Saturday, 13 June 2020

Hidup Sehat di Era New Normal dengan Bergowes


Kini saya baru sadar yang namanya sehat itu kenikmatan yang luar biasa dan harus kita syukuri melebihi kenikmatan apapun. Bila kita sehat, apapun bisa kita lakukan. Sedangkan bila kita sakit, mungkin beberapa aktivitas yang rutin kita lakukan akan terganggu. Makan gak enak, tidur gak nyenyak bahkan sampai mikirin yang enggak-enggak. Sekedar minum kopi pun terasa pahit gak karuan, Makan masakan favorit pun menjadi gak favorit saat itu. 

Begitupun jalan-jalan, gak bisa menikmati karena tubuh lagi gak bersahabat dengan alam. Intinya bila sehat, apapun terasa indah. Seperti melihat senyummu yang merekah sepanjang masa. Begitupun saat ini, kita di seluruh dunia sedang dilanda  oleh wabah yang bernama Virus Corona atau bahasa kerennya Covid-19. Gak bisa kemana-mana. Mau keluar rumah pun mikir-mikir. Hanya sekedar membeli cemilan di Indo*** saja harus pakai masker kain dan ngantongin hand sanitizer untuk berjaga-jaga. 

Saya merasa kita sedang berperang dengan musuh yang ukurannya antara 400-500 nanomikro. Bayangin saja gimana tuh?.Gak bisa terlihat oleh mata telanjang. So, harus waspada dengan makhluk yang Allah kirimkan untuk ujian kita semua. Ya, saya meyakini ini ujian meskipun banyak netizen nakal yang menyebut ini azab. Biarkan saja mereka berkomentar, yang penting kita harus hidup sehat dan gak meremehkan,apalagi gak peduli. Bahaya tuh bila punya sikap gak peduli.

Ngomong-ngomong soal hidup sehat, banyak sekali yang bisa kita lakukan. Seperti istirahat yang cukup, gak begadang maen PES pro 2020 atau Mobile Legend, makan makanan yang bergizi, minum secukupnya, dan berolahraga. Apalagi saat wabah Covid-19 melanda, kita diharuskan untuk berjemur setiap pagi, cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, pakai masker dan menerapkan physical distancing (menjaga kontak fisik). Semuanya apabila kita lakukan secara rutin dan disiplin, Insyaallah kita terhindar dari Covid-19. 



Disini saya gak membahas tentang si Covid-19, meskipun saya jengkel banget dengan virus satu ini. Bosen juga ngebahas, takutnya dia kepedean n ngelunjak (Si Covidnya). Ibarat dikasi hati minta hayati. Sudah disuruh diem saja di Wuhan, eh kemana-mana dia. Punya hobi traveling kali yaak ini virus ?.

Semua agenda trip dan kuliner saya  dipending untuk sementara waktu gara-gara ini virus. Pulang kerja, harus mandi dulu baru bisa maen-maen sama anak istri. Habis megang benda apapun, harus cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer. Gak boleh cipika-cipiki sama siapapun kecuali sama istri dan si kecil. Kemana-mana pakai masker yang setiap hari diganti. Apalagi setiap hari kalau sudah buka medsos, isinya berita si Covid-19. Bosen dan lama-lama stress juga. Kapan sih loe pergi Vid Vid ? (curhat colongan). 

Buat ngilangin kebosenan, setiap weekend saya bergowes kemana saja. Salah satu cara biar tetap sehat, nyari keringet dan tetap bahagia. Ada tagar #DiRumahAja , tapi kalau mau olahraga apa salahnya ?. Yang penting tetap pakai masker, bawa handsanitizer dan jaga kontak fisik dengan orang lain. 

Gowes kali ini saya ditemani oleh Si Geblek, sepeda kesayangan saya. Sudah sekitar empat tahun saya bersama Si Geblek. Sudah banyak cerita gowes bersama dia. Dari rute terdekat maupun rute terjauh. Berkat Si Geblek juga, saya mendapatkan pujaan hati yang sekarang sudah menjadi ibunya si kecil. Pokoknya the best buat Si Geblek. Ada rencana juga mau jodohin Si Geblek sama yang lainnya tapi colek si doi dulu hahaha. Ngerti kan maksudnya ?.

Kalau ditanya rute gowes favorit, saya gak bisa jawab. Tapi kalau ditanya rute yang paling sering ya jawabannya ada di kalimat selanjutnya. 

Rute kali ini saya tempuh kurang lebih dua puluh kilometer. Berangkat dari rumah di Ampenan menuju Gerung, Lombok Barat. Sudah lama juga saya gak memilih jalur ini. Ada kebahagian tersendiri saat melewati jalur yang menyuguhkan persawahan, perbukitan dan udara yang sejuk. 




berfoto bersama Menara Tebolak

berfoto bersama Menara Mutiara

Berangkat sekitar jam setengah enam pagi. Maen-maen bareng si kecil dulu yang sempat terbangun juga, lanjut mengayuh sepeda ke tujuan. Udara pagi yang sejuk dan cuaca yang sangat cerah. Dari arah timur terlihat cahaya orange kekuningan terpancar indahnya. Bener-bener kece weekend saat itu.

Saya mengambil jalur dalam kota dulu, melewati daerah perkantoran dan selanjutnya berbelok ke Jalan Majapahit karena jalannya cukup lebar. Di pertengahan jalan, saya memutuskan untuk mengambil jalan tikus saja dengan pertimbangan biar agak sepi. Saya mengambil jalur kompleks perumahan dan perkampungan. Jalannya bagus dan sepi. Apalagi di kiri-kanan melewati persawahan yang hijau. 

Gak lama kemudian, sampai juga di Jalan Lingkar Selatan pinggiran Kota Mataram. Jalan tikus tadi merupakan jalan tembus menuju jalur utama gowes saat itu. Untuk waktu sama saja dibandingkan melewati jalan utama tengah kota, hanya saja lebih memilih jalur yang agak sepi dari lalu-lalang kendaraan. 

Maklum saja, di saat era New Normal ini, banyak warga yang sudah berani keluar rumah untuk beraktivitas baik berangkat ke pasar, kantor dan olahraga. Jadi jangan heran jalan-jalan sudah mulai ramai sekarang. Untuk mempersingkat cerita, setibanya di jalur By Pass Bundaran Jempong. Ada menara yang baru dibangun tapi belum diresmikan. Sudah hampir 100 persen pembangunannya. Belum ada nama resminya, tapi saya menyebutnya ini Menara Mutiara karena di puncaknya terdapat patung mutiara. Denger-denger kabar, menara ini akan menjadi ikon baru di Kota Mataram. Menaranya juga memiliki lift lhoo untuk menuju puncak. Seperti tugu monas di Jakarta. Kita bisa lihat pemandangan kece dari Kota Mataram dan sekitarnya dari atas Menara Mutiara ini. Kita tunggu saja waktu peresmiannya nanti. 

Di selatan Bundaran Menara Mutiara, terdapat sebuah menara selamat datang di Kota Mataram yang berbeda dari biasanya. Orang-orang menyebutnya Menara Tebolak yang diambil dari tempat tutup nasi yang berasal dari Pulau Lombok yang diberi nama Tebolak. Karena menara selamat datang ini menyerupai Tebolak yang terbuat dari rangkaian besi-besi yang dicat warna-warni. Sangat megah dan instagramable banget. Banyak yang foto-foto eksis berlatarbelakang Menara Tebolak ini, termasuk saya hahaha. 




Next, saya melanjutkan mengayuh sepeda ke arah Bundaran Mentagi atau orang menyebutnya Bundaran Patung Sapi atau Bundaran Gerung. Melewati By Pass yang jalannya lebar dan mulus. Pastinya disini arus kendaraan gak seramai di tengah kota. Tapi harus tetap hati-hati, soalnya kendaraan disini jalannya cepat dan bebas hambatan. Untuk jalur sepeda sudah disediakan ya. Jadi harus menggunakan jalur sepeda biar kita aman dan selamat sampai di rumah. 

Sepanjang jalan By Pass menuju Bundaran Gerung, kita dimanjakan oleh pemandangan yang super kece. Ada persawahan yang terbentang luas dan perbukitan yang hijau. Dari kejauhan terlihat puncak Gunung Rinjani, itu kalau cuaca lagi cerah lhoo ya. Kabut pagi yang masih terlihat. Sungguh indah dan gak bakalan bosen mengayuh sepeda,apalagi ditemani sama temen-temen lainnya.

Berhubung saya gowes sendirian karena istri dan si kecil gak ikut, so menikmati perjalanan sendirian saja sambil ditemani alunan musik Koplo Banyuwangi, hahaha. 

Sekitar satu jam perjalanan dari rumah, akhirnya saya sampai juga di Bundaran Gerung. Gak banyak berubah dari tempat ini. Masih seperti yang dulu. Ceritanya ada di tulisan gowes sebelumnya, di kolom destinasi dan event (cari sendiri ya). Semoga gak bosen aja baca cerita gak jelasnya, hahaha. 

Disini saya melepas lelah sambil duduk santai melihat kendaraan yang lalu lalang. Pagi yang sangat cerah, banyak juga yang bersepeda. Kebetulan juga weekend sih. Tapi banyak yang pakai sepeda lipat yaa, colek si doi, hehehe.







Singkat cerita, pulangnya saya menyempatkan mampir di sebuah pantai yang menurut saya awalnya biasa saja. Tapi saat itu lagi pengen liat pantai. Masih asin gak ya air lautnya dan masih hitam gak ya pasirnya ?, berhubung selama Covid-19 gak pernah liat namanya pantai. Ternyata pantainya cukup kece lah ya. Namanya Pantai Mapak Indah. Disini banyak cafe-cafe jaman now yang instagramable gitu. Apalagi disini ada penangkaran penyu lhoo. Bertemu dengan si tukik juga yang lucu-lucu. Not Bad lah ya pantainya. Masih bisa dinikmati dan betah nongkrong karena banyak cafenya. Disini saya hanya melihat-lihat sekitar pantainya saja sambil melepas lelah. 

Oke, itu cerita gowes ala-ala dari saya di masa masih mewabahnya Covid-19 di daerah tempat tinggal saya bahkan negeri tercinta ini. Apalagi sekarang pemerintah sudah menerapkan sistem New Normal di beberapa daerah. Saatnya kita bangkit dari keterpurukan. Hidup sehat dan jaga kesehatan dengan olahraga yang cukup, minimal seminggu sekali bersepeda atau olahraga ringan lainnya. Hindari keramaian dan ngumpul-ngumpul dulu. Tetap pakai masker dan sering-sering cuci tangan pakai sabun. Jaga fisik dan mental. Dan jangan stress !!!.

Semoga tulisan ini bisa menjadi racun buat kalian yang membacanya. Racun biar ikut berolahraga atau bersepeda maksudnya. Hehehe. Sudah dulu ya, ditunggu cerita dari saya selanjutnya yang gak kalah seru. 

Selamat weekend !

Penulis : Lazwardy Perdana Putra



Friday, 29 May 2020

Menikmati Keindahan Selat Alas dari Atas Kapal Ferry


Banyak cerita perjalanan trip saya dengan Selat Alas. Dari menjelajah Pulau Kenawa sampai menikmati indahnya Air Terjun Agal yang diklaim sebagai air terjun terindah di Pulau Sumbawa.  

Bila ingin ke Pulau Sumbawa menggunakan jalur darat dan laut, kita pasti melewati yang namanya Selat Alas. Selat Alas merupakan lautan yang memisahkan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa yang dimana masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Selat Alas cukup terkenal dengan arusnya yang lumayan besar disaat lagi musim ombak. Terlepas dari itu, Selat Alas memiliki keindahan yang luar biasa. Terdapat banyak sekali pulau-pulau kecil yang bisa kita lihat sepanjang perjalanan mengarungi selat ini. Ada Gili Kondo,Petagan dan Bidara yang masuk wilayah Pulau Lombok. Dan gak kalah kecenya ada Pulau Paserang, Pulau Kenawa, Pulau Kambing, Pulau Belang yang masuk wilayah Pulau Sumbawa. 

Gimana sih cara menikmati keindahan Selat Alas ?. Kalian bisa menggunakan kapal ferry yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Kayangan yang berada di Kab.Lombok Timur menuju Pelabuhan Pototano yang berada di Kab.Sumbawa Barat, begitupun sebaliknya. Untuk jadwal kapal ferry dua puluh empat jam. So,jadi gak perlu khawatir ketinggalan kapal. 





Kapal ferry disini berukuran gak terlalu besar seperti di penyeberangan Bakauheni-Merak atau Lembar-Padangbai. Ukuran kapal ferry disini sama seperti kapal-kapal ferry yang berada di jalur Ketapang-Gilimanuk. Berhubung saya penikmat segala macam moda transportasi dan suka photography. Jadi di tulisan kali ini, saya banyak membagikan foto-foto kapal ferry.

Kita hanya membutuhkan waktu dua jam penyeberangan apabila ingin ke Pulau Sumbawa, begitupun sebaliknya. Waktu yang menurut saya lumayan sebentar. Ingin rasanya berlama-lama duduk santai di atas kapal ferry sambil menikmati angin laut yang sepoi-sepoi sambil melihat deretan perbukitan hijau khas Pulau Sumbawa. Begitupun bila kita menengok ke arah barat. Kita bisa menyaksikan kemegahan Gunung Rinjani yang berada Pulau Lombok, itupun kalau cuaca lagi bersahabat. 

Bisa dibilang saya sering sekali melewati Selat Alas. Sejak berumur empat tahun, saya sering diajak orang tua pergi ke Pulau Sumbawa menggunakan kapal ferry. Sampai berumur sudah kepala tiga (berasa tua), saya masih sering mengarungi selat ini untuk urusan traveling atau tugas dinas. Karena seringnya mondar-mandir Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok, saya bisa menghafal nama-nama kapal ferrynya. Berasa sudah jadi pegawai ASDP, hahaha









Waktu yang paling asyik menyeberangi Selat Alas yaitu pagi hari, ya sekitar jam enam pagi disaat terbit matahari. Udara yang sangat sejuk, Melihat puncak Gunung Rinjani dari kejauhan, hangatnya sinar matahari menjadi sahabat kita dalam perjalanan yang menempuh jarak kurang lebih 29 mil laut. 

Untuk tiket kapal ferrynya itu sendiri bervariasi tergantung kendaraan yang kita bawa. Untuk perorangan dikenakan tarif sekitar 20 ribuan, sedangkan untuk kendaraan roda dua 50 ribuaan dan roda empat (mobil pribadi) sekitar 400 ribuan. Lebih jelasnya, bisa dilihat di websitenya ASDP Pelabuhan Kayangan dan Pelabuhan Pototano.

Banyak pilihan kapal ferry yang bisa kita pilih, itupun bila beruntung mendapatkan kapal ferry favorit kita. Jadwal keberangkatan kapal ferry setiap satu jam sekali di waktu normal. Bisa lebih cepat disaat arus mudik lebaran atau liburan. Baik di Pelabuhan Kayangan maupun Pelabuhan Pototano terdapat dua dermaga yang berfungsi dengan baik. Bisa dibilang kedua pelabuhan ini menurut saya pelabuhan dengan pemandangan yang sangat kece. 










Pulau Paserang

Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Cuaca pagi itu cukup bersahabat, arus laut juga cukup tenang. Saya mendapatkan kapal yang lumayan bagus bernama KMP Satya Dharma. Kapal ferry milik PT. Dharma Lautan Utama. Kapal ini yang sudah lama beroperasi melayani penyeberangan di Selat Alas. 

Gak lama setelah saya naik di atas dek kapal, kapalpun segera diberangkatkan. Penumpang saat itu hampir penuh. Saya pun memilih untuk mengambil tempat duduk di ruang dalam saja sambil nonton film yang diputar. Setelah bosen duduk di ruang dalam yang ber-AC, saya pun berpindah duduk di luar. Menikmati pemandangan yang sangat kece sambil duduk santai dan ngopi.

Perlahan-lahan kapal meninggalkan Pulau Lombok dan mendekati Pulau Sumbawa. Air laut cukup tenang, membuat laju kapal gak ada hambatan. Berpapasan dengan beberapa kapal ferry yang akan menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. 

Sekitar satu jam perjalanan, kapal sudah mendekati Pelabuhan Pototano. Di kanan kiri kita melewati beberapa pulau yang sedang ngehits saat ini. Seperti, Pulau Kenawa, Pulau Paserang dan pulau-pulau lainnya. Cerita tripnya sudah saya tulis di blog ini. Bisa kalian cari di kolom destinasi.



Perlahan-lahan kapal mendekati Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. Dari kejauhan sudah terlihat perbukitan yang kecokelatan khas dari Pulau Sumbawa. Saat itu sedang musim kemarau jadi bukitnya kering. Bila dimusim penghujan, perbukitannya hijau dan sangat indah dilihat. 

Gak terasa kapal sudah berlabuh di Pelabuhan Pototano. Menunggu kapal lainnya yang masih merapat di dermaga. Alhamdulillah sampai juga kita di Pulau Sumbawa. Keindahan Pelabuhan Pototano gak ada duanya. Bagi kalian yang akan berencana ke Pulau Sumbawa, kamera terbaik kalian jangan sampai tertinggal. Sayang kalau gak diabadikan dalam sebuah foto. 

Setelah kapal merapat di dermaga, saya segera menuju ke parkiran kendaraan. Setelah turun dari kapal, saya melanjutkan perjalanan menuju Sumbawa Besar yang membutuhkan waktu dua jam dari Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Sunday, 3 May 2020

Melihat Tumbuhan Kaktus di Kebun Raya Bedugul



Berbicara tentang Pulau Bali saat ini, kita pasti sangat merindukannya. Begitu juga dengan daerah lain yang memiliki keindahan alam yang sungguh mempesona. Mau ke Bali ?. Kita tunda dulu sampai wabah Covid-19 pergi dari negara kita tercinta, Indonesia. Bersabar dulu gak ngetrip sampai kondisi aman dan tenang.

Untuk mengobati rasa rindu kita dengan Pulau Bali, saya masih menyimpan beberapa foto yang belum sempat dituliskan di blog. Baru kali ini ada kesempatan untuk menceritakannya.So,cerita ini udah setahun yang lalu dan menurut saya masih seru untuk diceritakan. Hitung-hitung mengobati rasa rindu untuk ngetrip. Tapi saran saya, buat kalian yang gampang baperan, saya gak sarankan untuk membaca ini cerita karena kebanyakan foto-fotonya kemesraan saya bareng istri, hehehe. 

Buat saya Pulau Bali itu tujuan ngetrip favorit banget. Disamping sangat dekat dengan Pulau Lombok, untuk mengatur waktu ngetrip dan touring ke Bali sangat simple. Pas bujang dulu, biasanya kalau weekend atau tanggal merah, saya pasti ngetrip ke Pulau Bali. Nah, setelah menikah saya gak mau ambil pusing mau jalan-jalan kemana bareng istri. Langsung saja kami berdua memutuskan untuk berlibur ke Pulau Bali beberapa hari. 

Bisa dibilang ngetrip ke Bali saat itu dadakan banget. Itupun ngetripnya hari Sabtu dan Minggu. Hanya dua hari saja di Bali, tapi beberapa destinasi wisata bisa kita datangi. Salah satunya Kebun Raya Bedugul, Bali. Niat saya dulu jauh sebelum bertemu dengan istri, kalau besok sudah nikah, saya bakalan datang kesini lagi bareng istri. So, niatan tersebut terkabul beberapa tahun kemudian.

Untuk kalian yang belum membaca cerita saya ke Kebun Raya Bedugul pas masih bujang, bisa klik disini : Menikmati Kesejukan Kebun Raya Bedugul .




Waktu untuk berangkat ke Bali kami memilih waktu malam hari. Sekitar jam sembilan malam kami berdua menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat menggunakan motor. Motor adalah pilihan yang tepat untuk jalan-jalan ke Bali. Memakan waktu satu jam dari rumah, kami sudah sampai di Pelabuhan Lembar. Suasana pelabuhan di malam hari cukup ramai oleh sepeda motor dan truk. Orang-orang lebih suka berangkat malam ke Bali karena sampai di Bali keesokan paginya. Arus laut juga lebih tenang di malam hari dibandingkan siang atau sore hari. 

Setelah membeli tiket seharga 128ribu rupiah untuk kendaraan roda dua kurang dari 250cc, kami langsung menuju antrian kendaraan. Saat itu kami menunggu kapal selanjutnya. Gak menunggu lama, akhirnya kami masuk ke dalam kapal feri. Jadwal penyeberangan Lombok-Bali ini 24 jam. Jadi gak perlu khawatir ditinggal si feri, eh kapal feri maksudnya. 

Waktu tempuh penyeberangan dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Padangbai di Bali, memakan waktu empat hingga lima jam kondisi normal. Tergantung cuaca dan kapal juga. Ada kapal feri yang cepat dan ada juga yang lambat. Belum lagi cuaca di tengah laut yang terkadang gak menentu. Apapun itu saya dan istri sangat menikmati setiap perjalanan yang kami lalui,asyik.

Sekitar jam sebelas malam, kapal feri yang kami naiki mulai meninggalkan Pelabuhan Lembar. Syukurnya, kami mendapatkan kapal feri yang lumayan keren dan besar. Jadi gak perlu khawatir bila dihantam gelombang di tengah laut nanti. Hampir di dalam pelayaran, kami berdua menghabiskan waktu dengan tidur biar paginya seger dan gak ngantuk di jalan.  

Saya terbangun saat mendengar suara bel kapal yang menandakan kapal akan segera sandar di dermaga Pelabuhan Padangbai. Langit sudah berwarna kemerahan dan Pelabuhan Padangbai sudah terlihat di depan mata. Kami berdua segera bersiap-siap menuju area parkir kendaraan yang berada di lantai dasar kapal. Penumpang lainnya juga sibuk dengan persiapan mereka. Ada juga yang masih tertidur pulas dan masih melaksanakan Shalat Subuh. Waktu menunjukkan jam setengah enam pagi. Alhamdulillah sampai Bali sesuai dengan target waktu.

Tujuan kami selanjutnya menuju daerah Bedugul. Kurang lebih dua jam perjalanan dari Pelabuhan Padangbai. Target jam sembilan pagi sampai di Bedugul. Setelah turun kapal, kami langsung menuju Bedugul melalui jalur Denpasar. Sengaja melewati Denpasar untuk beristirahat sarapan pagi disana. Selesai sarapan dan bersih-bersih, lanjut ke arah Bedugul. Cuaca pagi sangat cerah. Perjalanan ke Bedugul juga sangat lancar. Melewati area perkebunan dan persawahan, apalagi menjelang sampai di Bedugul, kami melalui jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Jauh mata memandatang terlihat bukit-bukit hijau dan vila. Kece !.

Di pertigaan tugu jagung, ada gapura bertuliskan Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Gak jauh lagi kami sampai di tujuan. Sekitar satu kilometer dari tugu jagung, kami sampai di Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Kebun Raya ini letaknya gak jauh dari dari Danau Beratan dan Pura Ulun Danu. Ini kedua kalinya saya datang ke Kebun Raya Bedugul. Datang pertama belum semua diexplore saking luasnya kebun raya ini. Datang kedua kali ini, gak mau menyia-nyiakan kesempatan donk, hehehe. 






Kenapa disebut Kebun Raya " Eka Karya " ? 

Eka berarti satu, sedangkan Karya berarti hasil. Jadi pengertian dari Kebun Raya  "Eka Karya " yaitu kebun raya satu-satunya hasil dari pemikiran anak bangsa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Kebun Raya "Eka Karya" Bali, Bedugul secara resmi dibuka pada tanggal 15 Juli 1959, waah ini orang tua saya  belum lahir,hehehe.

Kebun Raya Bali Bedugul, nama aslinya yaitu Kebun Raya "Eka Karya" Bali. Tapi masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan sebutan Kebun Raya Bali, Bedugul karena letaknya memang di daerah Bedugul.

Kapan sih Kebun Raya "Eka Karya" Bali ini dibuka ?. Berbicara soal sejarah kapan kebun raya kece ini dibuka, dari beberapa tulisan di media sosial yang terpercaya, Kebun Raya Bali ini dibangun berawal dari ide Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo sebagai Presiden dari Badan Pusat Penelitian Lingkungan sekaligus menjadi kepala dari kebun-kebun raya yang ada di Indonesia. Bersama dengan I Made Taman sebagai Kepala Badan Konservasi Lingkungan dan Pelestarian, untuk membuat sebuah kebun raya di luar Pulau Jawa dan pilihan yang tepat yaitu di Pulau Bali.

Kenapa lokasinya dipilih di daerah Bedugul ?. Daerah Bedugul merupakan daerah yang bersuhu sejuk dan beberapa tanaman hutan hujan tropis cocok sekali tumbuh disini. Kalau siang suhunya berkisaran 15 - 25 derajat Celcius sedangkan malam hari antara 10- 15 derajat Celcius. Memiliki kelembapan antara 70 - 90 %. Ketinggian dari daerah ini juga sekitar 1250 - 1450 mdpl. Jadi itulah beberapa pertimbangan kenapa Bedugul dijadikan lokasi untuk dibangun kebun raya seperti Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Kebun Raya "Eka Karya" Bali dibangun dengan luas mencapai 157,5 hektar. Jadi gak kebayang begitu luasnya kebun raya ini. Perlu tenaga yang banyak bila ingin mengexplore kebun raya ini dengan berjalan kaki. Siapkan juga payung dan jaket hangat karena disini cuaca gak menentu, kadang hujan, cerah dan berkabut (dingin pool).

Sebagai tempat konservasi tanaman hutan hujan tropis yang sangat cocok hidup di suhu sejuk, penelitian, pengamatan beberapa jenis burung yang hidup di area kebun raya dan sebagai tempat rekreasi. Ada sekitar 2000 jenis tanaman yang hidup disini dan merupakan kebun raya yang memiliki beragam jenis tanaman terlengkap di Indonesia.








Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Bersantai sejenak di sebuah taman rerumputan bersama keluarga sambil mendirikan tenda, berkumpul di bawah pohon yang sangat rindang. Ada juga kegiatan outbond disini. Jadi sangat rekomended banget untuk acara keluarga, kantor dan reunian sambil mengexplore kebun raya kece ini

Dari area parkir kendaraan, setelah membeli tiker seharga sembilan ribu per orang, kami berjalan menuju patung Rahwana yang sedang berkelahi dengan pasukan Hanoman (koreksi bila salah). Sempat foto-foto sejenak sambil menghirup udara yang sangat sejuk dan bersih. Setelah itu kami berjalan menuju taman yang sangat luas, dikelilingi oleh pohon-pohon cemara yang jenisnya kita bisa temukan di kebun raya ini saja. Mata kami dimanjakan dengan hijaunya rerumputan dan deretan pepohonan. Rasa capek tiba-tiba hilang setelah berada disini. Ingin rasanya berlama-lama disini.

Kebun Raya Bedugul yang saya lihat saat pertama kali sebelumnya, gak ada yang berubah. Masih tetap seperti Kebun Raya Bedugul sebelumnya. Berhubung saat datang pertama kali kesini, sudah kesorean. Jadi, gak bisa mengexplore lokasi lainnya di kebun raya ini.

Bisa dibilang ini kelanjutan kunjungan saya sebelumnya ke Kebun Raya Bedugul. Ada dua lokasi yang buat saya penasaran untuk melihatnya yaitu Taman Kaktus dan Anggrek. Meskipun gak ahli dalam kedua-duanya, saya penasaran untuk melihat-lihat jenis kaktus dan anggrek yang ada di kebun raya ini. 




Ada kurang lebih 68 jenis tumbuhan kaktus yang ada di Taman Kaktus Kebun Raya Bedugul. Tumbuhan ini berasal dari Amerika dan Meksiko. Tumbuhan Kaktus yang bisa hidup di udara panas memiliki 2000 spesies dan 300 genus. Beberapa diantaranya ada di Kebun Raya Bedugul. 

Saya sering melihat jenis tumbuhan ini di salah satu film kartun, Si Oscar. Kadal jenius yang memiliki seribu akal. Sering lihat juga di film-film Koboi yang sedang naik kuda di tanah yang tandus dan panas. Di rumah juga ada beberapa tumbuhan kaktus yang ditaruh di pot-pot kecil. 

Ada bentuknya bundar dengan duri yang cukup panjang, ada yang memiliki batang panjang dengan berbentuk duri yang lembut, dan ada juga jenis kaktus yang berukuran kecil dan raksasa. Semuanya ada di Kebun Raya Bedugul. Spot selfiean juga sangat cocok disini. Kami gak membuang kesempatan untuk foto-foto disini. 

Lokasi kedua selanjutnya yaitu Taman Anggrek. Tapi sangat disayangkan, waktu kami datang tanaman anggreknya belum berbunga. Bisa dibilang gak ada sama sekali  anggrek yang bermekaran. Jadi kami hanya berkeliling saja dan melihat-lihat para petani anggrek sedang  melakukan tugasnya menyemprot tanaman anggrek yang belum berbunga. Saya kurang tau waktu yang pas datang kesini untuk melihat anggrek yang sedang bermekaran. Mungkin teman-teman yang kebetulan membaca tulisan saya ini bisa membatu menjawab di kolom komentar. Ditunggu ya, Terimakasi. 

Gak terasa kami sudah dua jam lebih berkeliling di Kebun Raya Bedugul. Masih banyak tempat lainnya yang belum kami kunjungi. Memang ya tempat ini sangat luas sekali. Mungkin harus menginap disini kali ya biar bisa mengexplore tempat-tempat lainnya.

Next time, ada kelanjutan dari cerita saya kali ini. Mungkin nanti bareng si kecil ke Kebun Raya Bedugul. Ceritanya sudah dulu ya. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan wabah Covid-19 segera berlalu biar kita bisa jalan-jalan lagi, Amin.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra