Thursday 27 April 2017

Mengexplore Alam Ubud : Tegalalang Rice Terrace


Menjelang akhir bulan April, saya kembali melakukan touring ke Pulau Dewata, Bali. Kali ini saya membawa dua sahabat yaitu Mas Junk dan Nova. Destinasi pertama yang kami explore yaitu area persawahan Tegalalang, Ubud. Kurang lebih satu jam perjalanan dari Pelabuhan Padangbai hingga sampai di Tegalalang. Harapan saya sampai di Tegalalang saat matahari baru muncul, Jadi dapat menikmati sunrise. Namun kapal kami telat sampai di pelabuhan, jadi sampai di Tegalalang sekitar jam sepuluh pagi. Agak kecewa sedikit sih. 

Ketika sampai di lokasi, kecewa yang saya rasakan terbayarkan oleh panorama alam persawahan Tegalalang yang dikenal dengan sebutan  " Tegalalang Rice Terrace ". Meskipun sudah menjelang siang, udara sejuk Tegalalang masih terasa dan panorama alam yang sangat kece. Warna hijau dari berbagai macam tanaman seperti padi, pohon kelapa dan rerumputan melengkapi kebahagiaan saya saat itu. Agak siang saja masih sejuk, apalagi masih pagi yaak. Didukung dengan cuaca cerah, langit biru diselimuti awan putih tipis membuat awal perjalanan saya mengexplore Pulau Bali hampir sempurna. 


Dulu sejak kecil saya suka sekali pergi ke sawah sambil main layang-layang bersama adik. Berhubung rumah dekat dengan sawah dan sungai, saya gak bosan bermain di sawah. Selain pantai dan hutan, saya suka dengan persawahan. Suka dengan aroma lumpur dan aliran sungai sambil duduk santai melihat para petani bercocok tanam. Meskipun bukan berasal dari keluarga petani, saya sangat suka dengan suasana di sawah. Bermain dengan aliran air dan gak jarang menangkap belalang hijau dan jangkrik. Masa kecil yang sederhana tapi bahagia!!! hehehe... 





Meskipun sejak kecil sudah sering main di sawah orang, bentuk sawah di dekat rumah dengan di Tegalalang jauh berbeda. Area persawahan disini bertingkat-tingkat yang dikenal dengan istilah terasering atau sengkedan. Bentuk persawahan semacam ini baru saya lihat. Di Lombok sendiri, sudah ada beberapa metode terasering, tapi belum ada bentuk terasering seperti di Tegalalang punya. 
***
Dari sisi jalan raya, saya menuruni tangga menuju area persawahan. turunannya agak dalam dan lumayan menanjak saat balik lagi ke lokasi semula. Saat menuruni undak-undak yang dibuat oleh warga setempat, saya berjumpa dengan sistem aliran air yang dikenal dengan sebutan subak. Gak lupa juga saya berjumpa dengan anak-anak kecil menawarkan jasa mereka untuk mengantar kami mengelilingi area persawahan sambil membawa beberapa foto destinasi di Ubud, desa tempat mereka tinggal. Bener-bener dah warga Tegalalang sangat ramah dengan para pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Itu yang saya rasakan ketika berada dan berinteraksi dengan mereka. 




Sebelum berkeliling agak jauh, saya menyapa seorang ibu yang sepertinya pemilik sawah ini. Si Ibu menyetop kami saat melewati gubuk beliau dan mengatakan kepada saya bahwa sebelum masuk area persawahan, kami harus mengeluarkan uang suka rela asalkan ikhlas. Hitung-hitung bayar uang masuk. Setelah mengeluarkan uang seikhlasnya, saya meminta ijin kepada si ibu untuk istirahat sebentar sambil ngobrol-ngobrol dengan beliau tentang Tegalalang Rice Terrace ini. Beliau gak pelit informasi, dengan senyum dan ramah beliau bercerita tentang kehidupan menjadi seorang petani di Tegalalang. Lebih lengkapnya, saya gak akan membocorkan curhatan si ibu. Biar menjadi rahasia saya bersama si ibu, ahaaaaiiiii. 






Berjalan menaiki satu demi satu undak-undak sawah yang dibuat dari blok-blok batu yang sudah tertata rapi dan aman bagi para pengunjung untuk berjalan kaki. Di area ini banyak spot-spot kece yang bisa kita abadikan dalam sebuah foto. 

Kami bertiga gak sendirian, banyak para pengunjung yang kebanyakan dari luar negeri datang kesini. Di negara mereka mungkin gak ada tempat seperti ini. Sebagian berbahasa Inggris dan China. Dari senyumannya, mereka sangat menikmati tempat ini sama seperti saya.



Berjalan kaki langkah demi langkah, saya sangat menikmatinya. Surga dunia berbentuk lembah-lembah sawah dilereng perbukitan dengan aliran air yang mengalir dari tingkatan paling atas ke tingkatan paling bawah. 




Saya susah bercerita lebih jauh lagi tentang kekecean tempat ini. Hanya bisa dirasakan sendiri dan wajib bagi teman-teman yang berlibur ke Bali untuk mencoba mengexplore "Tegalalang Rice Terrace". Saya sudah menikmati suasana area persawahan Tegalalang. Sekarang giliran teman-teman yang langsung datang ke Bali dan merasakan sendiri suasana berada di lembah-lembah dan lereng bukit persawahan yang sangat terkenal di Bali ini. Insyaallah di lain waktu saya akan datang kesini lg untuk mengexplore lebih jauh lagi tentang alam Ubud, khususnya Tegalalang. Amiinn...

Kalo sudah kesini, jangan lupa share cerita teman-teman ke saya yaaak !!! Ojo lali yo yaak hehehe 

Lokasi : Tegalalang Rice Terrace, Ubub, Kabupaten Gianyar.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
google.com

Saturday 15 April 2017

Cerita di Lombok Elephant Park : Liburan Sambil Belajar


Sekarang sudah gak usah jauh-jauh lagi liburan ke kebun binatang di luar pulau. Di Pulau Lombok sudah ada kebun binatang yang baru dibuka awal Maret lalu. Namanya Lombok Elephant Park atau bahasa gaulnya " Kebun Gajah ". Kebun binatang yang memiliki luas sekitar 3 hektar ini denger-denger milik salah satu pengusaha dari Bali. Lombok Elephant Park berada di Desa Sigar Penjalin, Lombok Utara. Hanya memerlukan waktu tempuh satu jam dari Kota Mataram via Pusuk atau Senggigi. Untuk yang habis liburan ke Gili Trawangan, hanya butuh lima belas menit saja menuju lokasi kebun binatang dari Pelabuhan Bangsal.

Jangan khawatir bila bingung untuk sampai di lokasi. Di pinggir jalan raya Tanjung - Kota Mataram sudah ada petunjuk lokasinya kok. Masalah transportasi, bisa menggunakan motor atau mobil. Untuk angkutan umum sendiri, bisa menggunakan angkutan umum jurusan Kota Mataram - Tanjung. Nanti turunnya tepat di perempatan antara Pantai Sire dan Lombok Elephant Park. Selanjutnya bisa menggunakan ojek untuk sampai di lokasi. 



Kondisi jalur menuju Lombok Elephant Park saat ini sudah beraspal. Meskipun lebar jalan masih tergolong sempit. Jadi untuk bus pariwisata yang besar belum bisa masuk. Harapan saya, kedepannya jalan menuju Lombok Elephant Park bisa dilebarkan, sehingga akses menuju lokasi bisa untuk semua jenis kendaraan.

Melewati perumahan penduduk desa, kebun milik warga,dan kecenya kita melewati kebun dengan ribuan pohon kelapa. Kurang dari sepuluh menit saya sudah sampai di lokasi. Awalnya sempat bingung kok parkirannya seperti ini. Ternyata ada dua parkiran di lokasi. Parkiran bawah adalah parkiran buatan warga setempat, sedangkan bagian atas adalah parkiran resmi milik Lombok Elephant Park. Kami pun memilih untuk parkir di bagian atas saja, tujuannya biar aman dan gak ngos-ngosan jalan menanjak.



Waktu sudah menunjukkan siang hari. Ternyata gak seperti yang saya pikirkan. Suasana ramai sekali dan parkiran kendaraan hampir penuh. Maklum hari itu hari libur, jadi banyak dari luar kota datang kesini bersama keluarga dan kekasih pastinya. Banyak spot kece yang bisa kita manfaatkan untuk berselfie. Salah satunya seperti foto di atas.

Setelah membeli tiket masuk yang masih harga promo yaitu 50 ribu per orang dewasa. sedangkan untuk anak di bawah 12 tahun dikenakan biaya 30 ribu. Updatetan harga tiket saat ini yaitu 75 ribu untuk orang dewasa dan 50 ribu untuk anak-anak. Untuk jam buka dan tutupnya, Lombok Elephant Park mulai buka untuk umum jam 9 pagi sampai 6 sore ( hari libur maupun hari biasa ).

Ohya saya datang kesini bersama om yang sedang ada tugas di Mataram dan adek sepupu yang masih di bawah 12 tahun. Jadi kami membayar dua tiket dewasa dan satu tiket anak-anak.







Spot pertama yang kami jumpai yaitu area berbagai jenis burung. Ada burung kakak tua, rangkong, burung hantu, burung nuri dan ada beberapa jenis burung yang katanya mau didatangkan. Harapan saya, semua jenis burung bisa kita jumpai di Lombok Elephant Park. Namun kalo semua jenis burung ada disini, kesan Lombok Elephant Park bisa terancam donk. Bisa-bisa berubah nama jadi Bird Park Lombok hehehe.. ( hanya becanda saja ). Kita tunggu saja jenis burung lainnya yang akan didatangkan.

Akhirnya saya bisa fotoan kece bareng salah satu burung kakaktua hitam yang super jinak yang bernama Bagong. Selain Bagong, saya juga foto bareng dengan burung nuri yang warnanya super cerah, secerah model fotonya ( jijaaay ).





Lanjut ke spot selanjutnya, kami menuju area penghuni lain yang masih bagian dari Lombok Elephant Park. Berjalan sekitar seratus meter dari lokasi burung-burung, kami berjumpa dengan orang utan, kuda nil yang katanya didatangkan jauh-jauh dari Afrika ( bisa jadi dari Ethiopia atau Zimbabwe ). Selain itu ada bekantan, beruang madu, siamang, buaya, landak, rusa, kambing gunung, dan menurut rencana sebentar lagi akan didatangkan singa dan komodo. Semoga t-rex atau raptor bisa juga didatangkan ( hahahaha ). Kalo dinosaurus itu didatangkan berarti namanya Jurasic Park Lombok ( hanya khayalan saya saja ).





abaikan gajahnya, fokus ke mbak manisnya...hehehehe 

Nah, spot selanjutnya tokoh utama dari kebun binatang ini yang gak lain adalah empat ekor gajah yang didatangkan langsung dari habitat aslinya yaitu Way Kambas, Lampung. Nama keempat gajah tersebut antara lain Bayu, Rambo, Melati dan Cindy. Masing-masing Gajah memiliki pawang yang langsung didatangkan dari sekolah gajah. Jadi jangan khawatir bila mendekati gajah karena keempat gajahnya sudah jinak dan didampingi oleh pelatih mereka. 

Untuk makanan gajah, pengunjung dilarang memberi makan sembarang. Makanan sudah disediakan oleh pengelola, jadi pengunjung hanya boleh memberikan makanan yang sudah disediakan. Bagi yang ingin menaiki gajah, pengunjung dikenakan tarif 100 ribu orang dewasa, sedangkan anak-anak dikenakan 75 ribu saja. Untungnya pihak pengelola memberikan paket safari dimana 150 ribu untuk orang dewasa dan anak-anak dibawah 12 tahun sebesar 125 ribu ( sudah termasuk tiket masuk + naik gajah ). Cukup murah kan promonya. Itu merupakan updatetan terbaru di Bulan April ini. Mungkin di bulan-bulan selanjutnya ada harga promo lagi. Kita tunggu saja. 




Untuk berkeliling sambil duduk di atas punggung gajah, hanya memerlukan waktu 15 menit saja. Cukup lumayan asyik menikmati pemandangan Lombok Elephant Park sambil bersantai di atas punggung gajah. Sayangnya saya belum sempat naik, saat itu gajahnya butuh istirahat karena kelelahan mengajak pengunjung berkeliling dari pagi hingga siang. Rata-rata pengunjung juga ngantri untuk mencoba wahana baru yang ada di Pulau Lombok ini.

Keliatan sih seru, Next... saat saya datang kesini lagi, saya harus mencoba berkeliling dengan gajah biar tau gimana sih rasanya menunggangi gajah. Sama gak seperti menunggangi kamu dulu...Ettttssss keceplosan, hahahaha ( hanya becanda ). 

Disamping berlibur, di Lombok Elephant Park kita juga bisa belajar mengenai nama jenis binatang dari yang kita jumpai sehari-hari sampai yang langka alias hampir punah. Selain mengenal dan melihat langsung binatang yang ada dsini, saya khususnya bisa mengamati tingkah laku mereka secara langsung walaupun hanya sebentar. Saya harapkan di Pulau Lombok selain Lombok Elephant Park yang baru buka awal Maret lalu, ada tempat baru lainnya yang bisa kita datangi untuk berlibur sambil belajar. Ambil contoh Kebun Bunga Lombok atau tempat yang belum ada di Pulau Lombok. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 8 April 2017

Menjelajah Alam Gangga, Lombok Utara : Back to Nature

Cuekin modelnya, fokus ke viewnya

Beberapa minggu yang lalu, saya mendapatkan kiriman email dari seseorang yang penasaran sama Pulau Lombok. Di pikiran si dia, Lombok itu masih hutan belantara, gak ada mall atau tempat-tempat hiburan seperti Kota Denpasar, Yogya, atau kota besar lainnya. Saya sih senyum saja membaca isi kirimannya.

Alasan mengapa dia berpikiran seperti itu karena dia melihat di medsos, rata-rata orang memposting liburan mereka di Lombok tentang pantai, gili-gili, air terjun, Gunung Rinjani, desa tradisional dan masakan khasnya. Jarang yang memposting foto tentang kota-kota yang ada di Pulau Lombok, bener gak sih ?. Kalo menurut saya ada benernya juga dan itu sah-sah saja. Walaupun anggapan si dia sedikit keliru, tapi saya sih anggap hal itu wajar, secara alam Pulau Lombok memang jauh lebih kece dibandingkan kemegahan sebuah mall atau kemacetan kota besar yang selalu menjadi buah bibir penulis berita.

Perlu saya tegaskan lagi, Pulau Lombok memiliki tiga mall besar yang berada di Kota Mataram dan gak hanya hutan belantara saja, tapi pulau ini mempunyai kota besar seperti Kota Mataram dan tempat-tempat hiburan yang cukup ramai. Saat ini Pulau Lombok gak jauh berbeda dengan Pulau Bali meskipun Bali terlebih dulu terkenal dan ramai ( sekarang Kota Mataram sudah mulai macet ).

Curhat sedikit dulu tentang isi email hehehe.... Lanjut ke cerita sesungguhnya !!!

Walaupun gak ada kaitannya cerita trip saya kali ini dengan curhatan di atas, tapi gak ada salahnya kalian perhatikan cerita saya. Sebuah tempat baru yang lagi ngehits di Pulau Lombok saat ini.

Apa itu ? Yuk mari simak !!! #Pemaksaan





Rumah Pohon Gangga Murmas 

Dalam trip kali ini saya gak sendirian lagi. Moment yang sudah lama sekali saya tunggu-tunggu. Saya, Mas Junk bersama istri ( Nova ) dan dokter gigi kita ( Mas Irfan ) merencanakan trip ini bisa dibilang mendadak. Gak ada rencana sebelumnya, ada waktu libur dari pekerjaan, kami berempat pun langsung berangkat ke Alam Gangga ( kayak kisah mistis saja ).

Ganti kalimat !!!.Kami berempat langsung berangkat untuk mengexplore alam Gangga, Lombok Utara ( agak lumayan gak serem ). 

Sebenarnya kami gak berempat, temen-temen kami sih banyak tapi hanya kami berempat saja yang jadi berangkat. Tujuan kami yaitu daerah bernama Gangga yang terletak di wilayah Lombok Utara, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Mataram menggunakan motor matic via Pusuk alias Monkey Forest. 

Destinasi pertama yang kami kunjungi yaitu Rumah Pohon Gangga Murmas. Tempat ini lagi ngehits di dunia instagram. Sebelumnya saya sudah pernah menulis artikel tentang tempat ini di tahun lalu. Antara kunjungan saya pertama kali dengan sekarang, banyak sekali perbedaannya. Sekarang tempat ini jauh lebih ramai dan spot untuk fotoan kece sedikit alay sudah ada penambahan. Kebetulan kami datangnya lebih pagi, jadi kami bisa mengexplore tempat ini jauh lebih nyaman, kece tanpa ada gangguan dari penampakan cabe-cabean di dalam foto kami.





Air Terjun Gangga

Next .... !!! Kita beralih ke destinasi selanjutnya. Perlu diketahui di bawah Rumah Pohon Gangga Murmas sebenarnya ada air terjun yang sudah lama ngehits. Sebut saja Air Terjun Gangga. Mirip seperti nama sungai Gangga yang ada di India. Entah bener apa gak, mungkin dulu air terjun ini diberi nama oleh pemuka agama Hindu dan warga setempat ( hanya pendapat saya saja ).

Ada jalur pintas yang bisa kami lewati untuk menuju air terjun. Walaupun kondisi jalurnya berupa tanah, serta dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun, kami gak kesulitan untuk mencapai air terjun. Jalur yang memang dibuat oleh warga untuk para pengunjung yang ingin menuju Air Terjun Gangga.

Air Terjun Gangga merupakan air terjun yang jalurnya cukup mudah dilalui dibandingkan jalur menuju air terjun lainnya yang ada di Pulau Lombok ( menurut saya ). Jalur menurun dan saya sudah bisa bayangin pegelnya bila balik lagi ke Rumah Pohon Gangga Murmas. 




Ada beberapa spot kece yang ada di sekitaran Air Terjun Gangga. Salah satu spot favorit saya yaitu tepat di bawah air terjun. Dimana ada sebuah jembatan terbuat dari beton yang dibuat oleh warga setempat. Dari sini kita bisa mendapatkan view foto yang kece. Ada juga spot yang bagi saya sedikit serem yaitu berupa jembatan terbuat dari besi menuju ke air terjun kedua yang tersembunyi di balik air terjun utama. 

Debit air yang mengalir begitu deras sekali dan berwarna keruh dikarenakan masih musim hujan. Di bawah jembatan beton  terdapat air terjun lagi yang sangat curam seperti jurang. Jujur, saya takut berada di posisi berdiri di bawah tebing jurang. So, semuanya super kece bagi saya. Keren Air Terjun Gangga !!!





Mata Air Kakong

Gak jauh dari Air Terjun Gangga, terdapat destinasi baru dan langsung ngehits saat ini. Namanya Midtje Kakong atau biar gak ribet saya sebut Kakong saja. Sekitar lima belas menit perjalanan yang ditempuh dari Air Terjun Gangga menuju Kakong melewati perumahan penduduk, jalur persawahan dan ada beberapa titik, kita menjumpai tanah berlumpur dan lebar jalan yang sempit. Jalur hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Bagi yang nekat bawa roda empat, silahkan kalo pengen kece. 

Welcome to Kakong !!!

Spot pertama yang kami jumpai dari pintu masuk yaitu terdapat rumah pohon berlantai tiga. Semuanya terbuat dari kayu dan yang menjadi tiang utama yaitu pohon besar ( saya gak tau nama pohonnya ). Model rumah pohon yang baru saya temui di Pulau Lombok dan hanya satu-satunya model rumah pohon seperti ini. Dari atas rumah pohon, kami bisa melihat pemandangan persawahan yang mirip seperti Ubud, Bali. 



Ada juga semacam tempat santai yang terbuat dari kayu dan berada di atas aliran sungai seperti danau kecil. Bagi yang pengen prewed bareng pasangan, tempat ini sangat cocok sekali. Gak hanya spot kece saja yang ada, tapi tempat istirahat dan warung sederhana juga ada disini. Tapi herannya, gak ada saya lihat sampah yang berserakan. Salut dengan pengelola tempat ini. Kereen dan terus pertahankan !!!.

tampang pengen difotoin juga


Ketemu kenalan lama " kayak baru pulang kondangan bu "

Akhirnya eksis juga walaupun tampang masih kucel dan lapar


Berjalan agak kedalam. Ternyata baru saya paham, Kakong ini merupakan mata air yang dimana airnya dipergunakan untuk kebutuhan warga Dusun Kakong. Selain ada beberapa spot yang dibuat oleh warga untuk selfie alay ala instagramer ( jangan tersindir yaak ), disini juga terdapat air terjun yang ukurannya gak begitu tinggi.

Ada dua air terjun disini, paling ujung terdapat air terjun yang cukup besar dan deras. Disini kita bisa mandi di kolam alami bawah air terjun. Air terjun kedua gak begitu besar dan deras tapi disini ada spot kece untuk pengunjung berselfie alay. Kreatif sekali anak muda di desa ini, keren sekali penataan spotnya. 

Saya bangga ada destinasi alam seperti ini yang disulap menjadi tempat yang menarik dan magnet bagi pecinta jalan-jalan. Benar-benar kita berada di tempat pedalaman desa, dimana disekelilingnya berupa hutan belantara dan sumber air bersih. Menikmati alam Kakong di waktu libur bersama keluarga dan sahabat adalah pilihan yang tepat.

Pesan dipenghujung cerita " Buang Sampah Pada Tempat yang Telah Disediakan !!! "

Catatan :
- Mata Air Kakong berada di Dusun Kakong, Desa Bentek, Gangga, Lombok Utara
- Tiket Masuk 5ribu per motor
- Datang di hari biasa kalo gak mau ramai
- Weekend dan Hari Libur dijamin pasti ramai sama cabe-cabean dan terong-terongan

Photografer : Lazwardy Perdana dan Zulkarnaen Lucy
Penulis : Lazwardy Perdana
google.com