Tuesday 30 April 2019

Happy Wedding: Cerita Pendek Bertemu dengan Mbak Jodoh #2019GantiStatus



Menikah, satu kata yang paling indah diinginkan oleh setiap insan di dunia ini. Membangun keluarga kecil dan sederhana bersama pasangan. Memiliki anak yang banyak. Tinggal di sebuah rumah sederhana dimana memiliki taman bunga warna-warna, pohon-pohon hijau, suasana rumah yang sejuk dan buat betah tinggal di dalamnya. Dalam sisi agama menikah sangat dianjurkan dan bernilai ibadah. Siapa yang menikah, maka pahala akan berdatangan dengan sendirinya. Orang tua kita dulu memberi nasihat bila menikah maka akan dimurahkan rezeki. Menikah juga menjauhkan kita dari berbuat zina, baik zina mata maupun zina besar lainnya. Maka segeralah menikah !

Disamping keindahan menikah yang sangat luar biasa, banyak juga yang enggan menikah cepat atau parahnya gak mau menikah seumur hidup dengan berbagai macam alasan. Ada yang beralasan ribet, masih ingin berkarier, masih muda, ada yang masih ingin didapatkan sebelum menikah dan masih belum siap menikah. Apapun itu, harus kita hargai karena itu adalah sebuah pilihan hidup.

Sudah hampir enam tahun lamanya saya menulis sebagai seorang blogger. Cerita perjalanan traveling dari satu destinasi ke destinasi lainnya, cerita kehebohan mencicipi berbagai macam kuliner di Indonesia dan beberapa cerita yang bagi saya perlu untuk ditulis. Masih banyak tempat-tempat indah baik di Indonesia maupun di Asia yang ingin saya datangi. Semoga saja terwujud beberapa diantaranya, Amin.

Cerita traveling atau kuliner mungkin sudah biasa kalian baca di blog ini. Di tahun ini, ada sebuah perjalanan hidup yang wajib saya tulis. Bukan sombong atau apa, ini merupakan rasa syukur saya yang gak ternilai. Saya ingin berbagi kebahagiaan bersama para pembaca setia blog ini.

Tepat di Hari Sabtu, 20 April 2019, saya mempersunting seorang wanita manis bernama Risky Gustina Sandika Ayu Masri (bagi yang punya nama pasti tersenyum kalau membacanya,hehehe). Akad nikah yang begitu sakral dengan dihadiri keluarga besar dan para tamu undangan. Waktu mundur kebelakang, banyak cerita yang kami berdua lalui baik suka maupun duka. Ini bukan curhatan, tapi saya ingin menulis cerita indah ini untuk pertama dan terakhir kalinya. So… bagi yang suka dan penasaran sama kelanjutannya, Yuuk dibaca sampai selesai !.

Pertama kali saya bertemu dengan dia di sebuah event salah satu komunitas yang sedang ngehits saat ini yaitu Generasi Pesona Indonesia Lombok Sumbawa atau disingkat Genpi LS. Sudah dua tahun pertemuan kami berdua. Saat itu saya kebetulan memenangi sebuah lomba blog yang diselenggarakan oleh Genpi LS dalam event Pesona Khasanah Ramadhan 2017 yang diadakan sebulan penuh di Bulan Puasa. Sore itu, saya berangkat menuju Masjid Hubbul Wathan (Islamic Center), Kota Mataram menggunakan sepeda motor. Tujuan saya yaitu mengambil hadiah lomba. Saya telat mengambil hadiahnya karena di malam sebelumnya, pemenang lomba sudah diumumkan. Di malam itu juga, Mbak Mala selaku koordinator lomba menginformasikan melalui whatsapp kalau saya keluar jadi salah satu juara lomba. Senangnya bukan main, selama menjadi penulis blog, ini pertama kalinya saya ikut lomba dan menang, Alhamdulillah.

Keesokan harinya saya datang mengambil hadiah di stand Genpi Lombok Sumbawa yang berada di halaman depan Masjid Hubbul Wathan. Di sore itu, banyak warga yang ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka puasa. Ada yang sekedar foto-foto selfie berlatarbelakang  Masjid Hubbul Wathan. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di teras masjid. Para penjual takjil juga gak mau kalah. Di sebelah barat masjid juga terdapat bazar Ramadahan. Banyak penjual takjil dari es cendol, es campur, aneka jajanan pasar dan masakan Nusantara juga ada disini. Alunan ayat-ayat suci Al-Quran yang menggema dari penjuru sudut masjid menambah suasana menjadi syahdu.

Masjid Hubbul Wathan saat itu baru saja selesai pengerjaannya. Masjid termegah di Nusa Tenggara Barat ini sukses membuat siapa saja yang datang ke Pulau Lombok, pasti akan mampir kesini. Beberapa ulasan mengenai masjid ini sudah saya tulis di blog. Jadi bisa dicari di kolom artikel. 

Setelah memarkirkan kendaraan, saya pun bergegas menuju stand tempat pengambilan hadiah. Senyum manis dari wanita menyapa saya. Kebetulan ada dua wanita yang menjaga stand. Satunya bernama Mbak Mala, orang yang menghubungi saya saat itu. Dan si dia yang memiliki panggilan Kiki. Gak banyak obrolan kami. Saya duduk terdiam di sebuah kursi, menunggu hadiah yang masih diambilkan di rumah salah satu panitia. 

Yang paling saya ingat saat itu, dia bertanya kepada saya. “Masnya yang juara lomba blog ya?”. Saya pun mengiyakan. Dan dia pun menjawab lagi “Selamat ya mas, blognya keren”. Hanya itu saja obrolan kami berdua.  Sedangkan Mbak Mala mengajak saya berfoto untuk dokumentasi pemberian hadiah. Setelah hadiah sebuah handphone diberikan, saya pun pamit pulang.

Bukit Tembere, Lombok Barat
Pasar Pancingan edisi pertama

Seiring berjalannya waktu, kami pun bertemu kembali di tempat kece bernama Pasar Pancingan. Pasar Pancingan merupakan pasar destinasi digital yang dipelopori oleh teman-teman Genpi Lombok Sumbawa. Dari kuliner, hiburan, mancing ikan, sepedaan dan tempatnya yang instagrammable  banget. Cerita tentang Pasar Pancingan sudah pernah saya tulis di blog, bisa dicari di kolom artikel.

Sejak pertemuan di Pasar Pancingan, komunikasi kami semakin lancar, bahkan hampir tiap hari kami menanyakan kabar. Saya pun akhirnya bergabung di Genpi Lombok Sumbawa menjadi salah satu tim online di media sosial. Dengan bergabungnya saya di komunitas yang sama dengan dia, komunikasi kami semakin lancar. Setelah setahun berlalu, hubungan kami berdua semakin dekat. Saya pun mengajak dia untuk jalan-jalan ke sebuah destinasi baru bernama Bukit Tembere, Lombok Barat

Bisa buka link ini : Sunday Morning di Pasar Pancingan 

Bisa buka link ini : Cerita di Bukit Tembere

Dari situlah timbul rasa cinta kami berdua. Semenjak itu, hubungan kami semakin dekat dan lebih dekat lagi.  Saya merasakan jatuh cinta. Sempat berpikir, apakah dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasa. Akhirnya munculnya beberapa pertanyaan lainnya. Apakah dia suka sama saya ?. Apakah saya tipe cowok yang dia inginkan?. Apakah saya cocok dengan dia ?. Banyak sekali pertanyaan yang muncul. Tapi dengan melihat responnya, bisa saya menyimpulkan kalau dia suka dengan saya. Entah suka sebagai teman yang asyik diajak ngobrol atau suka melebihi teman, Entahlah. Kesimpulan sementara saya saat itu.

Suatu ketika, ada masalah yang membuat hubungan kami agak renggang. Saya yang sudah buat dia sedih, sehingga dia gak mau dekat dengan saya lagi. Hampir sebulan kami gak pernah berkomunikasi. Dan suatu ketika, saya mencoba untuk menghubunginya via whatsapp. Saya meminta maaf atas apa yang pernah saya lakukan ke dia. Perasaan saya saat itu, rindu dan gak bisa jauh dari dirinya. Pelan-pelan dia pun menerima maaf dari saya. Dari sinilah perjuangan cinta saya ke dia dimulai.

Mendapatkan hatinya lagi suatu hal yang gak mudah buat saya. Perasaan dulu yang pernah muncul, seakan-akan sulit untuk didapatkan lagi. Saya pun bersabar dan saya yakin, kalau memang jodoh pasti akan dipertemukan. Di saat itu saya berada di posisi yang kurang nyaman. Waktu itu dia lagi dekat dengan seseorang. Berusaha untuk gak peduli dan lanjut terus dalam berjuang adalah senjata yang bisa saya pakai saat itu.

Saya berusaha untuk bersabar dan positif thingking. Perlahan-lahan saya mencoba untuk mengajak dia ngobrol di salah satu café di Kota Mataram.  Dia pun mau diajak ketemuan. Hubungan kami pun kembali membaik. Saya sadar, bukan hanya saya saja yang berusaha mendapatkan hatinya, tapi ada orang lain juga. Saya sadar, dia sedang mencari siapa yang terbaik.

Di awal Bulan Agustus, Pulau Lombok diguncang gempa yang sangat dahsyat. Hampir sebulan penuh warga Pulau Lombok dihantui oleh gempa. Perekonomian sempat lumpuh, sekolah-sekolah juga banyak yang diliburkan. Semua mata tertuju ke Gempa Lombok. Banyak bantuan dari luar Pulau Lombok dan dunia yang berdatangan. Tenaga medis pun semuanya dikerahkan. Para relawan juga gak tinggal diam. Pulau Lombok sedang berduka saat itu. Banyak rumah-rumah yang runtuh. Korban banyak yang berjatuhan. Waktu mencekam yang kami rasakan saat itu.

Kebetulan saya dan dia menjadi relawan. Saya menjadi petugas paramedis dan logistik dari tempat saya bertugas, sedangkan dia menjadi relawan di Genpi Lombok Sumbawa. Selama sebulan, kami berdua jarang bertemu. Hanya ada rasa rindu yang sangat mendalam yang saya rasakan. Mungkin sampai tulisan ini selesai, saya masih bisa merasakan rasa rindu saya ke dia saat itu. 

Di pertengahan Bulan Agustus, saya menyempatkan diri untuk mencari hadiah ulang tahun buat dirinya. Ketika itu dia sedang berulang tahun. Sebuah sweater halus berwarna abu dengan garis merah horizontal di tengahnya akhirnya saya dapatkan. Mencari waktu yang pas untuk memberikan dia kado. Kebetulan dia baru pulang dari Lombok Utara selesai bertugas. Saat itu pula saya mengajak dia bertemu. Dia pun mengiyakan dan kami pun bertemu di salah satu café favorit saya. Sekitar jam sembilan malam, kami bertemu. Duduk berhadapan di sebuah meja berwarna putih, ngobrol ngalor ngidul dan akhirnya saya memberikan hadiah itu. Sempat khawatir kalau hadiah yang saya berikan, dia gak terlalu suka. Syukurnya dia menyukai sweater yang saya pilihkan buat dia.

Dari sana hubungan kami semakin membaik dan sangat dekat. Rasa cemburu pun pasti ada ketika kita sudah cinta dan sayang. Saya pun belum bertanya, apakah dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasa saat itu. Belum bertanya atau takut bertanya ?, entahlah. Saya gak mau bertanya dan gak akan bertanya. Biarlah rasa sayang itu tumbuh dengan sendirinya di hati dia. Berharap itu penting, tapi jangan membuat harapan itu menjadi sebuah obsesi yang belum tentu kita dapatkan.




Sekitar Bulan September dia pergi ke Pulau Bali untuk mengikuti kegiatan Pramuka. Di waktu yang sama, saya juga ada rencana datang ke Pulau Bali untuk menonton tim sepakbola favorit, Bali United tanding. Kebetulan tanggal merah dan saya libur bertugas. Di Pulau Bali kami bertemu. Dia sudah selesai dengan kegiatannya selama seminggu. Saya pun datang ke Pulau Bali di hari pertandingan Bali United melawan Persela Lamongan. Sampai di Kota Denpasar sekitar jam satu pagi waktu Bali. Saya menuju tempat dia menginap.  Kebetulan dia menginap bersama teman-teman lainnya.

Pagi pun datang, kami berdua berencana jalan-jalan ke daerah Bedugul. Kebetulan jarak antara Bedugul dengan stadion tempat pertandingan bola gak begitu jauh. Hanya memakan waktu satu jam perjalanan. Di daerah Bedugul kami mengexplore Danau Beratan yang terkenal dengan landscapenya yang kece. Saya sudah tiga kali datang ke tempat ini. Dia pun sangat senang ketika saya mengajaknya kesini. Banyak hal yang kami bicarakan. Perhatian dia ke saya pun agak sedikit membuat wajah dan hati saya bisa tersenyum. Dalam perjalanan dari Bedugul menuju stadion bola di Gianyar, kami berdua bercanda gurau sambil melempar pujian dari atas motor. Suasana yang sangat hangat dan syahdu. Gak ada yang bisa saya ucapkan saat itu kecuali rasa bahagia bisa bersama dengan dirinya.

Kami berdua akhirnya memasuki stadion untuk nonton pertandingan Bali United melawan Persela Lamongan. Sempat khawatir apakah dia risih dengan suasana di dalam stadion yang penuh dengan para penonton dan supporter dari kedua tim. Ternyata kekhawatiran saya gak menjadi kenyataan. Dia suka dengan suasana yang ada dan saya pun merasa bahagia bisa nonton bareng dengan dia. Pertandingan bola pun selesai dengan kemenangan Bali United. Dia pun mengungkapkan kalau dia senang dengan pertandingan tadi. Saya sangat lega dan melemparkan senyuman ke dia.

Setelah selesai pertandingan, kami berdua kembali ke Kota Denpasar untuk mengantarkan dia menuju tempat menginap. Sedangkan saya harus balik malam itu ke Pulau Lombok. Sedangkan keesokan harinya, dia berangkat ke Banyuwangi untuk menjenguk neneknya disana. Sebelum kami berpisah, dia mengajak saya untuk ngobrol sebentar. Disanalah dia mengungkapkan perasaan dia ke saya. Dia menerima cinta dan sayang saya. Mimpi apa saya semalam. Saya pun berangkat ke Pulau Lombok dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bahagia, terharu, sedih, rindu. Entahlah, perasaan saat itu seperti es campur yang gak lupa dikasi buah durian (kenapa lari ke minuman).




Berawal dari sudah sama-sama cinta dan sayang, kami berdua akhirnya berkomitmen untuk melanjutkan hubungan ke tahap selanjutnya. Saya melamar dia dengan niat ibadah dengan mengucapkan Bismillah. Kedua orang tua kami pun sangat setuju. Kami menentukan hari dan tanggal pernikahan yang baik. Diputuskanlah Hari Sabtu, 20 April 2019 jam delapan pagi untuk melangsungkan pernikahan.

Segala macam persiapan kami kerjakan. Menentukan hari acara lamaran sampai urusan pemilihan weeding organizer, catering, tempat pernikahan, gedung resepsi dan lain sebagainya. Prosesi lamaran berjalan dengan lancar. Pertemuan kami berdua dengan keluarga masing-masing berlangsung dengan lancar tanpa ada kendala apapun. Segala hal dibahas saat lamaran. Menentukan hari dan tanggal pernikahan, tempatnya dimana dan hal-hal penting lainnya. Yang terpenting yaitu menyiapkan beberapa dokumen untuk membuat Surat Ijin Menikah di Kantor Urusan Agama tempat kami tinggal.

Ada waktu empat bulan kami mempersiapkan semuanya. Kendala ?. Pasti ada, baik dari faktor luar maupun dari keluarga kami sendiri. Contohnya saja, dalam menentukan jumlah undangan. Ada lagi dalam memilih gedung dan pakaian yang akan dikenakan saat hari akad nikah dan resepsi. Parahnya lagi, kami berdua sempat sakit dikarenakan kelelahan. Wajar gak sih kalau sampai sakit ?. Kata teman kami yang sudah pengalaman menikah, pasti ada salah satu yang sakit bahkan dua-duanya juga ikut sakit. Apapun itu kami berdua sangat menikmati prosesnya. Proses menuju halal itu gak mudah seperti orang lain pikirkan. Gangguan pasti ada, tapi gimana caranya gangguan tersebut bisa berteman baik dengan kita.

Hari bahagia yang ditunggu-tunggu datang juga. Ratusan senyuman terlihat di pagi itu. Prosesi akad nikah dilangsungkan di rumah mempelai perempuan. Pakaian yang kami gunakan yaitu pakaian adat Jawa. Suasana Jawa sangat terasa saat kaki melangkah menuju meja tempat saya akan mengucapkan ijab kabul. Alunan gending Jawa menambah suasana pagi itu seperti raja Jawa yang akan menikah dengan pujaan hatinya. Pakaian keluarga juga menggunakan pakaian Jawa. Janur kuning berdiri dengan tegak di pintu gerbang rumah. Apakah ini mimpi ?. Saya masih belum percaya kalau saya akan menikah di pagi itu.

Setelah ayahanda dari calon mempelai perempuan sudah duduk di depan saya menggunakan beskap warna hitam, kain jarik berwarna cokelat lengkap dengan blangkon khas Jawa Timuran. Saat itu saya menggunakan beskap warna putih, gagah sekali terlihat (menurut pujian yang liat). Kami berdua duduk berhadapan. Kemudian para saksi dari kedua calon mempelai juga duduk saling berhadapan. Pujaan hati pun ikut duduk di samping saya dengan busana Jawa layaknya putri keraton. Senyuman yang indah sambil wajah tertunduk malu. Inikah pujaan hati yang akan saya persunting ?.
Ketika semuanya sudah duduk manis, ada kejadian yang bisa dibilang lucu dan menggemaskan. Penghulu yang ditunggu-tunggu belum juga tiba. Sempat beberapa anggota keluarga dibuat panik. Sesuai jadwal, acara pernikahan dimulai tepat jam delapan pagi. Saya mencoba menelpon penghulunya, ternyata yang mengangkat istrinya di rumah. 

Dari penjelasan istrinya, beliau sedang ada nikahan di masjid dekat rumah. Sempat kaget, gimana ceritanya akad nikah di rumah bisa berubah di masjid ?. Usut punya usut, ternyata penghulu yang akan menikahkan kami berdua bukan beliau tapi teman beliau yang lain. Perasaan lega dan tenang ketika penghulu kami terlihat berjalan terburu-buru dari tempat parkir kendaraan. Hal konyolnya, ternyata si penghulu bersamaan datang dengan rombongan kami. Beliau kebingungan memarkirkan mobilnya dan akhirnya beliau mendapatkan parkir cukup jauh dari lokasi. Gara-gara kebingungan cari tempat parkir, semua yang hadir dibuat panik.

Akad nikah pun dimulai, suasana berubah menjadi syahdu. Yang tadinya ada perasaan deg-degkan, berubah menjadi lebih tenang. Penghulu membuka sesi ijab kabul dengan memberikan khutbah nikah. Selanjutnya menuntun kami untuk mengucapkan kalimat syahadat. Hal yang ditunggu-tunggu pun tiba yaitu mengucapkan ijab kabul.

Mertua : “Ananda Lazwardy Perdana Putra, Saya nikahkan kamu dengan anakku Risky Gustina Sandika Ayu Masri dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan cincin emas empat gram, dibayar tunai”

Saya : “Saya terima nikahnya, Risky Gustina Sandika Ayu Masri dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan cincin emas empat gram dibayar tunai” Sah Sah…



Alhamdulillah, pengucapan saat ijab kabul gak ada yang salah. Saya sempat termenung dan tersenyum, sekarang saya sudah menjadi seorang suami Risky Gustina Sandika Ayu Masri. Menjadi seorang suami yang sholeh dan bertanggung jawab sama kelurga, Amin. Sekarang saya sudah memiliki keluarga kecil. Memiliki istri yang Insyaallah sholehah dan sayang sama keluarga, Amin lagi. Para tamu undangan dari keluarga besar dan kerabat gak ada henti-hentinya mengucapkan selamat kepada kami berdua. Gak lupa fotoan selfiean ala-ala kids kekinian,hahahaha. Hari yang sangat menyenangkan saat itu. Kebahagiaan terpancarkan dari kami berdua, dua sejoli yang dipertemukan oleh rencana Allah SWT.

Keesokan harinya, kami melangsungkan acara resepsi di gedung Al-Ikhsan, Ampenan. Menggunakan gaun yang sangat cantik berwarna lavender, membuat dia menjadi tampak lebih manis. Sedangkan saya menggunakan jas berwarna abu. Layaknya pangeran yang menggandeng seorang putri cantik jalan menuju pelaminan tempat kami menerima ucapan selamat dan doa dari seluruh tamu yang hadir.

Menjadi seorang pangeran dan putri sehari. Hampir seluruh tamu undangan hadir dan ikut merasakan kebahagiaan kami berdua. Kalimat selamat tiada henti-hentinya diucapkan oleh tamu undangan yang menyalami kami berdua. Papa, mama, bapak dan ibu mertua juga ikut merasakan kebahagiaan.








Ini baru namanya surga dunia yang saya rasakan seumur hidup. Perjalanan panjang yang saya lakukan membuahkan hasil.  Saya bersyukur sudah dipertemukan dengan mbak jodoh. Bersyukur memiliki keluarga baru yang sangat baik. Dan semoga saja kami berdua bisa menjalani hidup sebagai sepasang suami istri yang selalu diberkahi oleh Allah SWT.Amin.

Cerita kami berdua masih berlanjut. Menjalani kehidupan berdua sebagai suami istri. Cerita demi cerita akan selalu menghiasi kehidupan rumah tangga kami nanti. Gak terasa lumayan panjang juga cerita edisi anniversary kami berdua. Bukannya sombong atau apa, saya hanya ingin berbagi cerita perjuangan kami berdua dari pertama kali bertemu, jatuh cinta, akhirnya menikah, memiliki anak dan hidup bahagia nantinya,Amiin. Ambil yang positfnya dan buang jauh-jauh yang negatifnya.

Semoga menjadi inspirasi buat kalian yang membaca cerita ini. Menikah dengan orang yang kita sayang itu sangat indah. Berjuanglah atas nama cinta yang tulus. Mencintai dengan hati adalah kunci untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Dan terpenting, jangan lupa berdoa.

Pesan buat para jomblo yang masih berjuang atas nama cinta yang tulus, tetaplah semangat dan jangan pernah putus asa untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Tapi dengan cara yang baik lhoo ya. Insyaallah berjodoh, Amiin.

Terimakasi saya ucapkan kepada Bu Kus Catering yang sudah memasak hidangan di acara akad nikah dan resepsi kami, semua masakan dari Bu Kus enak dan lezat semua. Sampai sempat hampir kehabisan hidangan di acara resepsi hahaha. 

Terimakasi kepada Adena Weeding Organizer yang sudah membantu dalam persiapan pakaian, make up pengantin, souvenir dan lainnya. Hasil make upnya kece banget. Kami sekeluarga sangat duka dengan hasilnya.

Terimakasi buat Golden Advertising (Mbak Deta) tempat kami mencetak undangan dan tim foto dan video, dokumentasi acara kami. Foto yang sudah dikirim keren-keren semua dan ijin untuk mempostingnya di blog ini. 

Terimakasi juga kepada Alfa Decoration (Kak Toyib) yang dengan sabarnya membuat dekor sesuai dengan yang kami inginkan. Maaf Kak Toyib, kmami selama proses persiapan agak sedikit cerewet. Gak lupa juga kami ucapkan kepada pihak gedung Al-Ikhsan (Pak Riyadi). Kepada seluruh tim yang gak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasi banyak. Kalian semua Kece !!!




Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Thursday 18 April 2019

Kemeriahan Pemilu Aman 2019 : Gak Jamannya Golput Lagi


Kalian pasti sering berhadapan dengan pertanyaan dari teman atau orang terdekat "Kamu pilih siapa?". "Siapa capres cawapres kamu?" atau "Kamu Si Joko/Bowo yaa ?". "Saya Didik pak, bukan Joko atau Bowo". Bener juga ya, terkadang lucu juga mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Bisa dibilang setiap orang sering sekali ditanya demikian. Paling parahnya lagi, bila kita pakai pakaian yang warnanya identik dengan warna pakaian salah satu capres dan cawapres, pasti mengira pendukung mereka. Itu bukti terlalu sensitifnya para pendukung yang fanatik di negeri ini.

Bahkan setiap sudut kota, dari warung hingga ruang kantor pun selalu membicarakan perkembangan menjelang Pemilu 2019 bergulir. Ada juga saya mendengar kabar, ada suami yang bertengkar dengan istrinya gara-gara berbeda pilihan dan masih banyak lagi kejadian lainnya yang gak perlu kita contoh. Berbeda pilihan boleh-boleh saja, tapi harus selalu damai dan saling menghargai.

Di dalam tulisan kali ini, saya bukannya mau berpolitik atau menjatuhkan salah satu pihak. Tapi di dalam tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman saya ikut berpartisipasi dalam memeriahkan Pemilu 2019 yang bisa dibilang Pemilu paling unik di dunia saat ini. Kenapa bisa unik ?. Yuuk, ikutin terus cerita ini yang terkadang banyak curhatnya,hahahaha.




Jujur saja, selama empat kali calon pemimpin negara ini dipilih secara langsung oleh rakyat. Ini kedua kalinya saya ikut memilih. Pertama, saat jamannya Pak SBY terpilih sebagai presiden Indonesia di periode kedua. Dan kedua, di Pemilu 2019 ini. Sisanya Golput karena masih belum yakin dengan calon pemimpin yang akan dipilih. 

Untuk di Pemilu tahun 2019 ini, saya gak Golput lagi. Golput itu dilarang karena saya rasa kita gak boleh gak memilih. Jangankan calon pemimpin, calon pasangan saja harus kita pilih. Ya kan ?. Masak Golput saat memilih pasangan hidup, nanti gak laku-laku lagi (ngomong apa sih ?),hahaha. Jadi, jangan Golput !. Memilih dengan cerdas dan terpenting memilih dari hati, Asyiik.

Hari Rabu, tanggal 17 April 2019, seluruh warga Indonesia dimana pun berada, berbondong-bondong menuju Tempat Pemilihan Suara (TPS) masing-masing. Begitupun warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri, mereka juga ikut memilih meski jadwal pemilihan dimajukan lebih awal sebelum hari pemilihan di Indonesia. Di media online kita bisa melihat begitu antusiasnya mereka disana untuk memilih. Ada yang di Amerika, China, Rusia, Malaysia dan beberapa negara lainnya. Mereka rela mengantri panjang untuk menunggu giliran untuk mencoblos. Hal tersebut menjadi perhatian media asing dan warga negara lainnya salut dengan warga Indonesia yang semangat untuk mencoblos. Semuanya berpesta demokrasi untuk satu tujuan, memilih pemimpin yang terbaik di mata Allah SWT dan warga negara Indonesia, Amin.

Gak hanya kemeriahan terjadi di luar Indonesia saja, tapi di dalam negeri juga gak kalah meriahnya. Dari anak kecil sampai orang tua kalau ditanya, "pilih siapa?". Pasti mereka sudah memiliki jawaban masing-masing. Kemajuan teknologi di negeri ini juga sangat mempengaruhi jalannya proses Pemilu yang bisa dikatakan cukup menarik untuk diikuti. Menyalakan televisi, isi beritanya tentang Pemilu. Buka twitter, facebook atau instagram, isinya Pemilu. Chat-chatan sama si doi, ujung-ujungnya bahas Pemilu. Makan bareng dengan keluarga besar, bahas Pemilu. Ketemu teman lama, bahas Pemilu. Kita yang tadinya gak paham politik, jadi ikut keseret untuk membahas hal-hal tersebut. Pokoknya gak jauh-jauh dari obrolan seputaran Pemilu dah.

Begitupun yang saya rasakan di lingkungan kerja dan di rumah. Bertemu pasien, ujung-ujungnya bahas Pemilu. Lagi rapat, kalau gak gosip bareng emak-emak, bahas Pemilu juga. Biasanya sih yang emak-emak yang pada heboh soal Pemilu. Ngebahas tentang harga sembako naik, harga apa-apa naik dan rempong kalau mendengar para emak-emak curhat saat sudah pada ngumpul. Terpenting buat saya bukan soal sembako naik atau apa-apa naik, tapi gimana caranya kita sebagai warga negara Indonesia melaksanakan Pemilu 2019 ini dengan damai, gak pakai acara ribut-ribut segala. Alhamdulillah sampai tulisan ini selesai, gak ada keributan yang terjadi di negara ini. Pemilu 2019 berjalan dengan damai.

***

Sekitar jam sembilan pagi, saya bareng keluarga menuju TPS dimana nama kami terdaftar. Hari itu kami semua libur karena tanggal merah. Kebetulan kami memilih di TPS nomor 9, Kelurahan Ampenan Tengah, Kota Mataram, Lombok. Jarak TPS dari rumah gak cukup jauh. Hanya sekitar seratus meter sudah sampai dengan berjalan kaki. Suasana Pemilu kali ini bisa saya rasakan sangat meriah sekali. Seperti kita merayakan hari kemenangan atau Idul Fitri. Melihat keramaian warga yang berbondong-bondong menuju TPS dengan senyum ikhlas dan semangat. Seneng melihat mereka semua. Berbeda jauh dengan Pemilu sebelumnya. Pemilu yang sekarang gak hanya memilih presiden dan wakil presiden saja, tapi kita juga memilih calon legislatif DPR-RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD. Jadi, yang akan kita coblos berjumlah lima buah surat suara. Gak heran bila Pemilu kali ini adalah Pemilu yang paling unik dari sebelumnya.

Sesampainya kami di lokasi, antrian sudah panjang saja. Ini membuktikan antusias warga untuk memilih sangat tinggi. Setelah mendaftar, kami menunggu nama kami dipanggil satu per satu oleh petugas. Papa mama dan adik-adik sibuk melihat kertas suara yang berisi nama-nama caleg yang tertempel di dinding TPS. Saya pun juga ikut melihat-lihat siapa saja yang akan saya pilih. Sempat bingung mau pilih siapa terutama nama-nama calon wakil rakyat atau istilah kecenya "caleg". Gak ada yang terlalu saya kenal. Kalian yang membaca cerita ini begitu juga kan ?. Kalau sama seperti yang saya alami, bisa ikut komentar di bawah ya.

Untung saja cuaca pagi itu cukup cerah. Lokasi TPS juga sangat nyaman dan kondusif. Para warga juga tertib untuk menunggu dan mengikuti jalannya pemilihan. Dari panitia, keamanan dan pengawas jalannya Pemilu juga bekerja dengan baik. Saya melihat para pemilih juga gak ada yang mengeluh lama menunggu dan komplain hal lainnya. Semuanya berjalan dengan baik dan sukses. Salut dengan para petugas keamanan dari Polda NTB yang selalu menjaga proses Pemilu 2019 dari awal hingga akhir dengan aman dan kece pastinya. 

Sambil menunggu nama dipanggil, saya berbincang-bincang dengan para warga di lokasi yang sedang mengantri juga. Bukannya kepo atau apa, tapi saya ingin menanyakan gimana pendapat mereka tentang Pemilu kali ini. Jujur saja, dari sekian warga yang saya tanyakan, kebanyakan dari mereka menjawab hal yang sama yaitu bingung mau pilih caleg dari partai yang mana. Jujur saja, saya juga merasakan begitu.

Disamping kita memilih presiden dan wakil presiden, kita juga memilih caleg secara bersamaan. Dimana dari masa kampanye baik di media cetak maupun media elektronik/online, yang paling banyak disorot yaitu capres dan cawapres saja. Apalagi bila dilihat dari surat suara, daftar nama-nama caleg di setiap partai gak hanya satu dua nama, tapi lebih dari itu. Kalau saya sih kurang efektif bila dijadikan satu dengan Pilpres-cawapres. Hanya pendapat saja, bukan menjatuhkan salah satu pihak lhoo ya.




Gak menunggu lama, nama saya bersamaan dengan keluarga dipanggil satu per satu. Meyakinkan keputusan untuk memilih siapa, sudah ada di dalam hati. Memantapkan langkah kaki untuk mengambil lima surat suara kemudian dengan wajah senyum harap-harap cemas berjalan menuju bilik suara yang diarahkan oleh petugas. Uniknya lagi, bilik suaranya terbuat dari kardus bekas dengan ukuran gak terlalu besar. Saya memilih bilik suara yang sudah kosong dan saya rasa nyaman. Pertama surat suara yang saya buka yaitu surat suara capres dan cawapres. Ukuran surat suara gak terlalu besar dan hanya berisi empat wajah dan nama disana. Dengan ucapkan Bismillah, saya memantapkan hati untuk mencoblos salah satu paslon. Siapa dia ?, Rahasia donk.

Setelah surat suara pertama selesai dicoblos, lanjut membuka surat suara yang lainnya. Ukuran ketiga surat suara tersebut seukuran kertas koran. Besar dan banyak sekali nama-nama yang tertulis. Tanpa menunggu lama-lama, saya pun mencoblos salah satu nama dan partainya. Siapapun mereka yang saya pilih dan menang nantinya, semoga mereka orang baik dan mengemban amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Itu doa dan harapan saya saat memasukkan surat suara ke kotak suara masing-masing. Untuk kotak suaranya juga berbeda dari Pemilu sebelumnya. Kotak suara kali ini terbuat dari kardus juga. Menurut saya sih, lebih memakan biaya sedikit tapi dari segi keamanan kurang sepertinya. Gimana kalau terkena hujan atau tertimpa benda berat ?. Kotak suara yang terbuat dari kardus, rawan rusak dan rawan adanya kecurangan. Menurut pendapat saya sih.




Oke, Hak dan kewajiban sebagai warga negara sudah kami laksanakan. Selanjutnya, saya berharap apapun hasilnya nanti kita semua tetap bersatu. Gak ada yang saling bermusuhan dan rusuh. Selamat buat yang menang, sedangkan yang kalah tetap semangat dan ikhlas menerima hasil nantinya. Untuk semua tim sukses dan pihak-pihak lainnya yang sudah bekerja dengan maksimal, harus bersatu demi kemajuan negara kita yang tercinta "Indonesia".

Setelah mecoblos, kami sekeluarga mengabadikan moment yang bersejarah ini. Gak lain ya selfien ala-ala anak Milenials. Eksis sambil menunjukkan jari kelingking yang sudah tercelup tinta biru. Meskipun kami sekeluarga mempunyai pilihan yang berbeda, tapi kami saling menghargai dan menghormati pilihan masing-masing. Siapapun yang nantinya menang, merekalah pemimpin kita nanti. Yang memimpin Indonesia menuju terang benderang dan menjadi negara yang paling ditakuti di dunia nantinya. Amiiin.

Terimakasi kepada Polda NTB dan seluruh warga Indonesia khususnya warga Nusa Tenggara Barat yang telah melaksanakan Pemilu 2019 ini dengan damai dan aman. Enak kan, kalau suasana jadi aman tanpa adanya kerusuhan disana-sini. Mau ke mall tenang, mau piknik gak perlu khawatir, atau mau ke rumah mertua juga aman dan tenang, gak khawatir diajak debat sama mertua soal siapa yang menang, hahaha.

Sudah dulu yaa, panjang juga nulisnya. Ambil baiknya dan buang jauh-jauh yang gak baiknya. Siapapun yang menang nanti, merekalah pilihan Allah SWT untuk rakyat Indonesia. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Selanjutnya Allah SWT penentu semuanya. Pemilu 2019 Aman dan Kece !!!

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pemilu Aman 2019 Bersama Polda NTB

Penulis : Lazwardy Perdana Putra