Tuesday, 2 August 2016

Mengenal Desa Labuan Lalar : Sunset Point


Saya rasa trip kali ini gak ada ruginya alias terpuaskan. Banyak melihat keindahan alam sepanjang perjalanan menuju Desa Labuan Lalar, Sumbawa Barat.  Desa ini sangat berkesan bagi saya pribadi, dari sejarah, landscape, sampai budayanya yang membuat saya tertarik datang ke kampung halaman bapak saya ini.

Menemukan apa yang saya cari yaitu sunsetnya yang membuat mata dan hati langsung jatuh cinta. Kalian bisa bayangin, tempat yang belum banyak orang tahu ternyata memiliki keindahan sunset yang sangat luar biasa. Gak kalah dengan di tempat terkenal lainnya.

Seperti trip-trip sebelumnya yang pernah saya tulis, kalo ke suatu tempat yang memiliki pantai yang unik dan kece, kurang lengkap rasanya bila gak mengenal lingkungan di sekitarnya. Saya sendiri mengenal desa ini hanya dari cerita datuk ( nenek saya ). Sebelumnya saya pernah dibawa kesini, tapi saat itu saya masih sangat kecil, jadi sudah lupa.

Cerita demi cerita saya senang mendengarnya, apalagi gaya datuk bercerita membuat betah berlama-lama duduk di sebuah kursi sambil minum kopi susu dengan sepiring pisang goreng. Dari pantai, pegunungan, masa kecil datuk yang penuh suka duka, rumah panggung, penduduknya, sampai bertemunya datuk cewek dengan datuk cowok disini ( datuk mulai curhat ). Semua cerita dikemas dengan manis sehingga membuat saya membayangi begitu indahnya tanah kelahiran datuk dan bapak.



Saya mencoba mempraktekkan saat saya membayangi suasana Desa Labuan Lalar dengan memakan sepiring pisang goreng ( gak makan piringnya lhoo ya ) dan segelas kopi susu hangat. Apa yang diceritakan oleh datuk ternyata sama. Benar-benar betah tinggal disini. Maklum, orang kota jadi lebih seneng pergi ke tempat yang tenang, indah dan jauh dari kesibukan perkotaan. 




Gak lama duduk-duduk santai di atas rumah panggung sambil menikmati pisang goreng dan kopi susu hangat, waktu sore pun tiba. Saya memutuskan untuk berkeliling kampung sendirian dengan berjalan kaki. Melihat anak-anak kecil yang lagi bermain di tepi pantai mengingatkan saya masa-masa kecil dulu.

Salah seorang anak datang menghampiri untuk minta difotoin. Dengan kamera yang saya bawa, saya memfoto mereka semua. Mendengar bahasa mereka, saya ingat dengan bahasa yang sehari-hari digunakan oleh datuk di rumah. Bahasa Bajo, bahasa nenek moyang dari desa ini. 








Berjalan sedikit ke arah utara desa, saya menikmati sore itu di sebuah dermaga kecil yang baru selesai dibangun. Bertanya-tanya tentang dermaga ini, salah seorang bapak paruh baya bercerita kalo dermaga ini belum diresmikan. Pantas saja sepi dan gak ada kegiatan bongkar muat barang dari kapal barang disini. Walaupun demikian dermaga ini sangat cocok untuk dijadikan tempat menghabiskan waktu sore itu. Saya memutuskan untuk menunggu senja tiba di dermaga ini.




Senjapun tiba. Matahari mulai turun dan perlahan-lahan menghilang. Meninggalkan seberkas cahaya yang sangat cantik. Penampakan siluet yang begitu indah, menambah kebahagiaan saat berlibur di desa ini.



Perlahan-lahan langit pun sudah mulai tampak gelap. Sunset yang sangat indah menutup cerita perjalanan saya dari desa ini. Malam terakhir di desa ini sebelum besok pagi balik ke Kota Mataram, Pulau Lombok. So Enjoy, Sunset is Beautiful.

Catatan :
Jalur menuju Desa Labuan Lalar : Kota Mataram - Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur - Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat - Seteluk - Kota Taliwang - Desa Labuan Lalar ( arah menuju ke Jereweh ). 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday, 20 July 2016

Mencicipi Es Cream Khas Korea Selatan : Jumong


Jumong ( Korean Ice Cream, Lombok ) !!!

Begitulah yang tertulis di salah satu kedai es krim yang berada di lantai 1, Lombok Epicentrum Mall. Berbagai macam jenis es krim sudah menjamur di Mataram, Lombok, salah satunya es krim khas negeri gingseng ini " Jumong, Korean Es Cream ". 


Walaupun belum kesampean pergi ke Korea Selatan, sudah mencicipi es krimnya juga gak apa-apa. Anggap jadi sugesti biar secepatnya bisa ke negeri yang terkenal dengan girl bandnya ini ( gak mau sebut boy band ), ntar dikira penggemar Oppa-Oppa !!!. Teriak sambil jingkrak-jingkrak, parahnya lagi teriak sampai mimisan dan langsung pingsan saking geregetan liat kegantengan Oppa-Oppa !!!. Jijaayy... Kayaknya Oppa suka makan es krim ini ? #LOL. 


Awalnya ragu-ragu mau beli soalnya mbak pelayannya lumayan manis. Bolak-balik cuma lewatin sambil senyum-senyum ke mbaknya, sebenarnya modus biar bisa liat harga satu porsi es krimnya. Sambil menyelam minum air, akhirnya saya mutusin buat pesan dua porsi es krim yang ada roti ikannya, tapi saya gak tau namanya apa, taunya cuma Jumong saja. Satu buat saya, yang satunya buat mbaknya, eh salah. Maksudnya buat adik saya gitu. Harganya cukup lumayan ****, dengan harga Rp.25.000,- per porsi, kita bisa menikmati satu es krim Jumong sampe kenyang. 


Sambil menunggu si mbak buat es krimnya, saya memperhatikan si mbak buat roti ikannya. Ternyata ada tekhnik khusus buat roti ikannya. Pantes saja lama, ternyata roti ikannya langsung dibuat, jadinya masih dalam keadaan hangat. Maknyuuss.. ( ala-ala Pak Bondan ). Jujur saja, saya pengen belajar buat roti ikannya sama mbaknya. Roti ikan buatan mbaknya enak, apalagi setelah roti ikannya jadi, di atas mulut ikan yang mengaga, dimasukin es krim, karamel, dan astor. Mantap rasanya. 



Walaupun dari sisi kelembutan, es krim Jumong masih kalah lembut dengan es krim ikan punyanya kedai " Koiyaki ". Tapi saya suka roti ikan buatan es krim Jumong. Lebih lembut dan gak bikin enek. Cocok untuk kalian yang gak terlalu suka manis dan yang lagi diet. Intinya sama-sama enak dan memiliki kekhasan dalam segi rasa, tergantung selera. Kalo piilihan rasa, ada Green Tea, Coklat, Strauberry, Durian, Capucinno dan Taro. 

Saya memilih rasa Staruberry dan Coklat. Rasa favorit saya dari dulu. Kalo rasa favorit si mbak apa ya ? *lupa saya tanyakan. Sampai menulis artikel ini, ada sedikit rasa penyesalan gak menanyakan rasa favorit mbaknya apa. #ROFTL.

Kesimpulannya, es krim Jumong bagi saya sangat enak dan menyehatkan, terutama roti ikannya yang saya paling suka. Sukses terus mbak, semoga es krim Jumongnya selalu eksis dalam waktu lama di dunia kuliner Lombok pastinya. Amiiin.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com

Tuesday, 19 July 2016

Malam Takbiran di Lumbung Authentic : Lombok Cuisine


Melengkapi malam takbiran dengan penuh suka cita menyambut hari kemenangan " Idul Fitri", gak lengkap rasanya bila gak berkumpul dengan keluarga atau orang-orang yang kita sayangi.

Berhubung malam terakhir kita berbuka puasa, saya membuat rencana untuk makan malam di luar rumah. Berbuka puasa sih tetap di rumah, tapi makan besarnya di luar gitu. Maklum baru gajian, jadinya saya berani mentraktir keluarga. Sekali-kali gimana rasanya membuat orang-orang yang kita sayangi bahagia.

Oke.. itu kalimat pengantar sebelum memulai pertualangan kuliner kali ini. Ceileeehhh...alay dikit gak apa-apa.



Beberapa waktu yang lalu saya sudah mempositing tentang beberapa macam kuliner di Lombok Epicentrum Mall. Nah pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang salah satu tempat makan baru yang wajib untuk kalian coba.  Ada salah satu rumah makan yang menurut saya paling unik di mall ini. Namanya Lumbung Authentic, Lombok Cuisine. 

Berada di lantai 2, Lombok Epicentrum Mall. Gak jauh dari resto yang lainnya seperti Omah Cobek, Beef Baar dan Boba Tea, dan Pizza Pazza. 

Tempatnya asyik, bentuk bangunan sungguh alami. Seperti berada di suasana pedesaan. Rumah makan ini menganut konsep Lombok klasik. Hampir seluruh ruangan terbuat dari bahan rotan dan bambu. Persis seperti kita berada di warung jaman dulu, dimana semuanya serba klasik. 



Selain ruangan yang bergaya Lombok klasik, beberapa interior yang terpajang di rumah makan ini juga bergaya klasik. Ada tungku, teko ( cerek ) yang terbuat dari tanah liat, ada permainan congklak yang sangat digemari oleh anak-anak jaman dulu, dan ada beberapa lukisan yang menambah nilai seni klasik. 



Ruangan di rumah makan ini terbagi menjadi tiga ruang. Ada di ruang dalam ( No Smooking area ), ada di luar ruang ( Smooking area ), dan ada di dalam lumbung yang menjadi ciri khas dari rumah makan ini. Berhubung yang lainnya meminta untuk di luar ruangan, jadinya kami memilih tempat yang berada di luar. Pemandangan disini sungguh indah, kita bisa melihat Kota Mataram di malam hari dari atas. 







Suasana saat itu gak terlalu ramai oleh para pengunjung, jadinya kami gak terlalu sulit untuk memilih posisi tempat makan. Gak lama kemudian salah satu pelayan resto datang menghampiri sambil membawa daftar menu. Para pelayan resto juga sangat ramah-ramah, lumayan baik dalam memberikan servis pelayanan. 

Ada beberapa paket menu yang ada. Awalnya sempat bingung mau memilih paket yang mana, soalnya daftar menunya banyak sekali. Ada menu ayam, bebek, sapi, ikan nila dan gurami. Masing-masing terdiri dari beberapa sub menu. Lebih lengkapnya bisa dilihat menu di atas.

Gak hanya bentuk bangunan dan interior saja yang bergaya Lombok klasik, tetapi menu makanan dan minumannya pun menganut konsep masakan khas Lombok. Terutama menu ayam taliwangnya yang menjadi pilihan kami saat itu. Disini ayam taliwangnya khas rumah makan ini. Selain ayam taliwang, kami memesan ikan nila dan gurami bakar dan beberapa menu yang lainnya. Soal harga sih gak terlalu mahal, sesuai dengan kantong kita. 



Gimana, cukup lezat bukan ?. Menikmati makan malam bersama keluarga di malam lebaran memberikan kebahagiaan yang luar biasa. Berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi sambil menikmati kelezatan masakan dari orang-orang yang luar biasa.

Selamat Idul Fitri. Minal Aidin Walfaidzin. Mohon Maaf Lahir dan Batin

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday, 13 July 2016

Mengenal Desa Labuan Lalar : Perjalanan

Jreeeng... Jreeeng

Gimana acara libur lebaran kalian tahun ini ? Semoga menyenangkan dan berjalan dengan lancar. Amiinn...

Dapat kesempatan libur kerja, saya gak menyia-nyiakan peluang untuk kabur dari rumah untuk sementara alias ngetrip.

Masalahnya, kali ini saya gak diijinkan ngetrip jauh-jauh apalagi yang tergolong ekstrim oleh ortu. Katanya sih saat ini dimana-mana ramai dan masih dalam suasana lebaran. Gak ada hubungannya sebenarnya, tapi apa mau dikata. Saya terima apa kata ortu, jadi semua rencana ngetrip yang sudah di depan mata untuk sementara ditunda. It's Oke.. No Problemo.

Awalnya bingung mau memanfaatkan waktu libur kerja yang lumayan lama untuk apa saja. Setelah berpikir keras, saya menemukan ide. Saya meminta ijin ke ortu untuk pergi bersilaturahmi ke kampung halaman bapak di pulau seberang. Sodara disana masih lumayan banyak. Sebenarnya sih ini murni modus, biar bisa kabur dari rumah. Setelah proposal perjalanan diacc, akhirnya saya bisa ke pulau seberang. Alhamdulillah, senengnya hati ini. 




Berangkat dari Kota Mataram menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur memakan waktu dua jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Seperti biasa, saya menggunakan motor matic kesayangan ( Si Blue ) yang selalu setia menemani setiap ngetrip. 

Setelah sampai di Pelabuhan Kayangan, saya langsung membeli tiket untuk sepeda motor seharga Rp.50.000,- per motor. Ternyata di libur lebaran tahun ini, tarif penyeberangan Lombok - Sumbawa mengalami penurunan, lumayan. 

Suasana di pelabuhan ramai lancar. Gak butuh waktu lama untuk memasuki lambung kapal. Saya sudah memasuki lambung kapal dan memarkirkan motor di posisi sesuai arahan ABK kapal. 


Motor sudah aman dengan posisinya, saya segera naik ke lantai paling atas dari kapal. Kapal yang saya tumpangi cukup bagus. Ada ruang terbukanya dan gak panas. Angin laut segera menyapa setiba di lantai paling atas dari kapal. Cukup banyak kursi yang masih kosong. Saya memilih kursi paling pinggir biar bisa melihat pemandangan laut dari dekat.

Dari penumpang, pedangan nasi bungkus, sampai pengamen, meramaikan suasana di dalam kapal. Suasana yang selalu saya kangenin bisa bertemu orang banyak dan dapat merasakan suasana mudik seperti orang lain. 

Seorang ibu paruh baya mendekati saya dan menawarkan dagangannya. Kebetulan waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WITA, saya sudah mulai lapar. Sebelum kapal berangkat, saya makan siang dulu. Selamat Makan !!!






Perut sudah kenyang, sedangkan kapal belum juga berangkat. Cukup lama memang kapal ini berangkat. Kalo masalah cuaca sih aman-aman saja walaupun sedikit mendung. Saya akhirnya bertanya kepada salah satu ABK kapal yang kebetulan lewat di depan saya. Kata masnya, kapal sebentar lagi berangkat sesuai jadwal. " Sabar mas Didik, kapal segera berangkat kok "... kata saya di dalam hati, he...he..he...

Gak lama kemudian, setelah bongkar muat barang selesai. Kapal KMP Satya Dharma yang kami tumpangi segera berangkat. Asyiknya, saya bisa melihat pemandangan dari segala sudut dari kapal ini karena memiliki ruang terbuka. 

Cuaca bagus, gelombang gak terlalu besar dan pemandangan yang kece, menemani pelayaran saya untuk menyeberangi Selat Alas. Menikmati pelayaran adalah solusi yang tepat saat itu, duduk santai sambil mendengar musik...Super Kece. 



Gak terasa sudah dua jam pelayaran, kapal kami sudah mendekati Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. Jejeran perbukitan alam Pulau Sumbawa sudah tampak jelas terlihat. Deretan pulau-pulau kecil kami lewati. Ada Pulau Ular, Kenawa, Paserang, Belang, Kambing dan Namo. Banyak pulau memang di sekitaran pelabuhan yang saat ini lagi hits-hitsnya. 

Setelah berlabuh beberapa menit, kapal segera merapat menuju salah satu dermaga. Satu per satu kendaraan dan penumpang segera turun dari lambung kapal. 

Welcome Sumbawa Island...!!! Berjumpa lagi kita... 

Tujuan selanjutnya yaitu menuju ke arah Kota Taliwang, Sumbawa Barat. Cukup satu jam perjalanan saja waktu normal untuk sampai di Kota Taliwang. Padang sabana serta deretan perbukitan alam Sumbawa menyambut kami dengan suka cita. Cuaca masih cukup cerah untuk melanjutkan perjalanan. 




Singkat cerita, setelah satu jam perjalanan menuju Kota Taliwang, saya segera melanjutkan perjalanan lagi ke Desa Labuan Lalar, Sumbawa Barat yang hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja. Seperti di awal cerita, tujuan kami adalah ke sebuah desa di pesisir Sumbawa Barat yaitu Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang, Sumbawa Barat. 

Desa ini gak terlalu dikenal di dunia traveling, karena hanya perkampungan nelayan. Walaupun hanya perkampungan nelayan, desa ini memiliki history yang indah bagi saya pribadi. Desa Labuan Lalar merupakan kampung halaman datuk cewek ( bahasa Indonesianya : nenek ). Datuk cewek menemukan jodohnya disini. Datuk cewek dan datuk laki bertemu dan nikah di desa ini dan bapak saya juga lahirnya disini. Jadi Desa Labuan Lalar memiliki cerita yang indah bagi saya pribadi. 




Penduduk asli Desa Labuan Lalar adalah Suku Bajo, termasuk keluarga dari nenek dan bapak juga dari Suku Bajo. Saya juga berarti campuran Suku Bajo dan Suku Sasak dong, baru nyadar, he...he...he....

Bentuk rumah-rumah penduduknya juga sebagian besar adalah rumah panggung. Kehidupan penduduk di desa ini sangat sederhana. Mencari ikan dan segala macam jenis makhluk hidup di laut adalah mata pencaharian utama di desa ini. Soal bahasa, bahasa pengantarnya dalam keseharian yaitu Bahasa Bajo atau disebut dengan bahasa Lahak ( Bahasa Labuan Lalar ). 

Jadi jangan heran bila berkunjung kesini, kita seperti berada di daerah Sulawesi atau NTT sana yang memiliki bahasa yang serupa. Jujur, saya sampai sekarang masih belajar bahasa Bajo dari datuk. Keren saja kalo bisa menggunakan bahasa ini. 


Total waktu tempuh dari Kota Mataram hingga sampai di Desa Labuan Lalar kurang lebih lima jam perjalanan. Cerita tentang Desa Labuan Lalar masih terus berlanjut. Ditunggu cerita selanjutnya yang lebih menarik lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WITA. Hari sudah mulai sore dan hujan mulai turun dengan derasnya. Berhubung badan sudah mulai terasa capek, saya pun segera mandi dan beristirahat sebentar sambil menunggu cuaca cerah kembali. 

Saya memutuskan untuk bermalam di rumah puah Eli ( bahasa Indonesianya : Tante atau Bibi ). Sengaja saya menginap disini karena lokasi rumahnya langsung berhadapan dengan bibir pantai. Pemandangan laut dari sini sangat kece. Lagian juga dari beberapa keluarga bapak, puah Eli yang paling dekat dengan saya. Sudah akrab gitu.

Duduk di teras depan rumah sambil menikmati hujan turun dan menunggu sunset terlihat adalah pilihan yang sangat tepat saat itu. ( Bersambung )

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com