Friday 29 May 2020

Menikmati Keindahan Selat Alas dari Atas Kapal Ferry


Banyak cerita perjalanan trip saya dengan Selat Alas. Dari menjelajah Pulau Kenawa sampai menikmati indahnya Air Terjun Agal yang diklaim sebagai air terjun terindah di Pulau Sumbawa.  

Bila ingin ke Pulau Sumbawa menggunakan jalur darat dan laut, kita pasti melewati yang namanya Selat Alas. Selat Alas merupakan lautan yang memisahkan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa yang dimana masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Selat Alas cukup terkenal dengan arusnya yang lumayan besar disaat lagi musim ombak. Terlepas dari itu, Selat Alas memiliki keindahan yang luar biasa. Terdapat banyak sekali pulau-pulau kecil yang bisa kita lihat sepanjang perjalanan mengarungi selat ini. Ada Gili Kondo,Petagan dan Bidara yang masuk wilayah Pulau Lombok. Dan gak kalah kecenya ada Pulau Paserang, Pulau Kenawa, Pulau Kambing, Pulau Belang yang masuk wilayah Pulau Sumbawa. 

Gimana sih cara menikmati keindahan Selat Alas ?. Kalian bisa menggunakan kapal ferry yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Kayangan yang berada di Kab.Lombok Timur menuju Pelabuhan Pototano yang berada di Kab.Sumbawa Barat, begitupun sebaliknya. Untuk jadwal kapal ferry dua puluh empat jam. So,jadi gak perlu khawatir ketinggalan kapal. 





Kapal ferry disini berukuran gak terlalu besar seperti di penyeberangan Bakauheni-Merak atau Lembar-Padangbai. Ukuran kapal ferry disini sama seperti kapal-kapal ferry yang berada di jalur Ketapang-Gilimanuk. Berhubung saya penikmat segala macam moda transportasi dan suka photography. Jadi di tulisan kali ini, saya banyak membagikan foto-foto kapal ferry.

Kita hanya membutuhkan waktu dua jam penyeberangan apabila ingin ke Pulau Sumbawa, begitupun sebaliknya. Waktu yang menurut saya lumayan sebentar. Ingin rasanya berlama-lama duduk santai di atas kapal ferry sambil menikmati angin laut yang sepoi-sepoi sambil melihat deretan perbukitan hijau khas Pulau Sumbawa. Begitupun bila kita menengok ke arah barat. Kita bisa menyaksikan kemegahan Gunung Rinjani yang berada Pulau Lombok, itupun kalau cuaca lagi bersahabat. 

Bisa dibilang saya sering sekali melewati Selat Alas. Sejak berumur empat tahun, saya sering diajak orang tua pergi ke Pulau Sumbawa menggunakan kapal ferry. Sampai berumur sudah kepala tiga (berasa tua), saya masih sering mengarungi selat ini untuk urusan traveling atau tugas dinas. Karena seringnya mondar-mandir Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok, saya bisa menghafal nama-nama kapal ferrynya. Berasa sudah jadi pegawai ASDP, hahaha









Waktu yang paling asyik menyeberangi Selat Alas yaitu pagi hari, ya sekitar jam enam pagi disaat terbit matahari. Udara yang sangat sejuk, Melihat puncak Gunung Rinjani dari kejauhan, hangatnya sinar matahari menjadi sahabat kita dalam perjalanan yang menempuh jarak kurang lebih 29 mil laut. 

Untuk tiket kapal ferrynya itu sendiri bervariasi tergantung kendaraan yang kita bawa. Untuk perorangan dikenakan tarif sekitar 20 ribuan, sedangkan untuk kendaraan roda dua 50 ribuaan dan roda empat (mobil pribadi) sekitar 400 ribuan. Lebih jelasnya, bisa dilihat di websitenya ASDP Pelabuhan Kayangan dan Pelabuhan Pototano.

Banyak pilihan kapal ferry yang bisa kita pilih, itupun bila beruntung mendapatkan kapal ferry favorit kita. Jadwal keberangkatan kapal ferry setiap satu jam sekali di waktu normal. Bisa lebih cepat disaat arus mudik lebaran atau liburan. Baik di Pelabuhan Kayangan maupun Pelabuhan Pototano terdapat dua dermaga yang berfungsi dengan baik. Bisa dibilang kedua pelabuhan ini menurut saya pelabuhan dengan pemandangan yang sangat kece. 










Pulau Paserang

Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Cuaca pagi itu cukup bersahabat, arus laut juga cukup tenang. Saya mendapatkan kapal yang lumayan bagus bernama KMP Satya Dharma. Kapal ferry milik PT. Dharma Lautan Utama. Kapal ini yang sudah lama beroperasi melayani penyeberangan di Selat Alas. 

Gak lama setelah saya naik di atas dek kapal, kapalpun segera diberangkatkan. Penumpang saat itu hampir penuh. Saya pun memilih untuk mengambil tempat duduk di ruang dalam saja sambil nonton film yang diputar. Setelah bosen duduk di ruang dalam yang ber-AC, saya pun berpindah duduk di luar. Menikmati pemandangan yang sangat kece sambil duduk santai dan ngopi.

Perlahan-lahan kapal meninggalkan Pulau Lombok dan mendekati Pulau Sumbawa. Air laut cukup tenang, membuat laju kapal gak ada hambatan. Berpapasan dengan beberapa kapal ferry yang akan menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. 

Sekitar satu jam perjalanan, kapal sudah mendekati Pelabuhan Pototano. Di kanan kiri kita melewati beberapa pulau yang sedang ngehits saat ini. Seperti, Pulau Kenawa, Pulau Paserang dan pulau-pulau lainnya. Cerita tripnya sudah saya tulis di blog ini. Bisa kalian cari di kolom destinasi.



Perlahan-lahan kapal mendekati Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. Dari kejauhan sudah terlihat perbukitan yang kecokelatan khas dari Pulau Sumbawa. Saat itu sedang musim kemarau jadi bukitnya kering. Bila dimusim penghujan, perbukitannya hijau dan sangat indah dilihat. 

Gak terasa kapal sudah berlabuh di Pelabuhan Pototano. Menunggu kapal lainnya yang masih merapat di dermaga. Alhamdulillah sampai juga kita di Pulau Sumbawa. Keindahan Pelabuhan Pototano gak ada duanya. Bagi kalian yang akan berencana ke Pulau Sumbawa, kamera terbaik kalian jangan sampai tertinggal. Sayang kalau gak diabadikan dalam sebuah foto. 

Setelah kapal merapat di dermaga, saya segera menuju ke parkiran kendaraan. Setelah turun dari kapal, saya melanjutkan perjalanan menuju Sumbawa Besar yang membutuhkan waktu dua jam dari Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Sunday 3 May 2020

Melihat Tumbuhan Kaktus di Kebun Raya Bedugul



Berbicara tentang Pulau Bali saat ini, kita pasti sangat merindukannya. Begitu juga dengan daerah lain yang memiliki keindahan alam yang sungguh mempesona. Mau ke Bali ?. Kita tunda dulu sampai wabah Covid-19 pergi dari negara kita tercinta, Indonesia. Bersabar dulu gak ngetrip sampai kondisi aman dan tenang.

Untuk mengobati rasa rindu kita dengan Pulau Bali, saya masih menyimpan beberapa foto yang belum sempat dituliskan di blog. Baru kali ini ada kesempatan untuk menceritakannya.So,cerita ini udah setahun yang lalu dan menurut saya masih seru untuk diceritakan. Hitung-hitung mengobati rasa rindu untuk ngetrip. Tapi saran saya, buat kalian yang gampang baperan, saya gak sarankan untuk membaca ini cerita karena kebanyakan foto-fotonya kemesraan saya bareng istri, hehehe. 

Buat saya Pulau Bali itu tujuan ngetrip favorit banget. Disamping sangat dekat dengan Pulau Lombok, untuk mengatur waktu ngetrip dan touring ke Bali sangat simple. Pas bujang dulu, biasanya kalau weekend atau tanggal merah, saya pasti ngetrip ke Pulau Bali. Nah, setelah menikah saya gak mau ambil pusing mau jalan-jalan kemana bareng istri. Langsung saja kami berdua memutuskan untuk berlibur ke Pulau Bali beberapa hari. 

Bisa dibilang ngetrip ke Bali saat itu dadakan banget. Itupun ngetripnya hari Sabtu dan Minggu. Hanya dua hari saja di Bali, tapi beberapa destinasi wisata bisa kita datangi. Salah satunya Kebun Raya Bedugul, Bali. Niat saya dulu jauh sebelum bertemu dengan istri, kalau besok sudah nikah, saya bakalan datang kesini lagi bareng istri. So, niatan tersebut terkabul beberapa tahun kemudian.

Untuk kalian yang belum membaca cerita saya ke Kebun Raya Bedugul pas masih bujang, bisa klik disini : Menikmati Kesejukan Kebun Raya Bedugul .




Waktu untuk berangkat ke Bali kami memilih waktu malam hari. Sekitar jam sembilan malam kami berdua menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat menggunakan motor. Motor adalah pilihan yang tepat untuk jalan-jalan ke Bali. Memakan waktu satu jam dari rumah, kami sudah sampai di Pelabuhan Lembar. Suasana pelabuhan di malam hari cukup ramai oleh sepeda motor dan truk. Orang-orang lebih suka berangkat malam ke Bali karena sampai di Bali keesokan paginya. Arus laut juga lebih tenang di malam hari dibandingkan siang atau sore hari. 

Setelah membeli tiket seharga 128ribu rupiah untuk kendaraan roda dua kurang dari 250cc, kami langsung menuju antrian kendaraan. Saat itu kami menunggu kapal selanjutnya. Gak menunggu lama, akhirnya kami masuk ke dalam kapal feri. Jadwal penyeberangan Lombok-Bali ini 24 jam. Jadi gak perlu khawatir ditinggal si feri, eh kapal feri maksudnya. 

Waktu tempuh penyeberangan dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Padangbai di Bali, memakan waktu empat hingga lima jam kondisi normal. Tergantung cuaca dan kapal juga. Ada kapal feri yang cepat dan ada juga yang lambat. Belum lagi cuaca di tengah laut yang terkadang gak menentu. Apapun itu saya dan istri sangat menikmati setiap perjalanan yang kami lalui,asyik.

Sekitar jam sebelas malam, kapal feri yang kami naiki mulai meninggalkan Pelabuhan Lembar. Syukurnya, kami mendapatkan kapal feri yang lumayan keren dan besar. Jadi gak perlu khawatir bila dihantam gelombang di tengah laut nanti. Hampir di dalam pelayaran, kami berdua menghabiskan waktu dengan tidur biar paginya seger dan gak ngantuk di jalan.  

Saya terbangun saat mendengar suara bel kapal yang menandakan kapal akan segera sandar di dermaga Pelabuhan Padangbai. Langit sudah berwarna kemerahan dan Pelabuhan Padangbai sudah terlihat di depan mata. Kami berdua segera bersiap-siap menuju area parkir kendaraan yang berada di lantai dasar kapal. Penumpang lainnya juga sibuk dengan persiapan mereka. Ada juga yang masih tertidur pulas dan masih melaksanakan Shalat Subuh. Waktu menunjukkan jam setengah enam pagi. Alhamdulillah sampai Bali sesuai dengan target waktu.

Tujuan kami selanjutnya menuju daerah Bedugul. Kurang lebih dua jam perjalanan dari Pelabuhan Padangbai. Target jam sembilan pagi sampai di Bedugul. Setelah turun kapal, kami langsung menuju Bedugul melalui jalur Denpasar. Sengaja melewati Denpasar untuk beristirahat sarapan pagi disana. Selesai sarapan dan bersih-bersih, lanjut ke arah Bedugul. Cuaca pagi sangat cerah. Perjalanan ke Bedugul juga sangat lancar. Melewati area perkebunan dan persawahan, apalagi menjelang sampai di Bedugul, kami melalui jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Jauh mata memandatang terlihat bukit-bukit hijau dan vila. Kece !.

Di pertigaan tugu jagung, ada gapura bertuliskan Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Gak jauh lagi kami sampai di tujuan. Sekitar satu kilometer dari tugu jagung, kami sampai di Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul. Kebun Raya ini letaknya gak jauh dari dari Danau Beratan dan Pura Ulun Danu. Ini kedua kalinya saya datang ke Kebun Raya Bedugul. Datang pertama belum semua diexplore saking luasnya kebun raya ini. Datang kedua kali ini, gak mau menyia-nyiakan kesempatan donk, hehehe. 






Kenapa disebut Kebun Raya " Eka Karya " ? 

Eka berarti satu, sedangkan Karya berarti hasil. Jadi pengertian dari Kebun Raya  "Eka Karya " yaitu kebun raya satu-satunya hasil dari pemikiran anak bangsa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Kebun Raya "Eka Karya" Bali, Bedugul secara resmi dibuka pada tanggal 15 Juli 1959, waah ini orang tua saya  belum lahir,hehehe.

Kebun Raya Bali Bedugul, nama aslinya yaitu Kebun Raya "Eka Karya" Bali. Tapi masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan sebutan Kebun Raya Bali, Bedugul karena letaknya memang di daerah Bedugul.

Kapan sih Kebun Raya "Eka Karya" Bali ini dibuka ?. Berbicara soal sejarah kapan kebun raya kece ini dibuka, dari beberapa tulisan di media sosial yang terpercaya, Kebun Raya Bali ini dibangun berawal dari ide Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo sebagai Presiden dari Badan Pusat Penelitian Lingkungan sekaligus menjadi kepala dari kebun-kebun raya yang ada di Indonesia. Bersama dengan I Made Taman sebagai Kepala Badan Konservasi Lingkungan dan Pelestarian, untuk membuat sebuah kebun raya di luar Pulau Jawa dan pilihan yang tepat yaitu di Pulau Bali.

Kenapa lokasinya dipilih di daerah Bedugul ?. Daerah Bedugul merupakan daerah yang bersuhu sejuk dan beberapa tanaman hutan hujan tropis cocok sekali tumbuh disini. Kalau siang suhunya berkisaran 15 - 25 derajat Celcius sedangkan malam hari antara 10- 15 derajat Celcius. Memiliki kelembapan antara 70 - 90 %. Ketinggian dari daerah ini juga sekitar 1250 - 1450 mdpl. Jadi itulah beberapa pertimbangan kenapa Bedugul dijadikan lokasi untuk dibangun kebun raya seperti Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Kebun Raya "Eka Karya" Bali dibangun dengan luas mencapai 157,5 hektar. Jadi gak kebayang begitu luasnya kebun raya ini. Perlu tenaga yang banyak bila ingin mengexplore kebun raya ini dengan berjalan kaki. Siapkan juga payung dan jaket hangat karena disini cuaca gak menentu, kadang hujan, cerah dan berkabut (dingin pool).

Sebagai tempat konservasi tanaman hutan hujan tropis yang sangat cocok hidup di suhu sejuk, penelitian, pengamatan beberapa jenis burung yang hidup di area kebun raya dan sebagai tempat rekreasi. Ada sekitar 2000 jenis tanaman yang hidup disini dan merupakan kebun raya yang memiliki beragam jenis tanaman terlengkap di Indonesia.








Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Bersantai sejenak di sebuah taman rerumputan bersama keluarga sambil mendirikan tenda, berkumpul di bawah pohon yang sangat rindang. Ada juga kegiatan outbond disini. Jadi sangat rekomended banget untuk acara keluarga, kantor dan reunian sambil mengexplore kebun raya kece ini

Dari area parkir kendaraan, setelah membeli tiker seharga sembilan ribu per orang, kami berjalan menuju patung Rahwana yang sedang berkelahi dengan pasukan Hanoman (koreksi bila salah). Sempat foto-foto sejenak sambil menghirup udara yang sangat sejuk dan bersih. Setelah itu kami berjalan menuju taman yang sangat luas, dikelilingi oleh pohon-pohon cemara yang jenisnya kita bisa temukan di kebun raya ini saja. Mata kami dimanjakan dengan hijaunya rerumputan dan deretan pepohonan. Rasa capek tiba-tiba hilang setelah berada disini. Ingin rasanya berlama-lama disini.

Kebun Raya Bedugul yang saya lihat saat pertama kali sebelumnya, gak ada yang berubah. Masih tetap seperti Kebun Raya Bedugul sebelumnya. Berhubung saat datang pertama kali kesini, sudah kesorean. Jadi, gak bisa mengexplore lokasi lainnya di kebun raya ini.

Bisa dibilang ini kelanjutan kunjungan saya sebelumnya ke Kebun Raya Bedugul. Ada dua lokasi yang buat saya penasaran untuk melihatnya yaitu Taman Kaktus dan Anggrek. Meskipun gak ahli dalam kedua-duanya, saya penasaran untuk melihat-lihat jenis kaktus dan anggrek yang ada di kebun raya ini. 




Ada kurang lebih 68 jenis tumbuhan kaktus yang ada di Taman Kaktus Kebun Raya Bedugul. Tumbuhan ini berasal dari Amerika dan Meksiko. Tumbuhan Kaktus yang bisa hidup di udara panas memiliki 2000 spesies dan 300 genus. Beberapa diantaranya ada di Kebun Raya Bedugul. 

Saya sering melihat jenis tumbuhan ini di salah satu film kartun, Si Oscar. Kadal jenius yang memiliki seribu akal. Sering lihat juga di film-film Koboi yang sedang naik kuda di tanah yang tandus dan panas. Di rumah juga ada beberapa tumbuhan kaktus yang ditaruh di pot-pot kecil. 

Ada bentuknya bundar dengan duri yang cukup panjang, ada yang memiliki batang panjang dengan berbentuk duri yang lembut, dan ada juga jenis kaktus yang berukuran kecil dan raksasa. Semuanya ada di Kebun Raya Bedugul. Spot selfiean juga sangat cocok disini. Kami gak membuang kesempatan untuk foto-foto disini. 

Lokasi kedua selanjutnya yaitu Taman Anggrek. Tapi sangat disayangkan, waktu kami datang tanaman anggreknya belum berbunga. Bisa dibilang gak ada sama sekali  anggrek yang bermekaran. Jadi kami hanya berkeliling saja dan melihat-lihat para petani anggrek sedang  melakukan tugasnya menyemprot tanaman anggrek yang belum berbunga. Saya kurang tau waktu yang pas datang kesini untuk melihat anggrek yang sedang bermekaran. Mungkin teman-teman yang kebetulan membaca tulisan saya ini bisa membatu menjawab di kolom komentar. Ditunggu ya, Terimakasi. 

Gak terasa kami sudah dua jam lebih berkeliling di Kebun Raya Bedugul. Masih banyak tempat lainnya yang belum kami kunjungi. Memang ya tempat ini sangat luas sekali. Mungkin harus menginap disini kali ya biar bisa mengexplore tempat-tempat lainnya.

Next time, ada kelanjutan dari cerita saya kali ini. Mungkin nanti bareng si kecil ke Kebun Raya Bedugul. Ceritanya sudah dulu ya. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan wabah Covid-19 segera berlalu biar kita bisa jalan-jalan lagi, Amin.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra