Tuesday 22 December 2015

Touring Satu Hari Satu Malam di Pulau Bali


Pengalaman pertama saya bersama my brother pergi ke Bali menggunakan motor matic adalah catatan yang akan selalu saya kenang. Rencana yang super dadakan akhirnya terealisasikan juga walaupun segala macam persiapan yang super terbatas. Hanya satu hari satu malam perjalanan kami berdua melintasi jalur Padangbai-Denpasar. Cukup singkat memang, namun banyak cerita di setiap tempat yang kami singgahi. Mau tau keseruan kami berdua di Bali ? Cekidooottt.... 



Berangkat sekitar jam empat sore dari rumah tercinta, Kota Mataram menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat. Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang memasuki Pulau Lombok yang melayani penyeberangan antara Pulau Bali dan Pulau Lombok. Butuh satu jam lamanya perjalanan kami dari rumah sampai di pelabuhan ini dengan ditemani hujan rintik-rintik. Sesampainya di pelabuhan, kami membeli tiket penyeberangan di loket dan segera memasuki kapal ferry. 




Kapal ferry yang cukup keren bagi saya pribadi karena di bagian atas kapal terdapat sebuah tempat tongkrongan yang memiliki beberapa tempat duduk dan asyiknya lagi kita dapat melihat pemandangan dari segala arah. Gak lama kemudian kapal yang kami tumpangi memberikan tanda peringatan bahwa kapal akan segera berlayar menyeberangi Selat Lombok yang menurut penelitian, selat ini merupakan selat yang memiliki palung paling dalam di Indonesia. Langit yang tadinya mendung, berubah menjadi cerah dan yang paling kecenya kami bisa melihat senja dari atas kapal. Moment yang menurut saya paling kece sedunia ( alaaah lebaay ).


Menikmati pelayaran yang memakan waktu tiga sampai empat jam dengan sebungkus nasi ayam dan segelas kopi susu. Alhamdulillah cuaca di perairan Selat Lombok juga sedikit membaik dan ketinggian gelombang laut yang sedang-sedang saja, angin laut pun gak terlalu kencang sehingga kami bisa berlama-lama menikmati perjalanan tanpa menyelimuti tubuh kami dengan sebuah jaket hangat di lantai paling atas.


Waktu menunjukkan Shalat Magrib sudah tiba, saatnya kami mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat berjamaah. Saya suka dengan mushola di kapal ini, sudah bersih dan wangi sehingga siapapun yang shalat disini, Insyaallah merasa nyaman dan khusyuk.



Setelah kewajiban kami sebagai seorang muslim melaksanakan perintah-Nya untuk mengaharapkan keselamatan dan kesehatan kepada Sang Maha Pencipta, kami memasuki sebuah ruang penumpang kelas VIP. Bayangan kami kelas VIP pasti ber-AC dan nyaman, tetapi entah kenapa ruangan tersebut ACnya mati dan terasa gerah. Untung saja mata saya sudah mengantuk, jadinya gak lama kemudian saya tertidur setelah memilih kursi yang nyaman untuk terlelap satu sampai dua jam lamanya.


Sekitar empat jam menyeberangi Selat Lombok, sampailah kami di Pulau Dewata Bali. Kapal Ferry segera bersandar menuju dermaga satu Pelabuhan Padangbai - Karangasem, Bali. Waktu menunjukkan jam sepuluh malam lebih waktu Bali, setelah turun dari kapal dan melewati pemeriksaan penumpang. Saya yang membawa motor segera menuju Kota Denpasar. Sekitar satu jam perjalanan, sampailah kami di sebuah warung makan yang bertuliskan "Sate Madura Muslim". Perut sudah berbunyi sejak dari tadi, akhirnya kami berdua memutuskan untuk makam malam disini. Menyicipi Sate Madura dengan lontong sambil menikmati suasan malam hari di Kota Denpasar.


Setelah makan sate yang menjadi favorit kami, saatnya mencari penginapan yang menurut saya paling nyaman dan aman. Sebelumnya kami mampir sejenak di sebuah food court 24 jam yang sudah ternama. Melihat suasananya mendukung untuk istirahat dan makan malam untuk kedua kalinya. Saya bersama my brother akhirnya memutuskan untuk menginap di tempat makan ini. Jika mengingatnya, saya selalu tertawa karena untuk kedua kalinya saya menginap di sebuah food court ternama yang sebelumnya pernah saya lakukan di Kota Yogyakarta.

Hitung-hitung penghematan untuk menekan biaya perjalanan kami yang super duper terbatas. Bermodal dengan membeli beberapa paket menu makanan dan minumannya saja, kami berdua bisa bebas bermalam disini sampai pagi. Teman-teman yang berminat, silahkan mencoba gaya perjalanan kami, he..he..he..


Keasyikan ngorok di tempat makan, gak terasa sudah pagi saja. Kami berdua segera berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu ke daerah Pantai Kuta. Sebelum ke Pantai Kuta, saya menyempatkan mampir sejenak di daerah Legian. Kesampaian sudah saya dapat mengunjungi monumen sejarah yang paling memilukan dan selalu berbekas di hati masyarakat Bali dan dunia. Kejadian yang terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 bertepat di Jalan Legian Bali ini telah menewaskan hampir 200 nyawa dan sekitar 200 korban mengalami luka-luka. Seluruh dunia berduka saat itu.




Sampailah kami di Pantai Kuta. Banyak yang berubah dari tempat ini, yang dulunya masih gak terlalu ramai, namun sekarang di sekitaran Pantai Kuta ada sebuah mall yang terletak di pinggir pantai. Wah, tambah keren saja Bali sekarang. Maklum saya terakhir kesini saat saya masih berumur lima tahun, cukup lama juga. 


Setelah puas menikmati pagi hari di Pantai Kuta, kami berdua segera melanjutkan perjalanan menuju ke target kami sebenarnya datang ke Bali. Hutan Mangrove Bali yang terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai. Hanya lima belas menit dari Pantai Kuta menggunakan motor, kami sudah sampai di tempat ini. Hutan Mangrove yang selalu menggoda kami rela datang jauh-jauh dari Pulau Lombok. 


Menjelang siang hari, kami melanjutkan ke tempat berikutnya yang menjadi target kedua kami datang ke Bali. Garuda Wisnu Kencana atau lebih dikenal dengan sebutan GWK. Banyak sekali yang dapat kami lihat disini, antara lain melihat patung raksasa sesosok kepala Garuda dan patung raksasa berwujud manusia yang bernama Wisnu. Selain mengelilingi GWK Park ini, kami juga menonton salah satu pertunjukkan seni tari di GWK Teater. Pokoknya seru dan GWK merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi. Maklum, di Bali kami cuma sehari dan sorenya harus balik lagi ke Pulau Lombok.



Walaupun cuma touring sehari saja di Bali, kami gak menyia-nyiakan waktu yang ada. Mungkin sedikit gila apa yang kami lakukan. Berangkat dari Pulau Lombok sore sebelumnya kemudian sampai Balinya tengah malam, lanjut nongkrong di salah satu foodcourt sekalian numpang tidur disana. Waktu tidur yang kurang, paginya dilanjutkan touring ke beberapa tempat antara lain Pantai Kuta, Monumen Bom Bali di Jalan Legian, Hutan Mangrove Bali, GWK dan membeli oleh-oleh di Pasar Sukowati. Waktu sudah menjelang senja, setelah mendapat tiket kapal, kami segera memasuki kapal. Good Bye Bali, sampai bertemu di lain waktu. 

Catatan Perjalanan :
 - Berangkat dari rumah sekitar pukul 16.00 WITA
 - Sampai di Pelabuhan Lembar sekitar pukul 17.30 WITA ( tiket kapal untuk motor Rp.121.000,- )
 - Sampai di Pelabuhan Padangbai - Karangasem, Bali sekitar pukul 22.30 WITA
 - Sampai di Kota Denpasar pukul 23.45 WITA
 - Ke Pantai Kuta pukul 05.40 WITA
 - Menuju Hutang Mangrove pukul 08.00 - 11.00 WITA ( tiket masuk Rp.5.000,- per orang )
 - Menuju GWK pukul 11.30 - 14.30 WITA ( tiket masuk Rp.60.000,- per orang )
 - Pulang ke Pulau Lombok pukul 15.30 WITA
 - Masuk Jalan Tol Mandara untuk motor Rp. 4.500,-

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday 15 December 2015

Mencari Ketenangan : Pantai Mawun


Tempat terakhir yang kami explore pada hari itu adalah Pantai Mawun. Pantai yang terletak di antara Pantai Kuta Mandalika dengan Pantai Selong Belanak ini memiliki sejuta keindahan yang bisa menandingi keindahan pantai-pantai lainnya yang berada di wilayah Lombok Tengah. 



Kurang lebih lima belas menit dari Pantai Selong Belanak untuk sampai di Pantai Mawun. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang gak kalah indahnya, jalan yang beraspal mulus dikelilingi oleh perbukitan khas alam Pulau Lombok. Di beberapa titik kami berjumpa dengan pembangunan beberapa area penginapan. Saat ini di Pulau Lombok banyak sekali pembangunan penginapan, salah satunya di daerah Lombok Tengah.



Ada satu tempat yang menurut saya paling kece, perbukitan yang bisa melihat Pantai Mawun dari kejauhan. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan yang sayang sekali untuk dilewatkan. Tempat terbaik untuk melihat Pantai Mawun dari kejauhan, disinilah tempatnya.




Pantai Mawun saat itu sangat tenang. Warna laut sama dengan warna langit. Saat matahari bersinar terang dan langit membiru tanpa kehadiran awan putih yang menyelimutinya, saat itulah saya merasa mendapatkan ketenangan yang luar biasa dan Pantai Mawun menunjukkan kecantikannya.




Kami bersyukur cuaca berpihak kepada kami, sehingga kami dapat menikmati beberapa tempat dengan perasaan puas, salah satunya di Pantai Mawun. Terimakasi buat para sahabat yang sudah dalam kondisi capek, tapi masih memiliki semangat untuk menuntaskan perjalanan satu hari mengelilingi pantai-pantai di wilayah Lombok Tengah. Goa Kotak, Batu Payung, Pantai Selong Belanak dan Pantai Mawun, Thanks to all buat keramahannya. Next time, kami akan kemari lagi dengan membawa orang-orang tersayang untuk bersama-sama menikmati keindahan alam Pulau Lombok. 

Gimana, Pulau Lombok keren bukan ? Bentar lagi waktu liburan Natal dan Tahun Baru anda akan tiba. Jika ke Pulau Lombok, jangan lupa mampir di Pantai Mawun dan pantai-pantai di sekitarnya. 

Selamat Mengexplore Pulau Lombok !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com 

Tuesday 8 December 2015

Selong Belanak : My Favourite Beach


Dari sekian banyak pantai-pantai yang sudah saya explore di Pulau Lombok. Ada salah satu pantai yang menjadi favorit saya. Banyak hal yang membuat langsung jatuh cinta dengan pantai ini. Sejak pertama kali kesini sekitar awal tahun 2014 yang lalu, pantai ini yang terindah dari pantai-pantai yang lain. Selong Belanak selalu memberikan potret terbaik di dalam hati saya.


Walaupun jarak yang lumayan jauh dari Kota Mataram yaitu sekitar dua jam perjalanan menggunakan motor, gak menurunkan semangat saya untuk segera sampai di Selong Belanak. Gak hanya wisatawan lokal saja, tetapi dari mancanegara pun ramai sekali yang datang. Bisa dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang hari itu untuk menikmati alam pantai di musim panas ini. Deretan warung-warung serta tempat untuk berjemur untuk para pengunjung, melengkapi fasilitas dari Selong Belanak.




Banyak hal yang dilakukan di pantai ini, antara lain bermain pasir seperti yang dilakukan para orang tua dengan anak-anaknya, berenang, snorkeling, bersantai-santai dan yang paling penting yaitu mengambil foto. Ombaknya pun gak terlalu besar dengan kondisi pantai yang gak landai, sehingga sangat aman untuk berenang atau sekedar bermain air. Pasir putih yang sangat halus serta terik matahari yang menyengat melengkapi hari-hari saya bersama Pantai Selong Belanak.



Gradasi warna laut yang didukung dengan cuaca cerah berawan. Ada satu hal yang saya suka dengan pantai ini, deretan perbukitan yang berada di sebelah barat pantai. Bila musim hujan tiba, deretan perbukitan berwarna hijau tua. Saya menyebutnya dengan sebutan Raja Ampat miliknya Pulau Lombok. Bila musim panas sekarang perbukitannya berwarna cokelat ala Indonesia bagian timur.


Bule saja sudah pernah kesini, masak teman-teman yang rumahnya sekitaran Pulau Lombok atau dekat sama pantai ini belum pernah ke Selong Belanak ?, sayang sekali jika belum pernah. Sempat saat itu menyapa salah satu bule asal Australia yang sudah seminggu berlibur di Pulau Lombok. Berhubung saya gak terlalu mahir berbicara Inggris, jadinya cuma bicara ala kadarnya dan selebihnya menggunakan bahasa isyarat. Hasilnya saya bersama sahabat saya Si Ocha bisa merayu si Mr.bule untuk berfoto bersama. Pantai ketiga yang kami explore pada hari itu setelah Goa Kotak dan Batu Payung. 

Catatan :
- Rute yang dapat ditempuh : Kota Mataram - By Pass Bandara Internasional Lombok - Penujak - belok ke kanan jalan samping Masjid Penujak - Pantai Selong Belanak.
Rute : Kota Mataram - By Pass Bandara Internasional Lombok - Penujak - Bandara Internasional Lombok - Desa Sade - Pantai Kuta Mandalika ( belok ke kanan arah menuju Pantai Mawun ) - Pantai Ariguling - Pantai Mawun - Pantai Mawi - Pantai Selong Belanak.
- Tiket Masuk Rp.10.000,- per motor

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Grand Canyon Lombok Island : Batu Payung


Berawal request dari temen lama yang ada di jauh sana. Malam sebelum saya tulis cerita ini, bbm dia masuk yang isinya memberitahukan bahwa dia mau ke Lombok. Dia penasaran sama yang namanya Batu Payung. Dia bilang kalau Batu Payung seperti Grand Canyon di Amerika sana. Tambahannya, dia menyuruh saya menulis lengkap dengan foto-foto keren ala fotografer profesional. Saya bukan fotografer tetapi tukang ngebolang dengan bawa kamera dslr kesayangan, malah curhat. Yaudah, saya mulai ceritanya saja. Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya ngetrip kesana.


Sebenarnya ini cerita lanjutan dari perjalanan ke Goa Kotak ( baca post Goa Kotak ). Setelah dari Goa Kotak, saya melanjutkan perjalanan menuju Batu Payung. Bisa dibilang Batu Payung ini sebuah tanjung yang di ujungnya berdiri sebuah batu raksasa yang bentuknya bila dilihat dari segala sudut berbeda-beda dan unik. Batu yang bentuknya mirip seperti payung, sehingga diberi nama Batu Payung karena selain bentuknya yang kece, batu ini juga bisa untuk dijadikan berteduh dari panasnya sinar matahari. 



Batu Payung terletak di sebelah timur Pantai Tanjung Aan. Ada dua alternatif jalur menuju tempat ini Bisa dengan menyewa perahu dari Tanjung Aan dengan mengeluarkan sejumlah uang per perahunya, sedangkan bila kita mau capek sedikit, bisa melewati Pantai Batu Payung yang berada di sebelah timur Tanjung Aan dengan berjalan kaki sejauh lima ratus meter.



Kami memilih berjalan kaki karena lebih sehat dan efektif. Setelah memarkirkan kendaraan di tempat yang telah disediakan, kami melanjutkan perjalanan melalui pinggiran perbukitan yang sangat eksotis menurut saya. Benar-benar seperti di Grand Canyon Amerika yang sangat indah dengan aliran sungai . Sedangkan di Batu Payung, bukan aliran sungai melainkan lautan sejauh mata memandang. 



Lumayan juga berjalan kaki, capeknya itu bukan karena jauhnya tetapi karena panas sinar matahari yang sangat terik. Cuaca sangat cerah tanpa ada awan, jadinya bisa dibayangkan panasnya saat sudah siang hari. Untungnya, saat itu air laut lagi surut, sehingga kami bisa melewati pinggiran pantai menuju Batu Payung yang terletak di balik balik bukit bebatuan.

Capek kami terbayarkan setelah sampai di tempat tujuan. Jujur, saya sudah beberapa kali kesini, tapi kali ini moment yang terbaik menurut saya. Cuaca cerah, panas, dan yang paling buat saya bahagia adalah masih sepi dari pengunjung. Entah kenapa saat itu masih sepi padahal sudah siang hari ?. Mungkin panasnya yang buat orang-orang pada enggan kesini. Keuntungan buat kami kalo gitu, he...he..he..


Disisi sebelah selatan dari Batu Payung, ada sebuah gili yang masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Gili Anakanjang. Saya sempat berpikir ini gili sepertinya bisa diseberangi, tapi saya lihat belum pernah ada orang yang kesana. Entah kenapa, padahal lumayan deket. Apa mungkin karena ombak di sekitar gili lumayan besar sepanjang hari, sehingga orang enggan kesana. Saya yakin suatu saat nanti pasti ada yang mengexplore Gili Anakanjang. 




Dari sisi manapun dilihat, batu raksasa ini sangat indah dan kece. Perlu diketahui, banyak fotografer profesional dari berbagai daerah bahkan dunia yang datang kesini untuk mengambil foto terbaik. Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah iklan rokok di televisi yang pertama kali memperkenalkan tempat ini sehingga terkenal sampai sekarang. Saya berterima kasih kepada yang telah mempopulerkan tempat ini sehingga menjadi salah satu destinasi terbaik yang dimiliki Pulau Lombok. Buat pemerintah setempat, saya rasa harus selalu memperhatikan destinasi ini dan juga destinasi sekitarnya agar selalu terjaga kebersihan dan keamanannya. 

Gimana, bila masih penasaran silahkan datang langsung ke Batu Payung ? Dijamin betah dan gak mau pulang. 

Catatan :
 - Rute menuju Batu Payung : Kota Mataram - Bandara Internasional Lombok - Desa Sade - Pantai Kuta Mandalika - Tanjung Aan - Pantai Batu Payung.
 - Biaya masuk Rp.10.000 per motor ( tiket parkir sekaligus tiket masuk )
 - Dianjurkan membawa air minum
 - Tidak dianjurkan mandi di sekitar Batu Payung karena ombaknya yang besar dan hampir seluruhnya adalah batu karang, jadi berbahaya.
 - Paling pas datang kesini saat siang hari sampai sunset tiba.
 - Bagi yang ingin menggunakan perahu dari Tanjung Aan untuk ke Batu Payung bisa mengeluarkan biaya sebesar Rp.250.000 per perahu ( pulang pergi )... catatan : bisa ditawar

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

google.com