Friday 30 April 2021

Berbuka Puasa Bareng di Masa Covid-19 : Kampong Melayu


Sudah lama rasanya gak menikmati berbuka puasa di luar bareng keluarga, teman, dan sahabat. Hampir setiap orang sangat menunggu moment bisa berkumpul bersama dengan tema buka puasa bareng atau bahasa kerennya "bukber". Tapi sangat disayangkan sekali, setahun yang lalu sejak Virus Corona/ Covid-19 melanda dunia, kita semua harus menjaga kesehatan diri dengan gak berkumpul, menjaga jarak dengan orang sekitar, memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun/handsanitaizer setelah menyentuh sesuatu. Boro-boro mau buka puasa bareng di luar, ngundang teman ke rumah saja itu gak mungkin disaat itu. 

Setahun berlalu apakah moment bukber sudah bisa dilakukan ?. Jawabannya tergantung situasi dan kondisi. Perlu diingat, wabah Covid-19 masih menghantui kita sampai detik ini. Bahkan kita dengar di berita, India sedang terjadi Tsunami Covid-19 jenis baru atau mutasi Covid-19. Hampir dua ratus ribu kasus kematian melanda India gara-gara Covid-19 dan tiga ratus ribu kasus positif Covid-19 setiap harinya. Apakah kita takut dengan berita ini ?. Rasa takut sih pasti ada, tapi kita juga harus tetap menjaga diri dengan cara menerapkan protokol kesehatan yang sudah dibuat oleh pemerintah. 

Gimana sih rasanya buka puasa di luar bareng keluarga di masa pandemi saat ini ?.

Kalau boleh jujur, rasa khawatir pasti ada. Hanya saja apabila ingin mencari tempat berbuka, harus pintar. Beberapa hari yang lalu, saya bersama keluarga berencana untuk jalan-jalan di akhir pekan. Pas moment di bulan puasa tahun ini, pemerintah sudah membolehkan kita untuk berbuka puasa di luar. Hanya saja tetap menerapkan protokol kesehatan. Pembatasan jam operasional tempat makan juga sudah diatur oleh pemerintah setempat. 



Kebetulan juga sudah hampir setahun gak menginjakkan kaki di sebuah mall bernama Lombok Epicentrum Mall yang berlokasi di tengah-tengah Kota Mataram. Sudah lama juga gak menulis nama mall ini di blog. Ada rasa rindu yang terdalam (sorry lebay). Dulu jauh sebelum Si Covid menyerang bumi, saya sering datang ke mall ini untuk nonton film di salah satu bioskop kesayangan. Tapi setelah Si Covid datang ke Lombok, hanya memandang dari kejauhan saja bangunan megah dari mall ini. 

Sore itu hujan turun yang sangat lebat. Bisa dibilang hujan angin. Papa mama menjemput kami di rumah. Alhamdulillah Kenzi sudah sembuh dari sakitnya. Istri juga sehat walhafiat. Saya sedang kelaperan dan kehausan karena berpuasa (gak perlu diceritaain kaleee). Hujan-hujan kami harus menempuh jarak sekitar tiga belas kilometer menuju pusat kota menggunakan mobil Avanza hitam.

Sepanjang jalan ramai lancar. Hanya saja sesudah memasuki pertengah kota, macet parah. Banyak kendaraan yang hilir mudik alias ngabuburit. Aneh sekali, hujan deras seperti ini masih saja ada yang ngabuburit. Mungkin saja gak mau kehilangan momen, apalagi akhir pekan cuuyy. Ada sepasang muda-mudi yang berbocengan di atas sepeda motor sambil mandi hujan ala-ala Dilan dan Milea, hahahaha. 

Yang jelas, warga kota sedang mencari tempat berbuka, sama seperti kami yang akan ke mall untuk mencari tempat buka puasa. Saat itu, kami belum memastikan mau buka puasa di tenan mana. Prediksi saya sih, semua tenan sudah penuh dengan para pengunjung yang akan berbuka puasa juga. Kita lihat saja nanti setelah sampai di mall.

Langit sudah mulai gelap, lampu-lampu jalan sudah dinyalakan. Mobil kami sudah memasuki kawasan mall. Saat turun dari mobil, terdengar adzan magrib berkumandang. Saatnya berbuka puasa. Untung saja, istri membawakan sebotol air minum di dalam tasnya. Luas biasa nih si istri, tambah sayang deh. 

Setelah membatalkan puasa, kebingungan dimulai. Memasuki mall dengan pemeriksaan yang sangat ketat, dari mengecek suhu sampai memeriksa kita pakai masker apa gak. Setelah lolos dari pemeriksaan, kami berjalan menuju lantai paling atas. Saya takjub saat itu. Gak ada satupun tempat makan yang menyisakan untuk kami. Semuanya meja kursi sudah full dipesan oleh pengunjung lainnya. Kami dibuat bingung mau mencari dimana lagi. Yasudah, kami memutuskan untuk berkeliling sambil cuci mata saja dulu.






Saya mencoba memberikan rekomendasi kepada papa mama tempat makan lainnya yang berada di lantai 1 mall ini. Akhirnya jatuh ke Kampong Melayu. Itupun hampir gak dapat tempat duduk juga. Syukurnya ada sepasang suami istri yang memanggil kami untuk mengambil tempat mereka.  Baik sekali mereka, semoga kebaikan mereka mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.

Setelah pelayan sudah membersihkan dan membereskan semua yang ada di atas meja, kami segera duduk. Selanjutnya, si pelayan menyerahkan sebuah daftar menu ke kami. Pilih-pilih menu, syukurnya semua yang kami pesan tersedia. Ini yang saya suka, tempat kece dengan menu-menu kece pula. 

Lihat-lihat daftar menu, beragam masakan yang tersaji disini. Semuanya Indonesian Food, seperti nasi goreng, sop, mie-miean, sate ada juga disini. Berbagai jenis minuman juga ada. Seperti kopi, teh, jus, es campur dan masih banyak lainnya. Gak perlu mikir kelamaan mau milih menu yang mana, semunya terlihat enak dan saya sudah beberapa kali datang kesini untuk mencicipi menu-menunya. Bagi saya sih uenak banget. 

Soal harga, disini ada yang gak terlalu mahal, ada juga yang harga mahasiswa. Ada pepatah "Harga Gak Pernah Menghianati Rasa". Rasanya enak, hargapun mengikuti. Ada juga rasa kurang, tapi harganya waw banget. Tapi syukurnya di Kampong Melayu, kelezatan masakannya gak perlu diragukan lagi (bukan ngendorse).





Alasan memilih Kampong Melayu yaitu tempatnya nyaman dan adem. Desain ruangan restonya juga kece dan saya suka. cat dinding ruangan berwarna klasik dan Indonesia banget. Beberapa hiasan yang berupa burung, ayam dan makanan yang terpajang di sudut ruang. Kursi dan meja juga dibuat kekinian. Nuansa klasik tapi semua asesorisnya kekinian.

Ruangan dibagi dua, ada no smooking dan smooking. Berhubung hanya si papa saja yang ahli hisap, kami memilih meja di no smooking. Kalau si papa mau ngisap, bisa ke ruang smooking yang sudah disediakan. Keluarga sangat senang berbuka puasa disini meskipun diburu-buru dengan waktu. Terpenting semuanya masih bisa menikmati pelayanan yang diberikan dari tempat ini.

Lagi-lagi tantangan bukber di luar rumah seperti ini. Makan bareng di suatu ruangan bersama orang banyak yang kita gak tau apakah mereka ada membawa virus atau gak. Apalagi saya dan istri membawa anak kecil umur setahun. Semuanya terlihat tenang dan nyaman-nyaman saja. Meskipun begitu, kita semua harus tetap mematuhi protokol kesehatan yang gak bosan-bosannya disosialisasikan oleh pemerintah. Semoga saja kita semua dijauhi oleh wabah penyakit, apapun itu. Amin. 

Di beberapa kesempatan, saya sering sekali mensosialisasikan untuk tetap menjaga kesehatan dan selalu menerapkan protokol kesehatan baik di akun twitter, facebook, whatsaap maupun di tulisan blog pribadi. Bukannya menentang bukber di luar rumah sambil berkumpul-kumpul. Tapi harus sadar diri, pandemi ini belum selesai. Kalau sekali-kali bolehlah, asalkan tempatnya nyaman, jarak antara meja satu dan lainnya gak berdekatan, dan terpenting gak berdesak-desakan. 


Nasi Bakar Ayama Balado


Kita lupakan sejenak Covid-19, Yuuk berbuka puasa dulu, mencicipi beberapa menu yang sudah dipesan !.

Di Kampong Melayu, saya punya pilihan menu favorit yaitu Nasi Bakar Ayam Balado. Sudah dua kali saya datang kesini, sudah dua kali pula saya memesan menu yang sama. Rasaya enak banget. Kebetulan juga saya penyuka nasi bakar, saya langsung memesan masakan ini. Dari fotonya sangat meyakinkan sekali. Kalau gak percaya boleh kalian pesan (bukan ngendorse). 

Nasi Bakar Ayam Balado khas Kampong Melayu tampilannya kece. Nasi putih ditaburi potongan daging ayam serta dilumuri dengan saos balado, jagung dan potongan tomat. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan ke dalam tempat mirip dengan panci berwarna hitam dan ditutupi dengan kayu berbentuk lingkaran. Proses akhir selanjutnya dibakar. Aroma nasi bakar langsung tercium disaat saya membuka bungkusan daun pisang yang masih panas. 

Sayangnya ada perbedaan yang saya rasakan disaat memesan menu ini. Porsi Nasi Bakar Ayam Baladonya agak sedikit dibandingkan saat saya pertama kali mencicipi masakan ini. Terlihat nasinya hanya sedikit, belum lagi yang lainnya juga diberikan sedikit. Masih banyakan porsi yang pertama. Agak sedikit kecewa tapi mau gimana lagi. Rasa sih oke, tapi porsi sedikit, jadi pas mau bayar agak berat karena harga juga gak sedikit. Seporsi Nasi Bakar Ayam Balado yaitu 38 ribuan. 


Gado-Gado Kampong Melayu

Nasi Uduk Ayam Goreng


Untungnya masih bisa mencicipi menu-menu lainnya yang dipesan oleh istri dan mama yaitu Gado-Gado Kampong Melayu yang bumbunya nendang banget. Ada potongan ketupat, sayur-sayuran, bumbu kacang yang dihaluskan dan kerupuk. Sayangnya kurang pedas di lidah saya sih. Tapi it's oke, rasanya sudah enak kok. Seporis gado-gado seharga 34,8 ribu rupiah. Hmmmmm, mahal atau murah ya kalau dilihat dari rasa dan porsi ?.

Selanjutnya ada Nasi Uduk Ayam Goreng. Nah ini dia menu yang pertama kali saya coba. Gak terlalu banyak sih saya makan karena ini punyanya istri, takut dia manyun kalau saya banyak habisin,hehehe. Saya suka dari penampilannya. Dihidangkan dengan rantang kayak jaman dulu. Kalau ke sawah, habis mencangkul, dibawakan sangu makan siang dengan menggunakan rantang. Ada tiga rantang, rantang yang isinya nasi uduk, sayur-sayuran dan bumbu dan rantang yang isinya ayam goreng. Soal rasa, lumayan enak. Bumbu sudah pas, tapi pedasnya kurang nendang. Seporsi Nasi Uduk Ayam Goreng diberi harga 28 ribuan (koreksi kalau salah). 


Kentang Goreng

Es Mangga Buah

Selfie dulu (Tampang belum makan)

Untuk menu Si Kenzi, bundanya memesankan dia Kentang Goreng. Untuk rasanya gak perlu dibahas terlalu detail. Sama seperti kentang-kentang goreng pada umumnya, tapi disini ukuran kentangnya lumayan besar dan ada porsinya banyak. Kenzi pun sangat menyukai kentang goreng ini. 

Untuk menu penutupnya, saya pesan yang segar-segar. Kebetulan ini minuman yang bisa diminum banyak orang karena porsinya besar banget. Sebut saja Es Mangga Buah. Ada campuran potongan buah nanas, leci, apel, lemon dan pastinya sirup mangga. Seporsi Es Mangga Buah bisa untuk empat orang. Jadi tinggal tuang di gelas dan nikmati kesegaran buahnya. Seporsi Es Mangga Buah yaitu 51 ribuan.

Meskipun di awal kecewa dengan porsi Nasi Bakar Ayam Baladonya, tapi setelah mencicipi menu lainnya, rasa kecewa itu sedikit menghilang. Untungnya rasa menu-menu disini enak-enak (gak ngendorse lhoo ya). Rekomendasi buat kalian yang lagi jalan-jalan ke Lombok Epicentrum Mall Mataram. Cari Kampong Melayu di lantai 1 Lombok Epicentrum Mall. Lebih jelasnya, bisa kalian kepoin akun instagramnya di @kampongmelayu.id 

Selamat Berbuka Puasa. Semoga kita semua selalu sehat dan tetap patuh dengan protokol kesehatan !

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 10 April 2021

Bersantai di Pantai Serasa di Jepang : Nakama Cafe Taman Sakura


Bisa bersantai bareng dengan keluarga besar itu bersyukur banget. Apalagi bisa ke pantai sambil menikmati suasana sore hari. Menunggu senja tiba dan menikmati segelas kopi. Duh nikmat sekali. 


Kebetulan sebelum Puasa Ramadhan, ada long weekend. Saya bersama keluarga besar, berkunjung ke rumah nenek di Desa Batuyang, Lombok Timur. Waktu tempuh perjalanan dari Kota Mataram kurang lebih dua jam. Berangkat sekitar jam sembilan pagi. Bapak mama sebelumnya menjemput kami di rumah. Maklum, saya bersama keluarga kecil sudah pindah ke rumah baru di daerah Lombok Barat.


Dari rumah kami, perjalanan dilanjutkan menuju arah Lombok Timur. Melewati Kediri, Narmada, Mantang, Kopang, Terara, Sikur, Masbagik, Aikmel, Apitaik dan finish di Desa Batuyang yang letaknya berdekatan dengan Pohgading dan Pringgabaya, Lombok Timur. Cuaca cerah dan sangat bersahabat, perjalanan lumayan ramai lancar.


Berjumpa dengan nenek dan anggota keluarga lainnya adalah kebahagiaan buat kami. Alhamdulillah nenek sudah sehat dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Jadi beberapa minggu sebelumnya, nenek jatuh sakit dan dilarikan ke klinik dekat rumah beliau. Sempat beberapa hari dirawat, nenek akhirnya diijinkan pulang ke rumah. Baru beberapa hari kemudian kami baru bisa menjenguk beliau. Melihat nenek sudah bisa tertawa melihat cicitnya yang datang, membuat hati kami semua lega. 


Berhubung nenek sudah sehat, kami berencana untuk refreshing sejenak. Kebetulan ada tempat bersantai yang asyik yang lokasinya gak jauh dari rumah nenek. Jadi, kami pergi bareng-bareng kecuali nenek yang gak mau diajak. Beliau lebih nyaman beristirahat di rumah saja. Oke kalau begitu. 


Tempatnya sih rekomendasi dari kedua adek sepupu yang bernama Desi dan Wulan. Kata mereka tempatnya kece dan ada cafe-cafenya. Terpenting makanan dan minumannya enak. Sekitar jam lima sore, kami menuju lokasi. Sebut saja namanya, Pantai Tanjung Menangis atau orang sekitar menyebutnya Pantai Segara. Sempat bingung sih kenapa namanya Segara, padahal di tulisannya Pantai Tanjung Menangis. 




Jadi menurut penuturan kedua adek sepupu saya, dulu memang disebut Pantai Segara yang diambil dari bahasa Sasak memiliki arti pantai lautan. Emang bener sih yang dilihat di pantai itu hamparan lautan luas. Tapi seiring berjalannya waktu, pantai ini diberi nama Pantai Tanjung Menangis. Ada juga yang menamainya Pantai Ketapang. Menurut saya sih, hal ini gak perlu diperdebatkan. Atau temen-temen yang tau sejarah kenapa pantai ini punya tiga nama ?. Bisa isi komentar di bawah !. 


Jalur menuju pantai ini dibilang gak begitu sulit. Dari perempatan Pringgabaya (eks Pasar Pringgabaya) atau di Puskesmas Batuyang, kita berbelok ke kanan. Kondisi jalannya ada yang kurang baik dan ada yang mulus. Tapi disepanjang perjalanan, kita dimanjakan oleh hamparan persawahan dan deretan perkebunan kelapa. Apalagi kalau cuaca cerah, kita bisa melihat megahnya Gunung Rinjani. Masih di musim penghujan ini, kami beruntung bisa menikmati hijaunya persawahan dan tanaman lainnya. Kece dah pokoknya. 


Sekitar dua kilometer, kami melewati jalanan yang lumayan baik sampai di pintu gerbang "Selamat Datang di Pantai Tanjung Menangis". Sore itu suasana di sepanjang pantai sangat ramai oleh anak-anak muda dari desa sekitar. Mereka ada yang nongkrong bareng temen, keluarga, pacar, atau gebetan. Suasananya mirip seperti salah satu tempat nongkrong di Lombok Barat bernama Tanjung Bias yang sedang ngehits sampai sekarang. 







Banyak dibuka cafe-cafe lengkap dengan atributnya. Kecenya lagi tempatnya keren. Meskipun pantainya berpasir hitam, menurut saya ini hitamnya beda. Hitamnya pekat dan lembut. Cocok buat bersepeda di pinggir bibir pantai. Beda dengan pantai berpasir hitam yang pernah saya datangi. 


Setelah turun dari kendaraan, kami mencari tempat untuk bersantai. Meskipun banyak cafe disini, kami mencari yang gak banyak orang dan bisa buat duduk nyaman. Maklum saja, di jaman Covid-19 yang gak tau kapan berakhir ini, kami harus menjaga diri. Jadi harus pandai-pandai mencari tempat bersantai. 


Pilihan kami jatuh pada Nakama Cafe Taman Sakura, salah satu cafe diantara cafe-cafe lainnya yang cukup kece. Bukanya dari sore hari sampai malam. Uniknya ada deretan tanaman bunga sakuranya. Ini bunga gak asli Bunga Sakura lhoo ya. Hanya saja, dirangkai menyerupai pohon dengan bunga-bunga sakuranya yang terbuat dari bahan pelastik. Cukup instagramable untuk eksis foto-foto. Serasa seperti di Jepang.

 








Menariknya disini, tempat duduknya yaitu bean bag warna-warni dan meja kayu. Pasir pantainya juga bersih dan gak banyak sampah yang berserakan. Angin laut juga gak kencang dan gak ada ombak. Pas banget untuk sekedar bermain air dan berenang di pantai ini.  


Menurut beberapa artikel yang sudah saya baca dari pantai ini, ada kepercayaan apabila mandi di air laut Pantai Tanjung Menangis bisa mengobat beberapa penyakit seperti asam urat, gatal-gatal di kulit, stroke, rematik, pegal linu dan lain sebagainya karena ada kandungan zat ionnya. Bisa percaya bisa gak, tapi buat saya duduk di pantai dan berenang itu bisa meningkatkan imunitas dan buat suasa hati happy. Bener gak ?. Kapan-kapan saya pengen berenang disini dah kalau kesini lagi. 


Semakin sore, langit semakin cerah dan berwarna orange. Dari kejauhan, di sebelah utara terlihat Bukit Kayangan dan Gunung Rinjani yang sangat kokoh. Di sebelah barat, terlihat matahari sebentar lagi akan tenggelam. Di sebelah timur atau yang menghadap Selat Alas terlihat deretan perbukitan Pulau Sumbawa yang sangat indah. 


Duduk bersantai sambil melihat buku menu, ada beberapa menu yang kami pesan. Meskipun namanya Nakama Cafe, bukan berarti menunya ada sushi, dorayaki (kesukaan Doraemon), atau donburi. Di cafe ini menunya ala-ala cafe jaman sekarang. Kebanyakan sih cemilan sih yang saya ingat. So, saya gak tau juga kenapa dinamakan Nakama Cafe. Mungkin ada yang tau asal muasal dinamakan demikian ?.






Menu yang kami pesan; ada kopi hitam panas, kebab, kentang goreng, es teler dan lain-lain. Pelayanannya sejauh ini cukup memuaskan. Mas-masnya sangat ramah kepada pengunjung, pakaian juga sangat rapi dan kompak. Memakai kaos hitam bertuliskan Nakama Cafe. Buat saya ini cafe cukup profesional dan serius dalam memanjakan para pengunjung yang datang sambil bersantai. 


Menu sudah dipesan, pelayan yang sibuk menuliskan nama-nama menu di sebuah selembar kertas kecil, segera bergegas menuju kasir untuk segera diproses. Terlihat orang-orang di dapur kerja sangat cepat sekali. Sambil menunggu pesanan datang, emak-emak asyik ngobrol ngalor-ngidul. Istri terdiam menikmati suasana pantai. Saya sibuk foto-foto gak jela. Bapak mah biasa, menjiwai sebagai ahli hisap yang konsisten berada dimana saja. Adek-adek sibuk eksis dan tiktokan. Kalau si kecil ngapain ya ?.


Si kecil gak mau duduk, pengennya diajak jalan-jalan sekitaran pantai. Melihat anak-anak kecil mandi di pantai, para nelayan yang mau pergi melaut dan ada juga warga desa yang sedang menangkap ikan menggunakan jala dari pinggir pantai. Suasana desa nelayan yang sudah lama gak saya lihat semenjak membatasi diri untuk gak kemana-mana di tengah pandemi Covid-19 setahun yang lalu.

 

Es Teler

Kopi hitam panas

Kebab

Kentang goreng


Sedikit mereview menu yang kami pesan. Saya sendiri memesan kopi hitam saja, sedangkan istri memesan kebab dan es teler. Disini es telernya enak banget lho ya. Gak menggunakan pemanis buatan. Ada cincaunya, ada potongan buah alpukat, buah naga, nangka dan kelapa muda. Apalagi ditambah dengan sirup pandan dan susu kental manis, menambah aroma menyengarkan di setiap tegukannya. 


Saya juga mencicipi kebabnya. Ada potongan sosis sapi, saos dan bumbu kebab seperti biasanya. Kulit kebabnya lumayan renyah. Sekedar saran saja, mungkin perlu ditambahkan sayur kol dan sayuran lainnya biar tambah enak. Cara penyajiannya juga saya rasa masih kurang oke. Mungkin kedepannya lebih baik lagi dalam hal penyajiannya makanan dan minumannya. Kalau kentang gorengnya rasanya biasa saja. Perlu ada inovasi kedepannya, gimana cara untuk membuat makanan itu menarik dan buat para pengunjung penasaran. 


Over all, pelayanannya cukup baik dan tempatnya juga bersih menurut saya. Kami gak terlalu lama menunggu menu yang kami pesan. Makanannya juga gak dingin alias masih hangat. Kopi hitam panas juga sudah mantap rasanya. Sangat cocok dinikmati sambi duduk di atas bean bag.


Buat kalian yang sedang bingung mencari tempat nongkrong sore hari, bisa mencoba di Nakama Cafe, Pantai Tanjung Menangis. Lokasinya ada di Pringgabaya, Lombok Timur. Untuk mencari lokasinya gak terlalu sulit. Bila gak mau ribet nanya orang, kalian bisa buka google maps. Atau mau ngajak saya juga boleh. Pantai Tanjung Menangis buka dua puluh empat jam. Untuk masuk, gak dikenakan tarif (di hari-hari tertentu saja). Rekomendad buat ngabuburit besok disaat Bulan Puasa yang tinggal menghitung hari.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra