Sunday 28 June 2015

Cagar Budaya Taman Sari dalam Jepretan Lensa Fix


Yang namanya traveling itu pasti menyenangkan, baik suka maupaun duka, pasti hal itu membuat kenangan yang gak bisa dilupakan seumur hidup. Seperti catatan yang saya tulis dalam perjalanan ke Kota Yogyakarta beberapa bulan yang lalu. Serasa kembali ke dalam nostalgia zaman masih menjadi mahasiswa dulu. Banyak pengalaman yang saya dapatkan di kota yang penuh dengan warisan budaya ini, baik itu pengalaman paling menyakitkan sampai yang membuat selalu tersenyum jika mengingatnya.


Dengan dukungan dari hasil jepretan menggunakan lensa fix, kali ini saya akan menulis tentang kunjungan ke Cagar Budaya Taman Sari yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi, dari bangunannya sampai sejarah budayanya. Travelers pasti sudah tahu banyak tentang berbagai macam tempat wisata di Yogyakarta, dari deretan pantainya, Gunung Merapinya, budayanya, makanannya dan karakteristik masyarakatnya. Semuanya hampir lengkap ada di kota yang terkenal dengan masakan gudegnya ini.


Taman Sari terletak di tengah Kota Yogyakarta, gak jauh dari Keraton Kesultanan Yogyakarta dan Alun-Alun Kidul. Sedikit berbicara soal sejarah dari Taman Sari yaitu pada saat Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa setelah Perjanjian Giyanti.


Pangeran Mangkubumi yang kemudia bergelar Sultan Hamengkubuwono I membangun keraton yang terletak di antara Gunung Merapi di utara dan Pantai Parangtritis di sebelah selatan.Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena sudah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan arsitek berkebangsaan Portugis yang bernama Demak Tegis untuk membangun sebuah istana yang terletak kurang lebih 500 meter di sebelah selatan keraton.



Istana yang dikelilingi oleh danau buatan "segaran" dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di sekitar danau buatan yang sekarang dikenal dengan nama Taman Sari. Tapi sayang pada saat saya kesana, air di danau buatannya terlihat penuh ditumbuhi lumut-lumut, sehingga menimbulkan kesan keruh berwarna kehijauan lumut. Mungkin saat itu belum dibersihkan, walaupun demikian gak membuat nilai seni yang terdapat di Taman Sari pudar, justru semakin terlihat eksotik dan penuh dengan rahasia masa lalu.


Terdapat lorong bawah tanah yang menghubungkan antara bangunan utama dari Taman Sari menuju Masjid Kuno yang terletak di bawah perkampungan penduduk, konon disini tempat Sultan bersama abdi dalem melakukan shalat berjamaah pada saat itu. Lorong bawah tanah yang sangat unik sehingga kita akan terbawa ke dalam suasana pada masa-masa dahulukala. Kamera segera saya hidupkan untuk mengambil beberapa gambar yang bisa saya bawa pulang kembali ke rumah.


Melewati perkampungan para penduduk di tengah bangunan Taman Sari, saya bertemu dengan penjual Es Dawe Ayu Banjarnegara yang sedang duduk santai sambil menghisap sebatang rokok. Saat itu cuaca cukup panas. Ada keinginan untuk membeli barang satu gelas, tapi niat itu saya urungkan karena suatu alasan tertentu alias saat itu saya lagi kurang enak badan.


Sampailah saya di tengah-tengah masjid kuno Taman Sari. Suasana saat itu sangat ramai oleh para pengunjung. Saking ramainya saya bersama beberapa teman memilih untuk bersabar menunggu mengambil foto yang terbaik. Antrian berfoto semakin lama semakin ramai saja, kami memutuskan untuk tetap bertahan bersabar barang beberapa menit kedepan. Akhirnya kesempatan itu datang dan kami gak menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk mengambil foto yang terbaik menurut kami.


Saat kembali menuju pintu masuk utama Taman Sari, saya melihat beberapa rombongan tourist asing yang lagi mendengar penjelasan mengenai tempat ini oleh tour guide mereka. Akhirnya saya melihat bule di Kota Yogya dari beberapa hari di Yogya, saya baru pertama kali melihat bule di tempat ini. Jadi kangen kampung halaman saya di Lombok. Sempat menduga-duga bahwa para rombongan tourist asing ini bisa dipastikan berlibur ke Pulau Lombok juga, Ah sudahlah cuma dugaan saja.


Berjalan kaki melewati setiap gang kecil di tengah perkampungan yang letaknya gak jauh dari Taman Sari dan Pasar Ngasem ini. Para penduduk kampung yang sangat ramah menyapa setiap pengunjung yang melewati rumah-rumah mereka. Disini letak saya semakin jatuh cinta dengan kota ini, dimana di kampung halaman saya, jarang sekali menemukan orang yang ramah dengan orang asing. Tapi di Yogyakarta, hal itu gak berlaku, setiap penduduk selalu ramah dan gak segan-segan menyapa orang yang baru mereka kenal bahkan sampai akrab dengan kita.


Gak jauh dari area Taman Sari tepatnya di bagian utara dari bangunan utama, terdapat beberapa rumah-rumah penduduk yang didesain sangat unik. Dicat berbagai macam warna serta tulisan yang sangat menarik bagi saya. Saya baru sadar bahwa rumah yang bercat warna-warni tersebut adalah tempat kursus melukis, baik melukis batik, melukis di atas kanfas serta melukis tato. Sebenarnya ini sangat menarik bagi saya, ingin rasanya memasuki rumah tersebut tetapi kaki ini ragu untuk bergerak ke dalam bangunan. Next Time saja... 


Hanya sempat mengambil beberapa gambar untuk saya bawa pulang ke Lombok. Hari itu sudah mengabarkan bahwa saya harus cepat-cepat balik ke penginapan karena penerbangan menuju Pulau Lombok tinggal 3 jam lagi. Setelah lumayan puas berkeliling di Cagar Budaya Taman Sari, saatnya saya mengucapkan salam perpisahan untuk Kota Yogya. Sampai bertemu di lain kesempatan lagi. Amiiin..

Catatan :
- Waktu berkunjung mulai pukul 08.00 - 14.00 WIB
- Tiket masuk Rp 3.000,- ( Warga Negara Indonesia ), Rp.7.000,- ( Warga Negara Asing )

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
Kameramen : Kurniawan Hidayat
                     Lazwardy Perdana Putra


Sunday 21 June 2015

Survivor : Trekking to Benang Kelambu Waterfall


Tepat empat hari sebelum memasuki bulan puasa, saya bersama para "kru patrick" melakukan trekking ke salah satu air terjun terindah di wilayah Lombok Tengah. Sebut saja namanya Air Terjun Benang Kelambu yang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan air terjun lainnya yang ada di Pulau Lombok. Terletak di tengah hutan Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara dengan memakan waktu 1,5 jam perjalanan dari Kota Mataram. 


Mungkin banyak para travelers dari luar Lombok yang sudah sering mendengar dan melihat keindahan dari Air Terjun Benang Kelambu di acara tv atau blog traveling, tetapi belum sempat kesini. Saya rasa para travelers harus wajib kesini karena air terjun ini sangat indah dan nyaman untuk dikunjungi. Kegiatan yang bisa dilakukan disini antara lain : berfoto, bermain air, berendam, ngumpul bersama keluarga dan teman-teman terdekat, pijat refleksi di bawah air terjun, dan cuci mata pastinya. 


Jalur dilewati juga gak terlalu ekstrem, dari parkiran motor / mobil kita akan melewati jalan setapak yang sudah lumayan baik kurang lebih 50 meter hingga sampai di pos 1 yaitu di Air Terjun Benang Stokel. Kami gak singgah di Air Terjun Benang Stokel karena waktu sudah terlalu sore, sehingga kami langsung melanjutkan trekking lagi ke Air Terjun Benang Kelambu. Sekitar 300 meter jarak antara Air Terjun Benang Stokel dengan Air Terjun Benang Kelambu. 


Jalur trekking ke Air Terjun Benang Kelambu dar Air Terjun Benang Stokel bisa dibilang susah-susah gampang tetapi gak ekstrem, bagi yang sudah biasa trekking mungkin itu hal yang menyenangkan, sedangkan bagi yang gak pernah trekking sama sekali mungkin akan terasa melelahkan dan jauh. No problem, rasa capek kita akan terbayarkan ketika sudah melihat Air Terjun Benang Kelambu dari atas jalur yang berupa tangga semen yang dibuat oleh pemda setempat. Keren banget !!!.


Mirip seperti kelambu yang disela-selanya keluar air mengalir, keren banget. Saya walaupun sudah beberapa kali kesini, tetapi gak bosan-bosan datang kemari untuk sekedar menenangkan pikiran dan berendam. Airnya sangan dingin dan menyegarkan seluruh tubuh dan kepala, udaranya pun sangat sejuk serta mata selalu dimanjakan dengan tumbuh-tumbuhan yang berwarna hijau. 



Di bagian kanan air terjun utama, terdapat air terjun yang gak kalah derasnya. Disini kece sekali untuk mengambil foto. Sedikit cerita mitos dari Air Terjun Benang Kelambu yaitu masyarakat sekitar percaya bahwa Dewi Anjani yang merupakan makhluk gaib yang dipercaya penunggu Gunung Rinjani, pada waktu-waktu tertentu dia turun dari gunung untuk mandi dan membersihkan rambutnya di air terjun ini. Oleh sebab itu masyarakat percaya jika ada masalah dengan rambut maka solusinya mandi di air terjun ini. 




Di luar cerita mitos dari Air Terjun Benang Kelambu, gak diragukan lagi akan keindahan dari air terjun ini. Dari berbagai macam posisi, hasil foto kita akan kece semua. Dan yang saya sukai dari tempat ini yaitu bentuk air terjunnya seperti kelambu dan warna hijaunya menjernihkan mata memandang. 



Berada di bawah air pancuran alami, membuat kami lupa waktu. Bermain air di atas bebatuan yang dikelilingi tumbuhan hijau sekitar air terjun ibarat orang yang sudah dua hari gak pernah mandi, Segeerrrr mbak broo !!!.


Sedikit melakukan atraksi yang cukup menegangkan yaitu loncat ke kolam buatan yang terletak di tingkatan terbawah air terun. Kolamnya gak dalam-dalam amat, tetapi pada saat loncat, mental kita akan diuji. Loncat gak ya loncat gak ya ? akhirnya loncat juga. Ciaaattttt.... Buuuurrrrrrr, Alhamdulillah badan gak sakit terkena dasar kolam karena dasar kolam berupa pasir. Pastinya kece sudah berani loncat dari atas air terjun. 


Selesai melakukan atraksi loncat ke kolam buatan, kita santai-santai sejenak sambil berendam di kolam yang airnya seger banget. Rasanya gak mau pulang ke rumah jika berada di surganya Pulau Lombok ini. 


Kegiatan terakhir yang kami lakukan yaitu pijet refleksi di bawah air terjun, rasanya seperti dipijet oleh ahlinya. Badan terasa segar kembali dan otak kembali ringan. Berhubungan sekarang kita umat muslim lagi menjalankan ibadah puasa, kami "kru patrick" mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita diberikan kesehatan dan umur panjang sehingga bisa menjalankan ibadah puasa dan traveling pastinya dengan lancar dan bahagia. 

My Trip My Adventure !!!

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 6 June 2015

Explore Pergasingan Mountain, Sembalun Lawang Village


"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali"

Penggalan bait sebuah lagu saat saya masih kecil. Akhirnya saya gak hanya bernyanyi saja, tetapi saya mengalami sendiri naik ke puncak gunung itu rasanya bagaimana. Tepatnya tanggal 30-31 Mei 2015 bersama para sahabat alias para "kru patrick" mengexplore keindahan dari Pergasingan Mountain atau lebih terkenal dengan sebutan Bukit Pergasingan, Kabupaten Lombok Timur.


Saya, Mas Junk, Izza, Odi, Harumi, Nova, Ocha, Lisa, Mas Dika, dan anggota baru "kru patrick" yaitu Si manis Kadek berhasil menaklukkan Bukit Pergasingan dengan susah payah. Jujur saja, banyak diantara kami termasuk saya sendiri yang memiliki sedikit pengalaman naik gunung. Jadi gak heran saat mendaki Bukit Pergasingan, kami cepat lelah. Akan tetapi di dalam hati kami tersimpan semangat yang luar bisa yaitu kami harus berhasil sampai di puncak bukit dengan selamat bagaimana pun caranya. Okelaah, saya mulai saja cerita yang lebih lengkapnya tentang perjalanan kami mengexplore Bukit Pergasingan, cekidoottt...


Bukit Pergasingan merupakan sebuah bukit yang terletak di Desa Sembalun Lawang, Kabupaten Lombok Timur. Desa yang merupakan desa tertinggi di Pulau Lombok dan terletak di sekitar kawah Gunung Rinjani, mirip seperti TN.Gunung Bromo di Jawa Timur. Memiliki ketinggian kurang lebih 1700 mdpl dan termasuk dalam TN. Gunung Rinjani. Sebenarnya menurut saya, Bukit Pergasingan lebih cocok disebut Gunung Pergasingan karena bukit ini memiliki ketinggian 1700 mdpl, jadinya sudah bisa disebut gunung.


Tepat pukul 14.00 WITA kami bersepuluh berangkat dari Kota Mataram menuju Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur menggunakan sepeda motor. Butuh dua jam lamanya yang kami harus tempuh hingga sampai di Desa Sembalun Lawang di kaki Gunung Rinjani. Alhamdulillah, perjalanan kami dari Kota Mataram menuju Desa Sembalun Lawang sangat lancar.


Setelah sampai di Desa Sembalun Lawang, tepatnya pukul 16.35 WITA kami segera menuju pos atau tempat kami memulai treking menuju Bukit Pergasingan. Di pos ini kami bisa menitipkan sepeda motor dan gak lupa kami harus membayar sejumlah uang sebagai tanda tiket masuk menuju Bukit Pergasingan. Setelah semua urusan administrasi dari membayar tiket masuk sampai mendata nama rombongan demi keselamatan bersama, kami akhirnya memulai treking menuju Bukit Pergasingan.


Memulai treking sore hari membuat kami gak kepanasan. Udara perbukitan yang sejuk, sawah-sawah yang hijau serta rumah para penduduk Desa Sembalun Lawang melengkapi perjalanan kami menuju puncak tertinggi di Bukit Pergasingan. Butuh waktu sekitar dua jam bahkan tiga jam lamanya mendaki bukit ini hingga sampai di camp area yang sudah disediakan oleh pengelola Bukit Pergasingan. Cuaca sore itu cukup cerah, walaupun sempat ada kabut yang mengahalangi pandangan mata pada saat kami berada di jalur pendakian. 



Alhamdulillah, sekitar pukul 20.30 WITA kami sampai dengan selamat di camp area Bukit Pergasingan. Lama pendakian agak molor beberapa jam dikarenakan kami kebanyakan istirahat di beberapa titik pendakian. Selain jalur pendakian yang memiliki kemiringan hampir 70 derajat, membuat kami lumayan berhati-hati dan lelah pastinya. Pengalaman pertama mendaki bukit dengan kemiringan hampir 70 derajat yang kanan kirinya adalah jurang, bisa dibayangkan sendiri pokoknya.


Kaki pegel-pegel tetapi badan dan otak jadi seger karena banyak keringat yang keluar selama pendakian. Setelah selesai mendirikan tenda, saya cepat-cepat mengganti pakaian yang sudah basah oleh keringat. Biar saya gak terkena hipotermia, jadinya kondisi badan harus selalu kering. Teman-teman yg lain lagi sibuk eksis di luar tenda, saya bareng Mas Dika istirahat di dalam tenda sambil mendengar musik dan curhat soal cewek yang kami taksir, cihuuuyyyy.


Setelah beres-beres dan makan malam, sekitar pukul 23.00 WITA kami semua harus segera tidur. Soalnya moment yang kami inginkan datangnya esok paginya yaitu sunrise mbak broo. Sumpah keren abis saat sunrise datang. Segera saya menyalakan kamera yang saya bawa agar moment ini gak terlewatkan. Deretan perbukitan segera terlihat dengan jelas, sawah-sawah yang hijau, rumah para penduduk, dan yang gak kalah kerennya yaitu penampakan dari puncak Gunung Rinjani yang tersinari oleh sinar matahari terbit. Ini namanya edisi My Trip My Adventure miliknya "kru patrick".


Gak lupa saya mengabadikan diri saya bersama Gunung Rinjani di puncak Bukit Pergasingan sambil memegang kertas yang bertuliskan " I Love Mama, Bapak, Kakak, Adek". Seperti mimpi saja saya benar-benar berada disini, sebelumnya saya hanya melihat dari foto-foto para backpacker yang sudah kesini, sekarang saya sendiri yang berada di dalam foto bersama Bukit Pergasingan, "Sumpah Indah Banget !!!"


Sepertinya saya bersama para "kru patrcik" lainnya gak mau cepat-cepat turun dari Bukit Pergasingan. Duduk santai di antara rerumputan hijau yang basah oleh embun pagi sambil menikmati landscape Gunung Rinjani dan segarnya udara pagi dari atas bukit ini. Pegel-pegel yang terasa malam sebelumnya tiba-tiba hilang oleh berjalannya waktu. Sungguh indah ciptaan Allah SWT yang Dia berikan kepada hamba-Nya yang selalu bersyukur kepada-Nya. 



Lereng perbukitan yang sangat indah melengkapi isi foto-foto yang ada di dalam kamera saya. Melihat para pendaki yang sedang sibuk menurunkan tendanya, ada yang mengambil air di bawah bukit, ada yang sedang menyalakan api untuk memasak air panas dan yang paling gak ketinggalan adalah berfoto eksis ala-ala Syahrini. " Banyak rumput-rumput, bukit-bukit...Olalaaaaaaa "

Semakin siang para pendaki semakin ramai saja berada di atas Bukit Pergasingan. Terdengar dari suara candaan mereka bersama para anggotanya, serta ada juga yang memadu kasih alias pacaran bersama para pasangan masing-masing, sungguh tontonan yang membuat saya mupeng saja. Kami juga gak mau kalah, kami membuat kehebohan sendiri yaitu dengan eksis berfoto sambil bernyanyi. Untung saja ada Odi, cowok rempong yang membuat kru kami hidup jika ada dia. 



Sekitar pukul 09.30 WITA kami siap-siap kembali ke pos pendakian. Setelah urusan perut terpenuhi, kami berkemas-kemas dari memasukkan perlengkapan kami ke dalam tas masing-masing hingga sampah dari kami yang harus kami bawa turun sampai ke pos pendakian. Sampah-sampah gak boleh ditinggalkan oleh para pendaki demi kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar Bukit Pergasingan. Jika ada yang ketahuan meninggalkan sampah di atas bukit, maka siap-siap dikenai denda yang sudah ada. Pilih mana ?.




Saat itu udara tetap sejuk, cuman sinar matahari yang agak terik sehingga kami harus cepat-cepat turun jika gak mau kelelahan oleh panasnya matahari. Disepanjang perjalanan balik ke pos pendakian, saya gak henti-hentinya merasa takjub oleh landscape yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Semakin siang deretan persawahan semakin berwarna hijau dari pantulan sinar matahari, begitu juga perbukitan yang ada di sekitarnya dan gak kalah kerennya keindahan Gunung Rinjani yang selalu menjadi teman saya saat menuruni Bukit Pergasingan. 

Saat mendaki dan saat turun Bukit Pergasingan memiliki kesan tersendiri. Dimana saat mendaki, kita harus diwajibkan menjaga keseimbangan badan dan telapak kaki harus kuat. Selain beban tubuh, telapak kaki juga harus menanggung beban barang bawaan yang kita bawa, sedangkan saat turun, dengkul kaki yang menjadi kuncinya. Dengkul kaki harus menjadi penahan beban saat kita turun. Jadi menurut saya, lebih baik saat turun dibandingkan saat mendaki, he..he..he.. Butuh satu jam lamanya perjalanan kami saat turun hingga sampai di pos pendakian. Alhamdulillah para "kru patrick" selamat sampai tujuan tanpa ada luka yang sangat serius selama pendakian hingga sampai turun balik ke pos pendakian. 

Perasaan campur aduk saat itu di pos pendakian, ternyata kami yang belum punya pengalaman mendaki gunung, berhasil sampai ke puncak Bukit Pergasingan dan selamat balik ke pos pendakian. Meskipun saya sendiri merasa sangat kelelahan saat mendaki dikarenakan badan saya yang agak gemuk, tapi saya sudah membuktikan bahwa saya bisa sampai puncak dengan selamat dan sehat sampai rumah. Sesulit apapun yang kita hadapi, jika dibarengi dengan niat serta keyakinan yang kuat, pasti kita akan memperoleh apa yang kita inginkan. Ingat, jangan merasa takut dan ragu sedikitpun jika itu adalah impian yang kita inginkan. Jalan terus saja, ikutin kata hati. Kunci utamanya adalah usaha yang maksimal serta doa pastinya. 

Selamat berbackpacker !!! Lombok itu keren mbak broo.... :) 

Catatan : 


" Kru Patrick Mengexplore Pergasingan Mountain 1700 mdpl "


- Rute yang dapat dilalui :
1. Kota Mataram - Narmada - Kopang - Masbagik - Aikmel - Suela - Sembalun Bumbung - Sembalun Lawang - Bukit Pergasingan.
2. Kota Mataram - Senggigi - Bangsal - Tanjung - Bayan - Sembalun Lawang - Bukit Pergasingan.
3. Pelabuhan Kayangan - Labuhan Lombok - Pringgabaya - Makan Raja Selaparang - Suela - Sembalun Bumbung - Sembalun Lawang - Bukit Pergasingan.

- Disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau sewa karena alat transportasi susah didapatkan hingga sampai di Bukit Pergasingan.
- Tiket masuk : Rp. 10.000,- per orang ( tiket masuk ), Rp.5000,- per motor ( tiket parkir )
- Disarankan membawa air minum yang banyak karena di atas puncak Bukit Pergasingan gak ada mata air.
- Obyek wisata yang lain di sekitar Bukit Pergasingan antara lain Desa Sembalun, Kebun Strauberry dan Apel, Jalur pendakian Gunung Rinjani, Air Terjun Mangku Sakti.

Penulis: Lazwardy Perdana Putra
Kameramen : Lazwardy Perdana Putra
                     Mas Junk
                     Kadek
                     Lisa dan Izza

Wednesday 3 June 2015

Pesona Istana Candi Ratu Boko, Yogyakarta


Berlibur ke Yogyakarta, gak lengkap rasanya bila kita gak berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Yogyakarta memang gudangnya cerita sejarah dari zaman kerajaan masa lalu sampai zaman penjajahan Jepang beberapa puluh tahun yang lalu. 

Nah kali ini saya berkesempatan mengisi waktu libur kerja, rela jauh-jauh dari Lombok ke Yogyakarta untuk mengenang lagi masa-masa jadi mahasiswa dulu, memang Yogyakarta selalu ngangenin buat saya pribadi. 


Hari pertama di Yogyakarta, saya bersama adik saya langsung tancap gas motor menuju daerah Prambanan, tepatnya daerah Desa Boko alias Istana Candi Ratu Boko. Sekitar 30 menit lamanya perjalanan dari Kota Yogya menuju Istana Ratu Boko. Setelah memarkirkan motor di parkiran area candi, saya langsung membeli tiket masuk buat berdua. Setelah urusan administrasi selesai, waktunya kami mengexplore sejarah dari bangunan Istana Candi Ratu Boko, cekidooottt...


Sejarah Istana Candi Ratu Boko !!!

Candi Ratu Boko atau lebih dikenal dengan sebutan Istana Ratu Boko merupakan sebuah bangunan megah yang dibangun pada abad ke - 8 yaitu pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra, kerabat pendiri Candi Borobudur. Didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Oleh sebab itu berada di tempat ini, kita bisa merasakan suatu kedamaian sekaligus bisa melihat pemandangan Kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.





Menurut informasi yang saya dapatkan, candi ini terletak di ketinggian 196 mdpl dengan luas area 250.000 meter persegi yang terbagi menjadi empat bagian, bagian tengah, barat, timur, dan tenggara. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura tengah, lapangan, Candi pembakaran, kolam batu berumpak, dan paseban. 






Bagian tenggara terdiri dari bangunan pendopo, balai-balai, tiga candi, kolam, dan komplek keputren. Sedangkan bagian timur terdapat kompleks gua, stupa budha dan kolam. Jika bagian barat hanya terdiri dari perbukitan saja.



Saat berjalan di sekitaran kolam, disini saya dibuat takjub oleh bentuk dari kolamnya. Susunan bebatuan yang mengelilingi area kolam dan air yang cukup jernih dan bersih. Seram juga sih bila berdiam disini, soalnya cuma saya berdua bersama adik saya yang ada di area kolam ini. Suara angin yang lemah lembut menyambut kedatangan kami disini. 



Setelah mengitari area istana dari bagian tengah, barat, dan tenggara. Akhirnya kami sampai juga di bagian timur istana. Disini kami menemukan sebuah gua dimana terdiri dari dua buah gua. Gua yang paling atas dinamakan Gua Lanang, sedangkan di bagian bawah dinamakan Gua Wadon.



Setelah melihat Gua Lanang dan Gua Wadon, kami pun berjalan ke bagian bangunan yang ada patung Budha ditengah bangunan yang terbuat dari kayu dan semen ini. Dari sini kita bisa melihat keindahan Candi Prambanan dari atas Istana Candi Ratu Boko. Indah banget pemirsa !!!. 


Walaupun Istana Candi Ratu Boko ini didirikan oleh seorang penganut Budha, istana ini pula memiliki unsur-unsur Hindu. Bisa dibuktikan dengan adanya arca dan bangunan lain yang berkaitan dengan pemujaan terhadap Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur dari Budha dan Hindu, ini melambangkan adanya toleransi antar umat beragama pada saat itu. Rakai Pikatan penganut Budha bersama-sama hidup berdampingan dengan pengikut Hindu. 

Istana Candi Ratu Boko memiliki keunikan tersendiri dibandingkan candi-candi yang berdiri di tanah Jawa lainnya. Bisa dibuktikan dengan ciri-cirinya sebagai tempat tinggal pada zamannya dahulu. Berbeda dengan candi lainnya yang hampir seratus persen berupa candi dan kuil, sedangkan Candi Ratu Boko lebih cenderung seperti istana sebagai tempat tinggal.

Sayang sekali saya gak bisa menikmati matahari terbenam dari atas istana ini dikarenakan dikejar-kejar waktu untuk ke tempat wisata yang lainnya. Disini banyak pengunjung yang berkata, jika ingin melihat matahari terbenam di Yogyakarta, di Istana Candi Ratu Boko tempat yang paling pas. Next Time saja lah... Amiiin.

Catatan :
- Jalur menuju Candi Ratu Boko : Kota Yogyakarta - Bandara Adisucipto -Kalasan - Prambanan - Istana Candi Ratu Boko.
- Bisa memakai TransYogya jalur 1A dan 1B menuju Terminal Pasar Prambanan.
- Tiket masuk Istana Candi Ratu Boko untuk tourist lokal  Rp.25.000,- ( dewasa ), Rp.10.000,- ( anak-anak )
- Tiket masuk untuk tourist asing USD 13
- Jam berkunjung dari pukul 06.00 - 17.00 WIB

Penulis : Lazwardy Perdana Putra