Monday, 2 November 2015

Musim Kemarau di Pantai Tangsi, Pantai Pink


Posisi yang berdekatan dengan Tanjung Ringgit dan menjadi primadona wisata di Pulau Lombok, membuat tempat ini sudah tergolong mainstream. Tapi siapa sangka, jika kita mengunjungi tempat ini saat musim kemarau berkepanjangan, maka kita seperti berada di negeri Afrika atau yang paling terdekat yaitu Nusa Tenggara Timur.

Salah satu petunjuk arah menuju Pantai Pink


Jeeva Beloam Hotels yang satu jalur dan berada gak jauh dengan Pantai Pink

Pada hari yang sama, selain trip ke Tanjung Ringgit, kami juga ngetrip k Pantai Tangsi. Jarak yang tempuh hingga sampai di tempat ini yaitu sekitar delapan puluh kilometer dalam waktu dua jam perjalanan dari Kota Mataram. Sama seperti ke Tanjung Ringgit, kondisi jalan yang berdebu, masih belum rata dan bercampur dengan batu kerikil. Disepanjang jalan berjejer ratusan pepohonan yang mengering dan rumput-rumput yang menguning. Persis seperti di sebuah hutan Afrika yang banyak hewan liarnya.

Ini adalah perjalanan yang menyenangkan dan melelahkan bagi saya pribadi. Bukan karena kondisi jalannya yang kurang bagus dan jauhnya dari Kota Mataram, tapi terik matahari yang sangat luar biasa panasnya. membuat beberapa anggota trip kelelahan dan kehausan.




Pantai Tangsi warga sekitar menyebutnya, memiliki beberapa keunikan. Pertama, memiliki pasir yang berwarna pink saat waktu-waktu tertentu yaitu saat matahari terbit dan saat matahari terbenam. Berwarna pink disebabkan karena pecahan ganggang merah yang tersebar di sepanjang Pantai Tangsi. Oleh sebab itu Pantai Tangsi ini lebih dikenal dengan sebutan Pantai Pink dikalangan para pengunjung.



Sisa peninggalan pada zaman penjajahan Jepang 

Keunikan kedua, Pantai Pink gak sekedar pantai biasa. Pada zaman penjajahan Jepang di Indonesia, pantai ini dijadikan tempat pengintaian dari musuh. Dibuktikan dengan temuan beberapa gua di sekitar tebing yang masih dalam kawasan Pantai Tangsi.




Gili Petelu yang terletak di kawasan Pantai Pink

Gak hanya duduk santai di pinggir pantai sambil berkumpul dan makan-makan, kami melakukan hal lain. Dengan menyewa perahu boat yang khusus untuk mengantar para pengunjung mengexplore lebih jauh lagi tentang tempat-tempat indah lainnya. Setelah harga sewa perahu yang sudah disepakati, perahu boat mengantar kami mengelilingi beberapa pantai dan gili-gili yang berada di sekitaran Pantai Tangsi.

Warga Desa Pemongkong, Jerowaru ini sangat ramah oleh para pengunjung. Jadi jangan khawatir soal keamanan disini, warga sekitar siap menunjukkan arah dan mengantar bagi para pengunjung yang bingung untuk mencapai tempat ini. 


Berfoto bersama di Pantai Pink 2 yang berada disebelah barat Pantai Tangsi

Salah satu tempat yang baru kami ketahui yaitu Pantai Pink 2, ternyata ada juga pantai lain yang memiliki pasir berwarna pink walaupun sekilas gak terlihat pink. Pemilik perahu segera menyandarkan perahunya ke tepian pantai yang terkenal memiliki pasir berwarna pink yang lebih lembut dibandingkan pasir di Pantai Tangsi ( Pantai Pink 1 ).

Cuaca cerah, angin pantai yang sejuk, bau air laut yang menyegarkan, melengkapi perjalanan kami menyusuri Pantai Tangsi di musim kemarau ini. Rasa lelah dan kepanasan terbayarkan oleh indahnya alam Pulau Lombok yang wajib kita syukuri dengan cara menjaga dan memelihara sehingga alam ini tetap indah dan bermanfaat bagi semua orang.

Sebagai penutup cerita ini, saya mempunyai kalimat bijak yang mengatakan " Keindahan Alam yang Allah Ciptakan Harus Kita Jaga Untuk Selalu Bisa Kita Nikmatin Bersama " dan " Jangan Merusak Alam karena Alam Sama Seperti Kita yang Tidak Mau Dirusak "

My Trip My Hobi

Catatan Perjalanan  ( One Day Trip to Tanjung Ringgit dan Pantai Pink ) :

Pukul 06.30 meeting point ( Kota Mataram )
Pukul 07.00 berangkat menuju Jerowaru via Praya ( Lombok Tengah )
Pukul 07.50 istirahat di Indomaret ( Depan IPDN Prov.NTB di Praya )
Pukul 08.00 jalan menuju Jerowaru.
Pukul 09.30 istirahat di rumah makan yang terletak di Jerowaru ( sarapan pagi + beli nasi bungkus )
Pukul 10.00 jalan lagi menuju jalur Pantai Pink dan Tanjung Ringgit.
Pukul 11.00 sampai di Tanjung Ringgit ( foto-foto )
Pukul 11.30 sampai di Pantai Pink
Pukul 15.30 balik menuju Kota Mataram
Pukul 18.00 sampai di Kota Mataram dengan selamat.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday, 30 October 2015

Makan Malam Bersama Keluarga di Roemah Langko


Ada tempat makan baru nih, tepatnya di Kota Ampenan. Roemah Langko merupakan tempat baru yang gak jauh dari tempat tinggal saya. Berada di Jalan Langko bersebelahan dengan RS Bhayangkara. Awalnya gak tau ini tempat apaan, setelah saya diajak keluarga untuk makan malam, ternyata baru tau ini sebuah rumah makan. 


Saya menulis cerita ini gak ada niat untuk promosi, tapi justru karena rumah makan ini sangat saya sukai, jadinya gak salah bila diangkat sebagai tulisan selanjutnya. Roemah Langko Restaurant & Meeting Room, begitulah nama lengkap dari rumah makan ini. 

Menurut saya ini tempat unik banget dan satu-satunya rumah makan yang memiliki desain bangunan kuno gitu. Bagi pecinta kuliner, wajib datang ke rumah satu ini. Gak sekedar sebagai rumah makan saja, tetapi tempat ini membawa kita kembali ke masa lalu. Saya suka dengan sejarah, apalagi saat memasuki rumah makan yang lagi ngehits ini, is beautiful men !!!.  Bergaya klasik, unik, tapi agak sedikit horor gitu jika melihat bangunannya dari arah depan, he..he..he.. 



Berbicara soal desain bangunan, jaman sekarang bagi para pembisnis kuliner sudah menjadi prioritas utama yang harus dipikirkan dengan matang dan pas bila ingin bersaing. Selain memikirkan berbagai macam menu masakan dan minuman yang enak, harus juga memikirkan desain bangunannya. Harus unik dan lain daripada yang lain. Gak bisa dipungkiri zaman sekarang teman-teman kita termasuk saya sendiri berlomba-lomba memasang foto yang paling kece di medsos untuk mencari perhatian alias eksis, jadi harus menciptakan bangunan yang seunik mungkin dan sekece abis tanpa melanggar kode etik pastinya. 







Memasuki bagian depan Roemah Langko, kita seperti akan bertamu ke rumah menir ( Sebutan tuan/nyonya jaman Belanda ). Bener-bener seperti bangunan rumah jaman dulu. Ada bagian ruang tamu dengan beberapa hiasan di dinding. Berjalan ke bagian tengah bangunan, kita disambut oleh beberapa pelayan yang sangat ramah kepada para tamu. Ruang yang tertata rapi, ada radio tua yang terpajang di sisi sebelah timur ruangan, sepasang patung berwajah ramah, lukisan, kursi yang terbuat dari rotan bambu lengkap dengan meja bundarnya, dan sebuah pemutar musik kuno, persis seperti yang saya liat di sebuah film tahun 70an. 





Dimana ada rumah, pasti di dalamnya ada ruang makan lengkap dengan dapurnya. Desain dari Roemah Langko sangat identik dengan desain rumah pada umumnya. Uniknya lagi ruang makan disana merupakan bangunan outdoor. Tidak memiliki dinding ruangan, hanya beberapa tiang yang menahan bangunan agar tetap kokoh. Udara sangat bebas masuk, sehingga suasana menjadi sejuk. 


Gak hanya bangunan dan pernak perniknya yang kece, tapi makanan dan minumannya juga maknyus ( Kata Pak Bondan ). Menunya banyak sekali, saya gak hafal namanya karena ribet sekali disebutin. Pokoknya sejenis ayam bakar asem manis, ikan bakar, pelecing kangkung, dan masih banyak masakan yang lezat lainnya.

Ngomongin minuman spesial disini, saya hafal namanya. Es Langko, sejenis es campur tapi ada sesuatu di dalamnya yang wajib kalian coba. Pokoknya enak deh, buat ketagihan bila sudah coba es campur super dupel seger ini. Harganya pun gak terlalu mahal, gak terlalu murah alias sebanding dengan kelezatan masakannya.



Menikmati makan malam pertama bersama keluarga di Roemah Langko, menambah kehangatan diantara kami. Hiasan lampu yang cantik bergantungan di atas langit-langit bangunan, melengkapi acara makan malam kami sekeluarga. Cuma sayang gak ada live musicnya yang bisa memberikan hiburan kepada para tamu.

Saya kasi jempol pertama untuk pelayananya yang cukup memuaskan. Dari tamu datang sampai pulang, keramahan pegawai gak pernah luntur, selalu menebarkan senyum kepada para tamu. Bagi yang memiliki rencana makan malam bersama keluarga, gak ada salahnya datang ke Roemah Langko. Paling pas datang kesana saat waktu sore menjelang malam. 

Kalian tertarik, silahkan mencoba sendiri !!!.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday, 21 October 2015

Menuju Ujung Paling Tenggara Pulau Lombok : Tanjung Ringgit


Saat jam istirahat tiba, saya berbincang-bincang dengan seorang teman satu kantor. Kami membahas soal keindahan destinasi di Jerowaru. Tiba-tiba dia mengajak untuk ngetrip ke salah satu destinasi yang berada di ujung paling tenggara Pulau Lombok. Dengan persiapan waktu hanya dua hari, saya berusaha mengajak teman-teman dari "Crew Patrick" lainnya. Ternyata banyak juga yang tertarik, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke Tanjung Ringgit dengan beranggotakan sebelas orang.



Mempersiapkan apa saja yang perlu dibawa dan menggunakan kendaraan apa saja adalah hal yang sangat penting. Berhubung beberapa anggota baru ikut gabung dan masih belum berpengalaman ngetrip gila ala "Crew Patrick", akhirnya salah satu teman membawa mobil. Sisanya menggunakan motor bagi yang sudah berpengalaman touring saat musim kemarau berkepanjangan ini.


Persiapan sudah oke dan semua anggota yang bisa ikut, sudah konfirmasi. Sekitar jam tujuh pagi, kami berangkat menuju Tanjung Ringgit. Kurang lebih delapan puluh kilometer dari Kota Mataram jarak yang ditempuh dengan memakan waktu dua jam perjalanan. 



Tanjung Ringgit berada di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru. Berada di paling ujung selatan wilayah Lombok Timur, gak membuat tempat ini sepi dari para pencinta traveling. Panorama yang diberikan dari tempat ini sangat membuat orang tergila-gila, begitu juga dengan deretan tebing yang menambah nilai keindahan dari tempat ini. Dari tebing ini kita bisa melihat perahu yang lagi berlayar di laut sekitar Tanjung Ringgit.

Tanjung Ringgit memiliki sebuah cerita sejarah bagi Indonesia. Zaman Penjajahan Jepang, tempat ini dijadikan sebagai markas dan pengintai dari musuh. Jadi gak heran kita dapat menemukan sisa peninggalan dari negeri sakura tersebut berupa meriam dan gua yang dijadikan sebagai barak. 



Berpanas-panasan sambil menikmati angin sepoi-sepoi ala Tanjung Ringgit, membuat kami ingin berlama-lama menikmati surga dunia yang Allah ciptakan untuk selalu kita pelihara dan menjaganya sampai ujung hayat. Warna gradasi lautnya bagaikan lukisan dengan bentuk deretan tebing yang berwarna kecoklatan yang membuat kami langsung jatuh cinta.


Bagi saya, ini adalah ngetrip pertama sampai di Tanjung Ringgit. Jalur yang panjang dengan kondisi yang kurang baik, musim panas, pepohonan yang mengering, berdebu, rerumputan yang menguning, dan yang gak kalah kerennya yaitu deretan tebing yang indah seperti Grand Canyon di Amerika serta gradasi warna laut yang membuat Gumi Sasak ( Tanah Lombok ) ini semakin indah dan kece. 

I LOVE YOU LOMBOK ISLAND ... !!!  TRIP IS MY LIFE



Penulis: Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 17 October 2015

Catatan Perjalanan Menuju Air Terjun Mangku Sakti, Lombok Timur


Memiliki ketinggian sekitar 40 meter dengan pancuran air berwarna putih kehijauan membuat air terjun ini sangat unik dan membuat para pencinta air terjun penasaran untuk segera berbondong-bondong datang kemari. Air Terjun Mangku Sakti berada di Desa Sajang, Lombok Timur dan berada di tengah hutan belantara di kaki Gunung Rinjani.


Sama seperti Air Terjun Mangku Kodeq yang sudah saya tulis sebelumnya, air terjun ini masih dalam satu kawasan dengan Mangku Kodeq dan Kuda Sembrani yang jalurnya menuju tempat ini juga sama.

Beranggotakan tujuh petualang diantaranya dua dokter dan satu apoteker yang ikut dalam rombongan trip kali ini. Berangkat jam tujuh pagi menggunakan motor dari Kota Mataram dengan kondisi cuaca cerah melalui jalur Mataram - Aikmel dengan lama perjalanan satu jam. Di Aikmel kami beristirahat untuk membeli nasi bungkus, sangu makan siang. Setelah kurang lebih lima belas menit beristirahat, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Desa Sajang, pintu gerbang masuk ke kawasan Air Terjun Mangku Sakti. 


Memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan hingga sampai di Desa Sajang melewati Desa Sembalun, akhirnya sampai di pos pertama. Dengan membayar tiket masuk lima ribu rupiah per orang untuk bisa melanjutkan perjalanan menuju pos kedua. Melewati kondisi trek yang cukup merepotkan dengan menggunakan motor matic, harus off road untuk bisa sampai di pos kedua. Off road menggunakan motor matic adalah hal yang paling fatal, tapi harus gimana lagi. Semua rintangan harus dilewati. 


Setelah sampai di pos kedua dengan perjuangan yang cukup melelahkan. Kami memarkirkan motor disini karena segala macam kendaraan sudah gak bisa melewati trek selanjutnya. Penderitaan belum berakhir sampai disini, setelah itu harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri hutan belantara yang sebagian besar pohon-pohonnya mengalami kekeringan. Dibilang panas, sangat panas sekali. Terik matahari yang cukup membuat kulit menjadi kecoklatan dan bertepatan dengan musim kemarau yang berkepanjangan, membuat trip kali ini cukup melelahkan.


Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Rasa lelah alias capek terbayarkan oleh indahnya Air Terjun Mangku Sakti. Kurang lebih lima belas menit menyusuri hutan belantara, akhirnya tiba juga di Air Terjun Mangku Sakti dengan selamat. Suhu gak terlalu dingin, tapi dengan derasnya aliran sungai mengurangi panasnya dari terik matahari. Mantaappp... !!!


Gak sabar rasanya ingin segera menceburkan diri di kolam alami di bawah Air Terjun Mangku Sakti. Akan tetapi salah satu teman dokter menyarankan untuk makan siang dulu biar perut gak dalam kondisi kosong saat mandi karena apabila perut dalam kondisi kosong saat mandi, kita bisa terkena masuk angin dan perut kembung. Salah satu teman segera mengeluarkan bungkusan nasi yang sudah dibeli tadi. Makan nikmat sambil melihat air terjun di tengah hutan belantara itu bagaikan kenikmatan yang gak boleh didustakan.


Setelah perut terisi, kami pun segera berjalan lebih dekat lagi ke air terjun. Mandi sambil luluran tanah bercampur belerang ini sangat bagus sekali untuk kesehatan kulit. Dingin banget mas/mbak broo airnya, saya gak mengira airnya sedingin ini. Kolam alaminya pun gak dalam, hanya sepaha orang dewasa, tapi harus berhati-hati, walaupun gak dalam tapi dasar sungai licin sekali dan pancuran air terjunnya sangat deras.


Mandi di bawah air terjun gak boleh terlalu lama karena masih melanjutkan perjalanan lagi yaitu balik ke Kota Mataram, oleh sebab itu kondisi badan juga harus diperhatikan biar gak masuk angin. Sebelum meninggalkan tempat yang sangat kece ini, gak lupa mengabadikan foto untuk kenang-kenangan dan bukti bahwa kami sudah sampai di Surganya Lombok, Air Terjun Mangku Sakti.

Dipercaya siapapun yang berhasil sampai di tempat ini, maka bisa dibilang orang tersebut sakti. Mungkin ini hanya istilah saja, tapi menurut saya ada benarnya juga karena untuk menuju air terjun ini diperlukan niat serius dan perjuangan pastinya. Perjalanan panjang, kondisi trek yang belum bagus, panasnya terik matahari, berdebu, lengkap sudah. 


Rasanya puas sekali sudah menuju target sesuai dengan rencana dan persiapan yang matang. Walaupun  harus melewati jalur yang sama saat balik ke rumah, perasaan saya pribadi sangat senang sekali sehingga gak terasa melewati jalur yang sama walaupun motor yang dibawa jadi korban debu. 

Alhamdulillah perjalanan dari Kota Mataram hingga sampai di Air Terjun Mangku Sakti dan Air Terjun Mangku Kodeq berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit hal-hal kecil yang mengganggu perjalanan, tapi semuanya bisa dilewati. 

Terima Kasih para sahabat atas perjalanan ini. Ditunggu trip selanjutnya 


Catatan Perjalanan : 

Pukul 06.30 WITA berkumpul di point meeting ( Kota Mataram )
Pukul 07.00 WITA  jalan menuju Aikmel
Pukul 08.00 WITA sampai di Aikmel ( istirahat sarapan + beli nasi bungkus )
Pukul 08.20 WITA melanjutkan perjalanan menuju Desa Sajang, Sembalun
Pukul 09.30 WITA sampai di pos pertama ( Desa Sajang )
Pukul 10.30 WITA sampai di pos kedua ( pos terakhir )
Pukul 11.00 WITA sampai di air terjun ( menikmati alam )
Pukul 14.00 WITA balik ke pos kedua
Pukul 14.30 WITA balik menuju pos pertama
Pukul 15.00 WITA sampai di pos pertama, menuju Desa Sembalun
Pukul 15.30 WITA istirahat shalat ashar di Desa Sembalun
Pukul 16.00 WITA istirahat membeli strauberry di pinggir jalan Desa Sembalun
Pukul 16.30 WITA balik menuju Kota Mataram
Pukul 18.00 WITA sampai di Kota Mataram dengan selamat

Penulis : Lazwardy Perdana Putra