Thursday 28 April 2022

Mengenal Lebih Dekat Museum ASI Mbojo Bima : Eks Istana Kesultanan Bima


Datang ke Kota Bima, gak lengkap rasanya bila gak mengunjungi salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota ini. Sebut saja Museum ASI Mbojo Bima yang lokasinya gak jauh dari tempat saya menginap. 

Sabtu sore adalah waktu yang pas buat saya datang ke museum ini. Letaknya juga sangat strategis. Jadi gak perlu repot-repot mencari transportasi umum atau online. Tinggal berjalan kaki menuju arah Alun-Alun Kota Bima, kita sudah bisa melihat dari jauh bangunan dari Museum ASI Mbojo ini yang berada di sebelah timur dari Alun-Alun Kota Bima. 



Sesampainya di depan pintu gerbang museum, saya melihat salah seorang penjaga di loket tiket masuk. Saya pun bertanya apakah museum Hari Sabtu buka untuk umum atau gak. Ternyata hari itu saya beruntung sekali. Museum dibuka sampai jam lima sore. Lihat jam tangan, waktu masih jam empat sore. Masih ada waktu satu jam untuk berkeliling di luar dan dalam bangunan museum. 

Saya waktu itu membayar tiket masuk 2 ribu rupiah saja. Setelah mendapatkan ijin masuk, saya langsung berjalan ke sisi barat bangunan museum. Penampakan bangunan museumnya kece banget. Perpaduan antara bangunan Eropa dan Bima. Taman di sekitar bangunan museum juga cukup terawat. Jadi penasaran ingin melihat di dalam ada apa saja ya ?. 

ASI Mbojo atau Istana Bima merupakan istana peninggalan Kesultanan Bima. Istana ini terletak di Jalan Sultan Ibrahim no.2, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ASI Mbojo saat ini sudah beralih fungsi menjadi museum dan diberi nama Museum ASI Mbojo. Bangunannya masih terlihat anggun meskipun telah berumur ratusan tahun. Di masa lalu, bangunan ini gak hanya sebagai pusat pemerintahan saja melainkan sebagai kediaman serta lambang identitas sebuah bangsa. Dari beberapa artikel yang saya pernah baca, di istana ini bendera merah putih pertama kali dikibarkan di Bima.

ASI Mbojo dibangun pada abad ke-19. Tapi pada tahun 1927, bangunan aslinya dibongkar karena sudah gak layak lagi digunakan. So, dibangun bangunan istana yang lebih besar dari sebelumnya pada tahun 1930. Sultan Bima yang melaksanakan pembangunan istana ini yaitu Sultan Ibrahim dan Sultan Muhammad Salahudin. 



Istana Bima merupakan bangunan yang bergaya campuran Mbojo dan Eropa. Perancangnya yaitu Rahatta, seorang arsitek kelahiran Kota Ambon yang sengaja didatangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Bima. Untuk dapat terselesaikan dengan segera, Rahatta dibantu oleh Bumi Jero Istana sampai selesai pada tahun 1929. Pembangunan dapat terselesaikan dalam waktu tiga tahun. 

Istana ASI Mbojo merupakan bangunan permanen yang memiliki dua lantai. Arsitekturnya merupakan perpaduan arsitektur asli Bima dan Belanda. Pembangunan dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Untuk biaya pembangunan berasal dari anggaran belanja kesultanan. Bangunan istana diapit oleh dua pintu gerbang timur dan barat yang dijaga oleh pengawal kesultanan pada masa itu. Konsep dari bangunan itu hampir sama dengan bangunan istana lain di tanah air yang menghadap ke arah barat.



Apa saja ya ada di dalam bangunan museum ?. Saya pun berjalan memasuki museum. Terlihat di depan teras depan, ada sekelompok siswi yang sedang latihan tari. Saya kurang tau tarian apa, yang jelas dari musiknya yaitu tarian khas Bima. Gerakannya juga sangat bagus apalagi yang nari guys, hahaha

Gak terbuai melihat yang latihan menari, saya segera masuk ke dalam. Terlihat banyak sekali pajangan foto-foto di dinding ruangan. Foto-foto ini menceritakan perjalanan panjang masa kejayaan Kesultanan Bima di masa lalu. Di salah satu dinding terdapat nama-nama raja dan sultan pertama sampai terakhir yang menjabat tahun 1951. 

Terlihat lantai dan dinding ruangan cukup terawat dan bersih sekali. Bener saja, memasuki area ruangan saya merasakan suasana yang berbeda yaitu hening dan sunyi. Namanya juga bangunan jaman dulu. Untungnya disini masih ada beberapa orang yang berada di dalam ruang. Jadi gak sendirian. Horor juga kalau jalan sendirian memasuki ruang per ruang. Ada beberapa kamar juga, salah satunya kamar Bung Karno yaitu Presiden RI yang pertama.

Saya hanya berdiri di depan pintu yang memang dibuka. Saya melihat ada beberapa perabotan yang masih terawat seperti tempat tidur dengan kelambunya, meja kerja kayu, lemari dan beberapa foto yang tergantung di beberapa sisi kamar. Dari beberapa artikel yang baca, dulu kalau presiden atau pejabat negara datang ke Bima. Menginapnya di Istana ASI Mbojo Bima. 




Btw, sempat merinding juga kalau datang sendirian kesini. Disini saya gak menakut-nakuti siapapun, tapi yang saya rasakan kemarin demikian. Saran saja, kalau mau kesini ya bareng temen biar ada nemenin ngobrol. Sebenarnya disini ada tour guidenya yang menjelaskan sejarah ASI Mbojo tapi gak tau pas saya kesana gak ada salah satu petugas. Apa mungkin sudah sore kali ya ?. Jadi beberapa pegawai museum sudah pulang. 

Setelah mengexplore lantai pertama museum ini, saya melanjutkan menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu kokoh menuju lantai dua. Disini saya melihat beberapa peninggalan bersejarah yang disimpan. Seperti senjata, pakaian adat kerajaan Bima dan lain sebagainya. Di lantai ini lebih sunyi dan hening. Wah, kebayang kan sensasinya berada seorang diri di lantai dua. Mana ada patung-patung pula. Horor dikit sih, tapi Alhamdulillah gak terjadi apa-apa selama saya mengexplore museum ini. 



Hari semakin sore, cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan juga semakin sedikit. Suasana juga sudah mulai lebih hening dari sebelumnya. Saatnya saya berjalan ke luar menuju pintu teras depan. Masih tampak para siswi yang sedang latihan tari. Saya pun gak lupa mendokumentasikannya. 

Sebelum meninggalkan area museum, saya menyempatkan berkeliling di taman museum. Ada beberapa buah meriam yang masih terawat di depan museum. Tanaman juga sangat beragam. Rerumputan yang hijau dan rapi menggoda saya untuk duduk sejenak menikmati penampakan bangunan  ASI Mbojo Bima yang sudah berubah fungsi menjadi museum. Saya membayangkan kehidupan jaman dulu di istana ini. Jauh dari kehidupan serba modern seperti sekarang.

Di seberang museum, tampak para warga yang sedang asyik bersantai di Lapangan Serasuba. Dulunya lapangan ini digunakan untuk latihan para prajurit atau tentara pada masa itu. Sekarang Serasuba difungsikan untuk tempat bermain, berolahraga dan bersantai warga Kota Bima dan sekitarnya. Disini juga kita gak khawatir kelaparan dan kehausan. Banyak sekali para penjual makanan dan minuman disini. Ada jual Gado-Gado Madura yang super enak itu lhoo disini. Kok jauh bener ya dari Madura ? Hehehe.

So, saya merasa senang bisa ke Museum ASI Mbojo Bima karena saya bisa belajar sejarah dari Kerajaan Bima pada masa lalu. Untuk kesannya sih agak sedikit serem buat saya pribadi saat berada di antara ruang di dalam museum. Bener-bener bangunan yang klasik nan anggun. Bukannya saya menakut-nakuti tapi memang benar rasanya agak sedikit merinding. Tapi namanya kita hidup berdampingan dengan makhluk lain di dunia ini. Jangan takut karena kita beda alam. Itu saja ! Asyiiik. 

Over all, saya sangat mengagumi bangunan Museum ASI Mbojo Bima ini. Salut sama pemerintah setempat yang merawat dan menjaga cagar budaya yang menjadi saksi sejarah kejayaan Kerajaan Bima pada masa lalu. 

Di penutup cerita mengexplore Museum ASI Mbojo, saya ingin mengingatkan kepada generasi muda bahwa janganlah lupa sama sejarah karena bangsa yang besar yaitu bangsa yang gak lupa dengan sejarahnya ! Asyiiik. 

Oke itu dia sedikit cerita tentang Museum ASI Mbojo, untuk lebih lengkap dan jelasnya info tentang museum ini. Kalian bisa kunjungi website resmi dari Pemerintah Kab.Bima. Disana dijelaskan secara detail profil museum ini. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday 15 April 2022

Nongkrong Sambil Ngopi Sore di Kota Bima : Royal Coffee


Beberapa hari berada di Kota Bima, sejauh ini saya cukup merasa nyaman dan senang. Apalagi di kota ini banyak sekali tempat kuliner dan nongki. Jadi kalau pengen nongkrong sambil makan dan ngopi gak bingung. 

Sejak hari pertama di Kota Bima, pikiran saya langsung mencari dimana tempat ngopi yang asyik. Buka-buka google maps, eh ternyata di kota ini ada beberapa kedai kopi gitu tapi jumlahnya gak terlalu banyak. Gak apa-apalah, yang penting ada. Sebenarnya sih ada tempat yang bikin saya penasaran pengen datangi, tapi lokasinya yang cukup jauh dari penginapan. So, saya urungkan buat kesana. Next time, jika ke Bima lagi bakalan datang ke lokasi yang dimaksud. Viewnya katanya kece, bisa liat Teluk Bima dari atas bukit. Hmmmm...kita lupakan dulu.

Kali ini ada sebuah kedai kopi instagrammable yang lokasinya dekat dengan penginapan dan lokasinya sangat terjangkau. Pas liat di akun instagramnya lumayan asyik buat nongkrong sambil ngopi disana. So, saya putuskan untuk menghabiskan waktu sore disana saja sebelum keesokan harinya balik ke Lombok.



Sore hari sehabis mandi dan rapi-rapi, saya keluar penginapan dengan berjalan kaki. Dengan membawa tas kecil yang isinya kamera DSLR dan barang wajib lainnya seperti dompet dan handphone, saya berjalan menuju arah Alun-Alun Kota Bima. Suasana sore itu cukup ramai oleh kendaraan yang lalu lalang. Saya pun sengaja berjalan pelan agar dapat menikmati setiap sudut dari kota ini.

Saat itu di Bima lagi musim groso atau bahasa Indonesianya Buah Srikaya. Bagi yang doyan buah berdaging empuk dan berbiji banyak ini pasti kalau melihat banyak pedagang groso, wajah langsung sumringah. Kalau saya sih gak terlalu doyan sama buah ini, tapi kalau makan ya suka. Sore itu di dekat pasar yang saya lewati, banyak sekali para ibu-ibu yang berjualan buah srikaya. Deretan bakul pun memenuhi pinggiran jalanan pasar dan pertokoan di kota ini. Disini yang berjualan ibu-ibu semua. Emang strong nih emak-emak !.



Gak terlalu jauh berjalan kaki, saya pun sudah tiba di Alun-alun Kota Bima. Disini sudah ramai sekali oleh warga yang sedang asyik bersantai sambil menikmati suasana sore. Para pedagang kaki lima juga sudah banyak yang menggelar lapak. Saya pun melanjutkan berjalan kaki ke arah Museum ASI Mbojo Kota Bima yang dulunya merupakan bangunan Kesultanan Bima. Next time, kita akan bercerita tentang museum bersejarah ini ya !. 

Sekitar lima puluh meter berjalan kaki dari museum, sampailah kita di sebuah kedai kopi yang menjadi tujuan utama saya. Sebut saja Royal Coffee. Kedai kopi yang berada di Jalan Soekarno Hatta, sebelah timur Lapangan Merdeka Serasuba yang bersebelahan dengan Alun-Alun Kota Bima.

Sepertinya asyik ngopi sambil duduk manis menikmati suasana sore hari di Kota Bima. Pengunjung juga belum terlalu ramai. Hanya ada beberapa anak-anak muda yang sedang nongkrong di kedai kopi ini (termasuk saya anak mudanya,hehehe).




Tempatnya cukup nyaman. Ada beberapa meja dan kursi yang berada di dalam maupun luar ruangan. Disini gak ada ruang ber-AC lhoo ya. Harap bersabar !. Saya memilih duduk di luar ruangan saja. Persis di sebelah jalan yang menghadap ke Lapangan Merdeka Serasuba. Menurut saya cukup asyik duduk disini. Bisa melihat aktivitas warga kota dan lalu lalang kendaraan bermotor. Sore itu Kota Bima cukup ramai dengan kepadatan kendaraan. Apalagi menjelang malam mingguan, anak-anak muda pasti banyak yang memilih berkumpul bersama teman-teman sambil menghabiskan waktu di akhir pekan.

Di Royal Coffee ada berbagai macam minuman antara lain Coffee, non Coffee dan Soda. Saya lihat ada berbagai macam jenis perkopian disini beberapa diantaranya ada Kopi Sembalun, Kopi Toraja, Kopi Kintamani dan lain sebagainya. Untuk makanannya ada makanan berat dan ringan. Sayangnya saya gak memesan makanan karena pengen makan sesuatu di luar nantinya,hehehe. So hanya cukup menikmati ice coffee saja biar suasana hati dan pikiran kembali adem,Asyiiik.



Kopi yang saya pesan disini yaitu Royal Ice Coffee yang merupakan campuran kopi susu dengan gula aren. Salah satu kopi favorit saya nih. Udara yang masih panas di Kota Bima, pasnya minum yang dingin-dingin seperti minum ice coffee biar suasana hati dan pikiran kembali jernih lagi karena yang namanya kopi itu bisa buat mood kita kembali baik. 

Over all, untuk pelayanan di Royal Coffee lumayan baik. Para karyawan disini cukup ramah, tapi untuk lama tunggu pesanan menurut saya cukup lama ya. Hanya sekedar pesan Royal Ice Coffee butuh waktu lebih lima belas menit. Disamping gak banyak pesanan lain yang ada saat itu. Mungkin kedepannya kecepatan pelayanan lebih ditingkatkan lagi. Tempatnya juga sudah cukup baik dan nyaman. Sayangnya gak ada ruangan ber-AC. Cocok nih dibuatkan ruangan adem di tengah panasnya Kota Bima. 

Sambil menikmati Royal Ice Coffee, gak lupa juga mendengarkan lagu-lagu hits yang diputar di kedai kopi ini. So, buat kalian yang datang ke Kota Bima, jangan lupa mampir di Royal Coffee ya. Buka dari pukul 15.30 WITA sampai 23.00 WITA setiap harinya. Buat yang masih kepo, bisa kunjungi akun instagramnya di @royalcoffee_id

Penulis : Lazwardy Perdana Putra