Monday 29 July 2019

Children's Day Carnival 2019 : Aruna Senggigi Resort & Convention



Disaat libur sekolah dan kerja, berkumpul bersama di rumah adalah impian setiap keluarga. Gak hanya ngumpul berdiam diri di rumah saja, tapi banyak hal yang bisa kita lakukan mengisi waktu bersama. Jalan-jalan ke pantai, makan di lesehan favorit, arisan keluarga, atau nonton film di bioskop.

Namanya keluarga gak lepas dari namanya kebahagiaan memiliki anak-anak yang lucu. Ada juga sepasang suami-istri yang menginginkan punya anak kembar. Punya anak banyak, banyak rezeki kata orang tua jaman dulu. Tapi memang bener sih, setiap anak membawa rezeki masing-masing. Dikasi anak empat, berarti dikasi empat rezeki seorang anak yang sholeh-sholehah.  Begitu seterusnya.

Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan mengikuti acara Hari Anak Nasional tahun 2019 atau bahasa kerennya “Children's Day Carnival 2019” yang diadakan oleh Aruna Senggigi Resort & Convention, Hari Minggu tanggal 28 Juli 2019 bertempat di pinggir pantai tepat di seberang hotel.

Berawal dari undangan whatsapp di grup blogger Lombok tiga hari sebelum acara. Ada lima blogger Lombok yang terpilih mengikuti acara ini, salah satunya saya sendiri.  Asyiknya lagi, para blogger boleh membawa keluarga (suami,istri dan anak-anak) dengan alasan karena hari itu adalah hari ngumpul keluarga. Acaranya seru, sekitar 250 anak yang menjadi peserta Children's Day Carnival 2019 yang sudah mendaftar.






Hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Minggu pagi sehabis bangun tidur, saya bareng istri bersiap-siap. Setelah segala perlengkapan sudah siap, kami berdua menuju hotel. Udara pagi yang sangat sejuk dan cukup dingin.

Sesampainya di halaman parkir hotel, acara segera dimulai. Para orang tua bersama anak-anak mereka sudah  berkumpul di depan hotel. Acaranya sangat meriah dan disambut hangat oleh anak-anak dari umur 3 sampai 7 tahun.  Mereka sangat lucu dan menggemaskan. Gak sabaran rupanya mereka untuk segera mengikuti rangkaian acara sampai selesai.

Setelah diadakan tehnical meeting oleh kakak-kakak panitia, para peserta bersama orang tua diarahkan untuk menuju tanah lapang di pinggir pantai, lokasi diadakan beberapa acara dan perlombaan. Saya bareng istri juga ikut rombongan menuju lokasi acara. Satu per satu para peserta melakukan registrasi ulang. Begitu juga dengan saya bareng temen-temen blogger lainnya, ikut melakukan registrasi di panitia.

Setelah proses registrasi selesai, acarapun dibuka oleh sambutan owner Aruna Senggigi Resort & Convention.  Mbak owner memberikan sambutan yang sangat meriah. Ternyata pesertanya gak hanya dari orang lokal saja, tapi para tamu dari luar negeri juga ikut berpartisipasi.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan tarian dari kakak-kakak panitia. Anak-anak sangat senang melihat pertunjukkan tarian dansa dan mereka pun ikut berdansa lucu. Ada juga pergelaran tarian tradisional oleh dua penari yang sangat gemulai gerakannya.

Acara pembuka semakin semarak karena ada badut yang datang. Badutnya mau sulap ternyata dan anak-anak semakin senang. Saya dulu pas masih kecil, takut banget sama badut. Tapi anak-anak sekarang pemberani semua, hebat-hebat.

Bapak pesulap menyapa anak-anak dengan tingkah lakunya yang konyol. Pesulap memilih satu anak untuk berdiri di atas panggung. Si anak disuruh membawa sebuah stik kayu yang ujungnya runcing. Kemudian pesulap mengambil sebuah piring plastic untuk diputar. Setelah berputar, piring plastic tadi dipindah ke stik yang si anak bawa. Lucu sekali mimik si anak. Kegiatan selanjutnya yaitu mengikuti serangkaian perlombaan. Ada lima macam perlombaan yang dibagi di beberapa area. Ada Kids Cooking Class, Pottery Coloring, Story Telling, Fun Games, dan Ballon Castle.




Kids Cooking Class

Anak-anak disuruh mengikuti cara chef dalam membuat sandwich. Bahan sandwich sudah disiapkan panitia. Para peserta yang mengikuti lomba ini dari umur 3 sampai 7 tahun. Hampir semua peserta mengikuti perlombaan ini karena menurut saya sangat unik dan menyenangkan. Dulu jaman saya masih kecil, gak ada perlombaan semacam ini. Yang ada hanya lomba menggambar, menari,puisi dan menyanyi.  Melihat tingkah laku anak-anak yang memakai topi panjang ala-ala chef cilik semakin mereka terlihat menggemaskan. Nantinya lomba ini akan dipilih siapa yang hasil sandwichnya bagus dan baik, dial ah yang keluar jadi pemenang.

Bukan hanya para orang tua yang memberikan semangat kepada anak-anaknya biar lebih bahagia lagi. Tapi saya juga ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan adek-adek kecil yang menggemaskan. Lihat sandwichnya kok saya jadi laper yak ?. Bagi sandwichnya satu dong dek !




Pottery Coloring

Lomba ini juga sangat unik dan menyenangkan. Biasanya kita melukis di sebuah kertas gambar atau kanvas menggunakan cat warna. Tapi kali ini, para peserta diajak untuk lebih kreatif lagi melukis di pot yang berisi berbagai macam jenis kaktus. Melukisnya pakai cat warna lengkap dengan kuasnya yang sudah disiapkan oleh panitia.

Anak-anak diajak untuk lebih kreatif lagi dalam mengexpresikan apa yang ingin dilukis. Medianya pun pot tanaman yang berisi tanaman langsung. Disini nilai positif yang bisa diambil yaitu kita harus memberikan pelajaran kepada anak-anak mulai sejak mereka kecil untuk lebih mengenal alam dan merawatnya dengan baik. Kalau gak mereka sebagai penerus kita, terus siapa lagi ?.  Bumi sudah semakin tua, saatnya kita yang masih punya semangat menjaga bumi harus memupuk rasa tanggung jawab dan cinta Bumi beserta isinya. Peran orang tua sangat berpengaruh kepada anak-anaknya. Ngomong apaan sih dari tadi ?,hahahaha.

Bagi yang sudah selesai melukis di pot, kemudian bisa dikumpulkan di meja penilaian. Jangan lupa menempelkan kerta kode yang diberikan panitia saat mendaftar. Anak seneng melukis, orang tuapun merasa bangga anaknya bisa berkreasi lebih baik lagi.





Story Telling

Gak hanya mereka yang memiliki ayah dan ibu saja yang merasakan kebahagiaan di Hari Anak Nasional ini. Tapi adek-adek kita dari panti asuhan Al-Hidayah Senggigi juga ikut merasakan kebahagiaan. Aruna Senggigi Resort & Convention mengundang adek-adek yatim piatu untuk ikut bergabung dengan anak-anak lainnya.

Dari wajah mereka, saya bisa merasakan kebahagiaan meskipun mereka kurang beruntung dari yang lainnya. Tapi saya yakin, mereka memiliki semangat untuk hidup dan meraih apa yang mereka cita-citakan. Semangat terus adek-adek !. Tersenyumlah untuk dunia ini (kok jadi mewek yak?).

Di sesi Story Telling ini, panitia menyediakan lesehan untuk anak-anak duduk santai sambil mendengarkan cerita dari kakak-kakak menggunakan media boneka tangan yang sangat lucu. Bonekanya mirip sama yang baca cerita ini, hahahhaa peace.

Manfaat dari Story Telling ini antara lain dapat membantu anak-anak untuk memahami cerita lewat media gambar 2 Dimensi atau 3 Dimensi / boneka. Para orang tua juga bisa mempratekkannya di rumah saat anak-anak akan beranjak tidur. Mereka akan bermimpi dan berimajinasi lebih luas. Sangat baik untuk psikis anak-anak kita.



Fun Games

Kalau ada fun games, biasanya saya langsung semangat. Apalagi fun gamesnya diadakan di pinggir pantai. Bermain pasir, bermain air pantai, basah-basahan sambil melakukan permainan yang kita buat sendiri.

Bagi yang ingin bersanti-santai sambil menikmati Pantai Senggigi juga bisa disini. Tempatnya keren banget bagi saya. Sangat cocok untuk menghabiskan hari libur bersama keluarga, teman dan pasangan hidup pastinya.

***
Gak terasa hari sudah semakin siang, kami para blogger sudah selesai bertugas.  Setelah itu kami diajak untuk menikmati makan siang di resto yang berada di lantai satu Aruna Senggigi Resort & Convention. Kegiatan hari itu juga sudah selesai. Selamat buat adek-adek yang memenangkan lomba. Semangat juga buat adek-adek yang belum menang. Kalian sudah ikut saja, adalah kebanggaan buat diri kalian sendiri dan orang tua kalian. Tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas yaa dek !. Sayang kepada ayah ibu dan banggakan mereka berdua. Kalau bukan kalian, siapa lagi yang akan membanggakan kedua orang tua kalian.

Selamat Hari Anak Nasional 2019. Sampai bertemu di Hari Anak Nasional tahun depan. Amin

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday 26 July 2019

Dunia Fantasi Baru di Tanah Blambangan : De Djawatan Benculuk


Sudah sebulan lamanya trip saya bareng istri sekeluarga ke Banyuwangi. Banyak destinasi wisata yang sudah kami explore disana. Ternyata Banyuwangi keren ya, gak kalah dengan Pulau Bali dan Lombok bila berbicara tentang keindahan alamnya. Dari pantai, air terjun, taman nasional, gunung dan budaya, Banyuwangi punya semuanya. Kalau ditulis dalam satu cerita di blog, gak akan ada habisnya. Jadi, mengawali trip saya di Banyuwangi, saya memulai menulis tentang salah satu destinasi wisata yang bisa dibilang lagi naik daun di Banyuwangi. Sebut saja namanya De Djawatan Benculuk.

Jujur, senang banget rasanya saat menulis cerita ini. Sudah lama saya menunggu menulis tentang wisata Banyuwangi. Bisa dibilang ini tulisan pertama saya tentang destinasi wisata di Banyuwangi setelah beberapa waktu yang lalu, saya sudah menulis tentang naik kereta dari Banyuwangi ke Jember.

Tanpa panjang lebar lagi, saya akan memulai ceritanya. Oh ya, mungkin ada yang bertanya, "kapan cerita perjalanan touringnya dari Lombok ke Banyuwangi ditulis?". Tenang saja, pasti akan saya tulis lengkap di postingan khusus edisi touring ke Banyuwangi, tanah Blambangan. Gak lengkap rasanya kalau gak menulisnya. Berbagi pengalaman itu indah, Asyiiik.

***
Baru sehari saya sampai di Banyuwangi, istri dan adek-adek ngajak ngabuburit ke De Djawatan Benculuk. Saya sontak berteriak, "Ayoook !!!". "Semangat banget pak?", istri menyindir. Berhubung ke Banyuwangi kemarin dalam suasana bulan puasa, jadi waktu sangat terbatas untuk jalan-jalan. Enaknya sih keluar jalannya sore hari sambil menunggu waktu berbuka.

Yang ikut saat itu si doi (istri), adek-adek dan bapak mertua. Saya bareng si doi pakai motor nmax, sedangkan yang lainnya pakai mobil. Seingat saya hari itu Hari Jumat. Setelah habis shalat Jumat kami bersiap-siap berangkat. Gak banyak perlengkapan yang dibawa. Hanya kamera dan assesoris foto pastinya. Jarak dari tempat kami tinggal di Rogojampi sampai tujuan sekitar setengah jam saja. Jalurnya pun gak ribet. Tinggal ngikutin jalur Banyuwangi ke Jember, sesampainya di Srono gak jauh dari pinggir jalan raya, di kanan jalan ada jalan masuk berupa gapura gitu ke De Djawatan. Lebih jelasnya, bisa lihat di google maps di akhir tulisan.



Setelah sampai di pintu gerbang, kami harus membeli tiket masuk seharga 5 ribu rupiah per orang. Meskipun bawa kendaraan, tetap yang dihitung per kepala. Kalau motor dikenakan 2 ribu saja,sedangkan mobil 5 ribu (koreksi bila salah).

Waktu menunjukkan jam dua siang. Suasana di De Djawatan sangat tenang dan asri. Suara angin di sela-sela pohon seolah-olah mengucapkan selamat datang di De Djawatan kepada kami. Pengunjung juga gak begitu banyak, hanya beberapa rombongan saja. Ada yang datang bersama keluarga, teman dan ada yang datang sendiri (jomblo). Gak keliatan yang datang bersama gebetan karena lagi puasa kali.

"Akhirnya saya sampai juga di De Djawatan !" (teriakan di dalam hati)

Sejak ngehits dengan foto-foto ratusan pohon Trembesinya di instagram, saya langsung ngomong ke si doi kalau ke Banyuwangi nanti wajib datang kesini. Dan ternyata Allah mengabulkan keinginan saya, terimakasi. Gak urus orang bilang udik sekali, baru saja kesini sudah kesenangan banget. Yang bilang gitu pasti syirik dan pengen juga datang ke De Djawatan Benculuk,hahaha.






De Djawatan terkenal dengan penampakan Pohon Trembesinya yang jumlahnya sekitar ratusan. Kerennya pohon-pohon Trembesi yang diperkirakan berumur ratusan tahun ini terpelihara dengan baik sampai saat ini. Hutan ini dari informasi yang saya baca, dikelola oleh Perum Perhutani KPH Banyuwangi yang berlokasi di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kab.Banyuwangi, Jawa Timur dimana lokasi De Djawatan berada. Makanya dinamakan juga De Djawatan Benculuk.

Pada era sebelum sembilan puluhan, hutan ini digunakan sebagai Tempat Penimbunan Kayu (TPK) hasil hutan. Disaat tahun dua ribuan, TPK Benculuk berkurang hasil kayunya yang ditaruh disini karena di wilayah selatan sudah dibuka dua TPK yaitu TPK Gaul di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo dan TPK Ringintelu, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo.

Sebelum bernama De Djawatan, TPK Benculuk ini bernama Tapel Pelas yang artinya tempat penimbunan kayu. Sejak ngehits di media sosial dan banyak orang memposting foto-foto mereka, jadi Tapel Pelas perlahan-lahan berubah sebutan menjadi De Djawatan.

Di sekitar De Djawatan dulunya juga terdapat bendungan yang digunakan untuk pembangkit listrik di daerah sekitar. Bahkan merupakan bendungan satu-satunya yang berada di kawasan Banyuwangi bagian selatan. Di sini juga terdapat sisa-sisa rel kereta api yang bisa kita temukan. Ini menandakan dulunya di Benculuk pernah menjadi pusat ekonomi.

Ada sumber lain juga yang menceritakan bahwa sekitar tahun 1970an, ada peristiwa penjarahan kayu besar-besaran sehingga stok kayu di De Djawatan berkurang. Sejak itu surutkah kejayaan De Djawatan dan lokasi tersebut gak difungsikan lagi.

Sekarang De Djawatan sudah bangkit lagi dengan para generasi muda jaman sekarang yang gak henti-hentinya memamerkan foto mereka di media sosial. Spot-spot foto banyak sekali yang kita temukan. Dari sisa gerbong kereta barang yang masih ada di sekitaran hutan. Jembatan kayu dengan sungai kecil yang mempercantik spot ini. Ada juga rumah pohon yang terbuat dari kayu. Dari atas rumah pohon, kita bisa melihat De Djawatan secara menyeluruh.





Luas dari De Djawatan sendiri sekitar empat hektare. Luas juga ternyata untuk dikelilingi dari ujung ke ujung. Cara kita menikmati hutan ini bisa dengan berjalan kaki sambil mencari spot foto. Dijamin kita gak akan merasa capek karena ratusan Pohon Trembesi melindungi kita dari teriknya sinar matahari. Mau datang pagi, siang ataupun sore, suasana di dalam De Djawatan selalu nyaman dengan udaranya yang sejuk. 

Di saat berada di tengah-tengah pohon Trembesi raksasa berumur ratusan tahun ini, saya merasa berada di dunia lain. Bukan dunia lain seperti dunia gaib yang penuh dengan makhluk halusnya gitu juga kali. Maksud saya, dunia lain disini mirip seperti film-film fantasi, contohnya di dalam film Twilight, The Lord Of The Rings, dan Tarzan. Pohon Trembesi yang memberi kesan seperti itu.

Saya sempat terhipnotis dan berkhayal berada di zamannya Tarzan. Bukan bertemu dengan Tarzannya tapi bertemu dengan Jane,hahaha (peace yank). Meskipun gak bertemu dengan Janenya Tarzan, tapi datang kesini bersama istri saja sudah senang banget. Jane punyanya Tarzan, Kiki (istri) punyanya Didit (niruin logatnya Tarzan) #BayanginSendiriSaja.

Bagi kalian yang ingin mengexplore De Djawatan semuanya, biar gak capek kalian bisa menyewa andong atau dokar seharga 10 ribu. Disini sudah ada beberapa Andong atau Dokar yang siap mengantar kita mengelilingi De Djawatan. Harganya cukup murah juga kan.



Dari pengalaman kami kemarin sih, kami diijinkan membawa masuk kendaraan ke dalam lokasi, bukan di parkiran kendaraan. Entah diijinkan atau gak, pastinya kami bisa berfoto dengan mobil mertua. Pastinya lagi, saya yang jadi tukang jepretnya pemirsa (nasib jadi tukang foto) hahahaha.

Hari sudah semakin sore. Gak terasa dua jam di De Djawatan. Berhubung kita harus buru-buru balik ke Rogojampi untuk buka puasa di rumah mbah. Sayang sekali, belum bisa mengexplore De Djawatan semuanya. Katanya, ada beberapa bangunan yang unik disini. Next time, kalau ke Banyuwangi, bisa mampir kesini lagi.

Ada yang bilang, "Kalau ke Banyuwangi tapi belum ke Kawah Ijen, Baluran dan De Djawatan. Belum ke Banyuwangi namanya".

Maaf kalau foto-foto saya di atas gak sekeren foto lain di instagram, hehehe



Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Wednesday 17 July 2019

Touring 9 Jam Keliling Sekotong, Lombok Barat


Siapa yang gak kenal Pulau Lombok. Salah satu surga dunia di Indonesia yang memiliki paket lengkap. Pantai, gili, taman bawah laut, air terjun, gunung, budaya, desa wisata, kuliner dan event. Semuanya bisa kalian temukan di Pulau Lombok. Banyak yang menyebut Pulau Lombok dengan sebutan Hawainya Indonesia. Deretan pohon kelapa di sepanjang pantai dengan gulungan ombak yang kece abis, membuat julukan itu masih terasa sampai sekarang. Kita yang tinggal di Pulau Lombok harus bangga tinggal di pulau sekece ini.

Sayangnya, di pertengahan tahun ini harga tiket pesawat ke Pulau Lombok membuat kita tepok jidat. Tadinya Surabaya - Lombok bisa terjangkau kisaran 200 ribuan, sempat tembus tiga kali lipatnya bahkan hampir di angka jutaan. Keren atau Kere nih? Bisa dibilang harga tiket pesawat masih tergolong mahal untuk saat ini.

Tapi tenang saja, kalau harga tiket pesawat masih mahal,  kita bisa memilih alternatif lainnya. Ke Pulau Lombok bisa menggunakan kapal laut dan bus, meskipun membutuhkan waktu agak lebih lama dibandingkan pesawat pastinya. Walaupun harga tiket pesawat masih mahal, saya yakin yang datang ke Pulau Lombok semakin bertambah. Amin.

Di dalam tulisan kali ini saya akan berbagi pengalaman dengan cerita saya mengelilingi bagian barat Pulau Lombok dengan motoran alias touring kecil-kecilan. Touring adalah kegiatan yang saya bareng istri sukai. Memiliki istri yang doyan jalan-jalan, membuat semangat touring saya tetap terjaga. Beberapa bulan yang lalu kami berdua berhasil mengelilingi beberapa destinasi wisata yang berada di daerah Sekotong dengan melewati jalur baru pastinya.

Mengexplore Alam Sekotong, Lombok Barat. Semakin pengen ke Pulau Lombok rasanya kalau melihat dan mendengar ada destinasi wisata baru bermunculan. Berangkat dari rumah sekitar jam sembilan pagi. Untungnya cuaca di Lombok saat itu lagi cerah berawan. Gak panas dan gak mendung, lumayan adem pokoknya.

Menggunakan motor kesayangan yaitu Si Blue, kami berdua mempersiapkan apa saja keperluan yang dibutuhkan selama perjalanan seharian nanti. Setelah kami rasa sudah siap dan gak ada ketinggalan, kami berdua langsung tancap gas. Kenapa kami memilih untuk touring ke daerah Sekotong ?. Daerah ini sedang naik daun karena salah satu destinasi wisatanya sedang ngehits yaitu Buwun Mas Hill. Sebuah perbukitan hijau dengan latar belakang laut selatan Pulau Lombok. Gak hanya itu saja, masih ada destinasi lainnya yang gak kalah cantik dan kece. Mau tau apa saja, kalau mau jangan diskip yaak !.

Melewati jalur By Pass Kota Mataram - Bandara Internasional Lombok (ZAM) dengan kondisi jalan yang lapang dan bebas macet. Untuk menuju ke Sekotong, kita menuju jalur ke Kota Gerung kemudian lanjut ke arah Pelabuhan Lembar (penyeberangan ferry Lombok - Bali). Sekitar dua ratus meter sebelum Pelabuhan, kita bertemu dengan sebuah pertigaan. Dimana kalau mengambil jalur lurus ke arah pelabuhan, sedangkan ke kiri menuju arah Sekotong.








Perjalanan semakin asyik dengan melewati perbukitan hijau dengan jalan yang berkelok-kelok. Setelah pertigaan, sekitar lima kilometer kita bertemu lagi dengan pertigaan. Kalau lurus kita menggunakan jalur Sekotong atas, sedangkan belok ke kanan kita menggunakan jalur Sekotong Bawah. Sebenarnya ini hanya pilihan saja. Bedanya, jalur Sekotong atas lebih cepat sampai tapi melewati jalur berkelok-kelok naik turun perbukitan, sedangkan jalur Sekotong bawah waktunya lebih lambat tapi bisa menikmati pemandangan Teluk Lembar dan pelabuhan. Kami menggunakan jalur Sekotong atas biar mempercepat waktu saja.

Gak butuh waktu lama, kami sudah sampai di pertigaan daerah Sekotong Barat. Kami belok ke kanan menuju arah Pantai Elak-Elak. Ya tujuan pertama kami yaitu Pantai Elak-Elak. Melewati tempat penyeberangan menuju Gili Nanggu dan Gili Kedis. Jalur pesisir pantai utara Sekotong yang indah dengan laut birunya berlatar belakang deretan gili-gili dan Puncak Gunung Agung, Pulau Bali. 

Perjalanan dari rumah sampai di Pantai Elak-Elak memakan waktu satu jam lebih. Pantai Elak-Elak berada di sebelah barat dari Gili Nanggu dan Kedis. Untuk masuk ke pantai ini agak membingungkan. Bagi kita yang sudah sering ke pantai ini gak masalah dibandingkan sama yang belum pernah sama sekali. Patokannya, setelah melewati penyeberangan Gili Nanggu dan Kedis, kemudian melewati Hotel Sundancer. Sebelum sampai di kantor perikanan, di sebelah kanan ada jalan tanah berpasir penuh dengan deretan pohon kelapa menuju pantainya. Pintu masuk dan jalurnya gak terlalu wah bila dibandingkan dengan pantainya yang kece. Pasir putih, air laut toska jernih, dan ada sebuah gili yang bila air laut sedang surut, kita bisa menyeberanginya dengan berjalan kaki.

Asyiknya, di pantai ini banyak pohon-pohon yang rindang. Jadi jangan khawatir kepanasan dan kulit gosong. Pagi itu pantai ini masih sepi pengunjung. Jadi kami berdua bisa bebas mengexplore. Melihat pasirnya yang putih dengan air laut yang tenang dan jernih kehijauan, saya tergoda untuk berenang. Sayangnya saya gak membawa pakaian ganti. So..dskip dulu saja renangnya. Bad News-nya, pantai ini sudah banyak sampah. Ini bukan Hoax atau ngada-ngada. Faktanya memang banyak sampah saat itu. Untuk teman-teman Pokdarwis disana, mungkin saran saya perlu dilakukan kegiatan bersih pantai secara rutin lagi demi menjaga keindahan pantai kita dan bebas dari namanya sampah. Kalau ada kegiatan, undang-undang yaak! Hahaha.

Setelah menikmati keindahan pantai sambil foto-foto selfie, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya yaitu Pantai Jurang Maling. Pantai ini berada di deretan pantai selatan Sekotong. Kami melanjutkan perjalanan menuju arah barat Pantai Elak-Elak. Sepanjang perjalanan kami masih dimanjakan oleh pemandangan surga dunianya Pulau Lombok.



Sebelah kiri kami yaitu perbukitan hijau, sedangkan sebelah kanan yaitu deretan gili-gili yang jumlahnya sangat banyak di daerah Sekotong ini. Ada Gili Gede, Gili Poh, Gili Asahan dan masih banyak lagi. Pantulan sinar matahari yang lumayan terik siang itu membuat air pantai sepanjang perjalanan berkilau seperti kilauan emas, Asyiik. Jalan yang kami lalui sejauh ini cukup mulus, aspalnya kualitas kelas atas broo. Kerennya lagi, hanya kami berdua yang berada di jalur ini. Hanya sesekali saja berpapasan dengan kendaraan lain dan warga sekitar. Sisanya surga dunia milik kita berdua,Asyiiik.

Gak terasa, sampai juga kami di daerah Pelangan. Posisi kami sudah semakin ujung barat Pulau Lombok. Di daerah Pelangan, kami bertemu dengan pertigaan lagi. Bila kita belok ke kanan, kita akan menuju daerah Bangko-Bangko (paling ujung barat Pulau Lombok). Sedangkan belok ke kiri, kita akan menuju salah satu pantai yang sudah terkenal sampai dunia. Siapa lagi kalau gak Pantai Mekaki. Pantai ini pernah menjadi tuan rumah event internasional yaitu Mekaki Marathon beberapa tahun belakangan ini.

Kurang lebih memakan waktu lima belas menit dari pertigaan Pelangan, kami sampai di pertigaan lagi. Apabila kita mengambil jalur lurus, kita sampai di Pantai Mekaki. Bila kita berbelok ke kiri, kita menuju jalur selatan Sekotong. Ini merupakan jalur baru yang baru selesai pengerjaannya. Jalur aspal yang berbukit-bukit dengan pemandangan yang jauh lebih indah dibandingkan jalur utara Sekotong. Bagi kalian yang penasaran dengan cerita Pantai Mekaki, bisa klik link postingan saya di bawah ini.

Cerita Pantai Mekaki --> Duet Trip ke Pantai Mekaki








Berhubung gak mampir di Pantai Mekaki, kami melanjutkan perjalanan menuju jalur selatan Sekotong. Disini jalurnya berkelok-kelok dan menanjak. Jalur ini baru selesai dikerjakan sekitar dua tahun yang lalu. Di saat lagi proyek pengerjaan, saya sempat datang kesini. Kondisinya masih sebagian jalur tanah dan berbatu. Berbeda dengan sekarang yang sudah full aspal sampai Desa Buwun Mas. Disini kondisi jalannya lebih mulus dan baik. Lebih sepi lagi broo. Buat tidur di tengah jalan juga bisa dan aman,hehehe.

Sepanjang perjalanan, kami dimanjakan oleh pemandangan perbukitan hijau dan laut lepas bagian selatan Pulau Lombok. Ternyata jalannya berada di punggung perbukitan. Meskipun angin cukup kencang, sampai motor kami oleng oleh angin, kami cukup menikmati perjalanan saat itu. Yang saya suka dari jalur ini yaitu pantai tebingnya. Pantai-pantainya mirip dengan pantai yang ada di Nusa Penida meskipun saya belum pernah ke Nusa Penida (semoga bisa kesana). Pantai bertebing dan jalan menuju pantainya cukup terjal. Semoga kedepannya pemerintah setempat bisa membuat jalur yang aman dan asyik buat pengunjung. Keren-keren lhoo pantainya.

Ada satu pantai yang menjadi perhatian saya saat itu yaitu Pantai Jurang Maling. Dari namanya serem juga ya, jurang maling. Jangan dibayangin beneran seram lhoo ya !. Meskipun dari namanya seram, tapi pantai ini kece lhoo. Untuk mencari pantainya gak susah. Pantainya berada di pinggir jalan besar antara Pantai Mekaki dengan Bukit Buwun Mas. Keindahan pantai ini bisa kita lihat dari air lautnya yang tenang berwarna biru toska, pasirnya yang putih nan lembut, banyak pohon yang membuat pantai ini cukup indah dan nyaman buat pengunjung. Mungkin di google belum ada yang bercerita tentang pantai ini karena saya belum menemukan artikel yang benar-benar membahas tentang pantai ini.

Dari cerita teman kami yang tau sejarah tentang pantai ini, pantai ini dulunya tempatnya para maling di Lombok bersembunyi. Dijadikan tempat persembunyian karena pantai ini penuh dengan semak-semak dan cocok sekali dijadikan tempat bersembunyi. Sudah rahasia umum, tempat ini dulunya rawan dengan namanya maling. Mungkin ada diantara kalian yang punya informasi berbeda, silahkan isi pendapat kalian di kolom komentar. Siapa tau bisa menjadi informasi tambahan dan bermanfaat.

Seiring berjalannya waktu, daerah Sekotong sudah semakin aman dan ramah oleh pengunjung. Buang jauh-jauh paradigma negatif seperti tadi yang banyak maling atau begalnya. Buktikan kalau Pulau Lombok itu aman dan jauh dari namanya kasus pembegalan dan maling. Mari kita sama-sama saling menjaga Pulau Lombok dari para penjahat yang ingin merusak nama Pulau Lombok di mata dunia. Gaasss.... !!!.

Gak terasa hari sudah siang menuju sore. Kami berdua menyepatkan mampir ke rumah sahabat kami di Desa Buwun Mas. Kebetulan dia bareng keluarganya ada di rumah. Sambil menyelam minum air, kami berdua diajak menuju Bukit Buwun Mas. Seneng dong rasanya. Dari rumahnya ke lokasi yang begitu jauh. Hanya memerlukan waktu setengah jam perjalanan saja. Apalagi di hari itu lagi sepi pengunjung, sayang dong dilewatkan kesempatan emas satu ini. Saya juga pernah bercerita tentang Bukit Buwun Mas. Link ceritanya bisa kalian klik di bawah ini.

Cerita Bukit Buwun Mas --> Spot Foto Tercantik Buwun Mas

Waktu sudah semakin sore, waktunya kami berdua balik ke Kota Mataram. Touring yang cukup mengasyikkan bersama pasangan hidup. Sejauh ini saya bareng istri menikmati perjalanan kami berdua saat itu. Perjalanan yang memakan waktu sembilan jam perjalanan. Berangkat dari rumah jam sembilan pagi dan sampai rumah lagi sekitar jam enam sore.

Touring pertama kami berdua setelah menikah. Ternyata lebih indah rasanya. Pas capek bawa motor ada yang pijetin dari belakang. Kalau ngantuk ada temen buat ngobrol. Laper ada yang suapin dari belakang.  Pasangan halal gitu looh.hahaha

Gak banyak yang bisa saya ceritakan di dalam perjalanan ini. Masih banyak destinasi wisata Sekotong yang gak sempat saya sebut satu-satu di dalam cerita ini. Mungkin yang pengen kepoin tulisan-tulisan saya tentang beberapa destinasi kece di Sekotong, bisa langsung cari ke daftar destinasi dan event.

Gimana menurut kalian, cukup menarik bukan keliling Sekotong seharian ?. Yang masih bilang ke Pulau Lombok itu mahal, masih banyak alternatif lainnya yang murah buat ke Pulau Lombok kok. Di kesempatan lainnya, saya akan bahas tentang tips dan trik murah ke Pulau Lombok edisi terbaru. Ditunggu saja yaa !.



Jalur Kota Mataram - Pantai Mekaki


Jalur Pantai Mekaki - Bukit Buwun Mas


Jalur Bukit Buwun Mas- Pelabuhan Lembar

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday 12 July 2019

Destinasi Wisata Baru di Pulau Lombok : Seruni Mumbul


Pulau Lombok  gak hanya dikenal dengan deretan pantainya yang indah, air terjunnya yang cantik dan Gunung Rinjaninya yang megah. Disisi lain, Pulau Lombok juga memiliki destinasi wisata yang kekinian alias destinasi jaman now yang sedang ngehits di dunia instagram. Jumlahnya juga sudah semakin menjamur. Sebagai contoh Pasar Pancingan yang berada di Desa Bilebante, Narmada Botanic Garden di Narmada, Bukit Tiga Rasa di Gunung Sari dan satu destinasi yang menjadi perhatian saya kali ini yaitu Seruni Mumbul yang berada di Lombok Timur.

Beberapa bulan yang lalu, saya bareng istri berkesempatan mengunjungi tempat ini. Awalnya sih belum tau sama sekali ada lokasi wisata yang ngehits di daerah paling ujung timur di Pulau Lombok. Saat berkunjung ke rumah nenek di Desa Batuyang, Pringgabaya, saya iseng-iseng buka google. Tujuannya ya mencari tempat wisata dekat dari rumah nenek yang saya rasa pas banget dikunjungi hari itu. Untuk mengobati kejenuhan saya yang hanya duduk dan tidur siang di rumah nenek, saya mencoba ngajak istri untuk jalan-jalan sekitaran Kecamatan Pringgabaya. Alhamdulillah istri juga merasakan hal yang sama. Sayang dong, datang jauh-jauh dari Kota Mataram, hanya berdiam diri di rumah nenek. Gak ada salahnya kita jalan-jalan. 

Secara gak sengaja ada beberapa foto yang menjadi perhatian saya. Salah satunya ya Seruni Mumbul. So, tanpa berpikir panjang lebar lagi, terpilihlah Seruni Mumbul, obyek wisata yang akan kami explore. Penasaran juga dengan tempat baru ini. Dilihat dari foto-foto di google, tempatnya instagramable banget dan sejauh ini kece bila dilihat dalam sebuah foto. Apakah penampakannya sama seperti dalam foto?. Yuuk kita explore dari berbagai macam sudut.

Berhubung kami berdua gak menggunakan motor dari Kota Mataram, jadi kami meminjam motor adek sepupu. Kebetulan adek sepupu saya lagi baik hati meminjamkan motornya ke kakaknya yang cute ini, hahahaha (lupakan). Setelah siapin segala keperluan selama disana, sekitar jam tiga siang kami berdua cuuss ke lokasi.




Seruni Mumbul berlokasi di Desa Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Kurang lebih enam puluh menit waktu tempuh dari Kota Mataram menuju tempat ini. Kalian bisa menggunakan angkutan umum dari terminal Mandalika, Bertais, Kota Mataram. Bisa juga menggunakan kendaraan sewa atau pribadi baik roda dua maupun roda empat. Jalurnya pun sama kalau kita akan menuju penyeberangan ke Gili Kondo, Bidara dan Petagan, Lombok Timur. Lebih jelasnya, saya kasi peta jalurnya di akhir tulisan.
Gak memakan waktu lama, sekitar lima belas menit dari rumah nenek, kami sudah sampai di lokasi. Jadi lokasi Seruni Mumbul gak jauh dari perkampungan nelayan Labuan Lombok. Hanya saja saat tiba di pertigaan Labuan Lombok, kita memilih jalur lurus saja ke arah Sambelia. Sedangkan kalau ke kanan, arah ke Pelabuhan Kayangan (penyeberangan kapal ferry ke Pulau Sumbawa). Jangan salah arah ya guys, jangan salah memilih juga. Asyiiik.





Kurang lebih sekitar tiga ratus meter dari Labuan Lombok, di kiri jalan ada plank kayu bertuliskan Seruni Mumbul. Tapi pintu masuknya bukan di sebelah kiri, melainkan di sebelah kanan. Sebuah jalan tanah memasuki sebuah kebun warga gitu. Setelah melewati jalanan tanah, kami sampai juga di area parkir Seruni Mumbul. Meskipun masih siang, area parkir sudah dipenuhi oleh kendaraan roda dua. Rame juga jam segini, apalagi menjelang sore.

Setelah membayar parkir 5 ribu rupiah dan masuknya gratis ( saat itu), kami berdua segera berjalan melewati jalan setapak seperti jembatan mini yang terbuat dari papan kayu. Kok bisa gratis masuknya ?. Ya, karena saat itu Seruni Mumbul belum dilaunching secara resmi. Jadi masuknya masih gratis. Saat kami kesana juga, masih dalam tahap pembenahan di beberapa spot foto. Kok bisa masuk sebelum dilaunching ?. Hmmmm.. Alasan pengelola sih, karena merasa kasian buat tamu korban foto di medsos yang datang jauh-jauh dari luar kota. Jadi,meskipun masih belum dilaunching (saat itu), penampakan dari Seruni Mumbul menurut saya sudah kece. Sejauh ini mirip dengan foto-foto di google.
Meskipun nama kerennya Seruni Mumbul, Tapi banyak juga warga menyebutnya dengan nama Dende Seruni karena konon disini dulunya adalah tempat permandian putri cantik bernama Dende Seruni. Percaya tidak percaya, begitulah cerita dari warga disini. Disini juga banyak ditemukan mata air. Lebih dari dua puluh mata air yang sudah ditemukan oleh warga. Sekilas airnya memang jernih meskipun banyak kita lihat tanaman berupa ganggang gitu (saya lupa jenis tanamannya) di permukaan rawa. Sejauh ini saya suka dengan keasrian, kebersihan dan inovasi warga yang sudah menyulap tempat ini semakin cantik dan memiliki nilai jual. Bak-bak sampah juga sudah tersedia. Semoga para pengunjung sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.





Seruni mumbul merupakan sebuah rawa atau telaga yang dipercantik oleh warga sekitar desa. Tidak tanggung-tanggung, mereka membuat tempat ini menjadi destinasi wisata keluarga. Siapa saja bisa datang kesini bersama keluarga, teman dan gebetan (calon pasangan hidup). Jalan setapak yang terbuat dari kayu menjadi akses kita menyusuri tempat ini dari ujung ke ujung. Rumah pohon dan spot-spot lainnya, bisa kalian manfaatkan untuk berfoto selfie ala-ala anak jaman milenial. Pastinya para kids jaman now yang mayoritas cewek-cewek suka dengan tempat seperti ini.
Setelah di launching saat lebaran Idul Fitri kemarin, pengunjung sudah dikenakan tiket masuk.  Tiket masuknya juga cukup murah. Hanya 5 ribu rupiah per orangnya, kita sudah bisa mengexplore Seruni Mumbul. Bagi kalian yang akan berencana datang kesini, wajib hukumnya membawa kamera yang kualitas fotonya bagus. Sayang sekali kalau kesini gak fotoan. Banyak sekali spot-spot foto yang bisa kalian pamerkan di instagram.
Selain tempatnya yang instagramable, air telaganya juga bening sekali. Bagi kalian yang ingin berkeliling sekitar telaga, bisa menyewa perahu yang disiapkan oleh pengelola. Untuk bayarnya per orang dikenakan 2 ribu rupiah (harga bisa berubah sewaktu-waktu).
Setelah eksis foto-foto dan berkeliling Seruni Mumbul, pasti capek kan?. Kalian bisa duduk sambil santai-santai di kursi kayu yang sudah disiapkan. Bersantai sejenak sambil menikmati panorama alam dari Seruni Mumbul. 





Paling enak datang kesini saat sore hari. Selain tidak panas, udara di sekitar Seruni Mumbul juga sangat sejuk dan kita juga bisa menunggu waktu senja tiba. Apalagi datangnya bareng pasangan, bisa foto berdua nih disini. Yang penting jangan buat para jomblowan/jomblowati baper disana yaak !!!. Datangnya bareng pasangan halal lebih baik. Pasangan belum halal, harus jaga sopan santun selama disana.
Yang kelaperan atau kehausan, jangan khawatir. Di dalam area Seruni Mumbul ada pedagang makanan dan minuman ringan yang harganya terjangkau. Tapi ingat, setelah makan atau minum, sampahnya dibuang di tempatnya. Kan sudah ada bak sampah yang sudah disediakan oleh pengelola.
Jadi gimana, kalian tertarik ke Seruni Mumbul ?. Mumpung dalam suasana liburan nih, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati pemandangan yang ditawarkan oleh Seruni Mumbul. Apalagi sekarang sudah memasuki musim libur anak kuliahan dan anak sekolah. Tidak ada salahnya dong, bagi para bapak-bapak dan ibu-ibu yang doyan jalan, bisa tuh ajak anak-anak kalian liburan ke Seruni Mumbul. Gak hanya jalan ke mall saja, tapi Seruni Mumbul bisa menjadi destinasi liburan rekomendasi buat keluarga kalian.

Untuk jam bukanya, setiap hari dari pagi hingga sore yaa. Informasi tambahannya, sekarang Seruni Mumbul sudah agak lebih bagus lagi dibandingkan saat kami berdua kesana. Sudah banyak spot-spot baru yang dibuat oleh pengelola. 

Over all, saya suka dengan tempat ini. Rekommended buat dikunjungi saat berlibur ke Pulau Lombok. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra