Saturday 30 June 2018

Soft Opening The Gade Coffee & Gold Lombok


Buat kalian yang hobi minum kopi apalagi suka nongkrong-nongkrong ngopi (nongki) di coffee shop, saya punya rekommended baru nih. Tempat yang kece dan buat betah duduk berlama-lama sambil menikmati minuman kopi favorit

Coffee shop sudah mejamur dimana-mana, bahkan di setiap sudut jalan banyak kita jumpai berbagai macam coffee shop dengan desain interior yang menarik. 

Saya termasuk orang yang suka menghabiskan waktu di coffee shop. Menulis dan ngobrol-ngobrol santai bareng rekan kerja dan gebetan. Selain suasana yang sangat nyaman dan menyenangkan, di coffee shop juga banyak pilihan menu yang sesuai dengan lidah. Gak hanya menyediakan aneka macam kopi, di coffee shop juga terdapat aneka minuman selain kopi yang menggoda untuk dicoba. 

Buat kalian yang tinggal di Kota Tua Ampenan, Lombok, kini sudah hadir tempat ngopi yang kece dengan nuansa yang berbeda dari tempat ngopi lainnya. The Gade Coffee & Gold, nama yang unik bagi saya. Terletak di samping Kantor Pegadaian Ampenan, Jalan Koperasi No.1, Ampenan, Kota Mataram. 


Hari Jumat malam, tanggal 29 Juni 2018, The Gade Coffee & Gold Lombok baru saja soft opening. Para direksi dan undangan lainnya sudah ramai yang datang menunggu acara dimulai. Saya yang termasuk undangan pun segera berbaur dengan tamu undangan lainnya, diantaranya para karyawan Pegadaian dari berbagai kantor cabang di Pulau Lombok dan saya sendiri dari blogger. Ada live music, nyicip kopi gratis dan nonton bareng Piala Dunia Russia 2018 yang diadakan di acara soft opening.

Pasti kalian bertanya, "Kok yang diundang para karyawan Pegadaian yaak?". The Gade Coffee & Gold merupakan coffee shop milik dari PT.Pegadaian (Persero). Kurang lebih sudah empat cabang yang dibuka, antara lain Jakarta,Yogya, Bali dan yang terkini yaitu di Kota Tua Ampenan, Lombok. 

Dari namanya saja sudah unik, The Gade Coffee & Gold. Alasannya yaitu meminum kopi sambil menabung emas (gold) karena PT.Pegadaian (Persero) identik dengan emas. Habis menabung emas, kita ngopi-ngopi kece dulu biar tabungan emas kita banyak. Tabungan buat ngelamar dia, Asyiikk. 







Desain Interior 

Saat memasuki ruang The Gade Coffee & Gold yang minimalis, nuansa gold menjadi dominan. Warna lampu, hiasan, kursi duduk dan jendela semuanya serba gold. Pencahayaan lampu yang terpancarkan membuat ruang coffee shop menjadi sangat elegan. 

Ruang coffee shop ini dibagi menjadi dua. Ada ruang indoor dan outdoor. Bagi yang ingin duduk santai sambil pengen ngadem, kalian bisa memilih duduk di dalam coffee shop. Ada sofa-sofa empuk di bagian sudut ruang lengkap dengan meja minimalis, lengkap dengan tempat colokan di bagian bawah sofa, ruang yang dingin beraromakan khas kopi. Bagi yang bekerja menggunakan laptop, sangat cocok memilih duduk disini. Ada juga tempat duduk yang terdiri dari meja minimalis dengan empat kursi yang berwarna brown & gold. Untuk ruang outdoornya masih dalam proses pengerjaan dan akan saya tulis di tulisan selanjutnya.

Buat yang datang sendirian, kalian bisa memilih duduk di bagian bar di sebuah kursi yang cukup tinggi sambil melihat barista kece dan manis yang lihai membuat minuman kopi dengan keahliannya. Saya pun sempat berkenalan dengan baristanya yang bernama Mbak Della. Kalau gak salah si mbaknya asli Semarang, Jawa Tengah. Mbak Della sudah lama menjadi seorang barista profesional dan sudah diundang kemana-mana, keren kan !. 

Tapi tunggu dulu, Mbak Della hanya sementara saja di Lombok alias bukan barista tetap di The Gade Coffee & Gold Lombok. Mbak Della bersama kelima rekannya dari Jakarta menjadi supervisor saja dan informasinya lagi buka lowongan kerja nih. Mereka lagi mencari dua barista pro untuk bekerja di The Gade Coffee & Gold Lombok. Bagi kalian yang baca blog ini dan berminat, bisa langsung kontak instagramnya (ig: @thegade.coffeegold). 







Pilihan Kopi

Kalian pecinta kopi pasti merasa senang kalau datang ke coffee shop yang memiliki aneka kopi dan bisa dicicipi satu per satu. Saya pun memesan secangkir Cappucinno Hot sambil duduk di bar dan memperhatikan barista membuat kopi. 

Pilihan kopi yang berkualitas dapat disajikan menjadi minuman yang khas dari beberapa biji kopi yang ada diantaranya Gayo, Flores Bhajawa, Lintong Silabang, Blue Raung, Kerinci (Black Honey) dan jenis Robusta (Dewata Madu dan Temanggung). Untuk Kopi Sembalun asli Lombok sepertinya belum tersedia dan menjadi request saya saat itu saat ngobrol-ngobrol santai bareng Mbak Della si barista cantik dari Semarang. 

Meskipun gak terlalu paham sama ilmu perkopian, tapi saya sedikit demi sedikit tau mana saja kopi yang enak dan favorit bagi si pecinta kopi. Mbak Della banyak menjelaskan tentang cara membuat kopi. Meracik kopi saja ada formulanya lhoo, sama seperti meracik obat. Takaran harus pas dan membuat kopi harus pakai hati. Mood lagi bagus, pasti minuman kopi itu enak meskipun pahit. Sepahit-pahit kopi yang diminum, dibalik itu ada seorang barista cantik yang membuatnya, Asyiikk...peace Mbak Della. 



Suasana malam itu sangat ramai sekali oleh para tamu undangan yang datang. Beberapa dari mereka ada yang eksis banget. Maklumlah, jaman sekarang yang namanya medsos itu sudah menjadi virus. Virus yang membuat kita gak mau ketinggalan eksis di dunia maya. 

Ngopi-ngopi kece sambil duduk santai, gak lengkap rasanya kalau gak fotoan alias eksis bareng. Datang ngopi gratsis dan dapat kenalan baru, sangat menyenangkan bagi saya. Sebelum acara selesai, kamipun ngobrol-ngobrol dan fotoan bareng. Saling tukar akun medsos dan ujung-ujungnya minta dikirimin foto-foto,hehehe. 

Cerita saya tentang The Gade Coffee & Gold Lombok belum selesai. Ini masih acara Soft Opening dan gak lama lagi The Gade Coffee & Shop akan Grand Opening. Untuk hari dan waktunya akan diinfokan lewat akun instagramnya. Bocorannya sih di awal bulan depan dan akan diundang para blogger juga lhoo, ditunggu saja !. 

Thank's The Gade Coffee & Gold Lombok sudang mengundang saya. Semoga semua persiapan Grand Openingnya lancar sampai hari H dan Sukses Selalu. Amiiinn 

***

Lokasi The Gade Coffee & Gold 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Thursday 28 June 2018

Keindahan Pantai Maluk yang Mempesona


Hari Senin, tanggal 11 Juni 2018 

Adzan Subuh sudah menggema dan kita pun sudah gak boleh makan dan minum lagi. Sehabis makan sahur dan Shalat Subuh, saya menyiapkan perlengkapan dan kebutuhan selama ngetrip hari itu. Mesin sepeda motor pun sudah dipanaskan. Oke, perjalanan kali ini cukup panjang, stamina harus selalu terjaga apalagi perginya saat berpuasa.

Dalam cerita kali ini saya gak sendirian. Saya ditemani oleh si doi. Setelah berpamitan sama keluarga, kami berdua langsung berangkat lebih pagi biar gak kena macet di jalan.

So.. Tulisan ini adalah cerita trip saya di Bulan Ramadhan tahun ini (2018). Kalau boleh nanya, "ngetrip saat berpuasa, asyik gak sih? ". Kira-kira menurut kalian asyik gak?.

Mungkin banyak yang berpendapat kurang kerjaan ngetrip saat berpuasa. Ada juga yang sebaliknya, ngetrip saat berpuasa itu asyik-asyik saja. Gak sedikit juga yang khawatir kalau ngetrip nanti puasanya bisa batal. Macam-macam pendapat, tapi gak apa-apa. Namanya juga beda-beda kepala di setiap orangnya.

Oleh karena itu saya ingin mencoba ngetrip saat berpuasa itu rasanya gimana. Kalau boleh jujur, ini trip pertama saya saat berpuasa. Biasanya dulu hanya pulang mudik dari Yogya ke Lombok dan gak mampir dimana-mana. Jadi ini kesempatan untuk trip kece. Untung si doi juga mau ikut. Asyiik, ada yang nemenin.






Berangkat dari Kota Mataram sekitar jam tujuh pagi menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur menggunakan sepeda motor. Saya lebih suka pergi ngetrip menggunakan sepeda motor. Alasannya, ngirit di bahan bakar dan gak ribet kalau bertemu dengan jalur dengan kondisi jelek sekalipun. 

Di jalur lintas Kota Mataram - Lombok Timur, kendaraan sudah ramai lalu lalang. Maklum saja, arus mudik sudah mulai padat-padatnya. Memakan waktu dua jam perjalanan, kami berdua sudah sampai di Pelabuhan Kayangan. Untungnya kami gak perlu mengantri lama. Kurang lebih lima belas menit, kami sudah masuk ke dalam kapal ferry. 

Cuaca di Selat Alas cukup cerah dan arus laut gak begitu deras. Kapal ferry yang kami tumpangi juga cukup bagus dan cepat. Pelayaran menggunakan KMP Garda Maritim sangat lancar. Saya menikmati pelayaran menuju Pelabuhan Poto Tano, Pulau Sumbawa. Melewati pulau-pulau kecil, ada Pulau Paserang, Pulau Kenawa dan lainnya. Deretan perbukitan Pulau Sumbawa yang sangat gersang pun menambah keeksotisan alam dari Tanah Samawa.

Gak memakan waktu lama, hanya satu setengah jam pelayaran. Kapal kami sudah merapat di dermaga Pelabuhan Poto Tano.

Welcome to Sumbawa Island !!!

Disinilah perjalanan kami berdua dimulai. Kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Taliwang. Jarak Kota Taliwang dari Poto Tano sekitar 31 km. Hanya membutuhkan waktu setengah jam, kami sudah sampai di Kota Taliwang. Suasana dalam kota siang itu cukup lengang. Gak ada aktivitas yang berarti karena sedang berpuasa dan seluruh kantor pemerintah sudah libur panjang lebaran.

Setelah muter-muter kota, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Maluk, Sumbawa Barat. Cuaca cerah dan terik matahari sangat menyengat siang itu. Meskipun panasnya Pulau Sumbawa, gak membuat kami berdua mengeluh. Justru yang ada kami menikmati setiap perjalanan saat itu.

Perjalanan dari Kota Taliwang menuju Pantai Maluk sekitar 34 km lagi dan memakan waktu hampir satu jam. Buat kami ini masih dekat namanya karena gak memakan waktu berjam-jam. Kondisi jalannya pun sudah bagus meskipun kami berdua melewati perbukitan yang sangat gersang, jalanan menanjak dan berkelok-kelok. Sebelum sampai di Pantai Maluk, kami melewati Pelabuhan yang cukup terkenal yaitu Pelabuhan Benete. Pelabuhan Benete merupakan pintu gerbang menuju perusahaan tambang terbesar di Indonesia yaitu PT.Aman Mineral (dulunya PT.Newmont). Aktivitas para karyawan cukup sibuk siang itu. Meskipun sedang berpuasa, aktivitas pertambangan gak boleh berhenti, Salut !!!. 

Gak lama kemudian, kami sudah sampai di Desa Maluk. Sempat kebingungan letak pantainya dimana. Sepeda motor menepi di sebuah warung makan yang sudah buka meskipun warungnya ditutupi oleh gorden biar gak mengganggu warga yang berpuasa. Kami bertanya ke seorang ibu paruh baya yang sedang duduk santai di depan warung dengan ibu-ibu lainnya. 

Si doi : "Jalan menuju Pantai Maluk lewat mana ya bu ?". Si ibu pun tersenyum kepada kami berdua dan menjawab "Pantai Maluk sudah lewat mas, ada di Desa Maluk"

Saya : "Lah terus ini desa apa ?". Ternyata kami berdua sudah berada di daerah Sekongkang, wah sudah lewat jauh nih. 

Kami : "Terimakasi bu atas informasinya". Untung nanya, kalo gak mungkin kami sudah keliling Pulau Sumbawa untuk mencari pantai bernama Pantai Maluk. Untung juga si doi sabar orangnya. Gak sabar lagi, tapi ketawa mulu sepanjang jalan. Ketawain saya yang gengsi bertanya sama warga gara-gara lebih mengandalkan Si Goggle Maps

Si doi : "Masih percaya sama Google Maps atau warga sekitar"?. 
Saya : "Iye iye, percaya dua-duanya. Apalagi percaya sama kamu itu seratus persen", eheeemm asyik.




Bertanya ke warga desa itu menyenangkan karena mereka ramah-ramah oleh pendatang. Gak pelit senyuman juga. Oke, berhubung Pantai Maluknya sudah terlewat jauh, kami berdua kembali melewati jalur sebelumnya. Sesampai di Desa Maluk, kami mencari pintu masuk di kiri jalan sesuai petunjuk si ibu tadi. Akhirnya jalur menuju Pantai Maluk ketemu juga. Perasaan lega dan seneng bisa menemukan pantai yang bisa dibilang sangat eksotis. 

Gak jauh dari jalan raya Desa Maluk, kami akhirnya sampai juga di pantai ini. Kami berdua disambut oleh keindahan yang jarang saya temukan di pantai-pantai Pulau Sumbawa yang pernah saya datangi. Angin pantai yang sepoi-sepoi, udara segar khas pantai dan cuaca yang sangat cerah. Pasir putih yang sangat lembut membuat saya pribadi jatuh cinta dengan pantai ini. Melihat hijau birunya air laut dan perbukitan yang sangat eksotis, membuat suasana hati menjadi bahagia apalagi ditemani oleh orang yang sangat saya sayangi saat ini. 




Suasana Pantai Maluk gak terlalu ramai bahkan sangat sepi di siang itu. Maklum saja, ini kan suasana puasa. Mungkin nanti sore ramainya disaat warga desa pergi ngabuburit ke pantai ini sambil menunggu waktu berbuka puasa. 

Pantai Maluk sangat eksotis dan sunyi. Ternyata ada juga pantai indah di Pulau Sumbawa. Terlihat bener-bener indah kalau melihat langsung bukan dari foto-foto di media sosial lhoo. Melihat warna hijau birunya  laut yang sangat menggoda untuk segera menceburkan diri ke air. Ada keinginan untuk berenang tapi sayang, saya gak membawa pakaian renang. Niat untuk berenang pun saya urungkan dan kubur dalam-dalam. Next Time..Kalau datang kesini lagi, saya pasti berenang.




Berada di sebuah destinasi gak lengkap rasanya kalau gak berinteraksi dengan warga sekitar. Saya pun ikut bergabung dengan anak-anak desa yang kebetulan sedang asyik bermain di pinggir pantai. Ada namanya Daeng, Umi, Hasan dan lainnya (saya lupa namanya). Mereka pun gak malu-malu buat difoto, bahkan mereka semua eksis. 

Ketika saya sedang asyik bermain dengan anak-anak desa, dari kejauhan si doi lagi asyik juga dengan pasir putih khas Pantai Maluknya. Pasir putihnya mau dibawa pulang sama dia alias dikoleksi katanya. Dia suka dengan pantai dan pasir. Di setiap pantai yang dia sudah kunjungi, pasti pasirnya dibawa pulang. Asalkan jangan dibawa pulang satu karung ya yank, bingung cara bawanya, hehehe.

Kecenya disini, pantainya bersih banget. Gak ada sedikitpun saya menemukan sampah. Meskipun berada di daerah pemukiman penduduk nelayan, pantai ini tetap terjaga kebersihannya. Saya salut dengan kesadasaran warga sekitar Pantai Maluk yang selalu mejaga pantainya tetap bersih dan indah. Begitu juga buat para pengunjung. Selalu buang sampah pada tempatnya agar pantai yang cantik ini selalu kece dan enak dipandang. 

Setelah puas menikmati Pantai Maluk, kami berdua segera melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Dimana itu ?. Sabar ya, ceritanya saya tulis di postingan selanjutnya. Comming Soon

***

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 23 June 2018

Cerita Sehari Bersama Gili Trawangan


Jalan - jalan ke pantai saat cuaca cerah sangat menyenangkan sekali. Apalagi perginya bareng pasangan, wah lebih menyenangkan lagi. Ada temen ngobrol, bisa lihat senyumannya, bisa fotoan bareng, pokoknya bisa ngapa-ngapain dah (Catatan : buat jomblo gak berlaku).

Beberapa hari yang lalu saya bareng seseorang (eheem) pergi ke Gili Trawangan. So... Kali ini saya akan bercerita tentang jalan-jalan saya seharian di Gili Trawangan. Ada apa saja sih di Gili Trawangan sekarang ini ?. Dibaca terus dan diliat postingan foto-foto kece saya pastinya, hehehe.

Welcome to Gili Trawangan !!!

Perjalanan dimulai menyusuri sejuknya jalur Monkey Forest (Pusuk) yang agak lenggang pagi itu. Gak ada kepadatan kendaraan yang biasa dilihat beriringan di jalur pegunungan yang berkelok-kelok khas Pusuk. Puluhan monyet terlihat sudah menunggu belas kasihan para pengendara yang sedang melintasi daerah mereka. Kacang-kacangan dan buah pisang adalah makanan favorit yang biasa pengunjung berikan ke para monyet.

Setelah beristirahat sejenak sambil memperhatikan kawanan monyet yang sedang sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara.




Waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi, kami sudah berada di Pelabuhan Bangsal. Setelah membeli tiket publik boat menuju Gili Trawangan seharga 15K per orang, kami menunggu panggilan menaiki perahu boat yang akan membawa kami menuju gili impian semua orang.

Perlu diketahui, warna tiket publik boat menuju Gili Trawangan berbeda-beda di setiap boatnya. Jadi diperhatikan ya, jangan sampai salah naik boatnya. Begitu juga dengan tiket yang menuju Gili Meno dan Gili Air, berbeda juga. 

Gak lama menunggu, kamipun dipanggil untuk segera menaiki perahu. Tiket sudah dicek oleh petugas dan saatnya naik ke atas boat. Perahu boatnya cukup besar, luas dan ada baju pelampungnya. Agak sedikit aman nih kalau terjadi apa-apa di tengah laut.

Penyeberangan dari Pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan membutuhkan waktu hanya lima belas menit saja. Cuaca pagi itu cukup cerah dan gelombang laut gak terlalu besar. Bisa dibilang perjalanan lancar-lancar saja.







Air laut berwarna hijau toska dan pasir putih menyambut kami saat perahu sudah menyentuh pasir pantai Pelabuhan Gili Trawangan.

Keramaian oleh kesibukan para pemilik perahu boat dan pengunjung menjadi pemandangan di pagi itu. Sudah lama saya gak kesini. Hampir tiga tahun lamanya saya gak menyentuh pasir putih khas Gili Trawangan. Sudah banyak yang berubah dari tiga tahun yang lalu. Terutama cafe-cafe sudah banyak yang baru. Klinik juga sudah menjamur, masjidnya juga sudah bagus.

Disinilah petualangan saya menyusuri setiap jengkal dari Gili Trawangan dimulai. Meskipun gak semuanya, tapi saya akan berbagi cerita saat berlibur sehari di gili idaman para artis ini. 

Gili Trawangan merupakan destinasi wisata paling laris dan kece bagi para wisatawan yang datang berlibur ke Pulau Lombok. Salah satu gili terkece dari ketiga gili yang saling berdekatan antara lain Gili Air, Gili Meno dan paling ujung, Gili Trawangan.

Gili Trawangan memiliki panjang 3 km dan lebar 2 km. Dibandingkan dari dua gili lainnya, Gili Trawangan adalah gili terbesar dan teramai. Banyak para wisatawan baik lokal maupun mancanegara menghabiskan waktu berlibur di gili ini. Gili yang memiliki banyak acara atau party, Gili Trawangan jawabannya. 






Saya bersama mbak cantik bernama Kiki menuju bagian selatan gili dengan berjalan kaki. Kenapa gak pakai sepeda atau Cidomo ?. Kami sengaja berjalan kaki biar berasa jalan-jalannya. Berjalan di terik matahari, menikmati angin pantai yang sepoi-sepoi sambil cuci mata pastinya, hehehe. Kami berdua sangat enjoy saat itu.

Di Gili Trawangan gak ada kendaraan bermotor seperti sepeda motor atau mobil karena aturannya melarang kita untuk menggunakan kendaraan bermotor dengan alasan polusi udara. So.., hanya ada alat transportasi khas Gili Trawangan yang dapat kita jumpai yaitu sepeda dan cidomo yang disewakan. Sewa sepeda bisa seharian. Kalau gak salah, harga sewa sepeda saat ini kisaran 50K-80K (mohon dikoreksi bila keliru). Mengelilingi Gili Trawangan seharian menggunakan sepeda bersama keluarga atau teman sangat mengasyikkan. Tapi ingat, jangan dilepas sembarangan sepedanya bila gak ingin diamankan oleh petugas disana !. 

Sedangkan untuk Cidomo, kita bisa menyewa satu Cidomo seharga 150K sekali jalan. Cidomo itu apa sih ?. Cidomo itu alat transportasi tradisional mirip seperti delman atau dokar yang ditarik oleh seekor kuda. Cidomo punya kepanjangan yaitu Cikar Dokar Motor. 

Tapi berhubung lagi pengen menikmati gili dengan puas, saya bersama si doi lebih memilih berjalan kaki. Selain puas bisa cuci mata, jalan kaki juga bisa bikin kita sehat. 

Sekarang di Gili Trawangan sudah sangat jarang kita temui tanah kosong lagi. Hampir semuanya sudah dibangun sebuah resort, cafe-cafe kece dan ada satu spot yang saya seneng banget. Apa itu ?? (lihat foto dibawah)



Keren kan ?

Wajah baru dari Gili Trawangan. Sebuah jembatan kayu tempat Kids Jaman Now berfoto selfie dan emang cocok banget fotoan disini (instagrammable). Jembatan kayu ini sudah lama eksis di dunia medsos yaitu di instagram. Banyak kita jumpai foto-foto kece jembatan kayu ini lengkap dengan modelnya di instagram. 

Jembatan kayu di tengah rimbunnya puluhan pohon cemara ini merupakan milik dari sebuah resort. Sebenarnya spot ini gak buat umum, tapi karena mas-mas penjaganya saat itu lagi berbaik hati, kita yang pengen eksis disana diijinkan untuk mengambil beberapa foto.

Kata mas penjaganya, "Cepetan ya, Jangan lama-lama. Nanti dilihat sama yang punya resort !". Thanks for you mas broo. Akhirnya kami dapat beberapa foto kece ala-ala jembatan kayu. Sayapun bertemu teman lama disini. Teman dari SMP yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan listrik terbesar di Indonesia di Jakarta. Dia bersama teman kerjanya berlibur ke Pulau Lombok. Itu asyiknya traveling,bertemu dengan teman lama dan teman baru yang asyik-asyik. Untuk kenang-kenangan, kami berempat fotoan eksis di jematan kayu yang instagrammable ini.




Habis fotoan di jembatan kayu, kami beristirahat sejenak di pantai yang terletak di bagian selatan Gili Trawangan. Lumayan juga jalan kaki sekitar setengah jam dari pelabuhan Gili Trawangan.

Oke, saatnya kita menikmati pemandangan pantai dari Gili Trawangan dulu. 

Gili Trawangan memiliki pantai yang sangat eksotis dan gak ada tandingannya. Kenapa saya bilang begitu, karena pantai Gili Trawangan memiliki pasir berwarna putih, perpaduan warna laut yang kece (hijau,biru muda, biru tua), dari sini kita bisa melihat deretan pegunungan Pulau Lombok. Dan yang gak kalah kecenya, kita bisa melihat para bule cewek mandi dan berjemur disini, hehehe (bayangin sendiri aja).

Duduk manis di atas pasir sambil ngobrol-ngobrol bareng si doi (obrolin masa depan). Sedangkan dua teman  saya yang sempat ketemu tadi, lagi asyik berenang di pantai yang ombaknya lumayan besar siang itu. Angin pantai yang sepoi-sepoi membuat saya sedikit mengantuk, maklum lagi jam tidur. Disaat kami berdua sedang asyik kencan, saya melihat ada dua ekor kuda berwarna hitam yang sedang berlari di pinggir pantai. Kuda satunya ditunggangi oleh mas-mas berkacamata hitam, sedangkan kuda satunya rupanya lagi jomblo,hehehe. Keliatannya si pemilik kuda akan memandikan kedua kudanya.

Benar saja, gak lama kemudian kedua kuda tersebut berjalan ke tengah pantai. Saya pun tergoda untuk melihat kedua kuda tersebut dari dekat. Si doi pun ikut menuju kedua kuda yang sedang asyik bermain air laut. Sadar si pemilik kuda lagi saya foto, dia bersama kedua kudanya eksis saat difoto. Kalimat yang diucap si pemilik kuda ke arah saya, "Jangan lupa kirimin fotonya ke pesbuuk (facebook) yaak?". Dan sampai si pemilik kuda dan kedua kudanya pergi meninggalkan kami, akun pesbuuknya saja dia lupa kasi ke saya. Terus saya mau kirimin kemana ?. Semoga saja si pemilik kuda buka google dan mampir di blog saya ini (fotonya ada di atas). Kuda saja bisa eksis ya, apalagi manusia seperti si pemilik kuda yaak, hehehe. 





Jalan kaki, cuci mata, nongkrong di pantai sambil lihat si kuda lagi bermain air laut, sudah. Apalagi yang belum ya ?.

Ohya, satu yang belum yaitu mencoba es cream gelatonya yang katanya enak. Gili Gelato, es cream ala-ala Gili Trawangan. Es cream ini katanya berasal dari Italia. Itu lhoo, negara asal dari Andrea Pirlo yang juara Piala Dunia empat kali. Tau kan ? Kalau gak tau, buka google maps dah !.

Gili Gelato memiliki banyak rasa, ada Oreo, Mocca, Cappucino, Vannila, Strauberry dan masih banyak rasa lainnya. Berhubung cuaca lagi panas-panasnya, pas banget nih menikmati es cream Gili Gelato. Mumpung sedang di Gili Trawangan, saya memesan empat macam rasa. Ada Oreo, Mocca, Vannila dan Strauberry. Soal rasa mah gak boong dah, enak dan seger semua. Mata yang mengantuk dibuat melek kembali gara-gara mencicipi Gili Gelato. Manis-manis asem gitu, pokoknya rekommended buat dicoba. 

Dimana sih kita menemukan Gili Gelato di Trawangan ?

Di cafe-cafe Gili Trawangan sudah banyak yang menjual Gili Gelato. Tapi ada dua tempat favorit saya untuk membeli Gili Gelato yaitu di cafe samping Pasar Seni Gili Trawangan dan di depan gang menuju Masjid Gili Trawangan (depan Pelabuhan). Harganya mahal gak ?. Bisa dibilang sih lumayan mahal, satu scop gelato saja kita membayar seharga 30K. Kalau kalian penasaran sama nikmatnya, dicoba saja. Duit mah bisa dicari tapi kenikmatan sangat langka kita dapatkan lagi, asyiikk (promosi).

Gimana pembaca setia blog ini, kalian tertarik jalan-jalan seperti saya di Gili Trawangan ?. Mumpung ada waktu libur panjang, gak ada salahnya dong berlibur ke Pulau Lombok dan mencoba nyebrang ke Gili Trawangan. Dijamin gak nyesel dah.  Saya tunggu cerita kalian di Gili Trawangan, Oke !. 

Cerita saya di Gili Trawangan belum selesai. Di lain waktu saya akan melanjutkan cerita mengexplore Gili Trawangan dengan cerita yang berbeda dan lebih kece lagi yaitu snorkeling dan mencoba beberapa kuliner enaknya disini. Ditunggu yaak !!! hehehe.

***

Penulis : Lazwardy Perdana Putra