Sudah lama rasanya gak bepergian menggunakan si burung besi. Mungkin hampir tiga tahun gak pernah menginjakkan kaki lagi ke bandara.
Di bulan Juni lalu, saya berkesempatan mengikuti acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Hisfarsi Apoteker Indonesia di Jakarta.
Saya gak sendirian, saya berangkat bareng dua teman apoteker lainnya yaitu Mbak Zahra dan Mas Erwin. Kami bertugas di rumah sakit yang sama.
Kurang lebih seminggu lamanya saya meninggalkan keluarga di rumah. Berangkatnya di Senin siang, balik ke Lombok lagi di Hari Sabtu pagi.
Saya dan teman-teman memilih berangkat menggunakan maskapai plat merah kebanggaan Indonesia yaitu Garuda Indonesia dengan alasan agar lebih tenang saja jika naik maskapai ini, dibandingkan dengan maskapai sebelah.
Apalagi beberapa hari sebelum berangkat, telah terjadi kecelakaan pesawat Air India Boeing 787 Dreamliner yang jatuh disaat setelah take off dari Ahmedabad, India menuju London, Inggris.
Mendengar berita duka tersebut, tumben banget saya takut naik pesawat. Meskipun hidup mati itu rahasia Yang Maha Kuasa, bepergian menggunakan moda transportasi teraman di dunia ini juga butuh keberanian. Terpenting selalu berdoa untuk diberi keselamatan dan kesehatan kepada Sang Maha Pencipta.
Untuk harga tiketnya, kami kena diharga satu setengah juta rupiah Itupun pesannya di website resmi Garuda Indonesia. Cukup terjangkau menurut saya.
Sedangkan pulangnya ke Lombok nanti, saya akan naik salah satu maskapai yang catatan armadanya juga baik. Apa itu, ditunggu saja saat cerita pulang ke Lomboknya nanti !.
Berhubung kegiatan dimulai keesokan harinya, kami memilih penerbangan siang di hari sebelumnya. Estimasi sampai di hotel nanti di sore harinya. Kebayang akan terkena macet dari bandara menuju hotel,hehehe.
Di hari keberangkatan, saya dijemput oleh kedua teman menggunakan mobil pribadi menuju bandara. Perjalanan ke bandara kurang lebih sekitar setengah jam melalui By Pass Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (BIZAM).
Berhubung waktu boarding sekitar jam setengah tiga siang, kami tiba di bandara dua jam sebelumnya. Tips saja, kalau menggunakan pesawat, dianjurkan sampai di bandaranya dua atau satu jam sebelum boarding untuk menghindari terburu-buru atau halangan di jalan.
Setelah tiba di bandara, kami langsung menuju tempat check ini karena kami membawa bagasi. Buat yang gak pakai bagasi, bisa cetak boarding pass di mesin otomatis yang tersedia di beberapa titik bandara.
Untuk bagasinya diusahakan gak lebih dari 10 kg ya. Seingat saya kemarin, untuk tas bagasi yang saya bawa beratnya 6,5 kg. Sedangkan ransel, saya bawa masuk ke dalam kabin pesawat karena isinya laptop.
Suasana di bandara BIZAM siang itu cukup ramai. Untuk area check in nya sekarang telah mengalami perubahan. Yang dulu sudah dipindahkan ke tempat yang baru dan lebih luas dan penampakannya modern.
Setelah proses cetak boarding pass dan bagasi selesai, kami menuju ruang tunggu penumpang yang berada di lantai dua. Menggunakan eskalator untuk menuju lantai dua. Gak banyak perubahan yang ada di ruang tunggu karena bandara ini hanya ada satu terminal saja.
Pastinya ruang tunggu penumpangnya sekarang lebih luas dan gate nya ditambah sampai gate 5 untuk keberangkatan domestik. Sedangkan di sebelahnya untuk keberangkatan internasional.
Di ruang tunggu penumpang sudah ramai sekali oleh calon penumpang lainnya. Penerbangan siang itu cukup padat. Ada beberapa maskapai yang berangkat dengan jarak yang cukup berdekatan.
Terlihat di apron, sudah berjejer beberapa pesawat yang akan menuju ke berbagai kota di Pulau Jawa dan Bali. Untuk pesawat kami, masih belum tiba dari Soekarno Hatta.
Sambil menunggu pesawat kami tiba, saya berjalan-jalan berkeliling ruang penumpang. Ruangannya semakin nyaman. Ada sofa panjang, tempat duduk yang nyaman dan banyak fasilitas pendukung lainnya seperti ada area playground anak yang cukup nyaman, mushola berdekatan dengan ruang tunggu, toilet yang cukup bersih dan tenant-tenant yang semakin banyak di area ruang tunggu penumpang.
Berhubung belum shalat dzuhur, jam tunggu saya pergunakan untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu. Ruang shalatnya juga cukup nyaman dan luas. Setelah shalat, saya kembali ke tempat duduk yang berada berdekatan dengan gate 4.
Selain kami bertiga, ternyata kami berjumpa dan satu pesawat dengan teman-teman apoteker rumah sakit lainnya. Tapi mereka gak stay ke Jakarta dulu, melainkan mau jalan-jalan ke Kota Bandung. Namanya juga emak-emak, kalau dapat tugas ke Jakarta, sudah tergoda dengan nyobain kereta cepat yang lagi viral saat ini yaitu Whoosh. Jadi pengen naik kereta itu juga. Semoga besok ada waktu naik Whoosh.
Sekitar jam dua siang, pesawat kami sebentar lagi akan landing. Buka aplikasi FlightRadar melihat pesawat apa yang akan kami gunakan. Pesawat yang kami gunakan yaitu Garuda Indonesia Boeing 737-800 dengan kode registrasi PK GMY dan dilihat dari profilnya di aplikasi, pesawat ini berusia sekitar dua puluh lima tahun. Wow, cukup tua juga ya.
Nomor penerbangan kami yaitu GA 433 dari Lombok menuju Soeta dengan waktu boarding pukul 14.25 WITA. Saya duduk di seat 30A yaitu di emergency seat samping sayap.
Bukannya kebetulan dapat seat tersebut, tapi memang sengaja saya meminta seat itu agar lebih lega saja karena jarak seat di depannya cukup luas. Sedangkan kedua teman yang lain duduk di seat yang terpisah dari saya.
Kurang pukul 14.15 WITA, pesawat Garuda Indonesia landing dengan sempurna di runway BIZAM. Cuaca siang itu juga cukup baik. Gak ada keterlambatan yang saya dan penumpang lainnya alami. Malahan waktu boardingnya tepat waktu.
Setelah pesawat terparkir dengan sempurna. Para penumpang sudah berjejer ngantri di depan gate 4. Gak lama petugas sudah menginfokan bahwa seluruh penumpang sudah bisa boarding. Satu per satu para petugas mengecek kembali tiket dan kartu identitas penumpang sebelum berjalan menuju pesawat.
Melewati petugas, saya dan rombongan berjalan melalui lorong menuju garbarata di gate 4. Terlihat moncong putih khas Boeing 737-800 dengan livery polos putih bertuliskan Garuda Indonesi lengkap dengan logo kepala garuda dengan bagian ekor berwarna dominan biru tua dan muda.
Penumpang Garuda siang itu ramai dan full seat. Heran juga, padahal maskapai ini kalau dari harga tiket, paling mahal dibandingkan kompetitor lainnya di dalam negeri. Tapi penumpangnya gak pernah sepi.
Tapi kalian sudah tau jawabannya. Mungkin pikiran saya dan penumpang lainnya, kami ingin terbang nyaman dan aman. Apalagi Garuda sudah terkenal dengan armadanya yang terawat baik.
Fasilitasnya oke dengan mendapatkan service makan di atas pesawat untuk durasi penerbangan dua jam. Sedangkan service snack di bawah satu jam penerbangan (koreksi bila saya salah).
Satu per satu, para penumpang masuk ke dalam kabin pesawat. Saya pun sudah masuk ke dalam kabin mendapatkan senyuman hangat dari pramugari yang berdiri tepat di depan pintu pesawat dengan pakaian khas kebaya warna biru toska dan orange.
Yang buat saya kaget setelah masuk ke dalam kabinnya. Ternyata di kelas ekonomi, penampakan seatnya berubah dari warna kain seatnya. Terakhir kali saya naik Garuda, seatnya warna dasarnya cokelat dengan bantalan kepala berwarna hijau. Sekarang warnanya menjadi biru tua dan bantalan berwarna cokelat.
Sayangnya seatnya sekarang agak lebih ramping dibandingkan sebelumnya yang agak tebal. Tapi sejauh ini, cukup nyaman dengan seat baru dari Garuda.
Untungnya saya duduk di seat nomor 30A dan saat itu belum ada penumpang yang duduk di seat sebelahnya. Jadi saya masih bisa bebas masuk menuju seat. Setelah duduk dan meletakkan tas di kompatermen kabin atas, saya melihat ke arah luar jendela.
Pas banget mendapatkan foto cantik kalau duduk di seat ini. Jadi tips buat kalian yang akan terbang dan ingin duduk di sebelah jendela. Kalian bisa pilih nomor kursi nomor 30A dan 30F karena posisinya tepat di samping pintu darurat atau emergency seat.
Tapi buat yang takut duduk di emergency seat. Kalian bisa request nomor lainnya pada saat melakukan proses check in online maupun offline.
Kurang lebih lima belas menit proses boarding, pesawat melakukan pushback dan bersiap untuk taxi. Layar LED yang berhadapan dengan saya, memutar flight safety demonstration.
Jadi untuk fasilitas di seat Garuda masih seperti biasanya. Ada kompartemen layar LED di masing-masing seatnya. Ada meja lipat untuk menaruh barang ringan dan makan.
Ada bantalan kepala yang empuk. Jarak antar seat di depannya cukup lega. Ada buku keselamatan yang bisa dibaca selama penerbangan, buku doa dan majalah tentang travel dan kuliner. Ada juga headseat disediakan di masing-masing seat.
Gak lama menunggu, pesawat kami pun melakukan proses taxi yang artinya sudah diperbolehkan untuk berjalan menuju runway. Lalu lintas penerbangan di Lombok siang itu cukup padat.
Bismillah.... Saatnya pesawat take off. Hati pun berdebar-debar. Semoga critical eleven berjalan dengan lancar. Dimana sebelas menit paling penting dalam sebuah penerbangan yaitu tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Sering terjadi kecelakaan pesawat di sebelah menit tersebut.
Setelah take off dan pesawat berada di ketinggian aman. Tanda mengenakan sabuk pengaman sudah dipadamkan. Artinya kita sudah melewatkan tiga menit paling krusial.
Dari atas tampak di kejauhan gunung Rinjani tapi sayangnya tertutup oleh awan. Kumpulan awan di atas Lombok siang itu cukup tebal dan membuat turbulensi kecil terasa.
Nikmatnya duduk di seat dekat jendela itu, kita bisa melihat view lautan awan dan pulau-pulau kecil yang terlihat jauh di bawah. Birunya lautan dan hijaunya pegunungan dan persawahan. Terlihat gedung-gedung yang semakin mengecil.
Kurang lebih lima belas menit terbang. Para pramugari-pramugari membagikan makan siang ke seluruh penumpang baik di kelas bisnis maupun ekonomi.
Menu makan siang yaitu Nasi Goreng Ayam Bumbu Taliwang. Kedengarannya enak dan ini pertama kalinya saya makan nasi goreng pake ayam bumbu taliwang. Biasanya kalau gak nasi kuning ya nasi putih dengan ayam gulai kalau naik Garuda.
Dihidangkan menggunakan wadah berbentuk persegi panjang dengan nampan di bawahnya. Selain nasi, ada cemilan berupa kacang koro, snack cruffles dan tissue bawah. Untuk minumannya saya pesan susu putih dingin.
Soal rasa nasi gorengnya menurut saya cukup enak. Bumbunya terasa tapi gak terlalu pedas. Nasi gorengnya pulen dan ayam bumbu taliwangnya enak bener. Daging ayamnya empuk. Bumbu taliwangnya gak terlalu pedas tapi berasa rempah-rempahnya.
Cukup mengenyangkan dan saya suka banget sama menu satu ini. Apalagi setelah makan ada snack cruffles rasa strawberry sebagai pencuci mulut.
Ditambah lagi minum segelas susu putih. Dan saya pun meminta segelas susu putih lagi dan pramugaranya memberikan. Terimakasi mas !.
Ada sedikit insiden disaat kami menikmati makanan di dalam pesawat. Penumpang di sebelah saya menumpahkan teh panas ke kaki saya. Untungnya saya pakai celana pendek. Jadinya hanya kaki dan sendal yang basah.
Wajah Mas bule yang gak tau asalnya dari mana seketika pucat dan meminta maaf kepada saya.
"It's oke, no problem sir", jawab saya dengan sedikit senyum kecut ke arah dia. Dia pun memanggil pramugara tadi untuk memberikan saya satu gelas minuman lagi. Tapi saya menolaknya karena sudah kekenyangan.
Saya pun langsung mengingat kejadian terakhir kali naik Garuda disaat saya menumpahkan kopi ke penumpang di sebelah saya. Kejadiannya tiga tahun yang lalu. Jadi lucu sendiri.
Dia pun tersenyum dan masalah tersebut saya anggap selesai karena ada etika baik dia ke saya. Untungnya saya masih berbaik hati dan good mood saat itu. Kalau gak, mungkin sudah saya lempar mas bulenya keluar pesawat, hehehe.. i just kidding sir.
Saya melanjutkan untuk bersantai sejenak sambil menutup mata, menikmati sisa penerbangan siang menjelang sore itu. Mas bulenya juga cuek dengan melanjutkan baca novel yang dia bawa dari awal tadi.
Pikiran saya, kenapa gak penumpang cewek di samping mas bule itu aja yang di sebelah saya. Lumayan cantik dan sepertinya orang Asia juga tapi gak tau negara mana. Dari tampilannya sih bukan orang Indonesia. Sudahlah lupakan saja !.
Sejauh ini penerbangan lancar-lancar saja. Kurang lebih satu setengah jam penerbangan, posisi pesawat dilihat dari flight radar sudah berada di atas Jakarta. Artinya sebentar lagi kami akan landing.
Melihat keluar jendela, terlihat gedung-gedung tinggi Kota Jakarta. Sudah lama rasanya gak melihat view seperti ini. Informasi pilot bahwa kita akan segera melakukan landing. Tanda sabuk pengaman sudah dinyalakan.
Di sela-sela akan landing, saya lupa melakukan lavatory inspektion yaitu masuk ke dalam toiletnya. Gak apa-apa. Lagian gak ada rasa ingin untuk buang air kecil juga. Dan moment itu saya lewatkan saja.
Gak terasa dua jam penerbangan, pasawat berhasil landing dengan mulus. Dan pesawat berjalan menuju terminal tiga. Untuk Garuda Indonesia, Pelita Air, Trans Nusa dan penerbangan internasional lainnya turunnya di Terminal 3 Soeta.
Jam tangan menunjukkan pukul 16.10 WIB. Saya dan penumpang lainnya bersiap-siap untuk turun dari pesawat melalui garbarata lagi. Kalau boleh jujur, saya kurang suka naik dan turun pesawat itu dari garbarata. Paling suka pakai tangga biasa karena bisa lihat pesawatnya lebih jelas dan mengambil foto lebih maksimal.
Anehnya lagi, setiap nasi pesawat, disaat pesawat sudah landing dan akan menuju apron. Banyak penumpang sudah berdiri padahal pintu pesawatnya belum dibuka. Dan jengkelnya lagi, mereka buka kompartemen bagasi atas dan mengambil tas-tas besar atau koper berukuran sedang. Padahal penumpang lain masih duduk. Sering terjadi itu.
Kalau saya sih duduk santai dulu sampai penumpang sudah banyak yang turun. Setelah agak sepi, baru saya dan teman-teman turun.
Welcome Jakarta !.
Perasaan bahagia dan lega sudah sampai di Jakarta dengan selamat dan sehat. Berjalan menuju area pengambilan bagasi dan pintu kedatangan domestik.
Buka handphone dan mengecek apa sudah dijemput apa belum sama teman yang bersedia menjemput kami.
Ternyata beliau sudah menunggu di pintu kedatangan. Kami pun segera menuju area pengambilan bagasi dan keluar ke arah pintu kedatangan.
Suasana Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta sore itu sangat ramai dan padat jam penerbangan. Pemandangan yang biasa saya lihat jika ke Jakarta.
Perjalanan dari bandara ke hotel yang lokasinya berada di daerah Kuningan sekitar satu jam saja (sudah dihitung sama macetnya).
Untuk hotel tempat kami menginap, saya review di cerita berikutnya. Ditunggu saja ya !.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment