Saturday 29 October 2016

Ngecamp di Gili Kedis, Sekotong


Ini cerita ngecamp saya yang kelima kali setelah di Bukit Pergasingan, Pulau Kenawa, Pulau Paserang dan Puncak Mantar yang bisa dibaca di postingan sebelumnya. Next, kali ini saya akan menceritakan tentang ngecamp di Gili Kedis, Lombok Barat.

Sebenarnya ini ngecamp saya yang terkesan damai dan nyaman saja. Berbeda dengan ngecamp sebelumnya yang pecah dan super gokil karena para crew yang ikut saat itu pada gila-gila semua. Nah, kebetulan ngecamp di Gili Kedis yang ikut orangnya pada kalem semua kecuali saya ( sombong dikit ). So, gak masalah, yang penting jalan dan menikmati alam ini dengan cara kita sendiri. 


Kami ngecamp hanya berenam saja, dimana empat diantaranya masih single dan dua lainnya sudah suami istri. Daripada berpanjang-panjang lagi saya membuka cerita ini, mari kita mengexplore bersama-sama keindahan Gili Kedis dari kecantikan sunset sampai keindahan sunrisenya. 

Perjalanan Menuju Gili Kedis

Gili Kedis merupakan salah satu gili yang berada di wilayah Sekotong, Lombok Barat. Dari deretan gili-gili yang berada di wilayah ini, Gili Kedis menurut saya merupakan gili yang paling indah dan kece. Butuh satu jam perjalanan dari Kota Mataram menuju pelabuhan tempat menyebrang ke Gili Kedis, bernama Pelabuhan Tawun. Dari pelabuhan, kita hanya membutuhkan lima belas menit perjalanan menuju Gili Kedis menggunakan privat boat. 

Kebetulan saya memiliki kenalan yang memiliki perahu boat, jadi gak susah mencari dan menego harga sewa perahu. Untuk perahu sendiri kami hanya dikenakan biaya 350 ribu untuk enam orang. Mahal ?, saya rasa gak mahal-mahal sekali. Berhubung ingin ngecamp disini, jadinya kami dikenakan biaya nginap. Itu sudah termasuk murah mas broo. Kalo ada yang lebih murah, beritahu saya ( gak termasuk gratis lhoo ya !!! hehehe ).


Beberapa postingan sebelumnya, saya sudah menulis tentang perjalanan ke Gili Kedis ( klik disini ). Gili ini memiliki luas kurang lebih seluas lapangan futsal. Mungil-mungil tapi kece mas broo !!!. Walaupun kecil, gili ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Berhubung kami mau ngecamp, kami dikenakan biaya nginap 15 ribu per orang. Masalah keamanan, di Gili Kedis dijamin aman dari begal, pencuri, termasuk pencuri hati dan mantan. 

Berangkat dari Kota Mataram menggunakan motor matic kesayangan sekitar jam dua siang. Saat itu langit lagi menangis, menangis nasib saya yang masih single ( emang gue pikirin ). Behubung hujannya cukup lebat, terpaksa kami berteduh sementara. Gak memakan waktu lama, hujanpun segera berhenti dan kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tawun.  Kurang lebih satu  jam, akhirnya kami sampai di pelabuhan. Kami sudah ditunggu oleh Mas Izir ( teman gue ) yang memiliki perahu boat.  




Setelah menginapkan motor di rumah masnya, kami berjalan menuju dermaga dan segera naik ke atas perahu. Perahunya cukup besar dengan ukuran kami berenam, terhitung cukup untuk bersantai-santai sambil melepas lelah. Menikmati sore hari dari atas perahu adalah pilihan yang tepat saat itu. Cuaca berubah dari tadinya hujan, menjadi cerah berawan. Sinar matahari sore hari sudah cukup menyinari kami di saat berlayar menuju pulau impian ( Gili Kedis ). 

Sunset Gili Kedis 


Waktu sudah menunjukkan jam lima sore, saatnya kami membangun tenda. Kami membangun dua tenda di bagian timur gili. Berhubung yang menginap di Gili Kedis saat itu berjumlah tiga rombongan, termasuk rombongan kami. Satu rombongan lainnya yaitu pasangan bule asal Prancis yang saya tangkap bahasanya seperti orang kumuran ( ngiri gak bisa bahasa begituan ). Kalo liat orang Prancis, jadi ingat sang mantan yang berdarah Prancis juga ( Padang Ciamis ). Sedangkan satu rombongan lagi berasal dari Kota Mataram juga.

Kami adalah rombongan yang terakhir datang. Walaupun yang terakhir datang, kami gak susah mencari tempat membangun tenda. Membangun dua tenda susah-susah gampang. Gampangnya, tendanya gak sulit dipasang, sedangkan susahnya, para emak-emak rempong gak mau bantuin para calon bapak-bapak untuk bangun tenda. Bukannya bantuin, tapi malah asyik selfian dan potoin kami yang lagi bangun tenda. Saya gak mau kalah dong, saya sempatin eksis dong ( calon artis ).




Setelah tenda berdiri kokoh, saatnya kami menikmati senja sore. Menjadi saksi kemegahan mentari yang akan tidur di peraduannya adalah keindahan yang gak bisa ditukar oleh apapun. Sunset di Gili Kedis salah satu sunset terbaik di Pulau Lombok. Kece... !!!

Bermalam di Gili Kedis




Kami sepakat gak mengadakan pesta api unggun atau nyanyi-nyanyi gak jelas disaat malam tiba. Apalagi acara nembak seseorang kayak di sinetron-sinetron itu, itu semua gak ada di dalam kamus acara kami. Agak membosankan memang gak ada acara apa-apa. Tapi saya merasakan ada sesuatu yang nyaman saat itu, saya merasa bisa menikmati malam di bawah sinar rembulan dengan tenang dan asyik. Sambil mendengar musik dari aliran dangdut sampai rock yang gak jelas, kenikmatan bermalam di Gili Kedis membuat malam itu indah.

Sunrise Gili Kedis 

Sekitar jam enam pagi, kami terbangun dari tidur lelap semalam di bawah sinar rembulan dan terpaan angin laut sepoi-sepoi. Agak telat memang untuk melaksanakan shalat Subuh. Setelah melaksanakan kewajiban kepada Sang Maha Pencipta, saya menuju ke sebuah tempat di bagian timur Gili Kedis. Begitu juga teman-teman yang lain, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang memasak air, membuat sarapan pagi, ada yang mandi dan ada yang berdandan ( persiapan untuk pemotretan ), kalo saya sendiri menyiapkan kamera kesayangan untuk mengambil beberapa moment sunrise.





Pagi adalah waktu yang paling saya sukai. Melihat cahaya terang di bagian timur, merasakan angin laut pagi hari, mendengar kicauan burung-burung, dan mendengar deburan ombak melengkapi keindahan pagi itu. Untuk para pencinta traveling, tempat ini saya rekomendasikan sekali untuk kalian rasakan menginap di Gili Kedis. Gak nyesel deh !!!.







Gak puas hanya mengelilingi gili saja sambil foto-foto, akhirnya saya punya ide menuju sebuah rumah terapung yang berada di sisi timur gili. Kebetulan air laut lagi surut, jadinya saya gak perlu susah-susah renang menuju rumah terapung tersebut. Hanya dengan berjalan kaki santai saja sudah bisa sampai di atas rumah terapung. Apalagi di tengah perjalanan, saya melihat beberapa bintang laut yang kece. Mengingat saya dengan crew kami yang berlambang bintang laut "Crew Patrick". Tapi sayang sekali, saya gak bisa mengambilnya, karena gak etis kita mengambilnya apalagi dibawa pulang, biarlah dia istirahat, jangan diganggu ( mulai galau ),

Berbicara rumah terapung lagi, rumah terapung ini merupakan sebuah penginapan yang masih proses perbaikan. Memiliki sebuah kamar yang cukup luas, semacam rumah panggung gitu. Di samping rumah terapung, terdapat sebuah tempat budidaya udang dan sejenisnya ( hewan laut bukan buaya darat ). Dari sini kita bisa menikmati suasana pagi di Gili Kedis dengan cara saya sendiri. Gak lupa foto-foto manja dulu biar eksis dikit.







Setelah puas menikmati sunrise, saya dan teman-teman lainnya kembali menuju daratan Gili Kedis. Mumpung air laut belum kembali pasang lagi. Acara selanjutnya yaitu berenang-renang santai bareng temen-temen. Renang pagi sambil berjemur saya rekomendasikan sekali buat kalian-kalian yang menginap di gili ini dan gili-gili lainnya. Ada beberapa manfaat yang kita dapatkan, pertama mandi pagi membuat tubuh kita segar dan kedua, berjemur di bawah sinar matahari dari jam tujuh sampai sembilan pagi kaya dengan vitamin D, jadi sangat baik buat kulit dan tulang kita.

Nah kali ini saya bareng temen-temen, punya cara berenang dan berjemur sendiri ala kami. Kebetulan saya membawa laybag hijau ( semacam ban pelambung gitu ) yang bisa kami pakai untuk berjemur sambil menikmati suasana pagi hari. Berhubung membawa satu laybag saja, akhirnya kami ganti-gantian memakainya. Tidur alay ala-ala Syahrini di atas laybag sambil berjemur dan dipotoin eksis selanjutnya posting ke instagram dan dilike banyak orang.


Menurut kalian, gili mana yang paling kece di Pulau Lombok ? Kalo jawab gili ini yang paling kece berarti kalian sudah kesini. Kalo jawabannya lain, berarti kalian belum ke gili ini. he..he...he..

Rekomended sekali untuk mengexplore gili ini bersama teman, sahabat, keluarga atau sang kekasih ( honeymoon moment ). Selamat mengexplore Gili Kedis mas / mbak broo !!!

Catatan :
- Jalur : Kota Mataram / Lombok Internasional Airport ( LIA ) - Gerung - Lembar - Sekotong - Pelabuhan Tawun - Gili Kedis.
- Biaya paket perahu per hari : 350 ribu per rombongan ( satu perahu maksimal isi 6 orang ), sudah antar jemput. 
- Pungutan menginap : 15 ribu per orang ( sudah dapat fasilitas kamar mandi )
- Peralatan pendukung yang wajib dibawa selama ngecamp : Makanan dan minuman, peralatan memasak, tenda, jaket hangat, autan, obat-obatan, senter, powerbank dan dompet pastinya ( hehehe )
- Bulan baik untuk ngecamp : Bulan Oktober - Desember.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday 18 October 2016

Mencoba Sensasi Fotoan di Atas Menara Rumah Pohon Gangga Murmas


Maksimal hanya dua orang !!!

Disitu bulu kuduk saya langsung berdiri. Gimana gak, bangunan yang akan saya naiki hanya boleh menampung maksimal dua orang saja. Saya kan bisa dibilang berbadan kekar berlemak alias gendut, belum lagi adik saya tinggi besar, "boleh gak nih kami naik berdua?". Pertanyaan awal saya kepada si penjaga tempat wisata ini. 

Masnya hanya tersenyum saja dengan polosnya berkata, "Gak apa-apa kok mas, dicobain saja sensasinya". Wah ini antara jujur atau terpaksa menyenangkan hati kami berdua. Tanpa bertanya lagi, kami berdua langsung saja ke sebuah bangunan terbuat seratus persen bambu dan kayu yang berada di paling ujung tebing ( Intoduction ).


Berada di Desa Gangga Murmas, Lombok Utara menjadikan destinasi baru super kece ini lagi banyak diminati oleh para pecinta traveling khususnya anak-anak muda Lombok dari kelas cabe-cabean, terong-terongan sampe cabe dan terong yang sudah mateng ( ngomong apaan sih ? ). 

Saya ngetrip kesini karena penasaran sama tempat ini. Berhubung lagi ngehits, langsung saja disaat libur kerja saya mengajak adik yang baru datang dari Yogya untuk bareng ngexplore rumah pohon Gangga Murmas. Memang bener lagi ngehits, disaat kami sampai disana, sudah banyak para remaja yang asyik nongkrong. Usut punya usut, ternyata mereka adalah warga asli desa sana. Pantes saja sudah nongol saat masih pagi buta. Nah, kalo kami memang sengaja jalan dari rumah habis shalat subuh biar sampainya masih pagi sekali, biar sepi gitu. 




Memang bener, hanya kami berdua warga luar desa yang baru datang. Suasana alam perbukitan Gangga Murmas memang sungguh luar biasa kece. Kami berdua memang baru pertama kali mengexplore desa ini dan langsung dibuat jatuh cinta.

Pagi adalah waktu yang paling saya sukai untuk bertraveling. Cuaca pagi saat itu sedikit berawan dan berkabut, kebetulan malamnya habis turun hujan. Mencium aroma embun pagi, mendengar kicauan burung-burung penghuni perbukitan dan melihat dari ujung ke ujung panorama alam yang disungguhkan. Sungguh indah alam Indonesia ini, alam tropis surganya para pecinta traveling. 





Perlahan-lahan dengan extra hati-hati kami mencoba menaiki salah satu bangunan yang menyerupai menara. Inilah yang disebut Rumah Pohon Gangga Murmas yang lagi ngehits itu. Walaupun masih ada beberapa rumah pohon yang dibangun di beberapa titik, tapi rumah pohon ini yang dilirik oleh para pengunjung untuk berselfie alay. 

Ada satu kejadian unik, kami gak memperhatikan tulisan peringatan yang disisi sebelah kiri menara. Disitu bertuliskan alas kaki dilepas. Nah, kami berdua langsung nyosor saja naik tangga kayu menuju atas menara tanpa melepas alas kaki. Untung saja kami gak ketauan, syukurlah. Jangan ditiru ya, demi keselamatan kalian semua. Alangkah baiknya melepas alas kaki,karena licin dan dikhawatirkan terpeleset. 



Saat berada di atas menara, jantung langsung mau copot. Menaranya goyang-goyang mas broo, untung saja kami berdua gak banyak gerak. Pantesan saja, hanya boleh dinaiki maksimal dua orang, ternyata memang hanya bisa dua orang ternyata. Dua orang saja, menara saja sudah goyang-goyang, apalagi mau satu RT, bayangin saja sendiri. 

Karena fokusnya hanya di menara ini saja, setelah saya perhatikan ternyata bangunan ini hanya ditopang oleh beberapa bambu panjang dan batang pohon sebagai pondasi menara. Sebenarnya sangat mengkhawatirkan bila gak didukung dengan alat keselamatan seperti tali yang diikat di pinggang seperti yang ada di Kali Biru, Yogyakarta. Untuk para pengelola saya harapkan lebih baik lagi untuk mengelola tempat yang sudah kece ini dengan lebih meningkatkan keselamatan para pengunjung, agar hal-hal yang kita gak inginkan jangan sampai itu terjadi. Amiin. 

Yang belum datang kesini, mari kesini dan mencoba sensasi fotoan di atas menara Rumah Pohon Gangga Murmas !!!  Sekitar satu jam perjalanan dari Kota Mataram, kita sudah bisa menikmati alam Desa Gangga dari atas Rumah Pohon Gangga Murmas. 

Catatan :
-Lokasi berada di atas Air Terjun Gangga, Lombok Utara
- Biaya Masuk 10 ribu ( dua orang ) sudah termasuk parkir motor. 
- Jalur menuju Rumah Pohon Gangga Murmas : Kota Mataram - Pemenang - Tanjung - Gangga - Jalur menuju Air Terjun Gangga - Bertemu dengan pertigaan menuju Air Terjun Gangga, lurus saja - Desa Gangga Murmas - Pertigaan, belok ke kana ( ada papan petunjuk menuju Rumah Pohon Gangga Murmas ).

SELAMAT MENGEXPLORE !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 8 October 2016

Air Terjun Candi Batu, Sambik Elen : Private Waterfall


Desa Sambik Elen ?

Mungkin desa ini masih terlalu asing di telinga kalian. Saya juga baru mengenal desa ini dari temen-temen instagram. Desa ini mendadak terkenal karena adanya air terjun cantik di wilayah yang berbatasan langsung dengan Lombok Timur ini. Desa Sambik Elen terletak di Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Butuh waktu 2,5 jam perjalanan dari Kota Mataram menggunakan motor atau mobil. Kalian boleh pake sepeda juga kalo kuat sekalian gowes ( gak ajaran sesat lhoo )

Beberapa minggu yang lalu, saya berkesempatan ngetrip ke desa ini karena penasaran dengan air terjun yang kece bila diliat dari foto-foto temen di instagram, sebut saja Air Terjun Candi Batu. Air Terjun Candi Batu baru dibuka sekitar satu bulan yang lalu dan mendadak terkenal dengan bantuan temen-temen yang eksis di instagram. Jadi, karena dibuat mupeng ( muka pengen ), saya cari hari libur kerja untuk mengexplore air terjun yang hampir mirip dengan air terjun yang sudah saya explore sebelumnya. Mungkin kalian masih ingat sama Air Terjun Mangku Sakti dan Air Terjun Mangku Kodeq yang sudah saya ceritakan sebelumnya. 



Ada dua jalur yang bisa kalian lalui menuju air terjun ini. Pertama, melalui jalur utara ( Mataram - Bayan ). Kedua, melalui jalur timur ( Mataram - Sembalun ). Kedua jalur ini sama-sama bagus dan aman. Bila yang ingin sekalian melihat Desa Sembalun, desa tertinggi di Pulau Lombok, bisa melewati jalur timur. Melewati hutan lebat serta menanjak deretan perbukitan yang masih dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Siapkan kendaraan kalian sebaik mungkin agar gak mogok saat menanjak. 





Hampir 2,5 jam perjalanan yang ditempuh dari Kota Mataram dengan pantat yang sudah gak terasa bila dicubit karena kelamaan duduk di atas motor, tibalah kami di Desa Sambik Elen. Saya ditemani oleh adik sepupu dalam ngetrip kali ini mencari lokasi air terjun yang bernama Candi Batu. Ternyata kami gak perlu susah-susah bertanya ke warga desa karena terdapat plank petunjuk letak Air Terjun Candi Batu berada. Terasa perjalanan dibuat lancar sesuai dengan harapan kami. 

Dari jalan besar Desa Sambik Elen, kita melanjutkan perjalanan menuju lokasi air terjun. Kondisi jalan yang tadinya 100 % aspal, berubah menjadi jalan berbatu campur dengan tanah dan debu. Ditambah lagi jalan yang berkelok-kelok menanjak dan menurun. Perlu ekstra hati-hati dalam mengemudikan kendaraan kita terutama kondisi ban motor. Untuk mobil, disarankan untuk memarkir mobilnya di tengah Desa Sambik Elen dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Jarak gak terlalu jauh, hanya 200 meter saja dari air terjunnya. 




Setelah sampai di parkiran motor, kami bertemu dengan dua orang yang bernama Faisal dan Ahyar ( kalo gak salah ) yang masih kuliah. Dari ceritanya, mereka adalah dua anak yang telah menemukan Air Terjun Candi Batu dan mempostingnya di facebook. Jadi, dari sinilah asal usul terkenalnya Air Terjun Candi Batu. Gak lupa saya berfoto bersama mereka berdua sebagai kenang-kenangan ( bisa diliat foto di atas ). Berhubung sudah kenalan, kami digratiskan bayar parkir motor. Thanks mas broo ( antara heran dan bingung, kok bisa jadi gratis...hehehe ).

Dari parkiran motor hingga sampai di lokasi air terjunnya, kami harus menuruni sebuah tebing dan menyusuri sungai yang airnya cukup deras. Tapi tenang saja ada bantuan tangga kayu untuk menuruni bebatuan yang cukup besar yang agak susah dituruni. Setelah 10 menit soft trekking, tibalah kami di Air Terjun Candi Batu. Gak salah memang kami kesini, gak nyesel dah pokoknya. Sama persis penampakannya dengan yang ada di instagram, Kece abis mas broo..!!!



Cuaca saat itu lagi sedikit mendung karena sudah memasuki musim penghujan. Tapi walaupun begitu, air sungainya sesuai dengan harapan yaitu berwarna hijau keputihan ( mengandung belerang ). Aliran sungainya langsung berasal dari Gunung Rinjani, jadi gak terpengaruh dengan musim kemarau. Bentuk dari air terjun ini juga lumayan unik, dialiri satu aliran sungai utama yang dipisahkan menjadi dua oleh batu, sehingga terjadilah dua air terjun kembar yang memiliki ketinggian kurang lebih 10 meter. Kenapa gak dinamakan Air Terjun Kembar saja ya ?. 

Kenapa dinamakan Candi Batu?. Namanya candi bila kita bayangkan adalah sebuah bangunan yang memiliki daya tarik tersendiri seperti Candi Borobudur, Prambanan dan lain-lain. Tapi ini nama candi digunakan untuk nama sebuah air terjun. Dari informasi mas Faisal dan Ahyar, dinamakan Candi Batu karena bentuk bebatuannya mirip dengan candi. Dari situlah muncul nama Candi Batu. 



Untuk beredam sambil bersantai-santai adalah pilihan tepat di air terjun ini. Masalah keamanan dijamin aman karena kedalaman kolam sekitar air terjun gak terlalu dalam, tapi tetap waspada bila berendam di bawah air terjun, soalnya air terjunnya deras sekali. 

Kesimpulannya, saya suka dengan air terjun ini. Kondisi jalur menuju air terjun ini gak sesusah tempat-tempat terkenal lainnya yang belum terjamaah di Pulau Lombok yang perlu menyiapkan tenaga ekstra untuk sampai ditujuan. Jadi buat kalian yang belum pernah sama sekali trekking, bisa latihan trekking menuju Air Terjun Candi Batu sebelum trekking ke tempat-tempat kece lainnya. 

Jangan lupa bila datang kesini membawa kamera yang super kece antara lain kamera dslr, go pro atau xiaomi yi dan hp dengan kamera 16 megapixel agar foto yang dibawa pulang kece juga ( rekomended ).

Gak perlu mengedit foto Air Terjun Candi Batu karena sudah kece begini, air sungai yang berwarna hijau keputihan ( mengandung belerang ), dingin pula, ditambah masih sepi pengunjung kesini. Bisa dianggap air terjun pribadi. Paling bagus kesini saat pagi hari dikarenakan masih sepi dari para pengunjung. Sambil berendam, kita bisa menikmati keindahan surga dunia yang Allah ciptakan untuk kita jaga dan pelihara sebaik mungkin dengan khusyuk. 

Gimana, kalian penasaran ? Mumpung besok weekend, ayook kita ke Air Terjun Candi Batu. Tapi ingat, Jangan Membuang Sampah Sembarangan dan Mencoret Batu-Batu yang Ada disana !!!

Catatan :
- Jalur Utara : Kota Mataram - Pusuk ( Monkey Forest ) - Pemenang - Tanjung - Gangga - Kayangan- Bayan - Sambik Elen ( sebelum Sungai Kokok Puteq ).
- Jalur Timur : Kota Mataram - Narmada - Kopang - Masbagik - Aikmel - Suela - Sembalun Bumbung - Sembalun Lawang - Sajang - Sambik Elen ( sesudah Sungai Kokoq Puteq ).
- Parkir motor 5 ribu per motor.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra