Friday, 8 April 2016

Rumah Adat Desa Beleq, Sembalun : Desa di Atas Awan


Desa yang memiliki ketinggian kurang lebih 1100 mdpl. Sehingga desa ini merupakan satu-satunya desa tertinggi di Pulau Lombok. Dikelilingi oleh deretan perbukitan hijau karena sudah memasuki musim penghujan dan yang kecenya lagi, desa ini sebenarnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani alias kawahnya gunung tertinggi kedua di Indonesia. 



Perjalanan yang diawali dari Kota Mataram dengan waktu tempuh kurang lebih 3-4 jam hingga sampai di Desa Sembalun. Saya bersama anggota Crew Patrick lainnya yang berjumlah 12 orang mengexplore salah satu destinasi yang ada di Desa Sembalun, Lombok Timur. 

Selamat Datang di Desa Sembalun !!!

Sebenarnya tujuan kami gak hanya Desa Sembalun saja, tetapi ke sebuah destinasi yang lagi hangat-hangatnya dibicarakan di sosmed. Sebut saja namanya Bukit Selong, Sembalun Lawang. Ini kali kedua saya kesini yang sebelumnya beberapa bulan yang lalu pernah ke bukit ini bersama anggota lainnya. Ada rasa kurang puas saat itu karena masih musim kemarau dan lebih parahnya lagi saat itu perbukitan di Desa Sembalun mengalami kebakaran akibat terlalu panas dan kering.




Kebetulan pada kali ini di Bulan Maret 2016, saya bersama anggota Crew Patrick lainnya datang untuk kedua kalinya saat musim penghujan tiba. Perbukitan yang dulunya kering dan kuning, sekarang sudah hijau kembali. Udara di sekitar pun sudah sejuk seperti Desa Sembalun yang saya kenal.

Apalagi saat sampai di Bukit Selong yang nama sebenarnya adalah Bukit Desa Beleq ini, gak hanya perbukitan saja yang hijau tetapi sawah-sawah yang berjejer rapi pun ikut-ikutan menghijau. Pohon-pohon pun ikut menghijau yang menandakan Desa Sembalun yang sebenarnya.

Pemandangan dari atas bukit yang tingginya hanya beberapa mdpl ini kece sekali seperti kecenya dirimu yang lagi tersenyum kepadaku, alaaaayyyy ( salah fokus ). Kamera yang saya bawa pun langsung jepret sana sini karena terpananya melihat semuanya serba hijau yang dilengkapi dengan birunya langit yang berkabut awan tebal, dingiiinnn brrrrr. 


Di bawah Bukit Desa Beleq ini terdapat sebuah kompleks rumah adat asli dari masyarakat Suku Sasak yang berdiam diri di Desa Sembalun. Namanya pun sama seperti Bukit Desa Beleq yaitu Rumah Adat Desa Beleq.

Konon katanya rumah adat ini sudah berdiri sejak pertama kali masyarakat Suku Sasak tinggal di desa ini. Rumah adat yang terdiri hanya 7 buah rumah ini memiliki ciri khas dari bentuk bangunannya. Atap bangunan terbuat dari jerami atau alang-alang, lantai terbuat dari campuran kotoran sapi dan tanah liat sehingga bisa mengeras seperti semen. Anehnya lantai gak berbau walaupun kita mengenal yang namanya kotoran sapi itu pasti bau. Apalagi dinding terbuat dari rotan bambu dan hanya terdapat satu pintu tanpa jendela.



Syukurnya lagi kami diijinkan memasuki kompleks rumah adat ini dengan mengisi buku tamu terlebih dahulu dan memberikan sumbangan seikhlasnya buat anggaran menjaga kebersihan kompleks rumah adat ini. Setibanya waktu shalat Dzuhur tiba, yang saya suka dari tempat ini, kita bisa memanfaatkan salah satu bangunan seperti rumah tanpa dinding ( berugaq ) dimana di lantai atasnya terdapat sebuah ruangan kosong disertai anak tangga untuk bisa naik ke dalam ruangan. Kami memanfaatkannya untuk melaksanakan shalat.



Sebelum pamit, gak lupa kami mengajak seorang ibu bersama kedua anaknya dimana mereka merupakan penjaga kompleks rumah adat ini untuk berfoto bersama, hitung-hitung sebagai kenang-kenangan. Rumah adat ini gak untuk ditinggali oleh masyarakat Desa Beleq, Sembalun. Kompleks ini hanya sebagai peninggalan situs budaya yang berada di Desa Beleq, Sembalun Lawang. Jadi harus dilestarikan dan dijaga kebersihannya. 


Kemanapun, Kapanpun dan dalam kondisi Apapun kita melakukan perjalanan, kita harus selalu menjaga kebersihan tempat kita berada. Bila mampu menjaga kebersihan, maka kita berhasil menjaga keindahan tempat yang kita datangi. Salah satunya jangan buang sampah sembarangan.

Rumah Adat Desa Beleq, Sembalun ini sudah mengajarkan kita pentingnya menjaga peninggalan sejarah dari nenek moyang kita terdahulu untuk kita berikan kepada anak cucu kita kelak tentang artinya menghargai sejarah dan menjaganya agar tetap hidup dengan indah.

Saya ( Didik ) bersama kesebelas anggota yang lain ( Nazam, Ocha, Elga, Andi, Eza, Nufus, Dewi, Nisha, Angga, Junk dan Nova )... Selamat ngetrip dengan bahagia !!!. 

Salam Crew Patrick....

Catatan :
- Bisa mampir di artikel saya lainnya tentang Desa Sembalun Kekecewaan Terbayarkan Oleh Bukit Selong, Sembalun Lawang

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 2 April 2016

Nongkrong di Rest Area Teluk Lembar, Lombok Barat


Di akhir pekan yang lalu, jadwal ngetrip padat sekali. Di hari Jumat saya bersama temen-temen backpackeran ke Sembalun. Hari Sabtunya nongkrong di Lombok Epicentrum Mall ( nemenin emak-emak rempong ). Selanjutnya di Hari Minggu pengen ngetrip ke suatu tempat yang asyik dan nyaman. Akhirnya saya memilih nongkrong di suatu rest area di Teluk Lembar. 


Di tengah-tengah kesibukan sebagai tenaga kesehatan, saya gak lupa menyempatkan diri untuk ngetrip sekaligus refreshing walaupun hanya memiliki waktu libur hari Minggu dan tanggal merah saja. So, gak apa-apa, yang penting fun and happy pastinya. 

Oke..kali ini saya ingin bercerita sedikit tentang salah satu tempat favorit baru saya. Sebut saja namanya Rest Area Teluk Lembar. Termasuk tempat baru di kawasan Teluk Lembar. Gak jauh dari Pelabuhan Lembar ( penyeberangan kapal roro ke Padangbai- Bali ) atau lebih tepatnya berhadapan langsung dengan pelabuhan. 




Lokasinya gak terlalu membingungkan. Dari Kota Mataram, kita menuju Kota Gerung kemudian berlanjut ke arah Pelabuhan Lembar. Gak jauh dari pintu masuk pelabuhan, ada pertigaan yang mengarah ke Desa Sekotong. Kita berbelok ke arah yang menuju Desa Sekotong. Sekitar 1 km, kita berjumpa dengan pertigaan lagi, belok kiri jika menuju ke rest area yang dimaksud. Jadi total perjalanan memakan waktu 45 menit dari Kota Mataram.



Di rest area ini banyak sekali warung-warung yang menjual makanan dan minuman ringan. Ada juga yang menjual nasi bungkus dan bakso, tapi kebetulan pagi ini belum buka soalnya masih jam 7 pagi. Bila datangnya agak siangan, mungkin area ini sudah ramai oleh para penjual dan pembeli. Tempat ini sangat cocok untuk beristirahat dan bersantai sejenak sambil menikmati lalu-lalang kapal yang keluar masuk pelabuhan. 



Kebetulan sudah memasuki musim penghujan, pemandangan yang disajikan sungguh indah dipandang. Bukit-bukit sudah berwarna hijau, langit berwarna biru cerah disertai awan putih dan sinar mentari pagi yang selalu menghangatkan tubuh. 


Dari pinggiran rest area yang sudah diberikan pembatas seperti jembatan, saya melihat sebuah kapal roro yang bernama KMP Nusa Penida yang baru saja tiba setelah pelayaran yang cukup jauh dari Pulau Bali. Akan bersiap-siap bersandar di salah satu dermaga Pelabuhan Lembar. 


Kita juga dapat melihat dari rest area ini beberapa kapal roro yang sedang berlabuh di sekitaran teluk. Bersantai sambil merasakan angin laut yang sepoi-sepoi dan udara sejuk di pagi hari. Air yang tenang yang sangat cocok untuk tempat kapal-kapal berlabuh. 


Beberapa kapal roro yang berlalu lalang mengantri untuk bersandar di dermaga Pelabuhan Lembar. Gak hanya kapal roro saja, tetapi sejumlah kapal barang dan kapal pengangkut LPG juga berlabuh di Pelabuhan Lembar. Bisa dibilang Pelabuhan Lembar merupakan salah satu pelabuhan yang cukup ramai dan menjadi pintu gerbang masuknya para wisatawan dan bahan-bahan sembako yang datang dari berbagai macam daerah di Nusantara. 



Kebetulan ada seorang bapak-bapak yang lagi menjala ikan dari atas perahu kecilnya. Inilah salah satu potret kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitaran Teluk Lembar. Gak hanya itu saja, di sekitaran Teluk Lembar banyak sekali ditumbuhi oleh beberapa tanaman mangrove yang memiliki banyak sekali manfaat antara lain mencegah terjadi abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut dan sebagai tempat kehidupan berbagai macam binatang.   



KMP Trimas Elisa yang baru saja meninggalkan salah satu dermaga dan akan segera berlayar menuju Pulau Bali yang memakan waktu 3 sampai 4 jam perjalanan dari Pulau Lombok. Sungguh lama memang, tapi kondisi dan fasilitas dari kapal roro yang ada cukup baik. Sehingga diharapkan selalu memberikan kenyamanan dan keamanan yang maksimal untuk para penumpang. 


Menutup cerita saya kali ini, dari sisi manapun Pulau Lombok memang cantik. Jadi untuk kalian yang memiliki rencana berlibur di Pulau Lombok, banyak sekali destinasi-destinasi indah selain Gili Trawangan dan Pantai Senggigi. Salah satunya di Teluk Lembar ini, tempat yang sangat cocok bagi pencinta sunset dan sunrise. Disinilah salah satu tempat untuk menikmati pagi dan senja sambil ngopi-ngopi bersama sahabat dan keluarga. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday, 21 March 2016

Ngetrip ke Gili Meno Lagi


Sudah dua kali saya ke Gili Meno sejak pertama di tahun 2014 lalu. Untuk sekedar informasi sedikit, gili ini bertetangga dengan Gili Trawangan. Siapa yang gak mengenal Gili Trawangan yang sudah sangat dikenal di seluruh dunia bahkan mungkin sudah sampai planet namanya ( lebaaii... ).

Kali ini saya akan memberikan beberapa informasi baru tetang Gili Meno dengan beberapa tips untuk menuju gili ini tanpa merogoh duit yang lumayan banyak. Capcuuusss !!!


Untuk menuju ke Gili Meno gak jauh berbeda dengan Gili Trawangan. Bila berangkat dari Kota Mataram ada beberapa jalur yang dapat ditempuh. Pertama, kita bisa melalui jalur singkat alias jalur Pusuk. Hanya memakan waktu empat puluh lima menit menggunakan sepeda motor, kita sudah sampai di pelabuhan penyeberangan bernama Bangsal. Alternatif kedua, kita bisa melalui jalur Pantai Senggigi. Tapi jalur ini memakan waktu yang agak lama untuk sampai di Pelabuhan Bangsal, kira-kira satu jam lamanya.


Pelabuhan Bangsal cukup ramai oleh para wisatawan dari berbagai macam kota dan negara yang akan menyeberang ke Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Harga tiketnya pun berbeda-beda. Gili yang terjauh jaraknya dari Bangsal, harga tiketnya pun agak mahal. Kali ini saya berdelapan bersama teman-teman membeli tiket publik boat menuju Gili Meno seharga Rp.18.000,- / orang.

Setelah tiket publik boat sudah ditangan, kami segera mencari boat yang akan kami naiki. Untuk informasi lagi, bahwa publik boat yang menuju ke Gili Trawangan, Air, dan Meno berbeda. Tapi jangan khawatir, para penumpang akan diarahkan menaiki boat yang mana saja. Boat yang akan membawa kami ke Gili Meno akan segera berangkat, kami diarahkan untuk menuju boat yang berwarna kuning. Penumpang cukup ramai di atas boat, cuaca juga cukup aman melakukan pelayaran. Hanya tiga puluh menit berlayar, akhirnya kami sampai juga di Gili Meno.



Sampai di Pelabuhan Gili Meno, kami segera menuju danau mangrove yang terletak di sebelah barat gili. Ada perbedaan dari dulu sama yang sekarang di danau ini. Pertama kali saya kemari, belum dibangun jembatan di atas danau mangrove. Sekarang sudah dibangun sebuah jembatan yang cukup panjang. Inilah spot yang kami cari untuk diexplore.

Suasananya gak berubah sedikitpun sejak pertama kali saya kemari. Kicauan burung, udara pantai sepoi-sepoi, langit biru berawan, pohon-pohon mangrove yang hijau, melengkapi suasana menjadi indah. Sinar mentari yang cukup membakar kulit gak membuat kami malas-malasan untuk mengambil foto terbaik.




Setelah satu jam lamanya bersantai-santai sejenak di jembatan danau mangrove, kami segera menuju ke salah satu spot kedua. Spot kali ini yaitu pantai berpasir putih. Tepatnya di depan cottage yang bernama Karma Beach. Cottage yang dilengkapi dengan bar yang terbuat dari kumpulan bambu-bambu kuning dengan penginapan yang tergolong unik yaitu seperti tenda-tenda camp pada zaman Mesir Kuno. Pasti mahal nih bila menginap di cottage pikir saya. 



Gak lengkap rasanya bila gak berenang di pantai yang memiliki pasir putih dan berwarna hijau toska ini, mantaapp. Yang lain pada sibuk foto-foto, saya bersama salah satu sahabat saya yang jauh-jauh datang dari Jakarta, berenang di bawah sengatan sinar matahari. Gak peduli panas, bila sudah di dalam air, panasnya gak berasa. 



Bosan berenang di spot yang satu, kami pun pindah berenang di spot ketiga. Gak jauh dari spot yang pertama, air lautnya lebih jernih dan berpasir putih juga. Cuaca cerah ditambah lagi gak musim ombak, jadinya kami bisa berpuas-puas diri untuk berenang di laut yang tenang. 



Waktu sudah memanggil kami untuk segera kembali ke pelabuhan karena boat terakhir akan segera berangkat. Kami menutup ngetrip ke Gili Meno dengan mandi cantik ( ala Syahrono ) di sebuah pantai yang cukup indah dimiliki oleh Gili Meno. Dengan wajah tersenyum dan hati yang bahagia, kami kembali menuju Pelabuhan Bangsal dengan selamat sentosa. 

Gimana, anda tertarik mengunjungi Gili Meno ???

Tips dari saya :

- Untuk menuju Pelabuhan Bangsal bisa menggunakan angkutan umum yaitu mobil engkel dari Terminal Mandalika tujuan Pemenang dan Tanjung, Lombok Utara.
- Bila gak mau repot tapi lumayan mengeluarkan uang lebih, anda bisa menyewa mobil atau sepeda motor menuju Pelabuhan Bangsal.
- Jika anda memarkir kendaraan, bisa menitipkan di tempat-tempat parkir resmi yang sudah disediakan. Bila mobil bisa memarkir kendaraan anda di dalam terminal Bangsal.
- Jangan tergoda dengan tawaran calo tiket kapal boat. Belilah tiket di loket tiket resmi yang harganya jauh lebih murah dari harga calo.
- Bawalah makanan dan minuman sebelum menyeberang karena harga makanan dan minuman di Gili Meno lumayan agak mahal sih.

Itulah beberapa tips dari saya, bila masih ingin bertanya bisa melalui whatsapp : 087738205408 atau di twitter pribadi saya @di2_pharm. Insyaallah kita bisa jadi teman ngetrip bareng di lain kesempatan 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 12 March 2016

Menyapa Bendungan Sesaot


Liburan ke Lombok tapi bingung mau kemana saja ?. Solusinya tanya saja sama Abang Didi alias saya sendiri, he...he..he..

Berawal dari postingan temen di akun instagram miliknya yang memperlihatkan sebuah bendungan kece yang berada gak jauh dari Kota Mataram. Terletak di Desa Sesaot, kurang lebih lima belas menit dari Hutan Suranadi membuat bendungan ini mudah terakses. Saya pun tertarik untuk datang kesana.

Setelah informasi sudah lengkap didapat, saya segera bersiap-siap menuju Bendungan Sesaot seorang diri alias bersolo trip. Gak sabar rasanya ingin segera menghirup udara sejuk ala Bendungan Sesaot, Lombok Barat. 





Dalam perjalanan trip saya kali ini hanya ditemani oleh kamera kesayangan dan motor yang selalu setia menemani setiap saat. Saya sengaja bersolo trip saat itu karena ingin mencari suasana baru yang sudah lama gak saya lakukan. Dimulai dari perjalanan dari rumah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi, suasana yang paling saya sukai. Jujur saja, saya paling suka memulai perjalanan pada pagi hari karena waktu trip agak lebih lama dan  udara pagi hari membuat pikiran jernih dan tambah semangat.


Di tengah perjalanan, kita melewati jalanan sempit yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor. Tapi tenang saja, sepanjang perjalanan kita disuguhi oleh pemandangan alam khas Pulau Lombok. Sungai bebatuan yang dialiri air yang jernih, persawahan yang hijau kekuningan, jembatan, dan lukisan Gunung Rinjani yang tersenyum dari kejauhan membuat perjalanan gak membosankan.




Setelah setengah jam perjalanan dari Kota Mataram, sampailah kita di tempat tujuan. Keindahan yang tersembunyi di tengah Hutan Sesaot. Bendungan yang menyerupai waduk ini memiliki air yang berwarna kehijauan menenangkan, pepohonan hijau yang cukup rindang, kicauan burung-burung yang beterbangan kesana-kemari. 





Tempat yang menurut saya sangat cocok untuk menenangkan pikiran, berkumpul bersama keluarga dan sahabat. Lebih asyik lagi datang kemari bersama sang kekasih hati, tetapi harus melakukan kegiatan yang positif lhoo ya !!!. 

Bagi teman-teman yang butuh tempat piknik dan malas ke tempat yang jauh dari kota, bisa mencoba destinasi yang satu ini. Gak ada biaya masuk atau parkir alias free, tapi yang perlu diingat harus menjaga kebersihan, gak membuang sampah sembarangan dan bersikap sopan !!!. 

Anda tertarik ?, Silahkan mencoba dan Salam My Trip My Holiday .


Catatan :
- Sekitar 30 kilometer dari Kota Mataram 
- Rute yang dapat ditempuh : Kota Mataram - Taman Narmada - Hutan Suranadi - Hutan Sesaot 
- Gak ada transportasi umum lengkap menuju Bendungan Sesaot, jadi bisa menyewa motor atau mobil.