Thursday 20 August 2015

Bersantai Sejenak di Rara Villa, Lombok Island


Bingung habis upacara HUT RI ke 70 di kantor tercinta mau kemana. Diam di rumah adalah pilihan yang gak tepat soalnya sudah dua minggu gak jalan kemana-mana. Secara gak sengaja, saya membuka salah satu blog yang isinya profil salah satu villa baru yang sangat kece. Usut punya usut ternyata villa tersebut berada gak jauh dari rumah. Langsung saja calling temen-temen geng ngetrip untuk segera capcus ke TKP dan respon temen-temen antusias sekali.


Menurut informasi yang ada, Rara Villa baru dibuka resmi sebulan yang lalu. Berlokasi di Bukit Batulayar dan langsung menghadap ke Pantai Senggigi membuat villa ini sangat unik. Dari desain bangunan dan kolam renangnya yang membuat villa ini memiliki nilai jual yang tinggi. Saya suka tempat ini, apalagi saat kami kesana lagi ada promosi.


Menuju ke Rara Villa gak mudah, mempersiapkan kondisi kendaraan yang prima adalah hal yang diwajibkan. Kenapa demikian, karena untuk menuju ke lokasi ini, kita harus masuk gang di sebelah Kantor Kecamatan Batulayar atau di sebelah utara Hotel Jayakarta, Lombok Barat dengan kondisi jalannya lumayan mengencangkan otot tangan dan kaki untuk membawa motor. Sekitar satu setengah kilometer kondisi jalan yang berbatu, berdebu dan paling parahnya menanjak dimana kiri kanannya jurang.


Tapi jangan khawatir, perjuangan kita akan terbayarkan dengan keindahan villa baru yang sangat kece ini. Villa yang berdiri di atas Bukit Batulayar memberikan pesona alam Lombok kepada para pengunjungnya. Butuh lima belas menit perjalanan dari rumah, kita sudah sampai di Rara Villa. Disambut oleh bapak-bapak yang sangat ramah kepada kami, mempersilahkan kami masuk ke dalam villa untuk menikmati fasilitas yang ada termasuk berenang sepuasnya.




Dengan tarif menginap seharga sekitar satu setengah juta per malam kita sudah dapat menikmati seluruh fasilitas villa dari ruang tidur, kasur yang empuk, teras yang langsung menghadap pantai, sampai berenang sepuasnya sehari semalam ( jika tahan dingin ). Tapi kami gak ada niat menginap karena hanya ingin bersantai-santai sejenak menikmati alam perbukitan Batulayar dan indahnya garis Pantai Senggigi sambil berenang. Hanya mengeluarkan lima puluh ribu per orang saja kami sudah dapat menikmati fasilitas tersebut dan bonusnya mendapatkan snack dan soft drink.



Lokasi yang menjadi favorit saya adalah di lantai ketiga, disini kita bisa melihat indahnya perbukitan dan pantai dilengkapi dengan kolam renang di bawahnya ( foto di atas ). Seperti orang yang kaya mendadak memiliki rumah super mewah serta dimanjakan oleh alam Lombok yang sangat kece. Setelah ngobrol-ngobrol dengan bapak pengelola villa, kami berlima langsung mengelilingi ruang per ruang di dalam Rara Villa. 



Bangunan Rara Villa terdiri dari tiga lantai, dimana pada lantai paling atas kita bisa melihat pemandangan perbukitan, garis pantai beserta jejeran pohon kelapa dengan latar belakang kolam renang. Kolam renangnya sendiri terdiri dari dua tingkat dimana pada tingkatan pertama memiliki kedalaman hampir tiga meter dan kolam pada tingkatan kedua memiliki kedalaman satu setengah meter. 



Setelah puas berkeliling di dalam villa, kami pun langsung menuju ke kolam renang. Kami memilih kolam renang pada tingkatan kedua karena lebih kece kelihatannya, bisa menikmati pemandangan sambil berenang dan berendam cakep disini. Berenang di pagi hari apalagi didukung desain kolam renangnya yang unik, mantaap sudah.



Menurut informasi yang saya dapatkan dari bapak pengelolanya secara langsung, pemilik Rara Villa ini merupakan warga asli Kalimantan. Nama Rara Villa diambil dari nama istrinya yaitu Raden Rara dan mereka berdua sudah lama menetap di Lombok. Rara Villa mulai dipromosikan melalu facebook oleh bapaknya. Pantas saja villa ini langsung ramai saja didatangi oleh para pengunjung.



Beruntung sekali kami saat itu, berenang disaat cuaca cerah dan lagi masuk musim kemarau membuat badan dan otak kembali segar setelah melakukan rutinitas sehari-hari yang begitu padat ( maklum orang sibuk ). 

Habis berenang, seorang mas-mas menghampiri kami dengan membawa sesuatu, ternyata itu snack dan soft drink yang merupakan bonus yang kami dapatkan. Snack yang dimaksud adalah sebuah P*p Mie alias mie rebus memakai cup dan es sirup A*C. Tapi jangan khawatir, jika masih lapar kita bisa memesan makanan yang lainnya seperti nasi goreng atau makanan yang disediakan dengan menambah pembayaran pastinya.

Gimana menurut teman-teman, kece bukan? Harus dicoba tempat yang satu ini.

Catatan : 
- Menurut informasi masih ada promosi selama bulan ini ( saat artikel ini ditulis ).
- Jalur menuju Rara Villa : Kota Mataram - Pasar Kebon Roek - Hotel Jayakarta - Kantor Camat Batulayar ( belok kanan ) - Rara Villa
- Tarif menginap Rp 1.500.000,- per malam, Tarif berenang dan menikmati villa  hanya Rp.50.000,- ( Bonus snack dan soft drink ).

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 15 August 2015

Explore Gili Kondo di Musim Panas


Gili terakhir sekaligus penutup perjalanan kami mengexplore keempat gili yang ada di kawasan Pulau Lampu yaitu Gili Kondo. Diantara keempat gili yang ada di kawasan Pulau Lampu, Gili Kondo merupakan gili yang paling diminati oleh pengunjung karena namanya sudah mulai dikenal sampai ke luar Lombok bahkan negara tetangga.


Menurut saya, setiap gili disini memiliki keunikannya masing-masing. Gili Petagan yang sebagian besar merupakan hutan mangrove dan memiliki sungai di dalamnya yang bisa dilewati oleh perahu boat, Gili Kapal yang merupakan dataran gundukan pasir yang timbul tenggelam tergantung pasang surut air laut, Gili Bidara yang memiliki perairan yang sangat cocok buat kegiatan snorkeling atau diving dan yang terakhir Gili Kondo yang memiliki panorama alam yang gak kalah dengan Gili Trawangan dan Gili Nanggu yang sudah terkenal sebelumnya.


Rasa letih kami setelah melakukan beberapa kegiatan mulai dari berenang di sungai hutan mangrove Gili Petagan, terdampar di Gili Kapal, dan snorkeling di perairan Gili Bidara. Saatnya kami beristirahat sejenak sekaligus makan siang di Gili Kondo. Semakin siang arus laut semakin kencang, Pak Solehun memberikan informasi kepada kami bahwa saat itu air laut lagi dalam kondisi pasang. Kami disarankan untuk gak buru-buru balik ke Pulau Lombok, tunggu sampai arus laut kembali normal yaitu pada saat sore hari. Siaap Pak, kami laksanakan !!! .


Ada beberapa kegiatan  yang kami lakukan disini, diantaranya bakar ikan hasil memancing kami *mancing di Pasar Ikan Labuan Lombok*, ada yang hunting-hunting spot yang bagus buat fotoan, dan ada juga yang menyempatkan diri untuk tidur siang. Satu per satu rombongan pengunjung datang ke gili ini untuk istirahat sejenak dari kegiatan berkeliling gili-gili seharian sebelum balik ke Pulau Lombok. 


Jujur saja, ini kali keempat *jika gak lupa* saya datang ke gili ini dengan membawa cerita yang berbeda-beda pastinya. Sedikit bercerita tentang Gili Kondo, tempat ini dulunya berdiri sebuah homestay yang dikelola oleh pihak swasta, tapi pada saat saya datang terakhir kali, homestay tersebut sudah hilang. Saya gak tahu lebih jelasnya mengapa homestay itu sudah gak ada lagi. Yang jelasnya gili ini sangat kece untuk dikunjungi, tapi jangan membuang sampah sembarangan ya teman-teman, Please..!!!



Terik matahari sangat menyengat karena saat itu sedang musim panas alias kemarau berkepanjangan *kata berita di tipi*, sehingga kami semua memutuskan gak snorkeling lagi alias ingin menikmati keindahan gili ini dari darat saja. Gili ini lumayan besar juga, ini dibuktikan dari hasil jalan-jalan saya bersama beberapa anggota yang ikut mengelililngi gili ini dari ujung ke ujung. Setiap spot yang kece gak saya lewatkan, jepret sana jepret sini dan hasilnya bisa dilihat di atas *dua contoh saja*.

 

What ?, saya melihat ada gili di seberang sana dan uniknya lagi ini gili bisa diseberangi menggunakan jalan kaki saja. Setelah ditelusuri lebih jelasnya dengan bantuan GPS dan mbah Google, gili ini bernama Gili Bageq. Kenapa dinamakan Gili Bageq ya, ini gili kan menyatu sebenarnya dengan Gili Kondo ? *pura-pura berpikir keras*. Sudahlah gak perlu dipertanyakan, yang jelas gili ini menjadi penemuan baru saya dan bonus buat kami dalam perjalanan mengexplore kawasan Pulau Lampu. 




Sekitar lima menit berjalan kaki menyeberangi gili ini, akhirnya kami sampai juga di Gili Bageq. Gili yang sebagian besar ditumbuhi oleh tanaman bakau alias mangrove ini gak kalah kecenya dengan gili yang lain. Gak snorkeling di Gili Kodo karena kondisi badan yang gak mendukung, mengexplore Gili Bageq pun jadi dan bagi saya sudah memberikan kepuasan tersendiri.


Sekitar setengah jam lamanya saya bersama beberapa anggota yang lain berada di gili ini. Sedangkan anggota yang lainnya sibuk dengan urusan dan kegiatan masing-masing. Dari sini saya gak bosan-bosannya selalu belajar bahwa kita bisa mencari kebahagiaan yang menurut saya bisa didapatkan dengan mau selalu berusaha dan terus berusaha dengan menambahkan doa sebagai bahan bakarnya. Berusaha mencari kebahagian yang sesuai dengan apa yang kita inginkan *ngomong opo toh lek ?*. 


Gak ada cerita lucu yang terjadi di Gili Kondo karena semuanya sudah kelelahan berkeliling beberapa gili yang ada di kawasan ini. Sebagai penutup dari cerita kami mengexplore kawasan gili-gili Pulau Lampu, saya hanya berpesan kepada diri saya sendiri dan teman-teman yang sempat membaca cerita ini bahwa kita semua yang mengaku cinta dengan alam dan dunia traveling harus selalu menjaga keindahan tempat ini dengan cara gak membuang sampah sembarangan, gak merusak apa yang ada di sekitar, dan selalu beretika baik saat berinteraksi dengan penduduk setempat dan orang lain. 

Sampai jumpa bersama cerita saya selanjutnya dan di tempat yang gak kalah kecenya juga.

Catatan:
- Segala informasi yang lainnya bisa baca juga di Jangan ke Gili Kapal, Nanti Gak Mau Pulang , Mengarungi Sungai Hutan Mangrove Gili Petagan , dan Spot Crew Patrick : Snorkeling di Gili Bidara

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Spot Crew Patrick: Snorkeling di Gili Bidara


Next..... Gili ketiga yang menjadi tujuan kami selanjutnya yaitu Gili Bidara. Dari penampakannya gili ini biasa saja, tetapi perairannya itu yang membuat setiap orang yang kesini bakal dibuat jatuh cinta. Gili Bidara diapit oleh Gili Petagan di sebelah timur, Gili Kapal di sebelah utara dan Gili Kondo di sebelah barat. Gili ini biasanya digunakan sebagai tempat transit bagi nelayan yang habis pulang melaut karena tempatnya yang sangat nyaman, bagaikan pulau pribadi.


Sepertinya kami datang tepat pada waktunya karena bisa melihat keindahan gili ini disaat musim panas, langit berwarna biru, rumput menguning, pasir yang berwana putih, gradasi warna laut yang memanjakan mata serta angin sepoi-sepoi yang selalu menyapa kami setiap detiknya. Bagi yang suka bepergian saat musim panas, disini tempat yang cocok untuk didatangi.



Kegiatan yang kami lakukan yaitu snorkeling. Air jernih ditambah gradasi warna air laut yang membuat semangat kami bertambah untuk snorkeling. Ada juga anggota yang lain hanya beristirahat dan  menikmati keindahan Gili Bidara dari atas perahu boat. Gili Bidara hanya tempat kami melakukan transit sementara karena Pak Solehun harus mengisi bahan bakar mesin boatnya. 


Sementara Pak Solehun mengisi bahan bakar mesin boat, gak ada salahnya kami mengexplore gili ini hanya sebentar saja. Snorkeling, berkeliling gili, serta melihat ada jembatan penyeberangan di gili ini yang kondisinya kurang terawat. Selesai Pak Solehun mengisi bahan bakar, kami melanjutkan perjalan ke perairan antara Gili Bidara dan Gili Petagan, What ? berarti kami akan dibawa snorkeling ke tengah laut ?. Benar saja, ternyata saya dan anggota yang lain senang sekali diantar ke spot yang menurut orang-orang katanya bagus.



Ditengah perjalanan kami bertemu dengan rombongan yang lain, sepertinya mereka baru selesai snorkeling juga *sotoy*. Melihat mereka, saya dibuat penasaran dan gak sabar rasanya segera terjun cakep dari atas perahu boat. Arus laut sedikit bergelombang, tetapi tenang saja ini arus normal kok. Masih belum berbahaya untuk melakukan snorkeling.


Akhirnya sampai juga kami di spot yang dimaksud. Segera beberapa anggota yang lain menyiapkan perlengkapan snorkeling seperti masker, fin dan life jacket demi keamanan. 


Satu persatu anggota segera loncat cakep dari atas perahu, sedangkan saya sendiri lagi sibuk menyiapkan perlengkapan seperi masker, fin, life jacket serta waterproof kamera untuk mengabadikan beberapa foto yang kece-kece alias saya bertugas menjadi tukang jepret sana jepret sini *nasib kameramen*.



Naik turun dari perahu boat demi mendapatkan moment yang bagus. Gak apa-apalah demi kebahagiaan mereka yang difoto, capek pun gak masalah *peres*. Di spot ini kami gak hanya sendirian melakukan snorkeling, ternyata banyak rombongan lain yang snorkeling disini juga. Karena belum ada namanya, kami menyebutnya spot ini dengan sebutan Spot Crew Patrick. 



Giliran saya unjuk gigi bersama teman yang berprofesi sebagai dokter gigi, sebut saja dokter Irfan. Kami menikmati surganya bawah laut Spot Crew Patrick ini. Cara kami berdua berbeda dalam mengambil gambar, dimana yang lainnya sibuk berfoto dari atas permukaan laut, sedangkan saya dan dokter gigi sibuk mencari terumbu karang yang bisa dibilang kece.



Sekitar lima belas menit kami menyelam, disini kami belum menjumpai rombongan ikan. Terumbu karangnya juga sudah mulai rusak, dugaan saya disini dulu pernah terjadi pengeboman ikan oleh orang-orang yang gak bertanggung jawab sehingga banyak sekali terumbu karang yang sudah rusak. Menyelam sambil belajar, ternyata keindahan bawah laut itu sangat mahal harganya. Kita sebagai orang-orang yang cinta dengan keindahan bawah laut harus selalu menjaga dan merawat keindahan tersebut, GAK BOLEH DIRUSAK !!!.


Pengalaman pertama snorkeling di Gili Bidara dan melihat langsung kondisi kehidupan terumbu karang disini, membuat saya ingin balik ke spot ini lagi. Kata beberapa orang penampakan bawah laut itu menyeramkan karena gelap dan berarus kencang, tetapi bagi saya kehidupan bawah laut itu sangat menyenangkan dan indah. Bagi saya yang gak terlalu mahir berenang, bisa menikmati alam bawah laut ini dengan aman adalah rezeki yang sangat berharga. 

Spot Crew Patrick Gili Bidara menambah catatan ngetrip saya yang sangat kece bersama para sahabat baru yang memiliki hobi gila ngetrip. Waktu sudah beranjak siang, kami segera melanjutkan perjalanan ke satu gili yang gak kalah indahnya dengan gili-gili yanga ada di Pulau Lombok. Gili Kondo,..Comming Soon !!!

Catatan : 
- Baca juga Jangan ke Gili Kapal, Nanti Gak Mau Pulang , Mengarungi Sungai Hutan Mangrove Gili Petagan
- Paket snorekling di Gili Bidara sudah termasuk ke dalam paket keliling empat gili.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday 8 August 2015

Jangan ke Gili Kapal, Nanti Gak Mau Pulang


Segmen sebelumnya di Hutan Mangrove Gili Petagan, saya banyak bercerita tentang keindahan Gili Petagan. Nah selanjutnya saya akan bercerita tentang kehebohan "Crew Patrick" melanjutkan perjalanan menuju Gili Kapal. What, Gili Kapal ? Kok gak ada bentuk seperti kapal ? Saya gak tahu mengapa disebut Gili Kapal. Setahu saya dahulu sekitar tahun 90an, ada sebuah kapal ferry penyeberangan Lombok - Sumbawa yang terdampar di kawasan gili ini. Mungkin itu sebabnya masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan Gili Kapal "My BeYes My Be No".


Sesuai dengan namanya Gili Kapal, gili ini menggoda setiap kapal yang melintas di kawasan ini untuk segera melepaskan jangkar dan bersandar di pasir putihnya yang selalu menggoda iman kita untuk cepat-cepat turun. Termasuk kami berduabelas yang berhasil dibuat tergila-gila sama gili seksi ini. Dari kejauhan terlihat gundukan pasir putih membentuk daratan kecil ditemani oleh gradasi warna air laut yang menakjubkan. No editan, fotonya asli mas broo, original dari hasil jepretan kamera DSLR Cannon 60D. 


Awalnya sempat khawatir bila hari itu menjadi hari kurang beruntung kami untuk melihat Gili Kapal secara langsung. Setelah bertanya-tanya sama Pak Solehun ngalor ngidul tentang kapan waktu yang pas buat melihat gili seksi satu ini. Akhirnya kami mendapat sedikit pencerahan dari Pak Solehun, bapaknya berkata kepada kami bahwa hari ini waktu yang pas untuk melihat Gili Kapal. "Let's Go Pak, Jangan Buang Waktu Lagi !!!"


Pertunjukan pertama yang menyambut kami di Gili Kapal yaitu beberapa Burung Camar yang lagi asyik bermain di gili ini. Semakin mendekat perahu boat kami ke daratan pasir, teman-teman langsung berteriak "Welcome Gili Kapal" dan sekelompok Burung Camar pun segera menyambut kami dengan memberikan pertunjukan terindah yang berhasil kami abadikan dalam sebuah foto. Pertunjukkan terbang membentuk sebuah formasi ala Burung Camar, kece pokoknya.


Gak mau kalah dengan sekelompok Burung Camar yang lagi bermain di Gili Kapal. Kami pun segera turun dari atas perahu boat memakai gaya ala miss Syahrono ( Kok Syahrono lagi ) menuju gundukan pasir putih membentuk pulau kecil ini. Gak ada pohon atau rumput hidup di Gili Kapal, karena gili ini hanya berupa pulau pasir putih yang akan terlihat pada waktu dimana air laut lagi surut pada jam-jam tertentu saja. 


Entah kemana perginya sekelompok Burung Camar tersebut ketika kami turun dari perahu boat. Padahal saya pribadi ingin foto bareng dengan sekelompok burung indah itu, kalau bisa maunya sekaligus selfiean bareng. Mungkin merasa terganggu atau malu-malau ala kucing garong, makanya mereka pergi minggat ke tempat lain, "Maafkan kami mas / mbak burung!!!".  


Setelah dilihat-lihat secara teliti, view dari Gili Kapal ini sangat kece. Gili Kapal ini terletak di sebelah selatan Gili Petagan dan sebelah timur Gili Kondo, Gili Bidara. Paling kece lagi, bila kita mengambil foto ke arah barat atau ke arah Gunung Rinjani, Gila keren banget hasil jepretannya. Sayang sekali saat itu puncak Gunung Rinjani lagi tertutup oleh awan putih, jadi kurang sempurna. Gak apa-apa, hasil jepretan ini saja sudah terlihat sangat kece. 


Eits, ada yang jadi foto model buat prewed kayaknya. Sambil menyelam minum air, ha..ha..ha.. Peace cuma becanda kawan. Yang ada dalam foto di atas yaitu Mbak Izza dan Mas Ezza. 


Bila foto yang di atas beda lagi. Ini adalah duet tour guide sekaligus leader dari "Crew Patrick",eheemm... memperkenalkan diri sendiri. Sebelah kiri yaitu saya sendiri dan disampingnya yaitu drg.Irfan. Mas Irfan membantu saya mengkoordinir anggota yang lain demi suksesnya Open Trip tersebut, "Thanks dok atas bantuannya !". 


Semakin siang gradasi air lautnya semakin kece, perpaduan warna hijau toska dengan biru toska menambah keindahan kawasan gili ini. Cuaca sangat cerah, sinar matahari gak terasa oleh angin laut yang sepoi-sepoi selalu menyapa kami selama berada di surganya Pulau Lombok ini. 


Gak terasa sudah satu jam kami mengexplore gili seksi ini. Pengennya sih berenang di kawasan gili sambil snorkeling, tapi arus laut yang sedang kencang-kencangnya membuat kami mengurungkan niat untuk menceburkan diri ke laut. 


Dari awal datang sampai detik-detik meninggalkan Gili Kapal, saya pribadi selalu dibuat jatuh cinta dengan lukisan empat dimensi asli ciptaan Allah SWT ini. Begitu sempurnanya Allah SWT menciptakan bumi ini dengan berbagai macam makhluk di dalamnya. Gak henti-hentinya saya menasihati diri saya sendiri sekaligus kepada teman-teman lainnya, agar kita selalu menjaga semua keindahan yang Allah titipkan ke kita semua.

Tugas kita hanya satu, selalu menjaga dan jangan merusak ekosistem yang ada di darat maupun lautan, sepeti jangan membuang sampah ke laut dan jangan meninggalkan sampah di tempat yang sudah teman-teman kunjungi. 

Catatan :
- Waktu yang tepat menuju Gili Kapal saat air laut surut yaitu sekitar jam dua belas sampai jam dua siang.
- Terletak di tengah Selat Alas yang menghubungkan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
- Trip ke Gili Kapal sudah satu paket dengan trip ke Gili Petagan, Kondo dan Bidara.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra
Kameramen : Lazwardy Perdana Putra dan Zulkarnaen