Monday, 16 December 2019

Akhirnya Kesampaian Juga Nyobain Nyamannya MRT Jakarta


Saat pertama kali melihat beritanya di salah satu media sosial, rasanya pengen ikut nyobain kereta ini di hari Pak Jokowi meresmikan alat transportasi baru kebanggaan warga Jakarta, kebanggaan Indonesia juga yaitu Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu disingkat MRT. Keren kan namanya ?. Ya dong, Indonesia gitu. Peresmiannya tepat di tanggal 24 Maret 2019 lalu. Jadi gak perlu datang jauh-jauh ke Singapore atau Kuala Lumpur, Malaysia. Di Jakarta sudah ada MRT Jakarta.

Sayangnya saya bukan warga Jakarta yang setiap hari melihat gedung-gedung tinggi dan kemacetan ibukota. Saya orang kepulauan yang jauh dari ibukota. Membutuhkan dua sampai tiga hari menggunakan bus, kereta api atau kapal laut hingga sampai di Jakarta. Kalau pesawat lebih cepat lagi yaitu dua jam penerbangan.

Tapi, delapan bulan kemudian saya akhirnya ke Jakarta. Sudah lama saya menunggu kesempatan emas ini. Melihat ibukota sekarang ini membuat saya agak sedikit tenang dan lega. Kenapa ?. Mau kemana-mana sudah banyak moda transportasi yang tersedia. Ada TransJakarta, KRL, ojek online dan yang terbaru saat ini yaitu MRT. Jadi, misalkan dari Stasiun Manggarai menuju daerah Kemang sudah gak susah-susah naik Kopaja atau Bajaj lagi. Tinggal buka hp, klik google maps. Tinggal nyari dah lokasi shelter TransJakarta atau stasiun MRT (Gayeee loe bang bang).

Di awal kemunculannya, banyak sekali para vloger yang membuat konten khusus tentang MRT ini di chanel youtube mereka masing-masing. Sangat bermanfaat sih menurut saya, sekaligus buat mupeng (muka pengen). Manfaatnya, kita tahu cara naik MRT dari datang ke stasiun, cara beli tiket, nungguin MRT datang, naik ke dalam MRT, sampai turun di stasiun tujuan. Semuanya diulas secara hampir lengkap. Gak ada yang sempurna ya broo di dunia ini. Sempurna hanya milik Allah SWT saja (ceramah sedikit).






Oke, Hari ketiga di Jakarta, saya memesan ojek online untuk menjemput saya di penginapan sekitaran Kemang. Untuk penginapannya, nanti saya tulis di cerita selanjutnya (comming soon). Gak lama menunggu abang ojek datang, kami menuju arah Stasiun Haji Nawi yang jaraknya sekitar dua kilometer dari penginapan. Stasiun Haji Nawi ini merupakan salah satu stasiun khusus melayani MRT saja.

Perjalanan gak membutuhkan waktu yang lama. Sekitar sepuluh menitan saja, saya sudah sampai di pintu masuk stasiun. Penampilan Stasiun Haji Nawi keren sekali. Stasiunnya berupa jembatan layang gitu. Mirip Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Ada dua lantai, dimana untuk menuju lantai satu, kita harus menaiki tangga atau lift yang sudah disediakan. Di lantai satu, ada loket tiket tempat kita membeli tiket perjalanan MRT berbentuk kartu gitu. Ada dua jenis kartunya, single trip dan multi trip. Selain loket tiket, ada pusat informasi, ada toilet yang super kece dan bersih, ruang ibu menyusui, cafetaria dan ruang tunggu penumpang.

Setelah membeli tiket yang saat itu saya memilih beli single trip saja seharga 15 ribu ditambah perjalanan ke Bundaran HI sebesar 10 ribu. Jadi total yang saya bayarkan sebesar 25 ribu. Cukup terjangkau menurut saya. Selain membeli tiket single trip atau multi trip, ada juga pembelian melalui e-money. Kita tinggal melakukan transaksi pembelian melalui mesin e-money yang sudah tersedia. Katanya sih lebih cepat dan efisien, tapi saya belum pernah mencobanya.

Tiket sudah ditangan, saya pun lanjut naik ke lantai dua. Di lantai dualah merupakan tempat kita menunggu MRT yang datangnya setiap 5 sampai 10 menit. Cukup cepat, dimana saat jam sibuk yaitu jam berangkat kerja dan pulang kerja, MRT datangnya setiap 5 menit sekali.Woowww.



menunggu di Stasiun Haji Nawi

Kalau ditanya tujuan naik MRT mau kemana ?. Jawabannya, saya gak memiliki tujuan kemana-mana. Saya sengaja naik MRT Jakarta untuk jalan-jalan saja. Penasaran rasanya naik MRT Jakarta dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI. 

Gak hanya kita saja yang punya nama, MRT juga punya lhoo. Namanya Ratangga, yang berarti kereta perang. Diambil dara bahasa Sansekerta dan menurut saya namanya cocok dengan julukan MRT itu sendiri, cepat, tangguh, dan nyaman. Satu rangkaian MRT sendiri terdiri dari sepuluh hingga dua belas gerbong dan bisa memuat sekitar seribu sembilan ratus penumpang. Wawww, banyak sekali. 

Untuk jalur MRT Jakarta sendiri, berawal dari Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Asean, Senayan, Istora Senayan, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran HI. Jalurnya pun dibagi menjadi dua. Jalur atas atau layang yang meliputi Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Asean. Sedangkan jalur bawah tanah atau under ground meliputi Senayan, Istora, Setiabudi, Dukuh Atas sampai di Bundaran HI.

Dari informasinya, jalur tersebut merupakan jalur MRT Jakarta fase satu. Untuk fase kedua, akan diperpanjang sampai kawasan Ancol, Jakarta Utara. Apalagi nantinya ada fase ketiga juga dari Jakarta Timur sampai Jakarta Barat. Kita tunggu saja, perkembangan dari MRT Jakarta.









Menunggu MRT datang sambil jepret sana-sini. Maklumin saja, orang ndeso datang ke kota dan pertama kali naik kereta super kece. Perlu diperhatikan, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh setiap penumpang. Di setiap area pintu masuk ke dalam MRT, sudah ada rambu-rambu. Dimana sebelah kanan dan kiri ada garis dan tanda panah berwarna kuning. Itu artinya setiap penumpang yang akan memasuki kereta diharap berdiri disini. Sedangkan tanda panah atau area bergaris hijau, tandanya keluar masuknya penumpang.

Jadi, aturannya kita mempersilahkan penumpang untuk keluar terlebih dahulu. Lalu, setelah dirasa penumpang sudah keluar semua, barulah para penumpang lainnya boleh masuk ke dalam MRT. Bagi yang mengalami kecacatan atau disabilitas (difabel), diutamakan terlebih dahulu memasuki MRT. Tujuannya, agar menciptakan suasana tertib dan tenang. Budayakan hidup antri dan sabar ya guys !.

Gak lama menunggu, MRT yang akan menuju Bundaran HI dari arah Lebak Bulus sudah datang. Siap-siap masuk ke dalam MRT. Ada perasaan bahagia banget dan keluar katroknya. Mengikuti aturan masuk ke dalam MRT, ternyata penumpangnya masih sepi. Setelah pintu otomatis terbuka, saya dan penumpang lainnya segera masuk dan mencari tempat duduk yang paling pas. Saya duduk di samping pintu. Suasana di dalam MRT sudah ramai oleh para penumpang yang kebanyakan menggunakan pakaian olahraga. Baru ingat ada car free day di Bundaran HI. Saya tebak, pasti mereka kesana. Ada yang bawa sepeda lipat juga, kereen. 

Suasana di dalam MRT sangat nyaman, wangi dan asyik menurut saya. Kalian bisa bayangin sendiri, gimana rasanya duduk manis di sebuah kursi MRT. Kursi MRT gak seperti kursi KRL atau kereta lokal dan jarak jauh. Kursi MRT berbahan plastik dan keras. Tujuannya agar mudah dibersihkan. Tapi tenang saja, meskipun kursinya keras, tetap kita merasa nyaman dan ukuran kursinya agak lebar. Mungkin yang sedang bisulan, bisa saja gak nyaman duduk di kursi ini. Saran saya, berdiri saja sambil memegang hand holder atau pegangan tangan yang menggantung (ribet amat nyebutnya,hahaha).

Lantainya juga bersih dan yang paling saya suka, di dalam kerata ada penjaganya. Jadi untuk orang yang akan berbuat kejahatan sangat minim sekali. Kita merasa aman, selain ada penjaganya, di dalam kereta juga terdapat cctv. Tapi tetap dimanapun, kita selalu berhati-hati dan jangan mengeluarkan barang berharga bila dirasa gak perlu. 

Perjalanan dari Stasiun Haji Nawi ke Bundaran HI memakan waktu kurang 30 menit dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam bahkan bisa lebih. Untuk jalur atas, bisa melaju sampai kecepatan 120 km/jam, sedangkan di jalur bawah tanah rata-rata 80 km/jam (nanya sama abang penjaganya).

Saat yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setelah berhenti di Stasiun Asean, MRT segera melaju di jalur bawah tanah. Tadinya suasana di dalam kereta yang terang, berubah menjadi gelap. Hanya lampu di dalam MRT saja yang menyala. Hingga sampai di Stasiun Bundaran HI, MRT melaju di bawah tanah. Keren dan agak sedikit khawatir juga, maklum baru pertama kali.






suasana depo MRT di Stasiun Lebak Bulus

pintu masuk menuju Stasiun Senayan

Gak terasa sudah sampai di Stasiun Bundaran HI. Saya keluar kereta dan menyempatkan berkeliling di stasiun ini. Tampilan stasiun di bawah tanahnya keren abis. Gak nyangka, Indonesia mampu membuat fasilitas umum yang super canggih. Gak kalah dengan negara-negara lainnya, seperti Singapore atau Malaysia yang terlebih dahulu sudah memiliki MRT. Gimana tampilan stasiun bawah tanahnya ?. Langsung saja cobain moda transportasi terbaru milik Jakarta, milik kita semua. Saya sengaja gak menampilkan fotonya, biar kalian penasaran,hehehe. 

Setelah keliling area Stasiun Bundaran HI, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah sebaliknya. Kali ini saya ingin mencoba full trip yaitu dari Stasiun Bundaran HI ke Lebak Bulus. Berhubung jatah perjalanan sampai di Bundaran HI, saya mengisi saldo lagi di loket tiket. Untuk full trip kita dikenakan 9 ribu rupiah saja. 

Kenapa gak langsung masuk ke kerata saja tanpa membeli tiket lagi, kan gak keluar stasiun juga ?. Sebenarnya sih bisa-bisa saja, tapi nanti kalau mau keluar stasiun, kartu yang kita pegang gak akan bisa terekam di mesin keluar. Artinya, harus turun di stasiun tujuan sebenarnya. Dibuat aturan semacam itu untuk menghindari kecurangan saat menggunakan MRT. Itu makanya setiap orang harus memiliki satu kartu baik single trip maupun multi trip. 

Perjalanan dari Bundaran HI menuju Lebak Bulus memakan waktu 40 menit (menurut hitungan saya). Bener-bener cepat ini kereta. Gak kena macet dan sangat nyaman sekali. Dengan adanya moda transportasi semacam ini, harapan saya Jakarta bisa kurang macetnya dan buat yang tinggal atau kerja di ibukota dan sekitarnya, ayoo naik transportasi umum!. Kurang-kurangi deh naik kendaraan pribadi !. Enakan naik transportasi umum, lebih efektif dan efisien. Enak kan kalau Jakarta gak macet lagi, udara jadi bersih dan bebas dari polusi. 

Itulah sedikit curhatan dari saya, naik MRT dari Haji Nawi ke Bundaran HI dan balik lagi ke Lebak Bulus. Ohya, MRT memiliki jalur dan stasiun tersendiri ya. Gak bareng dengan jalur KRL, kereta jarak jauh atau LRT yang baru-baru ini sudah dilaunching pengoperasiannya (masih tahap uji coba alias gratis).

Cerita naik MRT gak sampai situ saja, setelah turun di Lebak Bulus, saya lanjut lagi ke Blok M dan Senayan. Tapi cerita naik MRTnya saya cukupkan sampai disini, soalnya mau lanjut nulis cerita jalan-jalan di Blok M. Mau tau apa sih cerita saya selanjutnya di Blok M ?. Harap bersabar, hehehe.

Kalimat terakhir penutup cerita kali ini, "Akhirnya saya sudah naik MRT Jakarta di akhir tahun 2019 ini". Gimana di tahun 2020 ?. Target, bisa naik LRT juga. Amiin. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday, 9 December 2019

Menginap Dua Malam di Yello Hotel Manggarai, Jakarta Selatan


Di hari pertama saya menginjakkan kaki di Jakarta, rasa pengen tidur itu semakin besar. Penerbangan dua jam dari Lombok Jakarta, belum lagi duduk manis satu jam di atas bus membuat mata ini pengen istirahat sejenak. Ini adalah cerita kedua saya di Jakarta. Biar nyambung, kalian bisa baca dulu cerita  sebelumnya tentang perjalanan dari Lombok ke Jakarta menggunakan Air Asia.

Setelah turun dari bus di daerah Pasar Minggu, saya bareng temen (Si Amri) menunggu ojek online yang sudah kami order menuju tempat menginap kami. Saya bareng Si Amri berbeda tempat menginap. Saya di Yello Hotel Manggarai dan Si Amri di hotel lainnya yang jaraknya gak begitu jauh dari tempat saya. Kenapa  berbeda ? Karena di hari yang sama, bapak saya ada di Jakarta ada urusan dinas. So, saya nebeng menginap disana. Lagi pula jarak dari hotel ke lokasi ujian gak begitu jauh. Jadi gak keluar duit hotel nih, rezeki anak sholeh.

Sebelumnya saya belum pernah menginap di Yello Hotel. Hanya melihat di medsos saja dan tampilan hotelnya lumayan keren kalau dari foto. Apakah aslinya sama kecenya dengan yang ada di foto ?. Yuuk simak terus cerita kali ini !.







Badan sudah pegel-pegel gak karuan. Tumben banget, padahal naik motor berkilo-kilo gak terlalu pegel. Apa karena saya lagi kurang sehat jadi cepet capeknya, mungkin saja. Jarak dari tempat kami menunggu ojek online ke lokasi hotel gak begitu jauh. Hanya sepuluh menit saja dan kondisi lalu lintas di perjalanan gak begitu macet.

Sesampainya di depan hotel, saya langsung sumringah. Pegel-pegel yang tadinya bersahabat sepanjang perjalanan, hilang seketika gara-gara lihat tampilan hotelnya yang wah banget. Ini baru namanya hotel 4.0, hotelnya anak milenials. Segera saja saya turun dari mobil membawa tas ransel dan koper. Tumben-tumbenan juga saya bawa koper karena saya akan berada di Jakarta selama seminggu, cukup lama juga ninggalin istri di rumah. Sedangkan Si Amri melanjutkan perjalanan ke hotelnya yang lokasinya persis di belakang hotel saya.

Tadinya sih gak masuk agenda mereview hotel selama di Jakarta. Pengennya fokus nyari tempat wisata dan kuliner disini untuk konten. Eh, pas lihat hotel ini, terpikir untuk mereviewnya. Di depan hotel, ada beberapa spot foto yang bisa anak-anak insta selfiean. Muralnya kece-kece semua. Berhubung pengen cepet-cepet masuk ke dalam kamar, jadi gak kepikiran selfiean juga. Saya bergegas menuju meja receptionis untuk mengambil kunci kamar. Dengan senyuman dan sapaan yang sangat ramah ke saya, salah satu karyawan menanyakan nama saya. Setelah saya memberitahu, kunci kamar yang berbentuk kartu berwarna kuning langsung diberikan kepada saya. Pelayanannya cukup oke nih (kesan pertama di dalam hati).

Sehari sebelumnya, bapak sudah check in disini. Jadi saya sekamar sama bapak. Saat saya sampai di hotel, bapak belum balik dari pertemuan di daerah Jakarta Pusat sana. Tapi gak apa-apa, daripada nungguin di lobi lebih enak istirahat di kamar dan terus mandi biar seger.

Secara keseluruhan seluruh dinding hotel ini didominasi cat warna kuning dengan mural-mural dan tulisan yang kece-kece. Konsep yang digunakan yaitu industrial sesuai dengan jaman sekarang. Jadi gak sabar ingin berkeliling sekitaran hotel. Meskipun gak terlalu besar, hotel ini cukup asyik buat saya. Keren pokoknya.






Lanjut .... !

Kamar saya berada di lantai tiga. Untuk menuju setiap lantainya gak disediakan tangga. Satu-satunya akses yang bisa digunakan melalui lift yang jumlahnya ada dua. Hotel ini total memiliki sembilan lantai dan gak ada lantai empat. Jangan bingung karena hampir seluruh hotel, gak ada yang memiliki nomor empat baik itu nomor kamar, lift bahkan nomor tempat tidur (untuk hotel kapsul).

Sesampainya di depan pintu kamar, saya mengeluarkan kartu yang diberikan tadi. Tinggal menempelkan di bagian sensornya, akhirnya pintu terbuka. Ibarat jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya sangat suka dengan tampilan kamarnya. Bener-bener keren dan jaman now banget. Masih didominasi dengan warna kuning dengan tulisan yang menempel di dinding. Tempat tidurnya pun cukup lebar dan luas menurut saya. Di pojokan ada jendela yang bisa dibuka tutup menggunakan penutup jendela terbuat dari papan kayu alias gak pakai gorden. Di pojokan juga terdapat sofa panjang yang menempel di dinding. Kita bisa rebahan disini, enak banget duduk disini.

Seperti kamar hotel biasanya, ada meja kerja, tv led,lemari pakaian, kotak pengaman, ada kamar mandi yang berukuran gak terlalu besar tapi gak kekecilan. Anak-anak yang suka dengan kamar minimalis pasti suka kalau tidur di kamar ini. Dibuat betah dan gak mau keluar kamar. Ruang kamarnya juga adem dan harum lemon atau citrus.

Saya sangat beruntung dapat kamar yang memiliki panorama indah, bisa lihat gedung-gedung tinggi Jakarta. Apalagi menikmati secangkir kopi hangat sambil bengong di depan jendela melihat gedung-gedung tinggi dan pedagang mie ayam yang lewat di depan hotel. Perut jadi laper karena belum sempat makan siang.

Berhubung perut sudah laper, saya langsung mandi. Masuk kamar mandi, saya melihat tampilannya oke juga. Bagian dinding kamar mandi diatur dengan suasana clean. Dipasang ubin diseluruh dindingnya dengan cermin yang diterangi dengan lampu. Rasanya kalau selfiean di dalam kamar mandi, keren juga kali yaak ! hahaha... skip.



Pintu kamar mandinya juga cakep karena multifungsi. Bisa langsung menutup tempat shower box bila ada yang mandi. Jadi, bila kita akan menggunakan toilet dan wastafel, satu kamar mandi bisa masuk dua orang tanpa saling melihat. Keren juga nih dibuat di rumah sendiri, hahaha...lirik istri.

Untuk perlengkapan di kamar mandi sama seperti hotel-hotel biasanya. Jadi saya gak perlu tuliskan disini yaak. Oke, setelah badan seger, saatnya turun ke bawah nyari makanan. Turun ke lobinya, kok pengen nyari makanan di luar hotel saja sambilan jalan-jalan sore.

Saya baru sadar, Yello Hotel lokasinya sangat strategis. Dekat sama shelter TransJakarta, Stasiun Manggarai, Terminal bus Manggarai dan area tempat makan. Dekat dari sini juga ada pusat perbelanjaan lhoo, namanya Pasar Raya.  Apabila kita akan menuju bandara menggunakan kereta bandara, bisa naik lewat Stasiun Manggarai. Mau kemana-mana bisa naik TransJakarta. Gak salah pilih hotel nih, hemat di ongkos broo.

Setelah perut kenyang, saya balik ke hotel. Santai-santai dulu di lobinya. Di lobinya dibedakan dua ruang, ruang smoking di teras luar dan ruang no smoking di area lobi. Lobi dan restaurantnya gabung jadi satu. Jadi untuk sarapan atau makan, bisa disini. Menu-menunya juga bisa dipesan sesuai dengan daftar menu yang tersedia. Disini juga terdapat netzone yang dilengkapi dengan sofa dan tablet. Sambil bersantai kita bisa internetan disini. Untuk lantai dua, terdapat empat ruang meeting yang letaknya gak jauh dari lobi dan restaurant.

Beberapa saat duduk bengong sambil buka handphone di lobi, bapak datang bersama rombongan. Saya disuruh naik ke kamar dan bengong time berakhir saat itu. Gak banyak kegiatan yang saya lakukan selain membuka materi ujian keesokan harinya dan keluar makan malam bareng bapak. Untuk malam pertama, ceritanya sampai disini dulu.

***

Keesokan paginya masuk hari kedua, saya sudah bersiap-siap menuju lokasi ujian. Di hari pertama hanya ada pembekalan saja sampai sore, jadi agak santai lah. Sebelum berangkat, ada jatah sarapan di restaurantnya. Saya bareng bapak turun ke bawah. Saya kira kami berdua kepagian turunnya, ternyata sampai di bawah, sudah banyak tamu yang sarapan bahkan sudah selesai. Jam berapa mereka sarapannya, padahal jam masih jam tujuh pagi waktu setempat.



Melihat makanan yang begitu banyak, selera makan saya timbul. Emang dasar doyan makan, jadi pengen nyobain semua menu yang ada. Hanya saja itu gak mungkin. Saya memilih sarapan dengan nasi goreng saja. Keliatannya cukup enak dan gak banyak minyaknya.

Disini saya gak akan mereview makanannya ya karena di postingan ini fokus dengan tampilan hotelnya saja. Setelah sarapan, saya pamit ke bapak dan rombongan untuk segera menuju lokasi ujian. Waktu menunjukkan jam setengah delapan pagi. Saatnya menyibukkan diri berkegiatan seharian. Saya pun berpisah dengan bapak. 

Kegiatan selesai jam enam sore, waktunya balik ke hotel. Bapak sudah menunggu saya di hotel untuk makan malam. Jarak menuju ke hotel gak terlalu jauh. Saya memilih untuk berjalan kaki dengan memakan waktu sepuluh menit saja. Seperti biasanya, sepanjang perjalanan kendaraan dan asap mengepul dimana-mana sudah menjadi hal yang wajar buat saya, Jakarta gitu. 

Sesampai di hotel, saya segera mandi dan keluar makan malam. Gak lama meninggalkan hotel, kami pun segera balik ke kamar setelah makan malam. Perut sudah kenyang, saatnya istirahat sejenak sambil belajar untuk ujian besok pagi. 

Saya ditinggal sendirian di kamar karena bapak keluar untuk ngepul alias ngerokok. Bosen di kamar, saya pun memutuskan menuju lantai sembilan yang katanya di atas ada cafenya. Bener saja, saya menuju lantai sembilan dan saat pintu lift terbuka, surprise !. Gila, pemandangan malam hari di Kota Jakarta ternyata kece guys. 







Cafe kece ini bernama Peron Sky Cafe. Menurut informasinya, cafe ini dibuka pada tahun 2018 lalu. Hari dan tanggalnya, saya kurang tahu. Nambah lagi nih bahan review saya. Tadinya gak kepikiran kalau di atas hotel ini ada sebuah cafe yang menawarkan pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian.

Tampilan cafe mengambil konsep industrial. Dari meja dan kursi ditata semenarik mungkin. Pembatas pun dirancang untuk tempat para pengunjung bisa menikmati keindahan ibukota. Melihat cahaya lampu dari gedung-gedung besar. Mirip seperti suasana di Singapore dan Kuala Lumpur meskipun belum kesampaian kesana (curhat).

Saya memutuskan untuk bersantai sejenak di cafe ini sambil membuka materi ujian esok hari. Saya suka dengan konsep dan suasana cafe ini. Dari semua cafe yang pernah saya datangi dan review, baru kali ini saya menemukan cafe kece (gak peres). Duduk merenung memandang kemegahan gedung-gedung pencakar langit di malam hari, jadi kangen sama istri di rumah. Seandainya dia ada disini, betapa romantisnya suasana malam itu (semoga dia baca tulisan ini). Amin. 

Di cafe ini setiap Jumat Malam ada BBQ night lhoo. Kebetulan banget nih, malam itu Jumat Malam. Pantes saja rame banget, entah tamu hotel atau pengunjung luar duduk meramaikan cafe. Banyak makanan enak-enak yang bisa kita cicip guys. Tapi ingat, harus bayar yaak. 

Alunan musik yang diputar malam itu menambah suasana menjadi syahdu. Doa saya saat itu, semoga gak hujan saja karena kalau hujan pasti kita semua basah kuyup dan BBQ night terganggu deh. Menikmati barbeque gak perlu mahal-mahal. Cukup datang Jumat malam ke lantai sembilan Yello Hotel, kita bisa menikmati pemandangan yang kece. Di malam kedua menginap di Yello Hotel saya merasa puas atas pelayanan yang diberikan sejak saya datang sampai di malam saya duduk termenung di Peron Sky Cafe. 



Kesimpulannya, Yello Hotel Manggarai dengan konsep industrial dan masa kini memberikan pelayanan yang sangat memuaskan. Keramahan para karyawannya yang gak segan-segan menawarkan bantuan kepada para tamu. Saya saja sampai grogi dengan keramahan para karyawannya, terutama yang cewek. Wooiii, inget istri di rumah woiii !. Iya... iya, namanya juga cerita. 

Penampilan hotelnya yang sangat menarik dan banyak spot yang bisa difoto. Tampilannya sangat instagramable banget. Cocok buat saya yang sangat hobi mereview hotel. Kamarnya juga bersih, wangi, keren dan utama yang wajib ada di hotel yaitu suasana ademnya. Kasurnya empuk, banyak fasilitas yang kita peroleh dari hotel ini. Pokoknya puas tidur sampai ngorok. 

Makanannya juga gak mengecewakan, meskipun di tulisan ini saya gak mereview makanannya. Mohon maaf ya teman-teman. Tapi, kalau saya nilai kelezatan makanannya, saya beri nilai 9 dari 10. Banyak mengangkat makanan nusantara dibandingkan makanan luar. 

Peron Sky Cafe yang berada di lantai sembilan juga menurut saya kece abis. Saran saja, kalau mau nongkrong di cafe ini enaknya menjelang sunset sampai malam hari. Pagi juga boleh sambil menikmati sunrise. Cafe ini buka dari jam tujuh pagi sampai tengah malam. Keren kan Yello Hotel Manggarai ?.

Buat saya gak rugi dua malam menginap di Yello Hotel Manggarai. Bagi kalian yang datang ke Jakarta mencari hotel yang memiliki lokasi strategis, bisa pilih Yello Hotel Manggarai (bukan ngendorse). Untuk pemesanan kamar, bisa melalui aplikasi online seperti traveloka atau tiket.com. Atau bisa juga langsung datang ke Yello Hotel Manggarai yang berada di Jalan Minangkabau no 9, Jakarta Selatan.

Oke... sampai jumpa lagi. Selamat Tidur guys ! :)


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Peta Google Maps



Friday, 29 November 2019

Terbang Bersama Air Asia #BahagiaBersamaAirAsia


Dimana orang bahkan temen-temen sudah wara-wiri terbang kesana kemari menggunakan Air Asia, eh saya malah baru sekarang naik pesawat yang terkenal dengan budgetnya yang murah ini (low buget). Bukannya gak ada modal jalan-jalan ke luar Pulau Lombok, tapi sekarang susah nyari waktu longgar buat traveling. Apalagi sekarang sudah menikah dan bentar lagi ada jagoan yang lahir. Jadi, lebih hemat sedikit lah. Eh, malah curhat. Sorry sorry hehehe.

Seperti biasanya, di akhir pekan ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya terbang bersama Air Asia. Bisa dibilang ini bukan jalan-jalan atau liburan, lebih tepatnya urusan kerjaan. Pertengahan Bulan November ini, saya mengikuti ujian kompetensi apoteker karena sertifikat kompetensi saya sebagai apoteker sudah kadarluarsa. Ujiannya berlokasi di Jakarta Selatan, tepatnya di daerah Tebet. Pengennya sih bawa istri juga ke Jakarta, tapi kondisi istri yang sedang hamil masuk trisemester ketiga. Bentar lagi berojol nih. Biar fokus sama ujiannya, saya berangkat sendiri. Eh, bukan sendiri, tapi gak sengaja saya bertemu teman yang juga akan ikut ujian. Satu pesawat pula, jadi gak kesepian di perjalanan (maksudnya ada temen ngobrol).

Oke, sebelum hari keberangkatan, saya mengontak salah satu panitia ujian disana untuk menanyakan jadwal ujiannya. Acara dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama daftar ulang bagi peserta sekaligus ada bimbingan sampai sore. Sedangkan hari kedua, baru ujiannya. Setelah mendapat kejelasan, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat satu hari sebelumnya biar agak santai dan gak terlalu capek saat kegiatan.



Buka-buka aplikasi tiket online untuk mencocokkan jadwal penerbangan dengan budget pastinya. Akhirnya saya memutuskan untuk buka website Air Asia.com. Untuk membuka situsnya gak terlalu lemot dan sangat cepat masuknya. Jujur, ini pertama kali saya menggunakan maskapai ini. Selain terlihat penampakan pesawatnya yang menarik, penasaran juga gimana rasa terbang Bahagia Bersama Air Asia .


Sedikit berbicara tentang maskapai ini, Air Asia dikenal sebagai salah satu maskapai yang berbiaya murah terbaik di dunia. Kurang lebih sekitar 120 destinasi di wilayah Asia dan Australia yang ditawarkan untuk terbang murah oleh Air Asia. Mau liburan ke Singapore, Malaysia, Perth, atau Thailand kalian bisa memesan tiket di Air Asia promo. Kalian bisa berburu promo besar-besaran bersama Air Asia. Apalagi buat kalian yang sudah terdaftar menjadi anggota Air Asia BIG di website Air Asia, kalian akan mendapatkan keuntungan seperti diskon, informasi promo dengan cepat dan lainnya.


Untuk menjadi anggota Air Asia BIG gimana ?. Caranya mudah, tinggal klik masuk ke website atau aplikasi online Air Asia. Lanjut daftar atau login dengan mengisi email dan pasword. Caranya mudah dan cepat. Setelah itu kalian akan mendapat keuntungan setiap transaksi di Air Asia, kalian akan mengumpulkan point di Air Asia BIG Points.

Siapapun kalian yang lebih sering terbang dengan Air Asia maka akan mendapatkan manfaat yang lebih besar. Pengumpulan BIG Points tergantung dari tipe tarif yang kalian pilih pada saat transaksi dan berapa banyak transaksi yang sudah dilakukan. Bila lebih sering terbang maka lebih besar kemungkinan kalian akan naik level di skema keanggotaan yang kami miliki. Jadi lebih sering terbang bersama Air Asia, maka kalian mengumpulkan lebih banyak BIG Points.

Cukup menarik bukan produk yang ditawarkan oleh Air Asia ?

Oke, kembali ke laptop. Setelah mempelajari apa saja yang ada di website Air Asia, saya memutuskan untuk memilih penerbangan Air Asia dari Lombok menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng,Banten. Proses booking sampai pembayarannya pun gak begitu ribet. Tinggal klik sesuai dengan arahan operator. Masukkan kota asal dan kota tujuan penerbangan. Jangan lupa ketik hari dan tanggal keberangkatan dan metode pembayaran. Kalau sudah semua persyaratan administrasi terisi semua di kolom, tinggal klik pesan. Setelah itu pihak maskapai mengirim kode booking ke email kita yang nantinya kita bisa selesaikan pembayaran menggunakan sesuai metode yang kita pilih.

Berhubung saya gak punya nomor rekening bank yang sesuai dengan aplikasinya, saya memilih melakukan pembayaran di Indomaret saja. Maksudnya sambil belanja yang lain gitu. Prosesnya juga gak terlalu lama dan ribet. Tinggal kasi kode booking ke kasir dan tinggal bayar deh. Gak menunggu lama, kita sudah mendapatkan E-Tiketing yang dikirim pihak maskapai ke email kita.

Next... Hari keberangkatan pun datang juga. Meninggalkan istri yang sedang mengandung untuk sementara demi sesuap nasi ke Jakarta, aiisssh lebay banget. Jadwal penerbangan sekitar jam 12 siang. Masih ada waktu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan saat ujian. Jangan sampai berkas-berkas yang dibutuhkan tertinggal. Jauh bang Jakarta -Lombok kalau ketinggalan. Untung-untung pakai pesawat. Coba pakai rakit atau perahu, bisa jenggotan dua kali sampai di Jakarta.

Lagi-lagi ini pertama kalinya saya terbang bersama Air Asia. Kalau liat youtuber yang terbang pakai Air Asia sih setiap hari. Bahkan sebelum berangkat, saya sering buka-buka chanel youtuber favorit saya seperti @IkhwanHidayat atau @IrjaLailalUlya yang kerjaannya naik alat transportasi dan eksis di kamera. Tujuan nonton chanelnya dengan konten Air Asia biar tau pakaian pramugari Air Asia kayak gimana. Jangan sampai salah masuk pesawat, hahaha (modus tuh pengen kenalan sama pramugarinya).



Setelah segala perlengkapan sudah masuk ke dalam tas dan koper, saya segera berangkat. Sengaja berangkat agak pagi biar lebih santai dan gak terburu-buru. Apalagi kata temen-temen yang sering pakai pesawat, jadwal terbang pesawat itu terkadang berubah-ubah. Jadwal terbangnya bisa dimajukan atau mundur dari jadwal sebelumnya. Tapi kemarin, jadwal terbang Air Asia on time kok. Pelayanan lumayan memuaskan sampai saat ini. 

Alhamdulillah sampai bandara satu jam sebelum keberangkatan. Bisa muter-muter bandara dulu yang semakin hari Bandara International Lombok (BIL) ini semakin kece saja. Kapan-kapan saya review khusus tentang bandara ini yaak.

Setelah turun dari mobil, saya langsung menuju bagian check in. Disana sudah menunggu adik saya yang paling bontot. Dia kerja di bandara sudah dua tahun, jadi segala urusan dengan penerbangan melalui BIL ini lumayan terbantukan oleh si adik. Setelah proses check in melalui mesim check in khusus Air Asia, boarding pass sudah di tangan. Gak perlu mengantri di counter check in lagi.

Si adik nganter saya ke ruang tunggu penumpang. Ternyata ruang tunggunya baru nih. Wah, banyak sekali perubahan dari bandara ini. Apa saya yang sudah lama gak kemana-mana pakai pesawat yaa. Ah sudahlah, yang penting sekarang sudah tau dan gak katrok lagi,hehehe.

Sampainya di ruang tunggu penumpang yang baru dan keren, disana saya bertemu dengan teman yang sama-sama akan ke Jakarta untuk ikut ujian juga. Berhubung masih sibuk, si adik meninggalkan kami berdua. Saatnya menunggu waktu boarding.

Cek di Trafic Flight Radar lewat aplikasi android, pesawat dengan nomor penerbangan QZ611 ternyata sebentar lagi landing di BIL. Wah, pesawat ini cepat sekali dan on time. Pesawat Air Asia yang kami naiki yaitu Airbus A320-200. Jenis pesawat yang paling saya sukai karena saat landing sangat mulus dan getarannya gak terlalu keras. Gak lama menunggu, saya melihat pesawat yang akan membawa saya dan rombongan ke Jakarta sudah landing. Cuaca saat itu sangat cerah dan ini menjadi penerbangan yang kece buat saya.






Setelah petugas mempersilahkan kami menuju pesawat. proses pengecekan boarding pass dan ktp berjalan dengan lancar. Saat itu saya mendapatkan seat 31E. Itu berarti saya duduk di bagian paling belakang alias dekat dengan ekor pesawat. Sedangkan teman saya yang bernama Amri, dapat jatah duduk di seat 27C. Ini baru pertama kalinya juga saya duduk di seat paling belakang. Belum pernah sama sekali dan penasaran juga sensasi duduk di paling belakang gimana rasanya.

Melihat dari kejauhan, pesawat Air Asia yang saya tumpangi merupakan pesawat bermesin Airbus dan masih kinclong. Saat berjalan memasuki kabin pesawat, di depan pintu kami disambut dengan senyuman oleh salah satu pramugari yang berpakaian merah dan putih khas Air Asia. Duduk santai di seat, nengok sana-sini ternyata penumpangnya full. Gak ada seat yang tersisa. Bener-bener pesawat laris manis nih.

Seatnya juga sangat nyaman dan jarak antar seat di depannya gak terlalu mepet untuk seukuran saya. Aroma ruangan kabinnya juga harum. Bener-bener terbang Bahagia Bersama Air Asia. Jam take off pun sudah tiba. Kru pesawat memberikan informasi penting terkait dengan aturan penerbangan. Demo penggunaan alat keselamatan pun gak ketinggalan.

Disini ada yang lucu, disaat para pramugari memperagakan cara menggunakan alat keselamatan, dengan sengaja saya mengambil foto mereka. Tiba-tiba salah satu pramugari berjalan menuju saya dan memperingati saya untuk gak boleh mengambil gambar. Masih gak percaya, mbak pramugari tersebut meminta handphone yang saya pegang. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung memperlihatkan galeri foto di dalam handphone untuk meyakinkan foto mereka sudah saya hapus sebelumnya. Setelah melihat bukti, pramugari tersebut tersenyum dan kembali melakukan tugasnya sebelum pesawat benar-benar take off. Legaaa handphone gak disita.

Disini saya baru tahu kalau gak boleh mengambil foto disaat pramugari memperagakan cara menggunakan alat keselamatan. Hmmmm, tapi di youtube masih ada ya. Apa hanya maskapai-maskapai tertentu saja yang gak memperbolehkan atau para youtubernya saja yang nekat ?. Ah sudahlah, yang penting sekarang sudah tahu kalau gak boleh. Yang boleh itu kenalan dan minta nomor whatsapp mbak pramugarinya hahaha (itu mah akal bulus bin modus).

Setelah take off, pesawatnya sangat nyaman meskipun beberapa kali terjadi turbulensi. Suasana di dalam pesawat sangat tenang. Hanya ada suara dari pramugari yang berjalan menawarkan berbagai macam produk dan menu makanan yang dijual kepada para penumpang. Gak banyak yang saya lakukan di dalam pesawat selain duduk santai sambil menikmati penerbangan. Apalagi duduk saya jauh dari jendela pesawat. Mau lihat pemandangan dari atas pesawat sangat terbatas. Meskipun begitu saya sangat nyaman dan waktu lebih banyak saya gunakan untuk memejamkan mata alias tidur.

Penerbangan dari Lombok ke Jakarta memakan waktu sekitar dua jam. Lumayan nih dipakai untuk tidur biar gak ngantuk nanti setibanya di Bandara Soekarno-Hatta. Ternyata saya benar-benar tertidur pulas. Saya pun terbangun ketika mendengar suara pramugari memberikan informasi bahwa sebentar lagi pesawat akan segera landing. Di luar jendela pesawat, awan tebal pun terlihat. Pertanda bahwa pesawat sedang melewati awan mendung. Sesekali getaran pun terjadi. Saya mencoba untuk tetap tenang dan berpikir bahwa gak akan terjadi apa-apa.

Gak menunggu waktu lama dan sesuai dengan jadwal, pesawat kami akhirnya landing dengan selamat. Perasaan lega dan bahagia yang ada di dalam hati. Saya pun tersenyum melihat kemegahan bangunan dari salah satu bandara terbesar dan termegah di Asia. Air Asia yang saya naiki berjalan menuju terminal 2. Saya pun untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di terminal 2 ini. Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, satu per satu para penumpang keluar dari pesawat menuju ruang kedatangan.






Lokasi kami bermalam dekat dengan Tugu Pancoran

Welcome Jakarta !

Pastinya akan banyak cerita dan pengalaman yang akan saya alami di Jakarta selama seminggu. Jauh dari istri di rumah demi menjemput cita-cita, aisssshh mulai lebai lagi.

Sesampainya di ruang kedatangan, saya bareng si Amri menuju terminal bus Damri di Terminal 2. Jaman sekarang sudah canggih. Untuk naik bus, kita tinggal mengetik di layar mesin tiket. Ketik tujuan mau kemana dan mau pakai bus apa, tinggal pilih. Harga tiketnya pun sudah tertera di aplikasi. Super canggih nih. Kami berdua cetak boarding pass alias tiket bus Damri menuju Pasar Minggu seharga 40ribu per orang saja. Setelah tiket tercetak, kami langsung menuju loket untuk melakukan pembayaran. Lanjut, kami menunggu jadwal keberangkatan busnya sambil duduk di terminal bus mewah milik Terminal 2.

Gak terlalu lama menunggu. Jam keberangkatan bus yang akan kami naiki segera tiba. Lihat di layar monitor, bus Damri kami sudah berada di jalur 2. Busnya Eksekutif dan sangat nyaman. Bener-bener perjalanan yang sangat menyenangkan dan gak buat capek di jalan.

Sudah dulu ya ceritanya, nanti disambung lagi minggu depan dengan cerita-cerita seru lainnya !. Gimana, kalian tertarik terbang bersama Air Asia ?. Apalagi sekarang Air Asia sudah terbang dari Lombok - Yogyakarta, Lombok - Bali, Lombok - Jakarta, Lombok -Perth (Australia) dan Lombok - Kuala Lumpur. Harga tiketnya pun sangat murah. Bener-bener low budget terbaik menurut saya. Saya sangat bahagia terbang bersama Air Asia. Ibarat, jatuh cinta pada padangan pertama. Asyiiik.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra