utara. Perjalanan dengan suasana hati yang bercampur aduk. Ada sedih dan ada bahagia bisa berbagi dengan sesama. Hari yang sangat berharga buat kami, bisa datang ke mereka (para korban) dan merasakan penderitaan mereka.

Sore harinya, kami memutuskan balik ke Kota Mataram. Semua sumbangan sudah kami serahkan kepada para korban. Sekitar jam enam sore,  kami sudah tiba di Kota Mataram. Pulang ke rumah masing-masing dengan membawa kisah yang diceritakan ke keluarga di rumah.

Sore pun berganti malam. Malam yang tenang dan agak mendung. Habis shalat Magrib, saya bareng keluarga makan malam di ruang keluarga. Suasana yang paling ngangenin buat saya disaat hari libur ini. Hanya di hari libur, kami makan malam bareng. Kesibukan kerja yang membuat kami jarang makan malam bareng (curhat bang ?)

Awalnya kami mengira malam itu menjadi malam yang menenangkan. Tamu gak diundang pun datang. Guncangan hebat yang membuat kami kaget dan berlari ke luar rumah, mencari tempat yang aman. Gempa datang lagi dan ini guncangannya lebih besar dari guncangan seminggu sebelumnya. Guncangan itu datang disaat kami sedang melaksanakan shalat Isya. Saya menyebutkan Si Gempa 7.0 SR. Gempa terbesar yang saya rasakan seumur hidup ini.

Suasana yang sangat mencekam. Saya masih membayangkan bencana itu datang. Banyak orang berlarian ke luar rumah. Suara teriakan meminta ampun kepada Maha Pencipta yang saling bersahutan. Mama, papa, nenek dan adek-adek, Alhamdulillah selamat semua. Bangunan rumah juga selamat dari retakan. Gak ada yang perlu dikhawatirkan kecuali satu hal yaitu isu Tsunami.

Pihak berwenang menginformasikan gempa tersebut berpotensi tsunami. Ada keinginan saya untuk melihat hp untuk memastikan hal tersebut, tapi hp tertinggal di dalam kamar. Suasana semakin mencekam karena listrik padam. Yang terlihat malam itu yaitu hanya cahaya lampu senter dari beberapa orang saja.

Setiap orang bertanya-tanya apakah ada Tsunami. Saya pun sempat bingung, ini gempa apa. Guncangannya mampu membuat saya hampir terjatuh disaat menyelamatkan diri. Apa ada Tsunami ?. Suasana kembali hening dan gak lama kemudian, gempa susulan pun datang kembali. Guncangan yang gak kalah besarnya dengan guncangan yang pertama. Allahu Akbar....Allahu Akbar !!!.

Setelah gempa pergi berlalu, saya memberanikan diri masuk ke dalam rumah untuk mengambil hp yang tertinggal. Hanya dengan penerangan lampu senter, saya melihat dinding ruangan gak ada retakan yang berarti. Hanya saja beberapa buku dan perabotan rumah jatuh berantakan di lantai. Guncangan yang hebat, mampu membuat isi rumah porak poranda. 

Gak berlama-lama di dalam rumah, saya bareng adek yang saat itu menemani masuk ke dalam cepat-cepat keluar. Gak menunggu lama, saya menelpon si doi yang saat itu sedang berkumpul dengan keluarganya di sebuah tempat yang sudah aman. Ternyata isu Tsunami sudah menyebar disana. 

Kami berdua kembali lagi bergabung dengan keluarga dan tetangga di jalan depan rumah. Membuka hp dan mencari informasi terkini tentang gempa yang kami rasakan barusan. Gempa berkekuatan 7 SR berpusat di Gangga, Lombok Utara. Tenang !. Berusaha menenangkan diri yang bisa kami lakukan di malam yang gelap-gulita saat itu. 

Seperti banjir bandang, saya melihat orang-orang pesisir pantai sudah berlarian ke arah Kota Mataram. Hanya satu kata yang mereka ucapkan saat itu "Tsunami". Apa isu Tsunami itu benar terjadi  ?. Akal sehat saya sulit bekerja saat itu. Segala macam teori yang saya tahu tentang Tsunami hilang seketika hanya karena  kepanikan dari orang-orang di sekitar. Papa,mama,nenek dan adek-adek ikut juga termakan isu Tsunami. Para tetangga juga berlarian karena panik. Kami semua berlari mencari tempat yang aman. Tapi disaat itu saya tersadar, rumah masih dibiarkan terbuka. Ada kebingungan dari saya sendiri, di satu sisi saya harus menjaga nenek yang saya genggam tanggannya sejak tadi. Kasian si nenek, beliau lagi sakit dan harus berlarian di tengah gelap gulita saat itu. 

Setelah suasana hati kembali tenang, saya memutuskan untuk balik ke rumah bersama nenek. Gak peduli dengan datangnya Tsunami. Yang ada di pikiran saya saat itu yaitu menyelamatkan nenek entah naik ke atas atap rumah atau mencari tempat yang lebih tinggi di sekitaran rumah seandainya Tsunami itu datang. 

Gimana dengan anggota keluarga lainnya ?. Papa mama bersama adek menyelamatkan diri ke masjid dekat rumah. Rumah sempat kami tinggal dalam keadaan terbuka. Untungnya gak ada maling yang sempat memasuki rumah kami. Maling dimana-mana merajalela, makanya itu alasan saya kembali ke rumah. Bisa saja yang membuat suasana semakin mencekam ada diantara mereka (si maling).

Nenek sudah saya dudukkan di sebuah kursi yang berada di depan gerbang rumah. Nenek saat itu sehat meskipun dari wajah beliau terlihat kepanikan yang luar biasa. Beliau hanya terdiam dengan tarikan nafas yang terdengar keras dan duduk lesu. Kasian nenek. Saya mencoba untuk memantau perkembangan dari dampak gempa yang terjadi. 

Gak lama kemudian, pihak berwenang akhirnya mencabut potensi Tsunami. Bagi saya, ini adalah sebuah kesalahan informasi. Awalnya mereka mengumumkan adanya potensi Tsunami tapi gak lama kemudian potensi Tsunami tersebut dicabut. Hal seperti ini yang mungkin saja dimanfaatkan orang-orang jahat untuk membuat suasana menjadi mencekam, menakutkan para warga akan adanya Tsunami. 

Akhirnya kami pun balik ke rumah masing-masing dan berkumpul di depan rumah. Gempa demi gempa yang kami rasakan malam itu hingga subuh datang meskipun guncangan semakin melemah. Gempa macam apa ini ?. Saya pun bertanya-tanya, ini jenis gempa seperti apa?. Gempa yang sangat aneh buat saya. Semalaman kami tidur di depan rumah beralaskan tikar dan terpal. Emak-emak dan anak kecil kami suruh beristirahat dan tidur, sedangkan laki-laki, berjaga-jaga. Kami gak berani masuk ke dalam rumah disaat seperti ini. 

Pagi pun menyapa kami dengan penuh duka cita. Gak ada aktivitas hari itu, anak-anak sekolah dan kegiatan perkantoran diliburkan. Hanya petugas pelayanan medis yang ditugakan bekerja untuk emergency dan operasi. Jalan-jalan kota mendadak sepi, gak ada yang berani jauh dari rumah. Gak ada juga yang berani masuk ke dalam rumah.

Saudara-saudara kami yang berada di lereng-lereng perbukitan gak luput menjadi korban, begitu juga dengan warga Lombok Utara, dimana rumah-rumah mereka sudah rata dengan tanah. Lebih dari tiga ratus orang meninggal dunia dan lebih dari lima ratus orang luka-luka akibat gempa semalam. Sedih ?. Sudah sepatutnya kami se-Pulau Lombok bersedih saat itu. Pulau yang kami sangat cintai ini ditegur oleh Allah SWT dengan gempa bumi berkekuatan mematikan. Trauma ? Jelas kami sangat ketakutan dan masih terbayang kejadian tersebut sampai detik ini. 

***





Beberapa hari kemudian, saya bersama teman-teman lintas profesi melakukan kegiatan baksos untuk membantu meringankan para korban gempa di sebuah dusun, sebut saja Dusun Penjor, Desa Genggelang, Kec.Gangga, Lombok Utara. Kebetulan saya memiliki sahabat disana yang menjadi korban juga. Hampir seluruh rumah disana sudah rata dengan tanah. Gak ada yang tersisa lagi. Masjid pun sudah  rusak dan gak layak lagi untuk digunakan untuk beribadah. 

Jarak tempuh dari Kota Mataram menuju Dusun Penjor, memakan waktu dua jam perjalanan. Di sepanjang jalan, saya melihat rumah-rumah sudah runtuh. Tenda-tenda pengungsian sudah didirikan, para relawan dan tim medis sudah berada di pos mereka masing-masing. Pemandangan yang membuat saya bernafas lega saat itu yaitu mobil-mobil pengangkut logistik dari para donatur sudah sangat banyak dan sempat membuat kemacetan. Masih banyak diantara kita yang menyisihkan hartanya untuk korban gempa.

Sekitar jam sembilan pagi, kami satu tim sudah sampai di lokasi pengungsian. Si Desma, sahabat saya sudah menunggu kami datang. Melihat-lihat sekitar, suasana hati semakin miris. Melihat warga Dusun Penjor yang tersenyum kepada kami meskipun saya yakin di dalam hati mereka, tersimpan kesedihan yang sangat mendalam. Harapan mereka sempat meredup, terdengar dari curhatan mereka yang kehilangan rumah, toko dan keluarga yang meninggal dunia. 




sumber youtube : Goyang Kewer-Kewer untuk Trauma Healing

Trauma Healing ?

Kegiatan Baksos yang kami lakukan di Dusun Penjor yaitu Trauma Healing. Sebelum menulis lebih jauh, apa sih Trauma Healing itu ?. Jujur, saya pun baru mempelajari Trauma Healing setelah Gempa Lombok terjadi. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), trauma diartikan sebagai keadaan jiwa atau tingkah laku yang gak normal sebagai akibat dari adanya tekanan jiwa atau cedera jasmani. So, Trauma Healing adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau tim menggunakan metode tertentu dengan tujuan menyembuhkan atau meringankan beban seseorang atau sekelompok orang yang tergoncang jiwanya, akibat bencana alam seperti Gempa Lombok yang terjadi beberapa waktu yang lalu. 

Trauma Healing kali ini sasarannya yaitu anak-anak. Kami meyakini, anak-anak jauh lebih trauma dibandingkan dengan orang dewasa atau orang tua mereka. Cara kami melakukan Trauma Healing yaitu dengan membuat permainan atau lomba dan mengajak mereka menari-nari. Anak-anak kecil butuh hiburan. Saya bersama Si Eza bertugas menjadi relawan Trauma Healing saat itu, sedangkan teman-teman yang lain sibuk menyiapkan logistik yang sudah dibawa dari rumah.

Kegiatan trauma healing diawali dengan senam sehat dulu. Gak hanya anak-anak saja, tetapi para orang tua dan remaja ikut senam juga. Gerakan senam membuat suasana menjadi hangat kembali setelah sekian hari hanya duduk di bawah tenda pengungsian beralaskan tikar. Setelah senam, Si Eza mengajak para anak-anak untuk berbaris mengikuti arahan saya. Kali ini saya akan mengajak adek-adek kecil untuk menari pinguin dan kewer-kewer. Itu jenis senam ala-ala saya sih. Kalian penasaran dengan gerakannya, bisa dicek di chanel youtube di atas yaak !, hehehe. 

Lagi-lagi gak hanya anak-anak saja yang ikut gerakan saya, tapi para orang tua juga gak mau kalah. Justru mereka lebih semangat mengikuti gerakan gila ala-ala saya. Gak apa-apa deh, yang penting mereka senang. Mereka senang, kami pun ikut senang. Sama seperti melihat kamu tersenyum, saya pun ikut tersenyum, apaan sih (jangan ditanggepin). 








Keceriaan dan kehangatan sudah muncul. Saya sedikit bernafas lega karena kegiatan kami ini sangat direspon baik oleh mereka. Setelah senam selesai, acara dilanjutkan dengan permainan. Kali ini ada permainan memakan kerupuk, meniup bola dan membuat bendera merah putih. Berhubung dalam suasana Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-73, jadi kami mengambil tema Merah Putih. Seragam yang kami kenakan juga merah putih. 

Jalannya permainan berjalan dengan lancar. Bagi yang menang, akan mendapatkan hadiah dari kami. Ada boneka, alat sekolah dan snack. Suasana cemas dan sedih hilang seketika ketika kami tertawa dan menyemangati anak-anak kecil yang ikut berlomba. Para orang tua yang terpilih mengikuti senam pinguin dan kewer-kewer, mendapatkan hadiah juga dari kami. Bagi yang gerakan senamnya bagus dan bersemangat pastinya,hehehe. 

Bahagia melihat mereka semua tersenyum saat itu. Semoga senyuman itu selalu tetap terjaga sampai keesokan harinya. Sembuhlah Lombok kami !. 

Setelah kegiatan Trauma Healing selesai, kami para tim menyerahkan beberapa logistik, antara lain air minum, makanan, terpal, selimut, pakaian layak pakai dan perlengkapan sholat kepada koordinator yang berada di tenda pengungsian. Semoga pemberian kami yang sedikit ini dapat meringankan kesedihan mereka disana. Kami pun melakukan pengobatan kepada para pengungsi yang menderita sakit ringan. Di tim kami ada dokter umum, dokter gigi, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya. Kami melakukan pengobatan dasar saja. 

Sebenarnya masih banyak yang saya ingin tuliskan tentang cerita Gempa Lombok. Sampai detik ini masih banyak para relawan baik tim medis maupun dari beberapa komunitas dan organisasi yang bertugas sampai darah penghabisan di posko-posko pengungsian. Meskipun waktu tanggap bencana sudah dicabut oleh pemerintah, tapi gak membuat semangat para relawan kendor. Kiriman bantuan dari teman-teman dari luar pulau bahkan mancanegara masih banyak berdatangan. 

Terimakasi untuk para donatur dan relawan yang telah menolong para korban Gempa Lombok sampai detik ini. Semoga apa yang telah kita lakukan untuk mereka, mendapat balasan dari Allah SWT. Amiiin.


Gempanya masih ada gak ?

Nah ini dia, sampai detik ini gempanya masih jalan-jalan. Pagi berguncang di Indonesia bagian timur, malamnya kembali lagi mengguncang Lombok. Semoga saja musibah ini cepat berlalu dan Lombok kembali bangkit. Rindu melihat keindahan Pulau Lombok lagi. Rindu ke pantai, gili, air terjun dan Gunung Rinjani.

Jangan lupa buat teman-teman memberikan hastag #LombokBangkit di medsos masing-masing. Selain kita, siapa lagi yang akan menolong mereka, korban Gempa Lombok. 

(...Bersambung...)

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday, 22 August 2018

Spot Foto Instagrammable Di Kota Tua Ampenan


Punya agenda jalan-jalan tapi kalau hanya ditulis saja, sama juga boong. Apalagi masih pusing mikirin budget yang akan dikeluarkan untuk pergi ke sebuah destinasi oke nan kece. Saran saya, lebih baik kalian cari informasi terlebih dulu tujuan tempat yang kalian akan kunjungi, biar gak nyesel nantinya.

Ngomong-ngomong soal traveling, gak usah jauh-jauh dah mikirnya. Jalan-jalan itu gak hanya pergi ke sebuah tempat yang jauh dari rumah. Memakan biaya yang cukup mahal. Belum lagi mikirin mau nginap dimana. Apalagi bagi kita yang hobi backpackeran, pasti akan menghitung budget sedetail mungkin.

Jalan-jalan di sekitar rumah juga bisa. Apalagi pengen jalan-jalan sambil hunting foto, tapi waktu buat cuti kerja belum ada. Solusinya, bisa muter-muter kota memakai sepeda, sepeda motor atau berjalan kaki (itung-itung olahraga). Kalau laper atau haus, bisa beli kacang rebus sama sebotol air mineral (ngenes banget yaak),hehehe.

Contohnya, seperti jalan-jalan saya bareng dengan para model cantik alias rekan kerja di rumah sakit. Tapi yang beli kacang rebus sama air mineral itu gak berhubungan sama cerita di tulisan ini yaak (menegaskan), hehehe.

Beberapa minggu yang lalu, saya diajak oleh rekan kerja, Ibu Ani dan Si Aya untuk hunting-hunting spot foto kece. Awalnya bingung dimana, tapi untungnya mereka ngasi tema ke saya mau difoto seperti apa. Tema yang mereka minta yaitu "Klasik". Denger kata klasik, di kepala saya terpintas Kota Tua Ampenan. Pas banget nih temanya, lagian saya juga ada rencana untuk nyari foto disana.






Kota Tua Ampenan

Berbicara tentang Kota Tua Ampenan, saya sudah beberapa kali menulisnya di blog dari berbagai macam sudut. Seperti gak ada kata bosan untuk menulis kota tua, kampung kelahiran saya sendiri.

Kota Tua Ampenan merupakan sebuah kota yang berada paling ujung barat Kota Mataram. Kota kecamatan ini dulunya merupakan pelabuhan terbesar di Pulau Lombok dan pusat pemerintahan pada jaman Kolonial Belanda. Seiring berjalannya waktu, kota ini sempat mati suri karena pusat pemerintahan dan pelabuhan sudah dipindahkan. Pusat pemerintahan dipindah ke Kota Mataram, sedangkan pelabuhan dipindah ke Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Keunikan dari kota ini yaitu bentuk bangunannya bergaya Eropa yang masih ada dan dipertahankan sampai sekarang. Bila melintas di jalanan Kota Tua Ampenan, kita dimanjakan oleh gedung-gedung kuno yang masih kokoh meskipun sudah termakan oleh waktu.

Di beberapa tahun yang lalu, Pemerintah Kota sudah menata Kota Tua Ampenan menjadi lebih cantik, kece tanpa menghilangkan nuansa bangunan klasiknya. Kota Tua Ampenan yang kita lihat sekarang adalah kota tua yang sudah bangun dari tidur panjangnya. Beberapa bangunan di sepanjang Jalan Pabean, sudah dicat warna-warni sehingga memberikan kesan cerah dan berwarna. Beberapa lampu jalan juga sudah terpasang.

Bisa juga di klik disini --> Keindahan Klasik Kota Tua Ampenan




Bangunan warna-warni yang ada di sepanjang Jalan Pabean, sering digunakan para Kids Jaman Now untuk foto-foto eksis. Sebenarnya kompleks ini masih ditempati oleh warga Tionghoa dan pendatang yang turun-temurun sudah tinggal disini. Ada juga beberapa bangunan yang sudah kosong dan digunakan sebagai gudang penyimpanan barang.

Karena bentuk gedung-gedungnya yang klasik dan kece, diawal peremajaan Kota Tua Ampenan banyak sekali para fotografer dari amatir sampai yang profesional berdatangan. Beberapa hasil jepretan para fotografer tentang Kota Tua Ampenan sudah banyak kita lihat di beberapa media sosial terutama di blog atau website. 

Gak hanya fotografer saja, tapi para model alias yang suka difoto pun lumayan banyak mengambil foto disini, kemudian dipamerin di akun medsos mereka masing-masing (bagi yang doyan difoto, jangan tersinggung ya), hehehehe.  

Gak heran bila beberapa tahun belakangan ini, Kota Tua Ampenan selalu dijadikan jalur balapan sepeda bergengsi di dunia yaitu Tour de Lombok 2018 yang diselenggarakan beberapa bulan yang lalu. Karena Kota Tua Ampenan memiliki keunikan tersendiri di hati panitia penyelenggara dan para travelers, sehingga kota ini menjadi bagian dalam turnamen balapan sepeda Tour de Lombok di setiap tahunnya.








Beberapa tahun belakangan ini, Kota Tua Ampenan sudah menjadi tujuan wisata populer di Pulau Lombok. Terutama tujuan wisata untuk berfoto dengan berlatar kota klasik. Ada banyak sekali spot foto yang bisa kita temukan disini. 

Salah satunya, di sudut gang kecil yang gak terlalu ramai kendaraan lalu-lalang. Beberapa tembok sepanjang gang kecil juga terdapat lukisan 3D. Ada juga berfoto dengan berlatar gedung-gedung bercat warna-warni. Semuanya gak perlu memakai budget alias gratis. Tapi ingat, selalu menjaga kebersihan dan sopan-santun saat berada di kawasan Kota Tua Ampenan. 

Beberapa coffee shop juga ada di kawasan Kota Tua Ampenan, sebut saja Kota Tua Kopi dan The Gade Coffee & Gold. Bagi kalian penyuka kopi dan hampir tiap hari minum kopi, habis jalan-jalan sekitaran Kota Tua Ampenan, gak ada salahnya mampir di salah satu kedai kopi yang saya sebut tadi. Minum kopi sambil menikmati gedung-gedung klasik khas Kota Tua Ampenan. Keceee broo.

Meskipun usianya sudah tua, gedung-gedung disini sangat kokoh. Hanya saja beberapa waktu yang lalu, Pulau Lombok diguncang gempa bumi yang sangat hebat dan bertubi-tubi berkekuatan 6 sampai 7 Skala Richter. Beberapa sudut dari gedung-gedung di kota ini ada yang runtuh dan retak, tetapi masih berdiri dengan kokohnya. 

Kita gak perlu khawatir dengan kejadian tersebut. Meskipun Kota Tua Ampenan sempat diguncang gempa, Pemerintah Provinsi dan Kota Mataram cepat turun tangan untuk membersihkan puing-puing bangunan yang sempat runtuh. Dan sekarang Kota Tua Ampenan sudah kembali aman untuk dikunjungi. 

Sedikit membahas tentang gempa bumi yang melanda Pulau Lombok sampai saat ini (sampai tulisan ini diposting). Ada beberapa destinasi wisata yang terkena dampak dari gempa bumi ini, tapi gak sedikit juga destinasi wisata yang masih aman untuk kalian kunjungi saat berlibur ke Pulau Lombok dalam waktu dekat ini. 

Kalian yang suka fotografi, bisa mengunjungi Kota Tua Ampenan. Disini banyak sekali hal yang menarik yang bisa kalian dapatkan. Atau kalian yang kebetulan datang ke Pulau Lombok dalam misi kemanusiaan, menjadi relawan korban gempa Lombok. Gak ada salahnya melewati Kota Tua Ampenan dan siap-siap dimanjakan oleh gedung-gedung klasiknya yang menjadi saksi bisu sejarah perjalanan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan masa lalu. 

Gimana sudah gak bingung lagi datang ke Pulau Lombok dalam kondisi gempa ?. Gempa boleh terjadi, tapi agenda traveling kita ke Pulau Lombok gak boleh batal. Bagi yang suka tantangan, saya tunggu foto-foto dan cerita kalian di Kota Tua Ampenan, Asyiik...hehehe

Penulis : Lazwardy Perdana Putra