Tuesday, 10 January 2017

Manjat Tebing Berbatu Pantai Telawas, Lombok Tengah


Alhamdulillah sampai juga kita di tahun 2017. Tahun dimana kita harus menjadi lebih baik lagi, lebih soleh, lebih kerja keras nyari duit, lebih sayang sama keluarga, lebih nyari calon istri ( jangan baper ), tapi jangan lebih berat badan saja. Intinya semoga murah rezeki dan jodoh. Amiiin.

Ngebahas soal ngetrip, saya sudah menulis di catatan pribadi tentang destinasi apa saja yang akan diexplore di tahun ini. Sebagai pembuka, saya sudah merencanakan ngetrip di Pulau Lombok saja secara lagi males keluar pulau dan cuaca lagi kurang bagus. Apa itu ? Makanya baca terus tulisan saya sampai selesai ( jangan lupa dikoment di bawahnya,hehehe ngarep ).

Sebelum saya melanjutkan menulis, gak ada salahnya kalian buka dulu postingan di blog ini tentang trip ke Pantai Semeti. Kenapa saya suruh mampir di Pantai Semeti?, karena saya gak akan secara detail menulis jalur menuju ke tempat yang akan saya tulis sekarang. Biar nyambung gitu dengan postingan ini.

Apa hubungannya sama Pantai Semeti ? Makanya baca dulu, biar gak nanya-nanya lagi ( kayak orang gila, bertanya terus jawab sendiri, hahahaha ).



Lanjuuut !!! Cerita dimulai, para pembaca dipersilahkan tetap di postingan ini ( kayak upacara bendera saja ).

Tanggal 1 Januari 2017, trip prtama saya  bareng my genk "Crew Patrick" yaitu ke sebuah pantai yang eksotis. Ini adalah trip pertama kami "Crew Patrick" di pembuka tahun 2017. Cukup lama kami gak ngetrip breng lagi karena kesibukan mencari rezeki. Ada juga yang sibuk menyiapkan pernikahan dan sibuk masih milih-milih pasangan hidup ( kayak saya ). Kesibukan tersebut membuat kami jarang ngumpul apalagi ngetrip bareng. No Problem..!!!

Kembali ke laptop !!!

Gimana, kalian sudah baca tentang Pantai Semeti di blog ini ? Kalo sudah, saya lanjut menulis perjalanan kami mengexplore Pantai Telawas. Pantai Telawas berada di Lombok Tengah. Bertetangga dengan Pantai Semeti, bahkan jalurnya pun sama menuju ke pantai yang terkenal dengan bebatuan yang unik seperti Batu Kripton di film Superman. 





Berangkat sekitar jam delapan pagi dari Kota Mataram menggunakan motor matic ( touring ). Cuaca saat itu cukup cerah berawan dan terkadang mendung. Perjalanan bisa dibilang cukup lancar, hampir gak pernah kena macet kecuali ada yang nyongkolan ( arak-arakan pengantin menurut adat Suku Sasak ).

Perjalanan memakan waktu tempuh satu setengah jam hingga sampai di pintu masuk menuju Pantai Semeti. Setelah membayar tiket masuk 5 ribu per motor, kami segera melanjutkan perjalanan. Jalan yang tadinya mulus, lama kelamaan menjadi tanah. Kondisi jalan juga cukup membuat motor kami kewalahan, kotor-kotoran akhirnya. Jarak dari pintu masuk sekitar dua kilo hingga sampai di rumah penduduk yang menjadi pemberhentian terakhir kami. Sekaligus tempat memarkirkan kendaraan.

Cukup membayar 5 ribu per motor, kita sudah bisa menitipkan kendaraan disini. Sampai di parkiran, yang terlihat hanya rombongan kami saja pertama sampai. Maklum saja, waktu masih pagi. Mungkin pengunjung lainnya masih tidur manis gara-gara kecapean malam tahun baruan ( gak penting ).

Terik matahari semakin panas dan angin pantai yang sepoi-sepoi sudah mulai terasa. Setelah memarkirkan motor, perjalanan belum selesai. Kami harus berjalan kaki sejauh seratus meter menuju bukit yang ada di belakang rumah warga. Jalan setapak mulai terlihat di antara dua bukit. Gak lama berjalan, kami akhirnya berjumpa dengan Pantai Telawas yang mulai terkenal di Instagram ( korban instagram ).



"Apa bener ini Pantai Telawas ?", Salah satu anggota genk yang bertanya kepada saya.

"Iya, kenapa emangnya?". Tanya saya.

 "Gilaa, keren mas". Iya emang kerenlah. Yang namanya ngetrip jauh dan siap capek itu pasti tempatnya kece. Sekece dirimu yang tersenyum kepadaku ( abaikan..... :( ).





Pantai Telawas hampir mirip dengan Pantai Semeti. Bedanya ombak disini lebih menyeramkan, hempasan gelombang laut yang menabrak karang cukup membuat kami basah kuyup. Salah satu cara lain menikmati mandi di pantai.

Contohnya saja saya sama Si Hakim yang sedang asyik mencari spot bagus buat fotoan. Ternyata gak sadar kalo di belakang kami gelombang laut yang menabrak batu karang cukup membuat basah kami berdua. Awalnya kaget, tapi setelah tau kondisi pakaian sudah basah kuyup sama air asin, kami tertawa lepas. Kebahagiaan yang lebih sederhana dibandingkan "Om Telolet Om".

Mencari spot yang bagus buat fotoan di Pantai Telawas gak semudah yang kami pikirkan. Butuh perjuangan manjat tebing bebatuan yang sangat khas seperti Batu Kripton yang terbentuk karena proses alam. Gak nanggung-nanggung, kami rela memanjat tebing bebatuan dengan terik matahari yang cukup panas. Keselamatan kami hanya doa saja. Kami lupa kalo nyawa kami sudah 50:50. Ini namanya bersatu dengan alam. Trip pembuka tahun yang paling kece menurut saya.




Personel cewek-cewek juga gak kalah semangatnya dengan kami si penjantan tangguh. Gak heran melihat mereka manjat turun tebing batu Pantai Telawas yang sangat curam, ditambah lagi hempasan ombak yang cukup besar.

Semakin siang gelombang laut semakin besar saja. Kami pun tertantang untuk mencari spot bagus untuk fotoan. Buih ombak yang sangat dahsyat, air laut hijau toska, langit yang cukup cerah, bebatuan yang indah, dan deretan perbukitan hijau. Semuanya seperti lukisan yang memiliki nilai jual tinggi. Panas terik matahari gak terasa di kulit kami. Hanya saja salah satu personel, tumbang karena kelelahan ditambah sendalnya putus. Maklum saja, medan yang kami hadapi cukup berat. Untung saja ada tempat untuk berteduh di celah-celah tebing batu. Sekalian kami semua istirahat disana. Capek juga ternyata.





Kurang lebih dua jam kami berada di Pantai Telawas yang hampir seratus persen permukaannya tebing bebatuan. Saya gak melihat pasir sedikitpun. Gila ini pantai kece sekali. Saya jadi pengen datang lagi kesini suatu saat nanti.

Setelah mendapatkan beberapa foto yang kece dan menikmati keindahan Pantai Telawas, kami segera balik ke rumah warga dimana kami menitipkan kendaraan. Dengan perasaan campur aduk, ada seneng, kaki pegel-pegel, dan hampir pingsan. Semuanya terbayarkan dengan keindahan Pantai Telawas pesaing Pantai Semeti ini. Kalian yang belum datang kesini, ayook segera datang sebelum tempat ini menjadi mainstream.



Pengunjung yang datang kesini rata-rata masih kebanyakan pengunjung lokal. Maklum saja, jalur menuju pantai ini bisa dibilang masih pelosok. Apalagi bila musim hujan tiba, harus mikir dua kali bila ingin mengexplore pantai kece ini.

Sebagai gambaran saja saat kami kesana saat itu, jelas lagi musim hujan, angin kencang, jalan tanahnya berlumpur di beberapa titik. Kami harus mencari posisi untuk melewati lumpur tersebut bila gak ingin ban motor terperosok. Apalagi yang namanya boncengan, salah satu harus siap-siap turun dari motor apabila bertemu dengan jalan berlumpur. Intinya harus nekat dan berpengalaman.

Semua kelelahan terbayarkan apabila kita semua sampai dengan selamat di Pantai Telawas. Hanya doa dan semangat kita bisa sampai di salah satu surganya Pulau Lombok. Thanks Pantai Telawas atas keramahannya kepada kami.

Catatan :
Jalur : Kota Mataram - By Pass Lombok International Airport - Bundaran Penujak - Selong Belanak - Pantai Telawas.
-Tiket masuk Rp. 5.000,- per motor plus Rp.5.000,- per motor ( parkiran )
-Menggunakan kendaraan dalam kondisi baik.
-Jangan Buang Sampah Sembarangan !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
google.com

Tuesday, 3 January 2017

Explore Pulau Bali : Air Terjun Tegenungan


Next ... !!!

Sebelum membaca cerita perjalanan saya yang satu ini, kalian bisa nengok dulu postingan sebelumnya tentang Desa Penglipuran biar nyambung gitu sama cerita yang ini ( modus biar dibaca hehehe ).

Air Terjun Tegenungan, Gianyar. Nama yang saat ini lagi ngehits di Pulau Bali. Saya pun dibuat penasaran dengan keindahan air terjun langganan buat calon pasangan pengantin yang mau prewed disini.

Perjalanan ke Air Terjun Tegenungan bisa dibilang gak susah karena kita bisa meminta bantuan dari google map. Hanya membutuhkan waktu setengah jam dari Kota Denpasar dan satu jam dari Pelabuhan Padangbai saja menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan. Untuk angkutan umumnya saya kurang tau. Yang jelas saya melihat ada angkutan umum yang melintas di daerah air terjun ini. 


Air Terjun Tegenungan berada di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Untuk menuju lokasi air terjun kalian gak usah bingung mau menggunakan motor atau mobil. Semua kendaraan bisa masuk menuju lokasi air terjun kecuali bus besar yang agak susah.

Perjalanan kami berdua menuju air terjun ini bisa dibilang susah-susah anyep. Sempat kehilangan arah sampe debat di tengah jalan gara-gara paket internet saya habis ( mau GPSan gak bisa). Akhirnya kami hanya bermodalkan plank petunjuk jalan dengan nalar kami berdua. Maklum ini daerah asing bagi kami, tumben juga touring ke daerah sini.

Dengan mengingat-ingat petunjuk jalur yang sempat saya pelajari sebelumnya di atas kapal ferry yang terombang ambing di tengah Selat Lombok ( kayak baca puisi aje ), Alhamdulillah kami berdua sampe juga di Desa Kemenuh. Nah sekarang tinggal pake jurus terakhir yaitu bertanya dengan penduduk desa dimanakah letak Air Terjun Tegenungan itu ??? ( sambil monyongin mulut saking kesenangan ).


Gak susah bertanya dengan salah satu penduduk desa disini. Orangnya ramah-ramah asalkan kita selalu menjaga sopan-santun. Dengan sok bergaya berbahasa Bali ( hanya logatnya saja, bahasanya tetep Indonesia ), saya bertanya dengan mbok penjaga warung. Kata mboknya kita disuruh jalan lurus saja nanti ada plank di kiri jalan bertuliskan Air Terjun Tegenungan. Hanya lima ratus meter dari pintu masuk, kami sudah sampe di pos air terjunnya.



Sampai juga kami di pintu masuk menuju air terjun. Setelah memarkirkan motor di area parkir, saya membeli tiket masuk seharga 10 ribu per orang, baik domestik maupun mancanegara. Gak terlalu mahal buat kita yang memiliki jam terbang traveling tinggi ( nyombong dikit ).

Kerennya disini, baru kali ini saya menemukan daerah wisata air terjun yang memiliki fasilitas super kece. Gak nyangka saja di tempat seperti ini dari toko oleh-oleh khas Bali, cafe, kamar mandi lengkap disini seperti pasar seni mini gitu. Ini yang sebenarnya perlu dicontoh sama daerah lain khususnya Lombok dalam hal sarana dan prasarana.





Langkah demi langkah kami lalui dengan perasaan heran dan takjub. Tempat yang bisa dibilang baru sudah memiliki fasilitas di atas rata-rata, salut dengan pemerintah setempat, kece.

Setelah melewati pasar seni di kawasan wisata Air Terjun Tegenungan, jalan setapak sudah mulai menurun. Sekitar seratus meter dari pasar seni, kami menjumpai spot bagus lengkap dengan tempat peristirahatan bagi pengunjung. Dari spot ini kita bisa melihat penampakan Air Terjun Tegenungan dari kejauhan. Kereen, akhirnya kami sampai juga di air terjun paling dekat dengan Kota Denpasar ini.

Perjalanan belum selesai, kami berdua harus menuruni tangga demi tangga yang jumlahnya ratusan menuju sungai yang menyatu dengan aliran air terjun. Lumayan banyak juga tangganya, gak kebayang sudah bila balik nanti capeknya minta ampun ( ngomong sama hp ).

Setelah menuruni tangga, kami bertemu dengan sebuah pura. Tandanya tempat ini sangat suci ( menurut kepercayaan umat Hindu ) dan kita harus menjaga sopan-santun.



Gak jauh dari pura, kami melanjutkan berjalan kaki menuju air terjun. Menurut saya ini salah satu air terjun yang berhasil membuat saya penasaran dan ingin segera datang kesini. Air terjun yang indah.
Hanya beberapa meter saja berjalan di pinggir Sungai Tukad Petanu, kami sudah bisa melihat dengan jelas derasnya air yang jatuh dari atas. Welcome to Tegenungan Waterfall !!! ( teriak sendirian kayak orang gila sambil joget ).

Air terjun yang memiliki ketinggian hanya lima belas meter ini sudah menjadi daya tarik para pengunjung karena deras air yang jatuh dengan bentuk air terjunnya yang khas. Khasnya di air terjun ini walaupun gak tinggi, banyak yang tertantang untuk melompat dari sebuah batu dari atas air terjun. Kebanyakan sih para bule yang melakukannya. Walaupun sudah ada aturannya gak boleh melompat kecuali memiliki kedalaman tertentu, tapi tetap saja ada yang melompat. Antara salut dan serem liatnya.





Air terjun ini dikenal memiliki debit air yang deras dan bening, tapi saat kami berdua kesini, airnya keruh dikarenakan lagi musim hujan. Kurang beruntung sih, tapi gak apa-apa. Debit airnya juga gak terlalu besar seperti foto-foto yang ada di instagram. Meskipun begitu, sudah sampai disini saja sudah membuat saya puas. 

Suasana yang asri, sejuk, dan indah khas alam Bali. Kereen.. Saya sangat suka tempat ini. Gak ada satupun saya melihat sampah berserakan.




Di area air terjun terdapat sebuah cafe mini lengkap dengan kursi malasnya yang terbuat dari rotan bambu yang terpasang menghadap air terjun. Kece..baru kali ini saya melihat di depan air terjun ada cafe mini keren. Di sebelah kanan air terjun, terdapat ratusan tangga yang langsung menuju bagian atas air terjun. Berhubung kata sahabat saya bayar lagi kalo masuk, jadi kami menikmati keindahan air terjun dari bawah saja. Saya pikir itu tempat penginapan atau privat untuk para pengunjung yang mau naik ke atas air terjun saja.




Okeeh... Berhubung tangan saya sudah capek menulis, jadi ceritanya sampai disini saja, kami berdua mau menikmati keindahan Air Terjun Tegenungan dulu. Dua kata untuk destinasi ini : Bali banget :)

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
google.com

Wednesday, 28 December 2016

Desa Unik dan Bersih : Desa Penglipuran, Bangli

Explore Pulau Bali ?? Eheeemmm...

Pasti di pikiran kita sudah membayangkan keindahan Pulau Bali, surganya pecinta traveling. Dari presiden seluruh dunia, artis dunia, travel blogger, food blogger, sampe cabe-cabean pun kalo ditanya Bali itu dimana, pasti semuanya tau. Jadi jangan heran Pulau Bali sudah terkenal di seluruh dunia dari saya masih belum jadi janin, bahkan sebelum bapak dan ibunya Cristiano Ronaldo belum bertemu, Bali sudah dikenal oleh banyak orang ( agak sedikit ngelantur ngomonnya ).

Kali ini saya akan membuktikan kepada kalian bahwa Pulau Bali itu sangat kece seperti Pulau Lombok. Hari pertama mengexplore Pulau Bali, saya bareng Si Wawan,berangkat tengah malam dari Pulau Lombok. Kebetulan saat itu lagi musim liburan, kami berdua memutuskan jalan malam biar gak kena ngantri di Pelabuhan Lembar, Lombok. Menggunakan motor biar sedikit berhemat. 

Kita menggunakan jalur darat dan laut dengan rute Pelabuhan Lembar ke Padangbai menggunakan kapal ferry. Cuaca malam itu lumayan bersahabat walaupun gelombang laut agak besar, waktu air pasang soalnya. Menggunakan kapal ferry yang bagus dan besar adalah keuntungan buat kami. 

Berangkat sekitar jam 1 pagi. Jadwal yang sudah kami duga sebelumnya. Kami ingin melihat sunrise dari atas kapal. Ternyata kesampaian juga kami melihat warna orange kekuningan dari ufuk timur Selat Lombok. 

Sekitar jam tujuh pagi kapal kami segera merapat di dermaga Pelabuhan Padangbai. Agak sedikit terlambat memang, seharusnya pelayaran bisa ditempuh hanya empat sampai lima jam. Tapi ini molor sampe enam jam. Mungkin kapalnya yang agak sedikit lambat.

Setelah turun dari kapal, kami beristirahat dulu di Pelabuhan Padangbai. Di area pelabuhan terdapat sebuah warung makan Jawa Timur ( 100 % halal ) dan disamping warung makan berdiri sebuah masjid ( lupa nama masjidnya ). Kurang lebih lima belas menit kami sarapan dulu sekaligus bersih-bersih badan ( mandi pagi dulu coooy ) di kamar mandi masjid. Alhamdulillah perjalanan yang cukup lancar. 




Cukup panjang juga cerita awal perjalanan dari Lombok ke Balinya yaak ? ( ngomong sama laptop ).

Okeh, cerita utamanya kita mulai. Tujuan pertama kita sebenarnya ada dua tempat yaitu Air Terjun Tegenungan yang ada di Gianyar ( comming soon ) dan Desa Penglipuran, Bangli. Jadi kami memutuskan untuk pergi ke tempat yang agak jauh dulu yaitu Desa Penglipuran. Perjalanan dari Pelabuhan Padangbai ke Desa Penglipuran sekitar satu setengah jam ke arah Kabupaten Bangli.



Desa Penglipuran merupakan sebuah desa yang terletak di Kubu, Kabupaten Bangli. Desa yang sangat rapi, bersih, dan nyaman. Desa ini merupakan desa wisata, jadi destinasi tujuan liburan baik tourist domestik ( kayak saya ) maupun mancanegara ( kayak akang C. Ronaldo dkk ).


Perjalanan yang lumayan cukup jauh dari pelabuhan ke desa ini, apalagi pake acara tersesat segala di sebuah pasar di Kota Bangli. Semuanya terbayarkan setelah kami memasuki pintu masuk desa. Saat itu kawasan Desa Penglipuran sudah ramai didatangi oleh para pengunjung.

Anehnya kami gak menemukan pos tiket untuk membayar tiket masuk, yang ada kami langsung menemukan area parkir kendaraan. Langsung saja kami memarkirkan motor.

Ternyata kami salah, tiket masuk ke desa ini sebenarnya skitar 7,5 ribu sdangkn tourist mancanegara nambah 2,5 ribu lagi. Untuk motor dikenakan biaya parkir 5 ribu, sedangkan mobil 10 ribu. Jadinya kami dapat gratis masuk kesini, sorry bapak penjaga !!! ( jangan ditiru ).

Lupakan !!! Lanjuuuut..... 

Kerennya, saya melihat lingkungan Desa Penglipuran sungguh asri, bersih dan rapi. Penduduk desa juga sangat ramah kepada tamunya. Uniknya bentuk rumah disini semuanya hampir sama, tembok depan juga sama. Seperti bukan desa saja yang ada di pikiran saya. Ternyata desa ini berpenghuni, jadi jangan heran bila disini interaksi antara pengunjung dan penduduk sangat erat. Mereka gak merasa terganggu dengan keberadaan kita dan kita pun gak merasa canggung untuk eksis fotoan di desa mereka.







Bila dilihat, di desa ini gak ada satupun kami melihat sampah berserakan. Rumpu-rumput di depan rumah sungguh rapi, penduduk sangat rajin memotong rumput disini. 

Kembali ke soal sampah, saya pribadi merinding ketika melihat tempat sampah yang diletakkan di setiap sudut rumah. Tujuannya untuk para penduduk atau pengunjung yang apabila ingin membuang sampah, bisa membuangnya di tempat yang sudah disediakan oleh penduduk disini. Kereen desa ini !!! 



Desa yang memiliki ketinggian antara 600 - 700 mdpl ini, memiliki kurang lebih sekitar 76 kepala keluarga yang ada di Desa Penglipuran menurut beberapa artikel yang saya baca. Dimana desa ini memiliki bagian wilayah yang baru saya ketahui. Dimana di wilayah hilir merupakan tempat para penduduk bekerja, sedangkan wilayah tengah adalah rumah penduduk, sedangkan wilayah bagian atas atau hulu adalah tempat persembahyangan atau Pura utama. Jadi bila dilihat, desa ini gak datar alias menurun ( kayak aliran sungai gitu ).






Menurut informasi yang saya dengar dari salah satu tour guide yang sedang menjelaskan ke rombongannya ( ikut nimbrung mendengarkan alias gratis ), bahwa desa ini merupakan desa terbersih ketiga di dunia. Dua diantaranya ada di luar Indonesia, jadi bisa disimpulkan Desa Penglipuran merupakan desa terbersih di Indonesia. Informasi selanjutnya, mata pencaharian utama penduduk desa adalah petani dan sisanya adalah pedagang seni. Jadi jangan heran bila ke desa ini kita ditawarkan beberapa hasil kerajinan penduduk yang memiliki nilai seni tinggi. Ada topeng barong, patung wajah, topi tani dan kerajinan yang terbuat dari anyaman bambu. 

Bila kita merasa haus dan lapar, ada beberapa warung tempat kita beristirahat sejenak setelah berjalan dari hulu dan hilir Desa Penglipuran. Jujur lumayan capek juga berjalan di desa ini, tapi kesejukan dan keindahan desa ini cepat menghilangkan rasa capek kami, apalagi disambut hangat oleh penduduk desa. Luar biasa !!!





Gak henti-hentinya saya merasa kagum dengan desa ini. Bila saya disuruh menilai, saya kasi nilai 100 dari 100 point untuk Desa Penglipuran. Alasannya desa bersih, rapi, sejuk, fasilitas super baik, kenyamanan terjamin, dan keramahan penduduk desa yang membuat saya berat meninggalkan desa. 

Insyaallah nanti kalo traveling ke Pulau Bali lagi, saya akan datang kesini bareng keluarga dengan cerita yang lebih seru lagi. Sekitar dua jam kami berkeliling desa, kami berdua segera melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yang ada di Pulau Bali. Jadi, ditunggu cerita trip saya bareng sahabat saya Si Wawan mengexplore Pulau Bali di tahun 2016 ini. Cekidooott !!!

Kesimpulan :

Desa Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, 45 km dari Kota Denpasar, berada di daerah dataran tinggi Gunung Batur, memiliki ketinggian 600-700 mdpl, panorama desa yang indah, sejuk, rapi ( gak ada sampah berserakan ), bersih, penduduk desa ramah, dan desa yang unik. Keceee !!!. 

Catatan :
- Dilarang merokok di lingkungan Desa Penglipuran
- Waktu yang paling datang ke desa ini yaitu saat Hari Raya Galungan yang diadakan setiap 6 bulan sekali.
- Dilarang membawa kendaraan bermotor mengelilingi desa.
- Selalu menjaga sopan santun selama di desa.

Penulis: Lazwardy Perdana Putra
Photografer : Lazwardy dan Wawan

google.com