Saturday 29 December 2018

Bermain Lumpur di Ecowisata Mangrove Jerangkang Kemanuk, Sekotong


Helloo para pembaca setia Lazwardy Journal !

Sudah ada agenda mau trip kemana di penutup tahun ini ?. Pasti sudah banyak agenda, tapi bingung mau kemana. Nah, mumpung yang lagi ada di Lombok, ada tempat bagus yang saya rekomendasikan buat kalian penyuka traveling dan tantangan. Apa itu ?, sabar guys hehehe.

Kembali lagi kita membahas tentang hastag #SekotongMendunia. Di tulisan sebelumnya, saya sudah bercerita tentang Pantai Sangap yang berada di Dusun Kembong, Desa Buwun Mas, Sekotong. Gak jauh dari Pantai Sangap, ada sebuah destinasi kece yang baru seminggu dibuka untuk umum. Destinasi ini bukan sembarang destinasi. Mungkin belum terkenal seperti Buwun Mas Hill dengan foto-foto sudah berjamur di media sosial. Tapi bagi saya ini destinasi gak sembarang orang bisa suka. Kenapa bisa begitu ?. Hanya orang yang punya jiwa traveler's sejati yang suka sama tempat ini. 

Berani ke destinasi ini, berarti harus berani kotor-kotoran. Tempat yang dikelola oleh penduduk setempat dengan fasilitas yang seadanya ini mampu membuat saya tertarik datang kesini. Saya tertarik dengan cerita teman-teman penduduk sini yang mengatakan ada hutan mangrove tertua di Pulau Lombok. Tumbuhan bakaunya tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. Wooww... kece nih kalau bisa explore langsung. Gimana keseruannya ?, lanjut baca sampai selesai !. 




Hari Minggu, 23 Desember 2018

Cuaca di Pulau Lombok saat itu sedang mendung. Saya dan doi sudah pengen banget touring ke Buwun Mas Hill pagi itu. Kebetulan juga lagi long weekend, jadi gak mau buang kesempatan buat explore alam Buwun Mas. Segala keperluan sudah kami siapkan malam sebelumnya. Berangkat jam sembilan pagi menuju Desa Buwun Mas. Di tengah perjalanan sempat bertemu dengan gerimis kecil tapi gak terlalu berarti. Ngegas terus melewati jalan mulus dari Kota Mataram menuju Desa Buwun Mas. Perjalanan dari Kota Mataram menuju Desa Buwun Mas, memakan waktu satu jam setengah dengan kecepatan normal. Penjelasan rute secara detailnya ada di tulisan saya sebelumnya.


Sejauh itu perjalanan lancar dan kami berdua langsung menuju salah satu rumah sahabat yang kebetulan asli orang Desa Buwun Mas. Namanya Bang Jack, bapak satu anak ini terkenal ramah dan masternya blogger dan fotografi. Kami sama-sama dari Genpi Lombok Sumbawa juga. Selain Bang Jack, kami juga mampir di rumah salah satu orang terkenal di Buwun Mas, kami memanggilnya Kak Tuan. Mereka berdualah yang memperkenalkan kami tentang tempat ini, sebut saja Ecowisata Mangrove Jerangkang Kemanuk atau Hutan Mangrove Jerangkang. Jerangkang Kemanuk sendiri adalah nama sebuah dusun. Jadi penduduk setempat menyebutnya dengan nama Hutan Mangrove Jerangkang Kemanuk. 

Lokasi hutan mangrove ini gak terlalu jauh dengan Pantai Sangap. Terletak di Dusun Jerangkang Kemanuk, Desa Buwun Mas. Hanya saja dari pertigaan Teluk Sepi dari arah Dusun Lemer, kita lurus saja menuju arah Pantai Nambung. Sekitar satu kilometer, di kanan jalan ada papan petunjuk yang bertuliskan "Ecowisata Mangrove Jerangkang Kemanuk, Buwun Mas". Banyak para pemuda desa yang berdiri dan menawarkan kepada siapa saja pengendara yang lewat untuk mampir di destinasi kebanggaan mereka. Berhubung tempatnya baru seminggu dibuka untuk umum, jadi antusias para pemuda desa masih hangat-hangatnya. Semoga gak cepat bosan yaak !. Harus selalu semangat untuk mempromosikan destinasi kece yang kita miliki. 

Di seberang papan petunjuk sekaligus pintu masuk, kami memarkirkan kendaraan di sebuah halaman rumah penduduk setempat. Lahan parkir ini memang sudah disiapkan penduduk dan pengelola setempat. Bisa dibilang kendaraan kami semuanya aman karena para pemuda desa yang menjaganya. Bang Jack dan Kak Tuan selalu menemani sekaligus menjadi tour guide kami semua. Dari beliau berdua informasi mengenai asal muasal Hutan Mangrove Jerangkang Kemanuk ini dibuka untuk umum hingga sampai dikenal. 









Dari pintu masuk, kami harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak perkebunan. Kiri kanan pemandangannya kece abis. Kita bisa melihat perbukitan hijau Desa Buwun Mas. Gak jauh dari pintu masuk, kami sudah sampai di hutan mangrovenya. Dibandingkan penjelajahan saya di beberapa hutan mangrove sebelumnya, di Hutan Mangrove Jerangkang ini ada yang berbeda dan menarik buat saya. Tumbuhan bakau disini sudah berumur tua dan dikatakan tertua di Pulau Lombok. Benar apa gak masih harus dibuktikan kedepannya. 

Menurut informasi dari Bang Jack dan Kak Tuan, sudah ada beberapa penelitian dari luar yang mengatakan tumbuhan bakau disini sudah berumur tua dan tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. Sebuah kebahagiaan saya pribadi bisa datang langsung melihat hutan mangrove tertua di Pulau Lombok. Dari penampakannya masih sangat alami. Belum banyak juga pengunjung yang tau tempat sekece ini. Untuk ambil foto-foto kece non mainstream sangat cocok disini. 

Tapi sayang, waktu kami kesana air mangrovenya sedang surut. Jadi mau gak mau, kami harus berani kotor demi mendapatkan foto yang kece. Kami harus menyapa lumpur dengan tumbuhan bakau di sekitar kami. Belum ada fasilitas yang dibangun seperti jalan setapak mirip jembatan kayu. Kedepannya, saya harap warga desa setempat harus membangun fasilitas yang mendukung kemajuan dari destinasi wisata ini. Sayang sekali tempat bagus, tapi kurang didukung dengan fasilitas yang memadai. 

Kembali ke bermain dengan lumpur khas Hutan Mangrove Jerangkang. Disini kita diijinkan untuk menaiki dua perahu kayu untuk berkeliling di sungai hutan mangrove. Kebetulan sedang surut dan kedalaman air gak terlalu dalam, kami harus menuju perahu dengan berjalan kaki tanpa sendal dan sepatu. Rela bertelanjang kaki demi mengamankan sepatu yang kami pakai. Lumpur hutan bakau ini sangat lembut dan lengket, jadi disarankan untuk selalu berhati-hati. 

Seru meskipun menjengkelkan ketika kaki kami masuk ke dalam lumpur. Apalagi cerita saat itu, saya bareng si doi mengalami insiden yang gak mengenakkan yaitu perahu yang kami berdua naiki terbalik dan membuat pakaian yang kami gunakan basah semua. Benar-benar totalitas dalam bermain air dan lumpur nih,hehehe. 




Gak bisa dipungkuri, Ecowisata Mangrove Jerangkang Kemanuk ini memang keren untuk mengambil foto dan video. Melihat teman-teman lainnya yang sangat semangat untuk mengambil foto dan membuat video. Saya bareng si doi juga gak mau kalah. Kami berdua menyempatkan membuat foto prewed ala-ala kami berdua. Hanya modal kamera go pro, kami pun mendapatkan foto kece,hehehe. Kamera dimana-mana dan kami sangat puas datang kesini tanpa banyak pengunjung seperi Buwun Mas Hill yang sampai tulisan ini selesai, masih macet oleh ribuan pengunjung yang datang melihat keindahan dari perbukitan kebanggaan Desa Buwun Mas. 

Destinasi Desa Buwun Mas gak hanya Buwun Mas Hill saja. Masih banyak destinasi-destinasi kece yang belum kalian tau. Contoh saja seperti Pantai Sangap yang sudah saya tulis sebelumnya. Belum lagi Ecowisata Mangrove Jerangkang Kemanuk yang diprediksi akan ngehits seperti Buwun Mas Hill. Selain itu masih banyak nama-nama yang belum saya pribadi explore. Next time, harus datang lagi ke Desa Buwun Mas di tempat yang baru dengan cerita gak kalah kece pastinya. 

Soal keamanan, dijamin sudah aman dan warga desa sangat ramah kepada pengunjung. Tapi tetap selalu hati-hati di dalam perjalanan. Tanpa kita semua, siapa lagi yang akan menjaga destinasi-destinasi kece yang membuat kita selalu bangga. Bangga melihat banyak pengunjung yang datang ke tempat kita. Begitu juga para pengunjung, sangat nyaman dan aman berada di tempat kita. Dari sekarang, kita harus sadar betapa pentingnya menjaga alam ini biar yang menciptakan alam dan isinya ini gak murka kepada kita. Apalagi disaat-saat seperti ini, bencana alam selalu meneror kita, terutama Pulau Lombok. Dimana beberapa bulan yang lalu kita diguncangkan oleh gempa yang sangat dahsyat. Saatnya Lombok bangkit dari keterpurukan. Semangat terus buat kita semua. Semangat juga buat saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam di tempat lain juga. 

#SekotongMendunia #LembarMenggoda

Catatan :
- Lokasi : Dusun Jerangkang Kemanuk, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong.
- Sinyal hp sedikit susah disini.
- Tiket Masuk untuk sementara bayar parkir 5ribu sudah termasuk tiket masuk.
- Bawa pakaian ganti.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday 25 December 2018

Sekotong Mendunia : Explore Pantai Sangap, Lombok Barat


Disaat banyak orang berbondong-bondong ke Buwun Mass Hill untuk mendapatkan foto kece,  disaat itu pula saya bareng si doi menemukan destinasi baru, gak jauh dari bukit padang ilalang yang saat ini sedang naik daun.

Bagi kalian yang sering buka instagram dan facebook, kemudian melihat hastag #sekotongmendunia, itulah hastag yang mampu membuat siapa saja yang melihat, ingin cepat-cepat menuju ke Desa Buwun Mas,  Kecamatan Sekotong.

Berawal melihat foto-foto dari teman traveler's yang berasal dari Desa Buwun Mas "Bang Jack". Sebuah perbukitan yang diberi nama Buwun Mas Hill. Tapi banyak perdebatan yang mengatakan bukit ini namanya Lemer Hill karena berada di Dusun Lemer. Ada juga yang mengatakan namanya inilah, itulah. Tapi kami semua sepakat, nama yang cocok digunakan yaitu Buwun Mas Hill.

Memakan waktu satu jam perjalanan dari Kota Mataram. Melewati jalur Mataram - Lembar, kemudian sesampainya di pertigaan pelabuhan lembar, belok ke kiri mengarah ke Sekotong. Sesampainya di pertigaan Sekotong, belok ke kiri menuju arah Desa Buwun Mas atau orang menyebutnya Teluk Sepi.

Kalau ditanya transportasi umum apa yang bisa digunakan?. Belum ada transportasi umum semacam bus atau angkutan umum yang menuju Buwun Mas dari Mataram. Kita hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan.








Tadi saya mengatakan, ada destinasi baru gak jauh dari Buwun Mas Hill, sebut saja namanya Sangap Beach. Lokasinya tepat di bawah Buwun Mas Hill. Gak ada rencana mau ke pantai ini. Hanya saja sesampainya di Dusun Lemer, Buwun Mas, kami bertemu dengan salah seorang teman yang berperan penting memperkenalkan Buwun Mas Hill sampai bener-bener naik daun sampai sekarang. Beliau menjelaskan beberapa destinasi wisata yang gak kalah menarik dengan Buwun Mas Hill. Akhirnya kami berdua tertarik untuk datang ke tempat yang dimaksud.

Gak hanya kami berdua saja, banyak teman-teman lainnya yang ingin menuju tempat yang dimaksud. Setelah kami semua ngumpul di rumah Bang Jack dari Genpi Lombok Sumbawa, beliau yang disapa dengan panggilan Kake Tuan atau Mamiq Kake, memberikan aba-aba untuk segera meluncur ke lokasi. Cuaca saat itu gak terlalu cerah dan sedikit mendung. Meskipun diprediksi akan hujan, tapi semangat kami untuk mengexplore alam Buwun Mas gak pernah surut.

Dari pintu masuk Buwun Mas Hill, kita melanjutkan perjalanan menuju selatan. Kondisi jalannya pun sudah mulus. Sesampainya di pertigaan Teluk Sepi, kami belok ke kanan mengarah ke Belongas dan Mekaki. Sekitar satu kilometer dari pertigaan, di kiri jalan kita memasuki kawasan Sangap Beach.







Welcome to Sangap Beach !!!

Pantainya keren habis. Kami disambut oleh seorang bapak-bapak penjaga parkiran sekaligus yang memiliki kebun kelapa di pantai ini. Warga desa sangat ramah sekali kepada pengunjung. Berbanding terbalik dengan keramahan warga di kota meskipun kami termasuk warga kota juga.

Berbicara tentang Pantai Sangap, gak perlu diragukan lagi keindahannya. Perlu kalian ketahui, deretan pantai-pantai yang berada di Lombok bagian selatan itu kece-kece semua. Salah satunya Pantai Sangap yang berada di Dusun Kembong, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.

"Apa sih arti Sangap?". Pertanyaan saya kepada kake tuan saat berada di pantai. Beliau menjelaskan arti kata Sangap. Sangap berarti kemungkinan. Konon di pantai ini ada sebuah cerita dari mulut ke mulut dimana seorang permaisuri menunggu kekasih pujaan hatinya datang. Sang permaisuri dengan setia menunggu sang pujaan hati disini. Kemungkinan sang pujaan hati akan datang kepadanya. Oleh sebab itu gak jauh dari Pantai Sangap, terdapat sebuah tanjung bernama Tanjung Menangis. Tangisan permaisuri menunggu pujaan hati karena sangat rindu kepada pujaan hatinya. Begitu cerita dongengnya para pembaca setia Lazwardy Journal. Ngerti gak cerita dongengnya ?. Sorry saya juga belum terlalu ngerti,hehehe.







Bentuk pantai disini berupa teluk dan memiliki deretan tanaman mangrove yang kece, meskipun tumbuhan mangrove hanya tumbuh beberapa buah saja. Bila air laut sedang surut, kita bisa berjalan di pinggiran tumbuhan mangrove hingga ke tengah teluk. Apalagi pasir putihnya yang lembut, membuat kami semua sangat betah disini. Air laut yang tenang dan gak ada ombak sama sekali. Benar-benar tempat yang nyaman buat menenangkan diri.

Jika sedikit menoleh ke arah timur, kita bisa melihat bendera merah putih yang menancap di sebuah bebatuan pantai. Menurut informasi dari warga desa, ada sebuah kubangan air berukuran kecil tepat di bawah tiang bendera yang terlihat bila air laut sedang surut. Uniknya, air yang tergenang di kubangan tersebut berasa tawar atau payau. Warga desa menyebutnya dengan sebutan aiq tawah artinya air payau. Biasanya kita menemukan air payau di muara sungai, tapi di pantai ini kita bisa menemukannya. Yang penasaran dan pengen minum air payaunya, ayook datang ke Sangap Beach, hehehe.




Pantai ini sangat cocok sekali untuk prewed karena landscapenya kece abis. Entah kebetulan atau direncanakan sama teman-teman, saya bareng si doi akhirnya foto prewed ala-ala kami berdua disini. Gak seperti prewed yang membutuhkan segala macam perlengkapan, tapi prewed versi kami yang natural dan apa adanya biar lebih berkesan. 

Hanya bermodalkan properti yang biasanya kami bawa setiap ngetrip, ternyata hasil jepretannya sangat bagus. Kain tenun khas Lombok itu saja, kami diberikan pinjaman oleh teman kami yang baik hati. Thanks buat teman-teman yang bersedia membantu,hehehe. 

Overall, saya suka dengan Sangap Beach. Pantainya tenang, gak terlalu ramai, bersih dan landscapenya yang kece. Berlibur bersama keluarga, sahabat dan gebetan ke Sangap Beach adalah pilihan yang tepat. Hanya membutuhkan waktu satu jam saja, kita sudah sampai di Sangap Beach. Apalagi wilayah Sekotong sekarang sudah semakin berkembang kemajuan wisatanya. Ayooo...kita dukung selalu #sekotongmendunia agar wisata Lombok semakin dikenal di Indonesia bahkan sampai di dunia.

Satu hal lagi, Ayoo kita bersama-sama menjaga tempat-tempat kece di Pulau Lombok. Jangan merusak dan selalu menjaga keamanan biar teman-teman kita yang ingin datang berlibur ke Pulau Lombok merasa tenang dan nyaman tanpa ada gangguan. 

Selamat Berlibur !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Monday 24 December 2018

Mengenal Desa Ende Lebih Dekat : Lombok Tengah


Pas banget saya menulis cerita menjelang libur panjang di akhir tahun, apalagi musim liburan anak sekolah telah tiba. Liburan identik dengan jalan-jalan, bersantai dengan keluarga atau sahabat tercinta. Open trip pun selalu menggoda kita untuk cepat-cepat daftar biar gak kehabisan tiket. Ngomong-ngomong tempat liburan, Pulau Lombok menjadi tujuan yang tepat untuk menghabiskan liburan akhir tahun kalian. Nah..di tulisan kali ini, saya ingin bercerita tentang jalan-jalan saya mengexplore salah satu desa wisata di Lombok bersama teman-teman Genpi Lombok Sumbawa, tepatnya di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. 

Pulau Lombok gak hanya terkenal dengan keindahan pantai dan gilinya saja. Pulau yang memiliki julukan "Pulau Seribu Masjid" ini juga memiliki desa-desa wisata yang wajib dikunjungi. Tradisi secara turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang ke anak cucu yang sampai saat ini masih kita jumpai di beberapa tempat. Sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi perkembangan pariwisata di Pulau Lombok. 

Untuk melihat secara langsung beberapa tempat yang masih menjaga tradisi leluhurnya, kita bisa mengunjungi beberapa desa wisata yang tersebar di beberapa tempat di Pulau Lombok. Desa Limbungan dan Desa Sembalun berada di Lombok Timur. Desa Bayan dan Desa Akar-Akar di Lombok Utara. Desa Sade dan Desa Ende ada di Lombok Tengah. Seperti desa-desa wisata lainnya yang pernah saya tulis di blog ini, kali ini saya tertarik untuk mengajak para pembaca setia lazwardyjournal.com untuk sama-sama mengenal kekhasan dan keunikan dari Desa Ende. Seperti pepatah "tak kenal maka tak sayang". Seperti apa ceritanya ?. baca terus sampai ending cerita dan jangan lupa dikomentarin yaak ! (pemaksaan dikit),hehehe. 




Welcome Desa Ende ! (ngucapin huruf "e" nya sama seperti "besar").

Dua minggu yang lalu, saya bareng temen-temen Genpi Lombok Sumbawa dan Genpi Nasional mengexplore Desa Ende. Ada si doi juga ikut, berhubung dia salah satu leader dari Genpi Lombok Sumbawa juga. Explore kali ini merupakan rangkaian dari kegiatan Famtrip Genpi Lombok Sumbawa yang berlangsung selama dua hari. Sayangnya, saya gak bisa nemenin si doi trip di hari pertama karena harus menjalankan tugas negara. Dan akhirnya saya bisa nemenin dia bareng temen-temen lainnya di hari kedua saat agenda saat itu mengexplore desa-desa wisata dan diakhiri melihat sunset di Bukit Merese. Hanya saja kita fokus ke Desa Ende dulu yaak !. 

Cuaca pagi itu cukup cerah dan terik. Kami berangkat sekitar jam sembilan pagi. Kurang lebih ada dua puluh orang yang ikut. Menggunakan empat mobil dan satu motor. Dan sudah bisa ditebak siapa yang menggunakan motor?, jawabannya ya saya dan si doi. Kami gak berdua, tapi ditemani oleh Si Blue (Nmax kesayangan). Hitung-hitung sekalian touring gitu. Sudah lama juga gak touring jauh berdua (curhat pak?). 

Sebelum sampai di Desa Ende, kami rombongan sempat mampir di beberapa desa wisata lainnya, sebut saja Desa Sukarare yang terkenal dengan kain tenun dan songketnya dan Desa Penujak, desa wisata baru yang merupakan desa produksi gerabah berkualitas tinggi. 

Kurang lebih satu jam perjalanan dari Kota Mataram melalui jalur By Pass Bandara ZAM (Eks.BIL). Kondisi jalan sudah mulus dan lebar, harap maklum karena sudah jalur wisata internasional. Untuk angkutan umum sendiri sudah jarang kita temukan. Menuju Desa Ende, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi atau sewa. Bisa juga menggunakan jasa ojek online. Kalau ingin hemat sedikit, kalian bisa menggunakan bus damri bandara. Di depan bandara, kalian bisa cari tumpangan seperti ojek atau kendaraan yang bersedia mengantar ke Desa Ende. Jarak dari bandara gak terlalu jauh, sekitar dua puluh menit sudah sampai.

Bagi kalian yang akan menuju Desa Sade dan Pantai Kuta Mandalika, pasti melewati desa wisata ini di sebelah kanan jalan. Terlihat papan bertuliskan "Welcome to Sasak Village Ende, Sengkol Lombok Tengah" So... Desa Ende bisa menambah daftar destinasi liburan kalian di Pulau Lombok. 






Sesampainya di Desa Ende, kami disambut oleh pemandu lokal yang akan mengantarkan berkeliling desa. Untungnya gak banyak pengunjung yang berada di lokasi, so...hanya kami saja. Berbeda dengan Desa Sade yang sudah komersil dan selalu ramai dikunjungi wisatawan, Desa Ende memiliki suasana desa yang lebih tenang dan terlihat masih alami. Melihat jejeran rumah ada Suku Sasak yang rapi dan jaraknya gak begitu berdekatan seperi rumah-rumah adat Suku Sasak yang berada di Desa Sade. 

Pemandu kami menjelaskan tentang Desa Ende secara lugas dan jelas. Desa Ende merupakan desa yang masih sangat tradisional. Tradisi disini masih dipertahankan secara turun-temurun. Dari bentuk bangunan yang beratapkan alang-alang dan sengaja dibuat miring agar bagi siapa saja yang akan memasuki rumah adat, mereka harus menunduk dengan maksud menghormati si tuan rumah. Untuk lantainya sendiri, terbuat dari tanah liat dan kotoran kerbau atau sapi dengan tujuan agar mudah dipel, gak berdebu dan sebagai pengusir nyamuk. Uniknya, meskipun dibuat dengan campuran kotoran sapi atau kerbau, lantainya gak berbau menyengat dan sangat nyaman buat kita yang berkunjung




Ada sisi lain yang menarik dari Desa Ende, kata si pemandu.  Tradisi menikah disini dengan cara kawin lari. Artinya membawa lari wanita sang pujaan hati dari rumah orang tuanya.  Bukan menculik wanita yang dicintai, terus menikah. Tapi kawin lari dalam tradisi Suku Sasak yaitu mengajak wanita sang pujaan hati ke rumah laki-laki dan setelah tiga hari kemudian, baru keluarga dari pihak laki-laki memberitahukan ke keluarga wanita kalau anak gadis wanitanya sudah dibawa ke rumah laki-laki. 

Ada nih syarat wanita yang akan dinikahi. Si wanita harus bisa menenun. Dari kemahirannya menenun, maka bisa dikatakan si wanita tersebut sudah dewasa dan siap untuk menikah. Maka dari masih kecil sudah diajarkan menenun oleh orang tua mereka. 

Dalam tradisi pernikahan Desa Ende, pernikahan dalam satu keluarga masih berlaku disini. Tapi bila menikah dengan orang di luar desa, maka dikenakan denda sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi kalau ada pemuda desa disini yang akan menikah dengan Jessica Mila, maka akan kena denda yaak, hehehe. 





Setelah berkeliling desa, kami diarahkan ke sebuah bangunan mirip seperti gazebo yang memiliki halaman yang cukup luas. Pengelola disini menyebutnya area pergelaran seni.  Kami dimanjakan dengan atraksi gendang beleq. Kalian tau kan gendang beleq itu apa?. Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional asli dari Pulau Lombok. Banyak yang menyebutnya dengan tarian tradisional juga karena dalam memainkan gendang beleq, disertai dengan sebuah tarian yang sangat menarik untuk disaksikan.

Setelah atraksi gendang beleq selesai, dilanjutkan dengan memainkan alat musik tradisional lainnya yang berupa Gengong. Kok unik namanya yaak?. Karena penasaran, saya gak melewatkan si pemandu kami dalam menjelaskan asal muasal gengong tersebut. Si Gengong sendiri merupakan alat musik tradisional yang masih bisa kita temukan di Desa Ende. Di desa wisata lainnya pun belum tentu kita melihat si gengong ini dimainkan. 

Gengong terbuat dari daun lontar yang sudah dikeringkan. Jemudian dibentuk sedemikian rupa dan ditambahkan senar agar bisa mengeluarkan suara yang khas. Cara memainkannya dengan ditiup dengan dipetik menggunakan jari tangan. Suaranya pun sangat kece dan bisa menenangkan hati. Sama seperti mendengar suaramu yang mampu membuatku tenang dan bahagia, Adeeeh (mulai dah).

Lumayan lama kami mendengarkan si gengong dimainkan. Setelah atraksi si gengong selesai, selanjutnya yang ditunggu-tunggu pun datang "Tari Peresean". Tari Peresean sendiri sudah sangat terkenal di kalangan para traveler's baik domestik maupun mancanegara bila berkunjung ke Pulau Lombok. 

Tari Peresean merupakan salah satu tari tradisional asli Pulau Lombok yang sudah Gooo International. Dalam beberapa event internasional, tarian ini sering dimainkan. Tari Peresean sendiri dimainkan oleh dua pemuda tangguh disebut Pepadu dengan membawa tameng (perisai) dan kayu rotan sebagai senjatanya (lebih jelasnya bisa lihat foto di atas). 

Sedangkan untuk memimpin jalannya pertarungan, ada tiga wasit yang disebut Pakembar. Ada Pakembar Sedi yang bertugas memilih petarung, sedangkan Pakembar Tengaq bertugas memimpin jalannya pertarungan. Adapun beberapa aturan dalam pertarungan, salah satunya Pepadu gak boleh memukul bagian bawah dan atas lawan tubuh lawan. Hanya boleh memukul bagian tengah si lawannya. 

Begitu juga dengan pakaian yang digunakan. Gak boleh menggunakan baju atau tameng tambahan. Hanya boleh memakai kain yang menutupi celana dan pengikat kepala. Badan dibiarkan dalam keadaan telanjang.

Gimana kalau si petarung terluka?. Tenang saja, si petarung diberikan sebuah minyak khusus yang dioleskan di bagian luka agar gak merasakan sakit. 

Agar lebih semangat lagi. Tarian Peresean ini diiringi oleh musik tradisional berupa gong, kecik, suling, gendang beleq dan lainnya agar suasana menjadi semangat dan menegangkan.  Kece dah pokoknya kalau kalian menyaksikan atraksi Tari Peresean.





Yang buat saya senang dalam menyaksikan atraksi Tari Peresean disini, gak hanya petarung dari kalangan pemuda tangguh saja. Tapi anak laki-laki yang masih kecil juga diberi kesempatan untuk menampilkan tarian kece ini. Melihat tingkah konyol dan lucu mereka saat menggunakan perlengkapan lengkap Tari Peresean, membuat semua penonton gak berhenti tertawa. Baik petarung maupun wasitnya, anak kecil semua. Mereka dalam bertarung, gak mau kalah dengan pemuda dewasa. Kelihaian mereka dalam bergerak mencari kelemahan sang lawan pun sangat menarik kita tonton. Keren banget. 

Kami pun diberi kesempatan untuk mencoba menjadi seorang petarung dan wasit. Tetap masih dalam pengawasan sang ahlinya dong. Ternyata Tari Peresean sendiri gak seseram yang saya bayangkan. Tari Peresean bisa dimainkan oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak kecil kecuali wanita lhoo yaaa. Kalau wanita sih namanya jambak-jambakan, hahahaa.. .I just kidding guys.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari tarian ini yaitu adanya saling toleransi antar sesama, saling menghargai dan gak ada dendam satu sama lainnya. Saya paling suka dengan tarian ini meskipun sampai sekarang belum pernah mencobanya. Next time... Perlu dicoba nih hehehe....



Saking gemasnya dengan Pepadu Cilik (petarung cilik), si doi minta difotoin sama mereka. Tanpa malu-malu mereka sangat senang difotoin sama gadis manis pujaan hati, eheeemm... 

Bagi kalian yang sudah berencana liburan ke Pulau Lombok, gak ada salahnya berkunjung ke Desa Ende, si tetangganya Desa Sade. Yang masih penasaran, apa sih bedanya Desa Sade dengan Desa Ende?  Kalian bisa datang langsung ke dua desa tersebut atau buka-buka artikel lainnya yang menjelaskan kedua desa tersebut secara detail. 

Gimana seru kan perjalanan kami ke Desa Ende?.  Saya tunggu komentar dan cerita dari teman-teman di Desa Ende.

Selamat berlibur !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra