Thursday 29 January 2015

Keliling Dunia dengan Membaca


Traveling itu gak mesti harus bepergian ke daerah yang indah dan kental akan budaya dari daerah tersebut. Kita bisa traveling ke tempat yang diinginkan bahkan keliling dunia dengan cara membaca. Banyak sekali media yang bisa kita jadikan media untuk membaca, antara lain media elektronik atau bahkan media cetak. Salah satunya yaitu dari kita membaca sebuah buku. Buku dari catatan traveling seseorang, novel tentang kisah hidup seseorang, buku tentang sejarah dan sains atau bahkan buku tentang ajaran agama kita masing-masing. Secara gak langsung dengan membacanya kita sudah melakukan sebuah perjalanan. 


Begitu juga dengan jalan-jalan saya sore hari ke salah satu toko buku yang lumayan terkenal di daerah tempat saya tinggal, gak lain yang saya lakukan yaitu meluangkan waktu untuk membaca sebuah buku, buku apa saja yang menarik bagi saya pribadi. Kadang-kadang rasa jenuh untuk traveling ke tempat yang jauh itu pasti akan dialami. Begitu juga dengan kita yang ingin ke suatu tempat tetapi gak ada seseorang menemani dan waktu karena sibuk bekerja, itu yang saya sering alami ( malah curhat ). Cara saya mengobati diri biar gak bosan apabila gak sempat traveling yaitu membaca buku.

Saya memiliki beberapa judul buku yang menjadi favorit dan menjadi inspirasi saya untuk melakukan suatu perjalanan dan menulis pengalaman perjalanan saya walaupun ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi tetapi belum ada kesempatan buat kesana antara lain buku novel Gajah Mada dari seri 1 sampai 5 penulisnya Langit Kresna Hariadi yang menceritakan kisah kejayaan kerajaan Majapahit pada masa lalu. Ada juga buku yang berjudul Love Journey #2, yang banyak sekali menceritakan perjalanan traveling di Indonesia, Ada juga yang berjudul Travel 101 Writing, yang mengupas tuntas cara mudah dalam membuat artikel dan foto perjalanan dan masih banyak lagi buku yang menjadi favorit saya yang gak bisa disebutkan satu per satu.


Banyak yang mengatakan bahwa buku itu adalah jendela dunia dan membaca adalah kacamatanya. Saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan membaca kita dapat melihat dunia dan menjadi orang yang beruntung mengetahui apa yang orang lain belum tentu mengetahuinya. Kalau saya, bisa dibilang gak terlalu hobi membaca buku tetapi menjadi keharusan bagi saya untuk mengetahui apa yang saya cari. Bukannya terpaksa, tetapi menjadi kewajiban saya untuk membaca agar kita gak terlalu bodoh di depan orang lain. 


Dengan membaca secara gak langsung saya sudah merasakan perjalanan yang diceritakan oleh penulis buku tersebut. Perjalanan menyenangkan, menyeramkan atau bahkan penuh dengan ketegangan adalah seni yang saya dapatkan apabila berhasil masuk di dalam alur cerita. Suatu keunikan memang, karena keunikan tersebut saya menemukan banyak sekali inspirasi dalam menulis suatu kisah perjalanan saya. Kesimpulan yang saya dapatkan adalah belajar itu awalnya dari membaca, tanpa membaca kita gak bisa belajar yaitu belajar dari mengenal lingkungan tempat tinggal kita, mengenal negara kita dan akhirnya kita akan bisa mengenal dunia. Gak ada kata telat dalam belajar untuk bekal kita di dunia selanjutnya yaitu di akhirat kelak. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday 20 January 2015

Berziarah ke Masjid Kuno Bayan Beleq


Selain wisata alam, budaya dan kulinernya yang sudah terkenal sampai ke luar negeri, Pulau Lombok juga menyimpan berbagai macam peninggalan sejarah, salah satunya yaitu Masjid Kuno Bayan Beleq yang menceritakan awal mulanya ajaran Islam masuk ke Pulau Seribu Masjid ini. Bisa dibilang ini perjalanan spiritual yang pertama saya tulis di dalam postingan blog sendiri. Cukup menarik bagi saya karena secara gak langsung kita dapat belajar tentang sejarah yang ada di Pulau Lombok. 


Awal mulanya dari kebetulan menjadi suatu keberuntungan bagi saya bersama kedua sahabat saya yang datang berziarah ke masjid tertua di Pulau Lombok. Kebetulan cuaca lagi cerah sehingga kami bertiga beruntung datang ke masjid kuno ini. Masjid Kuno Bayan Beleq berada di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara dan gak jauh dari wisata Desa Senaru. Hanya 10 menit dari wisata Desa Senaru ke Masjid Kuno Bayan Beleq. 


Dengan dipandu oleh seorang guide atau pemandu dari warga desa setempat yang mengantar kami melihat-lihat bangunan masjid serta bangunan yang ada di sekitar masjid dengan menceritakan sejarah masjid ini berdiri. Dari isi cerita si pemandu, Islam pertama kali masuk di Pulau Lombok yaitu dari Desa Bayan dimana Masjid Kuno Bayan Beleq berdiri. Konon yang menyebar ajaran Islam yaitu  Kyai Gus Abdul Rozak walaupun sebenarnya belum jelas siapa dan mulai kapan Islam diajarkan di Lombok ini. Dengan mendengar secara langsung cerita dari warga setempat, saya baru paham sejarah dari Masjid Kuno Bayan Beleq. Sangat menarik, setelah itu saya lanjut menanyakan tentang hal lain dari masjid kuno tersebut.


Dilihat dari bentuknya, bangunan masjid kuno ini mirip seperti bangunan tradisional Suku Sasak yang ada di Desa Bayan dengan ukuran 9 x 9 meter persegi, memiliki atap berbentuk tumpeng dimana atap dan dindingnya terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang secara kuat dan rapi dan lantai dari tanah liat yang dipadatkan dengan dilapisi anyaman bambu, serta pondasi yang terbuat bongkahan batu-batu gunung yang disusun secara rapi juga. Uniknya, bangunan masjid serta bangunan sekitarnya berada di sebuah bukit kecil sehingga suasananya sangat sejuk. Pepohonan yang sangat rindang menambah suasana mistis dari masjid ini dan lumayan membuat bulu kuduk saya merinding berada di sekitar bangunan masjid.



Di sebelah kiri dan kanan bangunan masjid berdiri bangunan seperti rumah ( Bale Bedeq ) dan ternyata itu adalah makam-makan para tokoh-tokoh desa yang membantu menyebarkan Islam serta membangun Masjid Kuno Bayan Beleq ini hingga wafat, beliau-beliau di makamkan di sekitar bangunan masjid kuno. Sangat terawat sekali bangunan tersebut dan saya suka sekali dengan masyarakat disana mau menjaga dan memelihara bangunan yang memiliki sejarah religi yang sangat tinggi nilainya. 



Setelah bertanya-tanya panjang lebar, saya ingin sekali melihat ruangan dalam dari masjid. Ternyata gak diperbolehkan masuk ke dalam karena hanya anak keturunan tokoh-tokoh agama yang membantu menyebarkan Islam dulu saja yang boleh masuk. Kami juga gak beruntung dapat melihat acara besar di masjid ini yang biasa diadakan pada saat Maulid Nabi secara adat maupun secara agama Islam. Gak apa-apalah, yang penting kami dapat mengetahui secara langsung dari pemandu kami yang asli dari warga desa sana tentang sejarah masuknya ajaran Islam pertama kali di Pulau Lombok. Pesan dari cerita di atas,bahwa kita sebagai generasi penerus bangsa ini harus menjaga dan memelihara tempat-tempat yang bersejarah untuk kita dapat belajar dan paham tentang berbagai macam sejarah yang ada Indonesia. "Jangan Merusak !!! ".

Notes: 
- Masjid Kuno Bayan Beleq terletak di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
- Tiket Masuk seikhlasnya ( ngasi sumbangan )

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Sunday 18 January 2015

Mimpi Jadi Kenyataan with Air Terjun Tiu Kelep


Pulau Lombok harus bangga memiliki air terjun yang begitu indah dan sudah terkenal sampai ke luar negeri. Air Terjun Tiu Kelep yang begitu indah dan menjadi buar bibir bagi para traveler sekaligus pencinta fotografi. Saya pun sangat mengagumin air terjun ini sejak lama meskipun dulu masih belum diberikan kesempatan untuk melihat secara langsung pemandangan indah yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani ini.


Ini dia kali pertamanya saya dan kedua sahabat saya yang sudah lama gak melakukan ngetrip bareng, akhirnya dapat ngetrip lagi yaitu ke air terjun indah ini. Kedengarannya sih agak aneh, kami yang asli dan menetap di Pulau Lombok baru pertama kali ke tempat yang sudah terkenal beberapa tahun yang lalu. No problemo bagi saya, yang penting saya sudah melihat secara langsung kemegahan yang luar biasa dari ciptaan Allah SWT ini. Yang saya suka di kawasan ini yaitu di awal perjalanan menuju Air Terjun Tiu Kelep, kami disambut oleh sebuah jembatan yang cukup tinggi dan sangat unik yaitu ada lorong saluran air, dimana airnya sangat jernih dan dingin, Mantaapp


Setelah itu kami disambut oleh lebatnya hutan yang harus kami lewati untuk menuju ke Air Terjun Tiu Kelep. Gak lupa saya mengabadikan suasana di dalam hutan yang hening dengan suara kicauan burung penghuni hutan dan suara air sungai yang mengalir, begitu tenang rasanya bila berada di tempat ini. Rasa capek yang tadinya terasa dalam perjalanan dari Kota Mataram menuju Desa Senaru ( letak Air Terjun Tiu Kelep ), tiba-tiba hilang karena kesejukan dan keindahan dari hutan dan aliran sungai yang harus kami lalui. Rasa penasaran yang udah memuncak yang membuat kami sangat semangat hingga sampai di tujuan.


Nah ini dia rintangan yang harus kami lewati yaitu menyebrang sungai berbatu yang arusnya gak begitu deras. Disini kami harus berhati-hati karena bebatuan yang ada di sungai ini sangat licin karena saat itu lagi musim penghujan, bisa dikatakan di kawasan ini setiap hari turun hujan lebat sehingga membuat bebatuan disini menjadi licin. Tapi jangan cemas, walaupun harus menyebrangi sungai, tapi pemandangannya sangat memukau. Ini baru namanya kami benar-benar di dalam hutan belantara, suatu keberuntungan buat kami masih diberikan stamina yang kuat hingga sampai di kawasan ini. 


Setelah menyebrang sungai yang pertama, kami pun harus menyebrang sungai untuk kedua kalinya. Disini medannya cukup sulit dibandingkan menyebrang yang pertama tadi. Kami harus menyebrangi sungai dengan bebatuan yang sangat licin dengan arus yang cukup deras. Untung saja gak terlalu dalam, jadinya cuma sedengkul kaki dalamnya. Beberapa kali saya hampir jatuh karena menginjak bebatuan yang licin. Lumayan membuat telapak kaki pegel-pegel terkena batu-batu yang berukuran besar sampai kecil. Disarankan memakai sendal gunung jika ketempat ini karena lebih nyaman dan aman.


Setelah menyusuri hutan belantara dengan aliran sungai sampai harus menyebrang sungai segala, sampailah kami di Air Terjun Tiu Kelep. Akhirnya air terjun yang menjadi tujuan kami sudah kelihatan dari kejauhan. "Welcome di Air Terjun Tiu Kelep", hati saya berkata. Gak sabar rasanya kami ingin cepat-cepat sampai dan mandi di bawah air terjun, gak lupa juga kami berfoto-foto di sini. 


Akhirnya kami langsung menyeburkan diri ke sebuah kolam alami yang berada di bawah air terjun. Gak terbayangkan sebelumnya jika air kolamnya jernih sekali sehingga bebatuan di bawah dasar kolam sangat jelas terlihat, jika ditanya dingin gak ?, ya pastinya dingin mas broo. Sebelumnya di air terjun tempat lain yang udah saya kunjungi, belum ada kolam alami di bawah air terjun yang sangat jernih seperti di Air Terjun Tiu Kelep. Gak lupa saya mengabadikan foto kami di bawah pancuran air terjun ini. Disini kamera DSLR Canon yang saya miliki, gak berfungsi karena saya gak membawa pelindung air sehingga hanya memakai kamera smartphone 8 MP, tapi lumayan bagus hasilnya. 


Selfien dulu mas broo...!!!, Kapan lagi kami bisa seperti ini bersama Air Terjun Tiu Kelep. Saya sendiri sama kedua sahabat saya yaitu Kipli serta Irfan telah berhasil menjalankan misi kami yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu, alaaah lebaay. Cerita ini saya tulis dengan rasa sangat kagum, betapa indahnya alam yang ada di Indonesia terutama yang ada di Pulau Lombok ini. Saya yakin di tempat lain masih banyak tempat-tempat yang sangat indah yang wajib kami kunjungi. Semoga saja masih diberikan umur panjang dan kesehatan biar dapat traveling lagi, Amiiiin. 


Sebelum kami kembali ke Kota Mataram, saya sempat memandang air yang begitu indahnya turun dengan derasnya sehingga menciptakan hembusan air yang menyerupai air yang terbang biar gak turun hujan sekalipun, jika kita berada agak dekat dengan air terjun, kita akan tetap basah olehnya. Makanya dari namanya saja Tiu Kelep yang artinya Air Terbang, cocok menurut saya atas penamaan ini.  Mimpi saya yang udah menjadi kenyataan melihat secara langsung kemegahan Air Terjun Tiu Kelep. Hanya bisa berkata "Sungguh indah, Is Amazing !!!".

Notes :
- Air Terjun Tiu Kelep berada di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kab.Lombok Utara dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Pulau Lombok.
- Waktu tempuh dari Kota Mataram menuju Desa Senaru yaitu 2,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
- Jalur yang dapat ditempuh : 1.Kota Mataram - Gunung Sari - Pusuk ( Monkey Forest ) - Pemenang - Bangsal - Tanjung - Gangga - Bayan - Desa Senaru ( Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep ).
2. Kota Mataram - Senggigi - Malimbu - Bangsal - Tanjung - Gangga - Bayan - Desa Senaru ( Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep ).
3.Dari Lombok Timur : Sembalun Bumbung - Sembalun Lawang - Bayan - Desa Senaru ( Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep ).
- Tiket masuk menuju air terjun ini yaitu 5 ribu rupiah per orang ( sudah termasuk kawasan Air Terjun Sendang Gile dan Air Terjun Tiu Kelep ).
- Bagi yang ingin menginap di kawasan Desa Senaru, disini banyak sekali penginapan berupa homestay dari harga yang paling murah sampai paling mahal per malamnya.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday 14 January 2015

Terdampar di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul


Udah lama gak bercerita tentang Yogya lagi. Untuk mengobati rasa kangen saya terhadap Yogya, saya akan menceritakan petualangan saya ke salah satu pantai yang sebelumnya saya bersama teman-teman gak menyangka akan terdampar di pantai yang sungguh indah ini. Setelah saya bertanya-tanya kepada warga disana, ternyata nama pantai ini yaitu Pantai Ngobaran. Gak lupa setelah itu saya membuktikan lewat mencari pantai ini di Google, ternyata eh ternyata foto-foto pantai ini udah ada yang upload di blog. Saya yang emang gak pernah buka internet atau emang pantai ini baru muncul di dalam wisata Yogya ya ?, saya tersenyum sendiri.


Kembali ke sekitar tahun 2009 yang lalu dimana saat saya pertama kali ngetrip ke salah satu pantai yang ada di Kabupaten Gunung Kidul. Pantai Ngobaran yang begitu unik bagi saya dan memberikan gambaran jika pantai ini sangat alami dan terasa mistisnya karena pengaruh dari cerita legenda dari Nyai Ratu Roro Kidul atau dikenal dengan sebutan Ratu Pantai Selatan. Akan tetapi kali ini kita buang jauh-jauh soal hal mistis dari cerita Ratu Pantai Selatan, yang ada saya akan bercerita tentang keindahan Pantai Ngobaran yang saya lihat bersama teman-teman beberapa tahun yang lalu. 



Dengan modal sepeda motor dan  kamera yang pas-pas-an alias menggunakan kamera hp 5 MP pada saat itu, saya dan teman-teman akhirnya sampai di pantai ini. Entah bagaimana kita tiba-tiba sampai juga di pantai ini, prinsip kami kemana motor ini berhenti berjalan disitulah garis finis perjalanan kami yaitu di Pantai Ngobaran. Salah satu pantai yang indah untuk dikunjungi di bagian selatan Kota Yogya ini. Di Pantai Ngobaran berdiri sebuah pura persembahyangan bagi umat Hindu sehingga pantai ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan beberapa pantai yang ada di selatan Yogya.



Selain itu di bukit sekitar pantai ini berdiri juga sebuah masjid yang arahnya menghadap ke selatan. Dari sini saya berpendapat bahwa begitu unik dan kerennya suatu umat yang memeluk agama yang berbeda dapat hidup rukun secara berdampingan. Saya pun gak tahu pasti sejarah dari kedua bangunan ini, antara pura dan masjid ini jika saya tebak, ini bangunan ada hubungannya dengan Kerajaan Majapahit dan Mataram atau bahkan keturunan dari raja-raja kerajaan Hindu pada waktu itu. 



Jika dilihat dari jaraknya, lokasi pantai ini sangat berdekatan dengan Pantai Ngerenehan yaitu sekitar 2 km. Sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Yogya, kita sudah sampai di kedua pantai yang saling bertetangga ini. Yang pastiya jika teman-teman berlibur ke Pantai Ngrenehan,jangan lupa mampir di Pantai Ngobaran. Disini juga ada patung-patung para dewa umat Hindu yang menambah daya tarik dari pantai ini.


Daya tarik yang lain dari pantai ini yaitu jika air laut surut, kita akan bisa melihat hamparan alga hijau serta landak laut yang ada di sekitar pantai. Waktu yang pas bila kita ingin melihat air laut yaitu pada saat sore hari menjelang senja. Gak bosan-bosannya saya mengatakan bahwa ini indah sekali, tebing bebatuan yang kokoh, perbukitan yang hijau, serta alga hijau yang selalu menghiasi pantai ini jika air laut surut. Suatu saat nanti saya akan kembali ke pantai ini dengan cerita yang baru. 

Notes :

                                                       http://rossidrowmaens.blogspot.com

- Jalur yang dapat ditempuh yaitu Yogya - Piyungan - Pathuk - Sambipitu - Gading ( Lapangan Terbang ) -
  ada pertigaan belok ke kanan arah ke Playen - Paliyan - Trowono - Kanigoro - Pantai Ngerenehan -
  Pantai Ngobaran.
- Jika anda dari Pantai Parangritis : naik menuju Panggang - Pasar Trowono - Kanigoro - Pantai Ngobaran -
  Pantai Ngrenehan.
- Usahakan membawa kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan karena alat transportasi susah jika ke
  Pantai Ngobaran.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday 12 January 2015

Keindahan Klasik Kota Tua Ampenan


Jika di Kota Jakarta ada yang namanya Kota Tua, di Kota Bandung ada daerah yang cukup terkenal yaitu Braga dan di Yogya ada tempat yang bernama 0 Km. Ketiga tempat tersebut merupakan saksi biksu sejarah pada zaman penjajahan Belanda pada saat itu. Dimana bangunan yang bergaya klasik masih dapat kita jumpai. Begitu juga dengan Kota Ampenan yang dimana kota ini dikenal dengan sebutan Kota Tua Ampenan atau nama lainnya yaitu Eks Pelabuhan Ampenan. Selamat datang di cerita saya kali ini tentang Keindahan Klasik di Kota Tua Ampenan. 

Jalanan cukup lengang di pagi hari 

Kota Tua Ampenan merupakan kecamatan yang termasuk dari daerah Kota Mataram. Mengapa disebut kota, karena dulu pada zaman penjajah Belanda, kota ini merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat perdagangan yang ada di Pulau Lombok. Itulah mengapa di kota ini terdapat bekas pelabuhan dan beberapa bangunan bergaya klasik yang masih berdiri. Walaupun sekarang pusat pemerintahan sudah dipindah ke Kota Mataram, sebutan Kota Tua Ampenan masih melekat diantara masyarakat Pulau Lombok.

sekitaran simpang lima Kota Tua Ampenan

simpang lima di pusat Kota Tua Ampenan

Kota Tua Ampenan kelihatan sangat indah dan bersih saat matahari muncul dari sebelah timur. Tampak dari simpang lima yang menjadi pusat kota tua ini, begitu sepi dari kendaraan bermotor dan udara masih bersih. Disinilah kita bisa menikmati keindahan Kota Tua Ampenan dan bagi yang gemar di dunia fotografi, disinilah tempat yang cocok buat mengambil gambar.

Bangunan peninggalan masa lalu yang masih cantik dan klasik

Keramaian di Jalan Niaga

persimpangan jalan yang menuju ke Jalan Niaga

Sebagian besar warga di Kota Tua Ampenan merupakan warga asli Pulau Lombok atau disebut Suku Sasak. Tetapi keunikan di kota ini yaitu selain dari Suku Sasak, disini juga terdapat berbagai suku antara lain Suku Bugis ( Kampung Bugis ), Suku Melayu ( Kampung Melayu ), Tiongkok, Arab, Suku Bali pun tinggal berbarengan dengan tenang.

Cidomo yang sedang menaiki ibu-ibu yang habis berbelanja

Pasar Ampenan atau Pusat Perbelanjaan Barata

Disaat saya berjalan melewati pasar ( Pasar Ampenan ) atau sebutan lainnya Pusat Perbelanjaan Barata, pagi itu sudah ramai dengan warga yang melakukan transaksi jual beli barang dagangannya dan bekerja menjadi tukang parkir dan kusir cidomo. Cidomo merupakan alat transportasi tradisional khas dari Pulau Lombok yang dikendalikan oleh seorang kusir dan ditarik oleh seekor kuda. Daya tampung cidomo ini sekitar 4-6 orang dan gak hanya manusia yang diangkut tetapi sayur-sayuran dan hasil dagangan lainnya bisa diangkut menggunakan cidomo. 

bemo yang menjadi alat transportasi di dalam kota

Jembatan Kali Jangkok yang masih kokoh berdiri

saya sedang menikmati suasana pagi hari di pinggiran Kali Jangkok

Ke arah sedikit ke sebelah timur kota, disini terdapat sungai atau biasa disebut Kali Jangkok. Kali Jangkok merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang ada di Pulau Lombok, hilirnya di Gunung Rinjani dan hulunya berada di Kota Tua Ampenan. Sungai yang lumayan bersih dan sudah tertata rapi dulunya tempat warga Ampenan melakukan segala macam kegiatan seperti mandi dan mencuci pakaian, tapi sekarang karena perubahan zaman sungai ini sudah berbeda kondisinya dibandingkan dari masa lalu. Di sungai ini juga dibangun sebuah jembatan yang bernama Jembatan Jangkok yang menghubungkan Kota Tua Ampenan dengan Kota Mataram. 

Eks Pelabuhan Ampenan yang berubah nama menjadi Pantai Ampenan

Sisa-sisa tiang dermaga yang masih kokoh

Saksi bisu dari menara mercursuar 

sebuah kapal tangker BBM yang baru saja berlabuh

Antara pedagang akuarium ikan dengan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual beli

Sebuah vihara berada sekitar Eks Pelabuhan Ampenan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda

Sedikit berbicara soal sejarah di masa lalu bahwa di Kota Tua Ampenan dulunya dibangun sebuah pelabuhan terbesar di Pulau Lombok bahkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan sampai saat ini masih terasa begitu besarnya kejayaan pelabuhan ini di masa lalu yang bisa dilihat dari peninggalan bangunan-bangunan yang berjejer di sekitar eks pelabuhan ini. Pelabuhan ini dibangun pada tahun 1924 oleh kolonial Belanda dan mulai digunakan sekitar tahun 1928-1970-an. 

Sayangnya ketika pelabuhan dagang di Pulau Lombok dipindah dari Pelabuhan Ampenan ke Pelabuhan Lembar, disaat itulah perlahan-lahan pelabuhan ini menjadi vakum dan sepi dari perdagangan melalu jalur laut sampai saat ini. Oleh sebab itu pemerintah kota sedang gencar-gencarnya mengupayakan Kota Tua Ampenan menjadi wisata klasik di Pulau Lombok karena bangunan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda yang begitu megah dan klasik ini, harus kita jaga dan rawat. 

Penulis dan Fotografer : Lazwardy Perdana Putra


Thursday 8 January 2015

Hujan di Bukit Seger : Pantai Seger,Lombok Tengah


Saat itu hujan turun dari subuh sampai siang hari karena sebagian besar di wilayah Indonesia sudah memasuki musim penghujan. Daripada dirumah menonton hujan turun atau tidur, lebih baik pergi ngetrip ke salah satu tempat yang bagi saya gak hanya keren tapi bener-bener membuat orang kepingin jika melihat foto-foto tempat ini.


Sebut saja Bukit Seger yang berada di kawasan Pantai Seger, Lombok Tengah. Jarak dari rumah lumayan jauh juga. Sekitar satu jam perjalanan, saya sudah sampai di bukit ini. Bukit Seger ini memang letaknya di antara Pantai Seger dan Pantai Putri Mandalika atau gak jauh dari bukit ini, ada pantai yang sudah terkenal yaitu Pantai Kuta dan Pantai Tanjung Aan. Semua yang saya sebut tadi saling berdekatan.


Ini destinasi bener-bener sangat keren, saya yang asli orang Lombok saja sangat terkagum-kagum dengan keindahan pantai-pantai di Lombok bagian selatan atau di Kabupaten Lombok Tengah ini. Perbukitan yang hijau, air laut yang berwarna biru dengan ombak yang sungguh luar biasa indahnya, ditambah dengan suasana mendung yang menandakan hujan mulai akan turun.


Jika dilihat, pantai yang ada di Bukit Seger ini merupakan penampakan pantai-pantai di wilayah selatan pada umumnya. Akan tetapi, pantai-pantai yang ada di Pulau Lombok bagian selatan sangat berbeda dengan di tempat pulau lain. Disini walaupun suasana lagi mendung bahkan hujan, air lautnya masih tampak kebiruan bahkan kehijauan sekalipun. Ini menandakan pantai-pantai di Lombok masih sangat terjaga kealamiannya.



Tampak dari atas bukit, tanah setapak dengan rerumputan masih terasa licin sehingga kita harus hati-hati dalam mendakinya dan saat turun dari puncak Bukit Seger. Jika gak hati-hati dalam mendaki atau turun dari bukit, bisa berbahaya karena agak curam dan licin terkena hujan.




Foto ini saya ambil ketika saat mendaki puncak Bukit Seger, capek terasa terbayarkan ketika saya memandang keindahan Pantai Seger dari kejauhan. Dilihat dari sisi sebelah kanan dan kiri pemandangan di Bukit Seger, semuanya sama indahnya. Saya gak puas-puasnya mengambil foto yang terbaik buat didokumentasikan. 



Yang perlu kita ketahui semua, bahwa di pantai-pantai bagian selatan di Pulau Lombok, sebagian besar masyarakat setempat memiliki sejumlah hewan ternak seperti sapi dan ada juga kambing. Semua hewan ternak mereka dibiarkan begitu saja dalam mencari makan, akan tetapi semuanya dalam kondisi terkendali. Disini asyiknya, jika di dalam kota besar saja hewan ternak yang dibiarkan mencari makan sendiri kemungkinan pada hilang dicuri. Jadi kalo disini, hewan mereka aman semua. 


Saat akan kembali ke Kota Mataram, saya mampir di sebuah pantai yang cukup terkenal yaitu Pantai Putri Mandalika. Sebenarnya susah membedakan antara Pantai Seger dan Pantai Putri Mandalika karena keduanya saling bersebelahan dan dipisahkan dengan bukit. Suatu saat nanti saya menceritakan tentang Pantai Putri Mandalika.


Dengan menggunakan kamera 8 MP dari Oppo R827 Find 5, saya mendapatkan kualitas gambar yang bagus dan lumayan untuk mengisi postingan ini. Ditunggu cerita selanjutnya dari saya untuk kalian semua. Semoga dapat bermanfaat buat kita semua. Selamat berlibur dengan sehat dan jangan lupa mampir di Pulau Lombok yang sangat indah ini. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra