Saturday 24 October 2020

Gowes Melewati Jalur Sepi, Pantai Cemara Lembar

Hello guys !

Salam sehat buat kita semua. Di masa pandemi ini, bersepeda menjadi pilihan yang tepat bagi yang ingin melakukan aktifitas fisik. Semua kalangan bisa melakukan olahraga satu ini. Dari anak-anak sampai orang tua, bersepeda dengan sepeda masing-masing pastinya. Apalagi dengan teman-teman, pedekatean atau keluarga, bersepeda menjadi olahraga yang menyenangkan. Khususnya yang sedang dekat sama seseorang, boleh tuh dicoba ajak si doi bersepeda ke tempat yang kece sambil menunjukkan begitu seriusnya kita dengan si dia. Saya juga punya pengalaman dulu dengan si istri (pas itu masih pedekate). Eh, tau-taunya beneran jadi istri sekarang, Alhamdulillah. Boleh dicoba ya teman-teman,hehehe. 

Akhir-akhir ini saya sering bersepeda lagi, baik sendirian maupun bareng teman-teman. Biasanya ngambil jalur yang soft, terkadang di beberapa kesempatan ngambil jalur yang lumayan buat seluruh badan dipijet sampai di rumah. Minggu lalu, tepatnya Hari Sabtu disaat libur kerja, saya bareng kedua teman kantor gowes ke luar kota. Jalur gowes kali ini cukup menantang. Bukannya karena tanjakan, tapi jalur ini cukup sepi dan konon katanya dulu sering terjadi pembekalan. Serem juga ya, tapi itu dulu. Beda dengan sekarang yang sudah lumayan banyak kendaraan yang lewat jalur ini. 

Kita bertiga janjian kumpul di salah satu spot foto yang ada di pinggiran Kota Mataram, sebut saja Tebolak yang merupakan perbatasan antara Kota Mataram dengan Kab.Lombok Barat. Sekitar jam tujuh pagi kami bertiga sudah kumpul. Istirahat sejenak untuk minum dan mengatur nafas lagi. Lumayan ngayuh dari Ampenan sampai di Tebolak. 



Kurang lebih 17 kilometer, jarak yang akan kami tempuh. Dengan sepeda kesayangan (si Geblek), Polygon Primer MTB Seri 4 menemani gowes saya kali ini. Sedangkan kedua teman saya sama-sama menggunakan Polygon Primer MTB seri ke-4. Hanya saja beda warna livery saja. Trio Polygon MTB nih, hehehe. 

Dari Tebolak yang menjadi titik kumpul, kami mengayuh sepeda melewati jalur Desa Perampuan. Ini ketiga kalinya saya melalui jalur ini dengan bersepeda. Jadi sudah sedikit punya pengalaman menaklukkan jalur yang saya beri nama Jalur Cinta, Asyik. Kenapa ?. Karena dari sini dimulainya cerita cinta saya bersama si istri. Gowes kesorean, ujung-ujungnya pulang kemalaman. Untung gak ada apa-apa di jalan waktu itu. Kami berdua sampai rumah dengan selamat. 

Kembali ke laptop !

Jujur, saya suka dengan jalur ini. Bukan karena punya kisah cinta, tapi pemandangannya yang kece. Melewati perkampungan, persawahan, perbukitan, sungai, jalur yang berkelok-kelok dan kondisi aspal yang cukup baik menurut saya. Udara pagi yang sangat sejuk menemani kami bertiga di sepanjang perjalanan. 

Jalur yang dilewati antara lain Desa Perampuan, Bukit Pengsong yang terkenal dengan kerajaan monyetnya, Desa Taman Ayu, Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeranjang, Hutan Mangrove Lembar dan berbelok ke arah Pantai Cemara Lembar. Kondisi jalan cukup sepi. Hanya berpapasan dengan warga desa yang mulai beraktifitas dan truk pengangkut batu gunung dan pasir. Suka banget dengan jalanan sepi seperti ini. Bersepeda jadi gak perlu banyak gangguan oleh kendaraan pastinya. 

Sedikit saran buat kalian yang ingin gowes melalui jalur ini, agar gak sendirian. Ajak banyak teman biar ramai dan mengurangi tindakan kejahatan. Sedia payung sebelum hujan. Biar merasa aman dan gowes jadi asyik dan nyaman. 

Sinar matahari pagi terasa hangat di kulit ketika saya sudah berada di tengah perjalanan. Terlihat deretan perbukitan dan hijaunya persawahan. Jalur yang bisa dikatakan jalur alternatif buat kalian yang ingin ke Pelabuhan Lembar dari arah Ampenan atau Senggigi. Kalau pagi hingga sore jalur ini sangat kece, sedangkan malam bisa dibayangkan sendiri.



Menghabiskan setengah jam perjalanan, kami sudah tiba di pertigaan menuju Pantai Cemara Lembar. Belok kanan ke Pantai Cemara, sedangkan kalau belok kiri, kita akan menuju Pelabuhan Lembar. Setelah belok kanan, kami harus melewati jembatan kayu yang dari dulu sudah ada. Cukup kuat dan kokoh juga nih jembatan. Jembatan kayu ini bisa dilewati mobil lhoo. Untuk jalur sepeda dan motor terpisah dengan jalur mobil. Di kiri-kanan jembatan terlihat deretan tanaman bakau dan perahu-perahu yang sedang parkir di pinggir sungai. 

Gak jauh lagi lokasi Pantai Cemara, titik finish gowes. Kondisi jalan disini masih berbatu krikil. Masih nyaman dilalui sepeda tanpa ada kendala. Finish, kami sudah sampai di Pantai Cemara. Suasana masih sepi oleh pengunjung. Warung-warung makanan sudah banyak yang buka. Asyik, bisa sarapan disini. 


Cuaca cukup bersahabat, awan putih dengan setia bersama langit biru. Angin pantai yang sepoi-sepoi membuat perut saya sudah keroncongan. Maklum di rumah gak sempat makan, jadinya sampai di pantai cari menu sarapan yang pas di kantong dan perut.

Saya, Mas Zaki dan Mas Adrian duduk manis di sebuah lesehan warung. Salam sapa ibu penjual yang menawarkan menu sarapan ke kami. Sebelum menjawab, kami meminta tolong si ibu untuk foto kami bertiga dengan sepeda. Si ibu keliatannya gak canggung memfoto kami. Mungkin sudah terbiasa dimintai tolong foto kali ya sama pengunjung, hehehe. 



Rasa capek hilang ketika melihat makanan warung, eh lihat pemandangan di Pantai Cemara maksudnya. Lumayan keringat membasahi baju. Habis gowes, mari kita sarapan sejenak. Kami bertiga kompak memesan mie goreng pakai telur. Sepeda sudah kompak, menu sarapan juga kompak. Apa-apa harus kompak dong. Next time, asyiknya ajak anak istri gowes bareng biar seru dan kompak. 

Pantai Cemara merupakan salah satu spot yang banyak dikunjungi warga di sekitaran Lombok Barat. Lokasinya gak jauh dari Pelabuhan Lembar. Disini kita bisa melihat sunset dan hilir mudiknya kapal fery penyeberangan Lembar - Padangbai,Bali. Ada juga jalur baru yaitu penyeberangan Lembar-Surabaya dan Lembar - Banyuwangi. 

Waktu yang pas datang kesini yaitu pagi hari dan menjelang senja tiba. Banyak warung-warung yang buka lapaknya dari pagi hingga malam disini. Pasir pantainya hitam dan bersih. Ombaknya gak terlalu besar dan aman untuk bermain air buat anak-anak. 



Bakalan lama nih nongkrong disini. Menikmati mie goreng telur dan segelas kopi hangat sambil menikmati keindahan alam. Yang jelas rasa mie gorengnya tetap sama dengan mie goreng di rumah. Ngobrol ngalor ngidul, gak terasa sudah satu jam kami berada di Pantai Cemara. Saatnya balik ke rumah. Jalur yang dilalui masih sama seperti saat perginya. Di Jembatan kayu kami berhenti sejenak untuk melihat sekitar. Gak lupa fotoan biar bisa dishare di facebook dan instagram. 

Sekitar jam sembilan kami melanjutkan perjalanan balik pulang ke rumah. Saat balik agak sedikit terik, tapi kami tetap menikmati mengayuh sepeda dengan senang hati. Biapun kulit menjadi agak terlihat hitam, tapi jiwa dan raga harus tetap sehat.

Ayo mulai dari sekarang kita rutin berolahraga apa saja. Bisa sepeda, lari, jalan santai atau apa saja yang positif !. Semoga di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda ini, kita selalu diberikan kesehatan dan semangat untuk menjalankan kehidupan. Amin

Salam Sehat !

 

 Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Saturday 17 October 2020

Edisi Rindu Terbang Lagi, Penerbangan Makassar Lombok

Sudah lama gak bepergian menggunakan pesawat. Dibilang kangen sih, pasti kangen. Apalagi punya hobi sebagai penikmat moda transportasi, rasanya sudah kangen berat naik bus, kapal laut, kereta api dan paling berat itu kangen naik pesawat. 

Tahun lalu bisa dibilang sering banget bepergian menggunakan pesawat. Bahkan moda transportasi canggih seperti MRT (kereta listrik cepat Jakarta) tahun lalu sudah saya coba saat ada tugas dinas ke Bekasi, Jawa Barat pada waktu itu.  

Semenjak pandemi Covid-19 melanda, gak bisa kemana-mana. Hanya bisa buka chanel youtube, tontonin pesawat sampai ketiduran. Hanya itu yang bisa saya lakukan saat ini (curhat pak?). 

Untuk mengobati rasa kangen yang begitu berat, saya coba buka foto-foto lama saat bepergian menggunakan pesawat. Tiba-tiba saya menemukan beberapa foto saat terbang ke Makassar beberapa tahun yang lalu. Ke Makassar dalam rangka studi banding ke salah satu rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Makasaar. 

Kebetulan juga belum sempat saya tulis di blog. Biar rasa kangen ini terobati, saya menulisnya dengan penuh semangat. Semoga para pembaca setia blog ini gak bosen baca cerita saya yang katanya suka curhat dan kemana-mana hahahaha. 


Hello Makassar !

Gak nyangka bisa ikut ke Makassar saat itu. Dua hari sebelum berangkat, saya diinfokan oleh pimpinan kalau saya juga harus ikut ke Makassar. Mau nanya naik apa, tapi pasti jawabannya naik pesawatlah. Masa mau naik odong-odong, kapan nyampenya. 

Beralih ke pertanyaan kedua, "Naik pesawat merk apa?". Hahaha merk, emangnya shampo pake merk. Karena penasaran, saya iseng-iseng buka aplikasi traveloka, pesawat yang langsung dari Lombok ke Makassar apa saja?. Ternyata, hanya Lion Air. Merk lainnya harus transit dulu di rumah mantan, eh di Denpasar atau Surabaya.

Sudah lama juga gak naik Lion Air, biasanya naik merk lain. Denger-denger juga pesawat yang ada gambar singa terbang di buntutnya ini punya pesawat baru-baru seperti Boeing 737-900D dan 737 Max kalau gak salah. Apalagi ada penerbangan langsung ke Makassar, jadi penasaran dong. 

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Dapat refreshing tiga hari sambil kerja pastinya. Harus ninggalin kerjaan dan mendampingi para bos-bos untuk studi banding.  Oh ya, waktu itu saya masih singgle lho (gak perlu diceritain). 

Kesan pertama terbang bersama Lion Air ke Makassar seru sekali.  Ini pertama kalinya juga saya menginjakkan kaki di tempat kelahiran Sultan Hasannudin, salah satu pahlawan nasional. Berangkat dari Bandara Internasional Lombok sekitar jam empat sore WITA. Berhubung waktu Lombok dan Makassar masih dalam satu wilayah (WITA) jadi gak ada perbedaan waktu. Hampir dua jam penerbangan waktu itu. Cuaca cukup baik dan agak sedikit ada turbulance ketika akan mendarat di Bandara Internasional Hasannudin, Makassar. 

Sampai di Makassar sekitar jam enam sore. Kami langsung menuju hotel yang memakan waktu setengah jam dari bandara. Hotelnya bagus banget dan saya lupa nama hotelnya dan gak sempat direview. Untuk cerita jalan-jalan di Makassarnya, nanti saya kasi linknya di akhir cerita ya. Wajib dibaca, nanti dapat hadiah dari saya, hahaha... #ngarepdotcom 




Tiga hari di Kota Makassar, waktunya pulang ke Lombok. Bisa dibilang ke Makassar waktu itu gak membosankan. Hotel tempat menginap juga sangat nyaman. Proses studi banding juga berjalan dengan lancar. Dan paling kecenya itu saya menyempatkan berkunjung ke Sumba Opu, tempat beli oleh-oleh. Ke Benteng Fort Roterdam, Pantai Losari dan kulineran pastinya.

Jadwal penerbangan ke Lombok sekitar jam dua siang waktu Makassar. Masih menggunakan maskapai penerbangan yang sama, Lion Air. Kali ini kondisi pesawat yang saya naiki cukup baru yaitu Boeing 737-900D. Siapa bilang naik Lion Air itu gak menyenangkan karena terkenal dengan delay dan suka tergelincir. Buktinya beberapa kali saya terbang bersama Lion Air, masih dibilang aman dan nyaman. Meskipun ada delay, tapi saya selalu siasati dengan tetap menikmati setiap perjalanan. Anggap saja itu suatu yang wajar.

Proses check-in gak ada kendala sama sekali. Pelayanan di bandara cukup sigap. Gak ada yang membuat kita mengantri lama meskipun para calon penumpang yang akan terbang juga cukup membludak waktu itu. 





Bandara Internasional Hasanuddin merupakan salah satu bandara transit atau internasional terbesar di kawasan Indonesia timur. Bandara ini dibangun pada tahun 1935 oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Dari beberapa artikel yang pernah saya baca dari bandara ini dulunya bernama Lapangan Terbang Kadieng yang letaknya sekitar 22 kilometer dari Pusat Kota Makassar. 

Keunikan dari bandara ini terletak di bentuk bangunannya yang mengadaptasi dari bentuk kapal pinisi. Kapal perahu kebanggan pelaut Bugis atau Makassar. Bandara ini sangat besar sekali dan modern. Kece lah pokoknya. Bandara Internasional Hasanuddin ini juga memiliki dua runway. Area taxi juga cukup menampung lebih dari 20 pesawat sekaligus. 

Ruang tunggu penumpang sangat nyaman dan luas dengan kursi tunggu yang nyaman. Sambil menunggu waktu boarding, saya menyempatkan untuk berkeliling sejenak tapi sayangnya gak banyak foto yang saya abadikan. Saat itu saya lebih menikmati pemandangan dari Bandara Internasional Hasanuddin ini. 

Agak sedikit berbeda yang saya perhatikan dari bandara ini. Kebanyakan jadwal penerbangan dari Makassar yaitu ke arah timur, seperti Manado, Kendari, Palu, Ambon, Gorontalo, Kupang, Bima, Sumba dan paling jauh  kawasan Papua (Manokwari, Sorong, Fak-Fak, Jayapura dan lain sebagainya). Arus lalu lintas penerbangan di bandara ini gak jauh beda dengan Jakarta atau Surabaya. Cukup sibuk dan ramai.  








Setengah jam menunggu waktu keberangkatan, tibalah waktu untuk kami dipersilahkan memasuki pesawat. Setelah tiket diperiksa dan gak ada kendala, saya bersama teman-teman berjalan di lorong menuju pintu masuk pesawat. 

Jadwal keberangkatan gak delay melainkan lebih cepat dari jadwal yang tercantum di e-tiket. Berjalan menuju pintu pesawat, perasaan rindu dengan rumah sudah terasa. Apalagi rindu terbang kembali. Melihat awan putih dari ketinggian, deretan gunung-gunung yang terlihat kecil dari atas pesawat, lautan biru yang sangat luas dan keindahan pulau-pulau kecil yang nantinya akan kami lewati setelah take-off dari Bandara  Internasional Hasanuddin. 

Seluruh kru sangat ramah. Gak ada penumpang yang tergolong ngeyel dan gak mau diatur. Semuanya berjalan dengan tertib. Semoga menjadi penerbangan yang indah, doa saya saat itu. Waktu boarding gak begitu lama. Semua penumpang sudah naik ke dalam pesawat. Terdengar suara capt.pilot yang memberikan salam sapa kepada penumpang dan memberikan informasi tujuan penerbangan dan kondisi cuaca saat itu.

Informasi dari capt.pilot cukup membahagiakan. Saya pun kembali tenang dan gak lupa berdoa, semoga seluruh rombongan selamat sampai tujuan. Persiapan sudah selesai, pesawat akhirnya bergerak maju dan bersiap-siap menuju runway. 

Proses take-off berjalan dengan mulus. Pesawat sudah terbang meninggalkan Kota Makassar. Gedung-gedung semakin mengecil, lautan luas mulai tampak. Hamparan sawah dan perbukitan hijau, menambah keindahan penerbangan. Apalagi di sepanjang penerbangan, selalu ditemani dengan gumpalan awan putih dan langit biru. Indahnya negeri ini. 

Pesawat akhirnya landing dengan mulus di Bandara Internasional Lombok. Alhamdulillah selamat sampai di Pulau Lombok lagi. Terimakasi buat Lion Air. Semoga kita dapat terbang bersama lagi dikemudian hari. Amin. 

Satu hal yang paling saya sukai saat terbang yaitu bisa melihat keindahan alam ini. Begitu indahnya Allah SWT menciptakan surga dunia yang harus kita jaga dan pelihara. Sangat sayang sekali apabila alam ini rusak oleh tangan-tangan manusia yang gak bertanggung-jawab. Mari kita menjaga alam ini untuk masa depan anak cucu kita kelak !.


Bisa baca juga  --- > Jalan-Jalan Ke Fort Roterdam  dan Pantai Losari


Penulis : Lazwardy Perdana Putra