Saturday, 21 March 2015

Ogoh-Ogoh Picture : Umat Hindu di Pulau Lombok


Umat Hindu di seluruh Indonesia khususnya di Pulau Lombok, merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937. Baik di Pulau Bali yang mayoritas beragama Hindu dan di kota-kota lain yang ada di seluruh Indonesia, sebelum melakukan hari raya nyepi, biasanya mereka mengadakan acara arak-arakan patung raksasa berwujud setan atau roh-roh jahat menurut ajaran Hindu yang dinamakan "Ogoh-Ogoh".

Kali ini saya akan menampilkan beberapa koleksi foto-foto "Ogoh-Ogoh" hasil jepretan saya sendiri, meskipun hanya memakai kamera Hp 8MP, hasilnya pun cukup lumayan cooyy. 





Dari anak-anak sampai para remaja baik laki-laki maupun perempuan yang beragama Hindu sangat antusias mengikuti acara ini. Dimana setiap banjar, memiliki satu atau lebih "Ogoh-Ogoh" yang siap diarak-arak di sepanjang Jalan Pejanggik, Cakranegara, Kota Mataram. Penonton pun gak kalah hebohnya saat menonton arak-arakan ini.




Sudah gak diragukan lagi para wanita Bali itu cantik-cantik dan seksi. Apalagi bila memakai pakaian khas Bali, akan terpancar aura kecantikan yang mereka miliki. 










Ini dia "Ogoh-Ogoh" yang menurut saya paling terbaik dari yang terbaik dari "Ogoh-Ogoh yang lainnya. "Ogoh-Ogoh" yang memiliki tubuh kekar dengan kepala menyerupai kepala babi. Saya menamainya dengan sebutan "Ogoh-Ogoh Siluman Babi".






Meskipun saya bukan beragama Hindu, saya sangat menyukai berbagai macam acara atau festival yang ada di Indonesia bahkan dunia. Terutama acara atau festival yang memiliki unsur budaya yang khas dan memiliki nilai seni yang tinggi. Bagi saya acara seperti ini sangat cocok untuk dijadikan wisata budaya khususnya di Pulau Lombok. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Thursday, 19 March 2015

Manghabiskan Weekend di Gili Nanggu, Sundak dan Kedis


Cihuuuyyyyy... !!!

Akhirnya saya dapat menulis lagi tentang pertualangan saya dengan para sahabat ke salah satu gili yang terindah di Pulau Lombok. Awalnya kami berlima sejak sebulan yang lalu sudah bersepakat menghabiskan waktu akhir pekan di Gili Nanggu sambil bersnokeling. Rencana itu terlaksana juga akhir pekan kemarin tepatnya di penghujung berakhirnya musim penghujan yaitu pertengahan Bulan Maret. Sebelumnya, kami hanya berempat yang akan pergi, ternyata tambah satu personil lagi yang ikut. Jadilah kami seperti boyband yang terdiri dari cowok-cowok cakep dan memiliki jiwa petualang sejati yang siap mengexplore Gili Nanggu dan sekitarnya.


Sekitar jam sepuluh pagi kami sampai Pelabuhan Tawun, Sekotong, dimana dari tempat ini kami akan menuju ke Gili Nanggu menggunakan perahu boat yang sudah kami sewa sebelumnya. Kebetulan cuaca berpihak kepada kami serta gelombang laut lumayan berarus tenang sehingga perjalanan ke Gili Nanggu, Alhamdulillah berjalan dengan lancar.


Gili Nanggu berada di wilayah Sekotong, Lombok Barat. Selain Gili Nanggu, ada juga Gili Tangkong, Gili Sundak dan Gili Kedis yang terdekat dengan Gili Nanggu. Tapi sayang kami gak sempat menginjakkan kaki di Gili Tangkong karena kami sudah menyewa perahu boat sesuai dengan paket yang kami pilih yaitu explore Gili Nanggu, Sundak dan Kedis. Oke..gak apa-apa, kami akhirnya cuma bisa memandang Gili Tangkong dari perahu boat yang sedang menuju Gili Nanggu. Cuaca cerah berawan dengan angin laut yang sepoi-sepoi mengawali ngetrip kami.


"Welcome Gili Nanggu", kata Pak Soleh, kapten perahu boat yang kami tumpangi. Bapak yang sangat ramah dan baik kepada kami. Kurang lebih lima belas menit waktu kami berlayar dari Pelabuhan Tawun menuju Gili Nanggu, waktu yang sangat singkat memang.


Sesampai di dermaga penyeberangan Gili Nanggu, saya sempat melihat kapal patroli milik polisi laut. Wiiih, ternyata disini terjamin keamanan para wisatawan yang berlibur di Gili Nanggu. Yang penting jangan ngadain razia orang cakep saja disini pak, ntar repot urusannya ( he..he..becanda ).


Santai - santai dulu di sebuah berugaq yang dibangun oleh pengelola gili untuk para wisatawan. Cukup ramai juga wisatawan yang kesini, satu per satu perahu boat yang membawa wisatawan berdatangan. Jika dibandingkan dengan Gili Trawangan, Gili Nanggu gak terlalu ramai didatangani seperti Gili Trawangan yang sudah gak diragukan lagi keramaian wisatawannya. Tapi di gili ini keren cooyy terumbu karang dan ikan-ikannya, gak kalah sama yang ada di Gili Trawangan.


Ada cewek cakep lagi main ayunan cooy, ayoo kita kenalan. Eeettss, kenalannya gak jadi saja karena ada penjaganya dari marabahaya godaan para lelaki hidung belang ( he..he..he..). Cukup memandang dari kejauhan saja, bukannya pengecut atau malu mas broo, tapi memang waktunya gak tepat buat kenalan ( titik ).


Kita tinggalin dulu para cewek-cewek cakep yang lagi bermain ayunan. Saatnya kita mulai snorkeling dulu, sambil mencari ikan buat dibawa pulang ke rumah. Sayang sekali cooy, saya lupa membawa pembungkus anti air buat hp. Jadinya kami gak bisa mengambil foto-foto dari dalam laut untuk diperlihatkan kepada teman-teman yang membaca blog saya ini, "I'am sorry".


Waaah, ternyata ada Mrs.bule yang lagi jalan-jalan di pinggir pantai Gili Nanggu. Sambil menyelam minum air, sambil snorkeling ria bisa melihat bule yang lagi jalan-jalan memakai busana pakaian pantai ( he..he..he..).


Ini dia yang saya cari-cari di Gili Nanggu, "Star Fish cooyyy". Salah satu teman saya menemukan star fish ini di antara terumbu karang yang masih terjaga keindahannya. Tapi jangan dibawa pulang, aturan disini gak memperbolehkan para wisatawan membawa pulang yang namanya star fish dan kawan-kawannya, "Inga'-inga' tinggg".


Selesai snorkeling di bagian selatan Gili Nanggu, kami mencari tempat yang lain untuk snorkeling. Berjalan ke sisi sebelah timur Gili Nanggu, saya menemukan salah satu spot bagus untuk bersantai-santai sejenak. Keren sekali pemandangan di sebelah timur Gili Nanggu, kita bisa melihat Gili Tangkong serta Gili Sudak yang sebentar lagi kami akan kunjungi.


Gak sabar rasanya untuk segera sampai di Gili Sudak, akhirnya kami segera meluncur ke Gili Sudak. Setelah mencari Pak Soleh dan menaiki perahu boat milik beliau, kami pun segera berangkat. Perut juga sudah mulai memanggil-manggil majikannya alias laper.


Sudah agak mendung dan sempat gerimis sebentar, gak membuat pemandangan yang kami lihat berkurang keindahannya. Arus laut juga sedang bersahabat bersama kami, itu letak kenikmatan yang saya rasakan.


Penampakan Gili Sudak dari atas perahu boat kami, gak begitu istimewa bagi saya. Di Gili Sudak bisa dibilang tempat para wisatawan yang selesai dengan kegiatan snorkeling dan ingin makan siang, disinilah tempatnya. Gili Sudak juga bisa disebut tempat transit bagi perahu boat yang membawa wisatawan sebelum menuju Gili Kedis.


Walaupun kami sudah laper, yang namanya eksis harus tetap dong. Ada tempat bagus dan cocok untuk kami dokumentasikan, "Welcome to Island, Warung Gili Sudak", begitulah tulisan yang ada di depan warung makan yang kami kunjungi.


Tempat yang sangat nyaman dan cocok untuk bersantai sejenak sebelum melakukan kegiatan snorkeling kembali. Makanan dan minuman yang ditawarkan juga enak-enak dan harganya sesuai dengan isi dompet mahasiswa, teman-teman perlu mencoba makan siang di tempat yang satu ini.


Setelah transit di Gili Sudak untuk makan siang, kami melanjutkan perjalanan lagi ke Gili Kedis. Gilinya gak besar-besar amat, tapi kata orang yang sudah kesana, tempatnya sangat indah dan keindahan bawah lautnya gak perlu diragukan lagi. Tapi saya sedih gak bisa mengambil foto keindahan bawah lautnya karena gak membawa underwater atau pembungkus anti air hp.


Salah satu sisi dari keindahan Gili Kedis yang sangat disayangkan bila teman-teman gak mampir di gili mungil ini. Hari sudah semakin sore, tanpa membuang waktu yang tersisa, saya langsung menyeburkan diri ke air dengan memakai peralatan snorkeling yang kami sewa.


Beerrrr...dingin sekali air lautnya. Gak bosen-bosennya yang namanya snorkeling disini. Berbagai jenis ikan warna warni ada di taman bawah laut gili ini, hanya sayang waktu kami disini gak lama karena hari sudah semakin sore dan angin laut sudah agak kencang, jadinya kami memutuskan untuk kembali ke Pelabuhan Tawun, Sekotong, Lombok Barat.


Gili Nanggu, Gili Sudak dan Gili Kedis memberikan suatu pengalaman yang sangat indah kepada diri saya sendiri, yang gak akan bisa saya lupakan. Suatu saat nanti, saya mempunyai rencana akan kembali kesini untuk memberikan cerita yang berbeda dari cerita sebelumnya. Cerita tentang keindahan taman bawah lautnya, semoga saja terkabul.Amiiinnn. 

Notes:
- Gili Nanggu, Gili Sudak, Gili Tangkong, Gili Kedis termasuk deretan gili yang berada di Desa Sekotong, Lombok Barat.
- Penyeberangan ke Gili Nanggu dan kawan-kawan bisa melalui Pelabuhan Lembar dan Pelabuhan Tawun, Desa Sekotong, Lombok Barat.
- Tarif sewa perahu boat Rp. 250.000,- ( nego )
- Sewa peralatan snorkeling Rp. 75.000,-

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Tuesday, 3 March 2015

Belajar Sejarah dari Candi Borobudur, Jawa Tengah

Candi Borobudur- Patung Budha ( foto : travel.nationalgeographic.com )

Masa Lampau ( Abad - 9, 730 - 830 Masehi )

Dahulu kala, pada masa Dinasti Syailendra, ada sebuah proyek besar yang sedang dibangun. Sebuah candi raksasa beragama Budha yang bernama Candi Borobudur. Menurut dugaan, candi ini dibangun oleh arsitek terkenal pada zaman itu yang bernama Gunadharma. Diperkirakan pembangunan candi ini selesai pada zaman Dinasti Syailendra dengan rajanya yang berkuasa pada saat itu bernama Raja Samaratungga.

Dibangun di sebuah perbukitan yang bernama Bukit Menoreh, Kabupaten Magelang yang dikelilingi oleh beberapa gunung berapi antara lain Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Hanya 15 km dari pusat Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi yang sangat megah bahkan kemegahannya mengalahkan kemegahan candi-candi yang ada di dunia ini. 

Candi Borobudur memiliki arti yang sangat unik, dimana ada dua ahli sejarah yang menyebut arti dari Borobudur. Menurut ahli sejarah Poerbatjaraka bahwa Borobudur memiliki arti Biara Budur, sedangkan menurut Sir Thomas Stamford Raffles "bara" artinya "besar" dan "budhur" artinya "Budha". Ada juga menurut Kitab Negarakertagama yang berada pada tahun 1365 Masehi yang sedikit menyebut kata "Budur" di dalam kitab tersebut. 

Foto Gambar Candi Borobudur oleh Van Kinsbergen ( sumber : wikipedia )

Masa Kini ( Abad - 21, 1873 - 2015 Masehi )

Begitulah sedikit cerita dari perjalanan sejarah pembangunan Candi Borobudur yang pernah saya baca dari beberapa sumber yang bisa dipercaya. Menurut dari beberapa sumber yang telah saya pelajari, belum ada yang mengetahui kapan candi ini mengalami keruntuhan. Ada yang bilang sejak meletusnya Gunung Merapi yang sangat dahsyat pada tahun 950 Masehi dilanjutkan dengan runtuhnya masa kejayaan Dinasti Syailendra yang beragam Budha diikuti oleh Kerajaan Medang dan Mataram Hindu yang mengalami nasib yang sama.

Dengan berjalannya waktu, akhirnya Candi Borobudur menemukan kemegahannya kembali yang dahulu pernah hilang oleh pergantian zaman. Seorang insinyur berkebangsaan Belanda yang bernama F.C Wilsen berhasil membuat sketsa ulang seluruh relief Candi Borobudur dan sebuah penelitian pada tahun 1859 oleh J.F.G. Brumund, dilanjutkan lagi oleh C.Leemans yang akhirnya hasil penelitian pertama Candi Borobudur dipublikasi pada tahun 1873 sekaligus difoto untuk pertama kali oleh Isidore van Kinsbergen.


Wah, bila diceritakan bisa sampai satu buku dari awal pembangunan sampai bentuk yang sekarang kita lihat dari kemegahan Candi Borobudur. Memang sangat menarik bila kita mempelajari sebuah sejarah beberapa peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya Candi Borobudur sampai penemuan kembali candi yang pernah hilang ditelan bumi ini. Saya adalah salah satu dari ribuan orang yang sangat tertarik belajar tentang sejarah Candi Borobudur walaupun saya bukan dari kalangan peneliti. Sejak duduk dibangku SMP saya sangat ingin sekali mengunjungi candi beragama Budha yang termegah di Asia bahkan di dunia ini kerena di salah satu materi pelajaran sejarah ada yang bercerita tentang Candi Borobudur. 


Horee.... !!!, beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk datang lagi ke Candi Borobudur. Kali ini saya gak datang sendirian, ada keluarga serta kerabat yang saya bawa untuk melihat Candi Borobudur secara dekat, ibaratnya jadi "guide" mereka. Apa yang dilihat secara langsung maupun gak langsung dari candi ini bagi saya mempunyai kesan yang berbeda-beda. Bila dilihat dari sebuah foto, saya bisa memainkan khayalan seolah-olah berdiri di antara relief-relief di bangunan ini. Apabila saya melihatnya secara langsung, saya seakan-akan berada di dalam dunia yang berbeda dan terlempar ke sebuah lorong waktu di masa kejayaan Dinasti Syailendra.


Sebenarnya ini ketiga kalinya saya datang ke Candi Borobudur sejak pertama kali pada saat di awal kuliah dulu. Gak bosen memang mengunjungi cagar budaya yang sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang diberikan oleh UNESCO. Jejeran stupa yang jika saya hitung mungkin sampai ratusan jumlahnya dan ribuan relief yang berada di setiap dinding candi yang menceritakan sejarah Candi Borobudur itu sendiri. Candi Borobudur ini sendiri memiliki 10 tingkat, dimana enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat paling atas yaitu stupa Budha yang menghadap ke arah barat. 

Di setiap tingkatan memiliki arti masing-masing, antara lain : Kamadhatu, bagian dasar Candi Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Rupadhatu, empat tingkat di atasnya melambang manusia sudah lepas dari hawa nafsu, tapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya melambangkan manusia sudah terbebas dari hawa nafsu, rupa dan bentuk. Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana atau surga. 


Begitu indah berada di lantai teratas Candi Borobudur dengan pesona pemandangan yang ditawarkan. Deretan perbukitan yang membentang di sebelah selatan candi ditambah dengan persawahan yang membentang dari sebelah utara hingga sebelah selatan, membuat saya sangat betah berada disini. Karena disini adalah tempat peribadatan umat Budha, jadi kita harus mengikuti beberapa aturan yang sudah ditetapkan oleh pengelelo candi, yang paling penting harus bisa jaga sopan santun selama berada di lingkungan Candi Borobudur.


Mengunjungi serta mencari ilmu sejarah tentang Candi Borobudur, ibarat "sambil menyelam minum air". Berlibur sekalian menambah ilmu kita tentang kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia salah satunya yaitu Candi Borobudur yang dibangun di atas Bukit Menoreh, terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan beberapa candi yang sudah saya kunjungi. Masih banyak lagi candi-candi yang belum sempat saya kunjungi. Insyaallah di kesempatan selanjutnya saya bisa mengunjungi candi-candi yang berada di Indonesia. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday, 24 February 2015

Wonderful Gili Meno, Lombok Island


Hari libur kerja gak enak rasanya berdiam diri di rumah saja. Daripada bengong di rumah, saya segera menghubungi ketiga teman saya ( Kipli, Irfan dan Ardi ) untuk memutuskan akan pergi ngetrip kemana. Akhirnya diputuskan untuk ngetrip ke gili yang sangat mempesona yaitu Gili Meno, Lombok Utara. Kebetulan juga kami berempat tinggal di Lombok, jadinya gak jauh untuk menuju gili ini. Selamat datang di cerita perjalanan kami di Gili Meno !.

Gili Meno merupakan salah satu dari tiga gili yang sangat terkenal di Lombok bahkan dunia yaitu Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno itu sendiri. Sehingga di kalangan wisatawan, ketiga gili ini memiliki nama julukan yaitu Gili Mantra ( Meno, Air dan Trawangan ). Gak ada salahnya jika kami berempat mengexplore gili ini yang gak kalah indahnya dengan Gili Trawangan yang sudah terlebih dahulu dikenal di dunia pariwisata Lombok.


Tepat pukul 11.00 WITA kami menaiki sebuah perahu boat umum yang melayani penyebrangan dari Pelabuhan Bangsal, Lombok ke Gili Meno. Sebenarnya kami ketinggalan perahu boat yang sudah terlebih dahulu jalan, tapi gak lama ada pemilik perahu yang menawarkan ke kami untuk nyeberang ke Gili Meno. Lumayan agak mahal sih, 30 ribu per orang. Biasanya jika lewat jalur umum cuma kena sebesar 14 ribu per orang. Daripada gak jadi nyeberang, akhirnya kami deal dengan bapaknya.

Gak cuma kami yang sebagai pengunjung saja yang ada di dalam perahu, tetapi segala macam sayur-sayuran dan kebutuhan sehari-hari ikut naik juga karena disana ada perkampungan penduduk yang tinggal di gili. Jadi gak heran banyak ibu-ibu yang habis berbelanja kebutuhan sehari-hari di Lombok, ikut bersama kami dalam satu perahu menuju Gili Meno.


Suasana di dalam perahu cukup ramai oleh para penumpang dan belanjaan penduduk Gili Meno. Gak ketinggalan para rombongan bule yang duduk di bagian mulut perahu sambil menikmati pemandangan perairan Lombok dan Gili Mantra. Cuaca cukup cerah walaupun angin dan arus laut lumayan kencang yang membuat perahu kami sedikit oleng ke kanan dan ke kiri.


Alhamdulillah sampai juga kami berempat di Gili Meno dengan selamat. Seperti boy band saja kami berempat, saya memakai baju merah, Kipli baju coklat, Ardi baju hijau dan Irfan juru kamera yang menggantikan saya, eksis dulu sebelum melakukan blusukan di Gili Meno.


Berfoto di bawah papan petunjuk tentang profil Gili Meno yang beberapa waktu lalu selesai dipasang. Sebelumnya saya yang jadi tukang foto, tapi ngetrip kali ini saya jadi modelnya.



Keindahan Gili Meno dari sisi lainnya. Berpasir putih, berombak kecil serta gradasi warna lautnya yang sangat cantik ( hijau dan biru ). Tampak dari kejauhan deretan perbukitan di Pulau Lombok menambah indahnya landscape dari Gili Meno.


Bila diperhatikan sekilas pada foto di atas. Landscape Gili Meno hampir mirip dengan Gili Trawangan. Seperti dua saudara kembar yang memberikan keindahan satu sama lainnya kepada para pecinta traveling di seluruh dunia.


Karena arus laut cukup kencang, kami berempat gak jadi snorkeling. Ini kedua kalinya saya gagal snorkeling yang sebelumnya gagal di Gili Trawagan dengan alasan yang sama. Akhirnya kami berempat melakukan blusukan di sekitar gili.

Disini banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi, antara lain : toko-toko yang menjual souvenir khas Lombok, cafe-cafe yang menyajikan berbagai menu masakan dan minuman serta penginapan dari kelas ekonomi sampai bisnis. Suasana disini pun gak seramai seperti di Gili Trawangan, jadi sangat cocok bagi teman-teman yang ingin menenangkan diri dan menyendiri.


Di dalam perjalanan blusukan kami, saya dan teman-teman berjumpa dengan Helen, Si Imut dari Australia dengan kucingnya yang saya lupa namanya. Setelah berbincang-bincang, kami berfoto bersama dengan Helen. Anak yang manis dan pemalu ini, gak ragu-ragu foto bersama boy band asal Lombok, he..he..he. Thanks Helen has been willing to take a picture with us, he..he..he.


Setelah berpisah dengan Helen dan kucingnya, kami melanjutkan blusukan ke danau air asin yang merupakan danau satu-satunya yang ada di Gili Meno. Melewati jalan sempit di tengah perkampungan penduduk serta gak jarang berpapasan dengan penduduk asli gili ini yang melakukan berbagai macam kegiatan mulai dari beternak sapi, berkebun, serta menjadi pemandu wisata.


"Selamat Datang di Kawasan Ekowisata Mangrove dan Pengamatan Burung Gili Meno", begitulah kalimat yang terdapat di gapura menuju danau air asin yang berada di sebelah barat Gili Meno. Sekitar 15  menit waktu yang terpakai berjalan kaki dari bibir pantai hingga sampai di danau air asin ini. Tujuan sebenarnya ya ketempat ini karena penasaran ingin melihat secara langsung keindahan danau air asin milik Gili Meno.



Kami memutuskan beristirahat di tempat ini sambil menikmati kesunyian danau air asin yang cantik milik Gili Meno. Berhubung perahu boat yang akan balik ke Lombok terakhir pukul 03.00 sore, jadinya kami masih banyak waktu untuk berada di gili ini.



Menurut informasi yang saya dapatkan, di danau air asin ini merupakan sebuah danau hutan mangrove. Kawasan yang sebagian besar ditumbuhi oleh tanaman mangrove membuat tempat ini dijadikan tempat penelitian berbagai macam jenis burung yang hidup di hutan mangrove. Gak sedikit para travelers yang sudah ke gili ini menyebut Gili Meno dengan sebutan Gili Burung karena berbagai jenis burung ada hidup disini.


Waktu beranjak ke dzuhur, waktunya kami melakukan shalat dzuhur di masjid satu-satunya yang ada di Gili Meno. Sebagai seorang muslim yang taat, dalam melakukan perjalanan traveling gak boleh lupa mengerjakan kewajiban kepada Allah SWT dimana pun kita berada. Tampak sebuah masjid satu-satunya yang berada di tengah-tengah perkampungan Gili Meno.



Saatnya kami balik ke pelabuhan penyebrangan di Gili Meno untuk membeli tiket perahu boat menuju Pelabuhan Bangsal, Lombok. Sekitar satu jam lagi perahu kami akan berangkat balik ke Lombok, daripada bengong gak ada kerjaan, kami berempat mengexplore sisi sebelah utara Gili Meno sambil mencari landscape yang bagus buat dibawa pulang. Akhirnya kami menemukan sebuah bungalow atau conttage yang berada di daerah pinggiran pantai di sisi sebelah utara pelabuhan di Gili Meno. Bentuk bangunan yang sangat sederhana tapi kelihatan mewah. 


Berjalan sedikit ke arah utara lagi, saya menemukan sebuah hutan mini yang berada di pinggir pantai. Pohonnya semacam pohon pinus gitu. Sungguh nyaman dan sejuk berada di tempat ini apabila sinar matahari sangat menyengat yang bisa membuat kulit kita terbakar.



Cuaca agak sedikit kurang bersahabat saat kami akan balik ke Pulau Lombok. Angin mulai kencang, arus laut semakin besar juga. Ada sedikit kekhawatiran bila perahu kami gak bisa balik ke Lombok dikarenakan arus laut besar disertai gelombang tinggi. Ternyata kekhawatiran saya terjadi juga, sempat satu jam lamanya Pulau Lombok serta Gili Mantra diterjang hujan badai. Sangat dahsyat hujan badai tersebut menerjang perairan Gili Meno dan sekitarnya. Alhamdulillah kami semua selamat, tapi beberapa pohon disana ada yang tumbang. Cerita menyeramkan memang, tapi kami semua sangat senang bisa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga diterjang hujan badai, he..he..he. 

Setelah kondisi perairan di Gili Mantra dirasa aman untuk diseberangi, akhirnya perahu boat yang membawa kami beserta para pengunjung berangkat balik menuju Pelabuhan Bangsal, Lombok. Cuaca masih sedikit mendung karena di sebagian wilayah Lombok masih turun hujan. Perjalanan laut menuju Lombok yang sangat menyenangkan sekaligus seru melihat dan merasakan perahu boat yang saya naiki, melawan ganasnya arus laut yang masih lumayan besar. Selalu memiliki cerita yang unik dan seru disetiap my trip my adventure yang saya lakukan.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra