Wednesday 28 December 2016

Desa Unik dan Bersih : Desa Penglipuran, Bangli

Explore Pulau Bali ?? Eheeemmm...

Pasti di pikiran kita sudah membayangkan keindahan Pulau Bali, surganya pecinta traveling. Dari presiden seluruh dunia, artis dunia, travel blogger, food blogger, sampe cabe-cabean pun kalo ditanya Bali itu dimana, pasti semuanya tau. Jadi jangan heran Pulau Bali sudah terkenal di seluruh dunia dari saya masih belum jadi janin, bahkan sebelum bapak dan ibunya Cristiano Ronaldo belum bertemu, Bali sudah dikenal oleh banyak orang ( agak sedikit ngelantur ngomonnya ).

Kali ini saya akan membuktikan kepada kalian bahwa Pulau Bali itu sangat kece seperti Pulau Lombok. Hari pertama mengexplore Pulau Bali, saya bareng Si Wawan,berangkat tengah malam dari Pulau Lombok. Kebetulan saat itu lagi musim liburan, kami berdua memutuskan jalan malam biar gak kena ngantri di Pelabuhan Lembar, Lombok. Menggunakan motor biar sedikit berhemat. 

Kita menggunakan jalur darat dan laut dengan rute Pelabuhan Lembar ke Padangbai menggunakan kapal ferry. Cuaca malam itu lumayan bersahabat walaupun gelombang laut agak besar, waktu air pasang soalnya. Menggunakan kapal ferry yang bagus dan besar adalah keuntungan buat kami. 

Berangkat sekitar jam 1 pagi. Jadwal yang sudah kami duga sebelumnya. Kami ingin melihat sunrise dari atas kapal. Ternyata kesampaian juga kami melihat warna orange kekuningan dari ufuk timur Selat Lombok. 

Sekitar jam tujuh pagi kapal kami segera merapat di dermaga Pelabuhan Padangbai. Agak sedikit terlambat memang, seharusnya pelayaran bisa ditempuh hanya empat sampai lima jam. Tapi ini molor sampe enam jam. Mungkin kapalnya yang agak sedikit lambat.

Setelah turun dari kapal, kami beristirahat dulu di Pelabuhan Padangbai. Di area pelabuhan terdapat sebuah warung makan Jawa Timur ( 100 % halal ) dan disamping warung makan berdiri sebuah masjid ( lupa nama masjidnya ). Kurang lebih lima belas menit kami sarapan dulu sekaligus bersih-bersih badan ( mandi pagi dulu coooy ) di kamar mandi masjid. Alhamdulillah perjalanan yang cukup lancar. 




Cukup panjang juga cerita awal perjalanan dari Lombok ke Balinya yaak ? ( ngomong sama laptop ).

Okeh, cerita utamanya kita mulai. Tujuan pertama kita sebenarnya ada dua tempat yaitu Air Terjun Tegenungan yang ada di Gianyar ( comming soon ) dan Desa Penglipuran, Bangli. Jadi kami memutuskan untuk pergi ke tempat yang agak jauh dulu yaitu Desa Penglipuran. Perjalanan dari Pelabuhan Padangbai ke Desa Penglipuran sekitar satu setengah jam ke arah Kabupaten Bangli.



Desa Penglipuran merupakan sebuah desa yang terletak di Kubu, Kabupaten Bangli. Desa yang sangat rapi, bersih, dan nyaman. Desa ini merupakan desa wisata, jadi destinasi tujuan liburan baik tourist domestik ( kayak saya ) maupun mancanegara ( kayak akang C. Ronaldo dkk ).


Perjalanan yang lumayan cukup jauh dari pelabuhan ke desa ini, apalagi pake acara tersesat segala di sebuah pasar di Kota Bangli. Semuanya terbayarkan setelah kami memasuki pintu masuk desa. Saat itu kawasan Desa Penglipuran sudah ramai didatangi oleh para pengunjung.

Anehnya kami gak menemukan pos tiket untuk membayar tiket masuk, yang ada kami langsung menemukan area parkir kendaraan. Langsung saja kami memarkirkan motor.

Ternyata kami salah, tiket masuk ke desa ini sebenarnya skitar 7,5 ribu sdangkn tourist mancanegara nambah 2,5 ribu lagi. Untuk motor dikenakan biaya parkir 5 ribu, sedangkan mobil 10 ribu. Jadinya kami dapat gratis masuk kesini, sorry bapak penjaga !!! ( jangan ditiru ).

Lupakan !!! Lanjuuuut..... 

Kerennya, saya melihat lingkungan Desa Penglipuran sungguh asri, bersih dan rapi. Penduduk desa juga sangat ramah kepada tamunya. Uniknya bentuk rumah disini semuanya hampir sama, tembok depan juga sama. Seperti bukan desa saja yang ada di pikiran saya. Ternyata desa ini berpenghuni, jadi jangan heran bila disini interaksi antara pengunjung dan penduduk sangat erat. Mereka gak merasa terganggu dengan keberadaan kita dan kita pun gak merasa canggung untuk eksis fotoan di desa mereka.







Bila dilihat, di desa ini gak ada satupun kami melihat sampah berserakan. Rumpu-rumput di depan rumah sungguh rapi, penduduk sangat rajin memotong rumput disini. 

Kembali ke soal sampah, saya pribadi merinding ketika melihat tempat sampah yang diletakkan di setiap sudut rumah. Tujuannya untuk para penduduk atau pengunjung yang apabila ingin membuang sampah, bisa membuangnya di tempat yang sudah disediakan oleh penduduk disini. Kereen desa ini !!! 



Desa yang memiliki ketinggian antara 600 - 700 mdpl ini, memiliki kurang lebih sekitar 76 kepala keluarga yang ada di Desa Penglipuran menurut beberapa artikel yang saya baca. Dimana desa ini memiliki bagian wilayah yang baru saya ketahui. Dimana di wilayah hilir merupakan tempat para penduduk bekerja, sedangkan wilayah tengah adalah rumah penduduk, sedangkan wilayah bagian atas atau hulu adalah tempat persembahyangan atau Pura utama. Jadi bila dilihat, desa ini gak datar alias menurun ( kayak aliran sungai gitu ).






Menurut informasi yang saya dengar dari salah satu tour guide yang sedang menjelaskan ke rombongannya ( ikut nimbrung mendengarkan alias gratis ), bahwa desa ini merupakan desa terbersih ketiga di dunia. Dua diantaranya ada di luar Indonesia, jadi bisa disimpulkan Desa Penglipuran merupakan desa terbersih di Indonesia. Informasi selanjutnya, mata pencaharian utama penduduk desa adalah petani dan sisanya adalah pedagang seni. Jadi jangan heran bila ke desa ini kita ditawarkan beberapa hasil kerajinan penduduk yang memiliki nilai seni tinggi. Ada topeng barong, patung wajah, topi tani dan kerajinan yang terbuat dari anyaman bambu. 

Bila kita merasa haus dan lapar, ada beberapa warung tempat kita beristirahat sejenak setelah berjalan dari hulu dan hilir Desa Penglipuran. Jujur lumayan capek juga berjalan di desa ini, tapi kesejukan dan keindahan desa ini cepat menghilangkan rasa capek kami, apalagi disambut hangat oleh penduduk desa. Luar biasa !!!





Gak henti-hentinya saya merasa kagum dengan desa ini. Bila saya disuruh menilai, saya kasi nilai 100 dari 100 point untuk Desa Penglipuran. Alasannya desa bersih, rapi, sejuk, fasilitas super baik, kenyamanan terjamin, dan keramahan penduduk desa yang membuat saya berat meninggalkan desa. 

Insyaallah nanti kalo traveling ke Pulau Bali lagi, saya akan datang kesini bareng keluarga dengan cerita yang lebih seru lagi. Sekitar dua jam kami berkeliling desa, kami berdua segera melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yang ada di Pulau Bali. Jadi, ditunggu cerita trip saya bareng sahabat saya Si Wawan mengexplore Pulau Bali di tahun 2016 ini. Cekidooott !!!

Kesimpulan :

Desa Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, 45 km dari Kota Denpasar, berada di daerah dataran tinggi Gunung Batur, memiliki ketinggian 600-700 mdpl, panorama desa yang indah, sejuk, rapi ( gak ada sampah berserakan ), bersih, penduduk desa ramah, dan desa yang unik. Keceee !!!. 

Catatan :
- Dilarang merokok di lingkungan Desa Penglipuran
- Waktu yang paling datang ke desa ini yaitu saat Hari Raya Galungan yang diadakan setiap 6 bulan sekali.
- Dilarang membawa kendaraan bermotor mengelilingi desa.
- Selalu menjaga sopan santun selama di desa.

Penulis: Lazwardy Perdana Putra
Photografer : Lazwardy dan Wawan

google.com

Saturday 24 December 2016

Asyiiik...!!! Makan Steak di Waroeng Street Food


Asyiik...!!!

Akhirnya ada woroeng kece yang menu utamanya steak dan pasta. Berhubung saya belum makan pastanya, jadi kali ini yang akan dibahas menu steaknya dulu. Saya dari dulu emang doyan makan steak. Pertama kali makan steak pas masih jadi mahasiswa ingusan. Setiap dapat kiriman duit dari ortu tiap bulannya, pasti pergi pesta steak bareng temen-temen sejawat ( nasib anak rantau ).

Setelah lulus dan kembali ke kampung halaman, saya susah mendapatkan waroeng steak seperti di kota tempat saya kuliah dulu. Beberapa tahun kemudian tepatnya di tanggal 14 November 2016, telah buka sebuah waroeng kece harapan saya untuk makan steak. Maknyuusss... !! ( sambil mulut dimonyongin ).




Street Food merupakan sebuah waroeng modern minimalis yang bertema steak dan pasta. Berlokasi di perempatan lampu merah Airlangga, Gomong, Kota Mataram. Dekat dengan kampus Universitas Mataram ( kebanggaan anak NTB ) dan dekat dengan pusat perkantoran dan sekolah, sehingga tempat makan ini sangat mudah ditemukan. Yang jelas Street Food gak jauh dari rumah saya tercinta.

Berhubung berada di tengah pusat kota, Street Food sangat ramai dikunjungi oleh para pecinta steak dan pasta. Dari cabe-cabean sampe yang sudah banyak cabenya, selalu eksis datang kesini. Sekedar mencoba steak, pasta, milkshake dan menu-menu lainnya. Intinya pasti fotoan dan selfian "Om Telolet Om" ( mulai nulis gak jelas ). Disini juga ada wifi gratis dan keceng amat, jadi bisa nonton Youtube sampe pantat panas ( nonton video Om Telolet Om )




Nah kebetulan saat itu hati saya lagi bahagia karena ada suatu hal ( sifatnya rahasia ), saya mengundang beberapa sahabat yang bisa hadir untuk sama-sama mencicipi kelezatan steak yang ada di waroeng ini. Sorry yang gak diundang jangan ngambek!!!, langsung saja datang kesini ya. Bilang saja temennya mas-mas gemuk yang beberapa hari yang lalu mampir kesini. Dijamin semua pelayannya pada bingung, hahahaha ( mulai gak fokus ).

Untuk menu utamanya, kami berlima ( Saya, Ocha, Mas Junk, Nova dan Dilla ) semuanya memesan berbagai macam jenis steak. Saya sendiri memesan Chiken Double Hotplate karena penasaran saja. Saya belum pernah mencicipi steak daging ayam. Sedangkan yang lainnya ada yang memesan Beef Original Hotplate, Dory Hotplate dan Chiken Hotplate. Soal harga dijamin gak membuat puasa seminggu. Disini harga menyesuaikan dengan lingkungan. Karena dekat dengan kampus, sekolah, kos-kosan dan perkantoran, jadinya harga sesuai dengan anak kuliahan.




Untuk menu minuman sendiri banyak sekali yang kita jumpai disini. Kebetulan kami lagi pengen minum yang dingin dan manis, jadinya kami memesan Milkshake Strauberry, Vanilla, Coklat dan Jus Buah Naga. Semuanya seger dan enak, harganya pun enak di dompet dan hati.


Kalo boleh jujur, Street Food menjadi tempat makan favorit. Saya dibuat penasaran sama menu lainnya yang belum dicicip. Kapan-kapan saya akan datang lagi ke waroeng steak dan pasta ini. 

Menu steaknya menurut saya sangat lezat, apalagi Chiken Double Hotplatenya sangat cocok di lidah saya. Bumbu ayamnya yang super enak, kemudian saos steaknya yang gak terlalu kental, ditambah kentang yang gak terlalu mateng. Jujur saya suka dengan kentangnya, walaupun gak hampir mateng. Perlu dicoba menu-menu lainnya. 

Bila berlibur ke Lombok dan bingung mau makan dimana, Street Food adalah pilihan yang tepat dan cerdas. Selain tempatnya yang keren, harga makanan dan minumannya juga lumayan murah meriah, kelezatan steak dan pastanya gak perlu diragukan lagi.

Catatan :
- Lokasi di perempatan lampu merah Airlangga, Gomong, Kota Mataram.
- Waktu buka pukul 16.00 WITA sore - malam hari.
- Harga mulai dari 12 ribu - 35 ribu.

Penulis: Lazwardy Perdana Putra
google.com

Sunday 18 December 2016

UpSide Down World Bali, Denpasar


Liburan ke Bali gak lengkap puasnya bila gak mampir ke tempat satu ini. Bali yang kita kenal dengan keindahan pantainya, budayanya, seninya dan tempat-tempat hiburannya, ternyata memiliki warna yang baru. Apa itu ? Sebut saja namanya UpSide Down World Bali.

UpSide Down World Bali memaksa kita untuk bisa kreatif dan membuat gaya-gaya lucu. Didesign seperti kita berada di ruangan terbalik dan tampak nyata. Sebagai contoh, saya yang membuka lemari es di dapur dengan kepala di bawah dan kaki di atas, hahahaha ( berpose seperti mas Spiderman ).




UpSide Down World Bali merupakan sebuah tujuan wisata baru di Pulau Bali. Berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 762, Denpasar, Bali. Kurang lebih hanya lima belas menit dari daerah Legian, Kuta. Para pengunjung sangat ramai yang berdatangan. Dari tourist domestik hingga mancanegara, penasaran dengan tempat atraksi yang memiliki konsep ilusi mata ini.




Jujur saja, awalnya kami dibuat bingung mau bergaya seperti apa. Berhubung ruangannya dibuat terbalik, jadi kami harus pinter-pinter buat gaya agar hasil fotonya menarik. Tapi tenang saja, di setiap dinding ruangan terdapat beberapa contoh gaya foto yang bisa dijadikan inspirasi. Ditambah lagi mbak-mbak cantik yang menjadi guide kami selama berada di ruangan yang membuat pusing mata tapi kece ini, dengan ramahnya memberikan saran-saran buat kami yang akan difoto.






Di UpSide Down World Bali, ruangan berjumlah 8 ruang atau studio, salah satunya terdapat ruang Trick Eye 3D. Dari setiap ruang memiliki konsep tersendiri. Ada ruang perpustakaan, ruang keluarga, ruang makan dengan dapurnya, ruang tidur, ruang mencuci dan toilet dan lainnya. Semuanya dibuat terbalik, dari meja, kursi, tempat tidur, peralatan dapur, mesin cuci serta ornamen-ornamen lainnya dibuat menempel di atas plafon. Dari semuanya, ruangan favorit saya yaitu ruang makan plus dapurnya, sedangkan sahabat saya "Si Wawan" ruangan favoritnya di kamar tidur ( tampang muka tidur ).





Jangan heran bila datang kesini, kita harus dibuat bersabar untuk mengantri masuk ke dalam ruangan. Apalagi musim libur, sehingga banyak pengunjung yang berdatangan. Saat kami kesana, saya harus dibuat bersabar menunggu giliran mendapat foto yang kece. Apalagi bila di dalam satu ruang terdapat dua rombongan, jadi kita harus pinter-pinter mengatur waktu dan moment yang pas untuk berpose.

Tapi tenang saja, kami dibantu oleh mbak-mbak karyawan yang memandu kami selama di dalam ruangan. Jadi gak ada istilah rebut-rebutan ruangan. Walaupun capek karena membuat gaya lucu dan cukup membuat keringat keluar, tapi saya cukup senang. 

Selama satu jam kami berdua mencari pose-pose aneh dan lucu. Dari hasil foto-foto kami ada beberapa yang membuat saya pribadi tertawa lucu. Semuanya kece. Kereeen !!!. Rekomended bagi temen-temen yang liburan ke Bali dan ingin mencari suasana baru. 

Catatan :
- Alamat : Jalan By Pass Ngurah Rai No.762, Denpasar, Bali
- Jam buka : 09.00 Pagi - 21.00 Malam WITA
- Tiket Masuk : Dewasa 100 ribu, Anak-anak 50 ribu
- Disarankan membawa kamera
- Menggunakan pakaian-pakaian lucu dan menarik

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com