Thursday 11 January 2018

Mengejar Pagi di Pura Ulun Danu, Bedugul


Mungkin ini perjalanan ngetrip saya yang bisa dibilang paling gila ( kata orang-orang terdekat sih ). Gimna gak, pergi ngetrip disaat musim hujan. Gak nanggung-nanggung, ngetripnya ke pulau seberang lagi. Gak ada rencana sebelumnya, tiba-tiba saja pengen ke Pulau Bali. Dari yang awalnya buka-buka instagram tentang wisata Pulau Bali. Gak sengaja lihat keindahan Pura Ulun Danu, Danau Bratan. Kebetulan ada waktu libur dua hari, saat Libur Natal. Packing-packing sambil nungguin hujan reda tapi gak reda-reda, justru semakin deras, hehehehe. 

Berhubung serba dadakan, hanya satu orang yang memiliki harapan untuk mau diajak ke Pulau Bali yaitu Mas Junk. Untungnya Mas Junk mau, saya pun semakin tambah semangat. Asyiiikk, ada temen saya nih yang mau diajak gila bareng. Setelah telpon Mas Junk, saya pun menelpon si doi buat minta ijin. Si doi sih menginjinkan tapi syaratnya harus dibelikan oleh-oleh. Gak disebutkan jenis oleh-olehnya apa, yang penting oleh-oleh wes. #GakPentingJugaDibahas

Rencana awal, kami berdua akan berangkat jam sembilan malam. Kita delay satu jam (kayak pesawat saja) karena melihat hujan semakin deras dan jarak pandang kurang dari 100 meter,widiiihh pilot atau ojek nih?.

Waktu sudah berjalan satu jam dan hujanpun sudah mulai reda. Saya pun berpamitan dengan orang tua yang kebetulan sedang ada di rumah. Asyiiknya orang tua saya itu selalu mengijinkan anaknya yang masih jomblo ini untuk berpetualang kemana saja kecuali ke gunung. Bye Ma Pa, sampai ketemu dua hari lagi. Nanti tak belikan oleh-oleh yaak #RayuanSeorangAnakBuatDiijinkanLiburan.

Next... Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Saya pun segera menjemput Mas Junk ke rumahnya. Saat itu hujan sudah berhenti. Aroma hujan yang menyegarkan di malam itu, menemani kami di sepanjang perjalanan. Saya membawa motor Nmax kesayangan biar bawaan bisa lebih banyak. Pakaian secukupnya, kamera, peralatan mandi, serta perbekalan di perjalanan sudah siap termasuk jas hujan (hukumnya wajib). Oke... Jalan kita, Bismillah 

Sejauh ini perjalanan aman dan lancar. Gak lama sampai di pelabuhan penyeberangan, kami berdua gak menunggu lama untuk naik ke kapal ferry yang akan mengantar kami dan rombongan ke Pulau Bali. Suasana di dalam kapal saat itu ramai sekali oleh para penumpang yang akan berlibur ke Pulau Dewata. Kendaraan juga di parkiran bawah sangat padat. Paling asyik nyeberang ke Pulau Bali ya malam, soalnya sampai di Pulau Bali subuh,hehehe.   

Kurang lebih empat jam lamanya penyeberangan Lombok-Bali yang saat itu gelombang laut cukup besar. Sangat terasa saat ditengah laut, kapal yang kami tumpangi oleng ke kanan dan ke kiri. Hal yang normal namanya jika dilihat dari situasi seperti ini. Gak ada kepanikan dari para penumpang dan dengan enjoynya hampir semua penumpang tertidur lelap saat tengah malam tiba (waktu jam tidur) meskipun kapal oleng. 

Sejauh ini pelayaran sangat enjoyed. Gak lama bel kapal berbunyi dengan kerasnya, saya pun terbangun dari tidur. Ternyata saya bisa tidur juga disaat kondisi gelombang laut cukup besar. Saat melihat dari jendela kapal, ternyata kapal ferry yang membawa kami sudah tiba di Pelabuhan Padangbai, Bali. 

Singkat cerita, sesampai di Pelabuhan Padangbai kami disambut oleh gerimis. Waktu menunjukkan jam empat pagi waktu setempat. Saya pun membawa motor dengan kencang ke arah Denpasar. Berharap gak menemukan hujan di pertengahan jalan. Eh..kurang lebih 20 kilometer meninggalkan Pelabuhan Padangbai, kami berdua terkena hujan yang sangat derasnya. 

Gak lupa langsung memakai jas hujan biar aman, sedangkan barang-barang penting saya masukkan ke dalam jok motor biar gak basah. Setelah semuanya beres, kami melanjutkan perjalanan. Gak ada rasa menyesal, yang ada malah rasa bahagia sudah sampai di Pulau Bali. 

Sesampai di pinggiran Kota Denpasar, hujan masih derasnya. Motorpun langsung saya arahkan ke Bedugul. Kami berdua menyempatkan untuk beristirahat sejenak di salah satu resto 24 jam di daerah Ubung, Denpasar. Shalat subuh, ganti pakaian dan sarapan yang kami berdua lakukan saat itu. Sambil menunggu hujan reda, kami berdua menyempatkan untuk terlelap sepuluh hingga lima belas menit. Gak ada masalah terlelap di resto ini, free.
***
Cerita masih terkena hujan. Tanpa membuang waktu kami berdua melanjutkan perjalanan ke Bedugul. Langit masih gelap dan hujan pun turun semakin derasnya seakan-akan gak mengijinkan kami datang ke Pulau Bali. Tapi setelah sampai di daerah Mengwi, kurang lebih setengah jam lagi sampai Bedugul. Ternyata dugaan kami salah, langit mengijinkan kami berdua datang ke Pulau Bali. Hujan tiba-tiba berhenti dan langit berubah menjadi cerah. Pagi yang indah saya rasakan saat itu. Beautiful !

Welcome Bedugul !.... Welcome Danau Bratan !..... Welcome Pura Ulun Danu !... hehehe ucapan saya saat itu.




Harapan kami terkabulkan. Rencana yang sudah disusun gak berantakan sama sekali meskipun terhalangi oleh hujan. Kalau sudah ada tekad yang kuat, hujan sebesar apapun akan terlewatkan dengan mudah, Asyiiikk.

Suasana pagi yang saya harapkan terlihat indah dari Pura Ulun Danu Danau Bratan. Begitu juga dengan Mas Junk yang sangat senang saat itu. Meskipun gak dapat melihat sunrise dengan jelas karena mendung menyelimuti. Udara pagi yang dingin dan kabut menutupi perbukitan yang menjadi obatnya. Kece Bedugul di pagi itu !.

Kami berdua segera memasuki kompleks Pura Ulun Danu. Suasana pagi itu belum ada kendaraan para pengunjung. Hanya beberapa orang saja yang saya lihat berjalan kaki memasuki area Pura Ulun Danu. Setelah memarkirkan kendaraan di tempat yang sudah disediakan, saya bareng Mas Junk menuju ke loket untuk membeli tiket masuk. Tiket masuk seharga 20 ribu per orang. Tapi berhubung masih pagi sekali, kami berdua hanya dikenakan 10 ribu per orang saja. Alhamdulillah.. rezeki anak soleh hehehe.

















Setelah membeli tiket masuk, kami berdua memasuki taman Pura Ulun Danu. Penataan taman yang sangat rapi. Beberapa pohon pinus yang membuat suasana di pagi itu sangat sejuk. Ditambah lagi bunga-bunga yang mekar dengan indahnya. Ada warna merah, kuning, ungu, orange dan lainnya. Embun pagi dan kabut menghiasi Danau Bratan dari kejauhan. Melihat beberapa orang di atas perahu yang sedang memancing di tengah Danau Bratan. Saya jadi pengen nyobain hal yang sama, tapi gak ada yang ngajakin,hehehe.

Waktu sudah menunjukkan jam tujuh pagi, langit masih dengan awan mendungnya tapi gak membuat Pura Ulun Danu dan Danau Bratan kehilangan indahnya. Sama seperti kamu yang selalu indah di mataku, Asyiiikkk (mulai lebay dah ini anak).

Para pengunjung sudah mulai berdatangan meskipun gak terlalu ramai. Saya dan Mas Junk gak mau membuang kesempatan ini untuk mencari spot-spot foto yang kece. Berhubung belum terlalu ramai, kami berdua gak kesulitan mengambil foto-foto kece. Dengan dukungan kamera yang bagus, saya sangat puas mendapatkan foto-foto keren nan kece. 




Sekilas tentang Pura Ulun Danu, Danau Beratan

Danau Beratan disebut juga dengan nama "Danau Gunung Suci". Danau ini memiliki luas 1.607,5 Ha. Luas juga ternyata. Lebih luas daripada empangnya nenek saya di kampung. Di beberapa kesempatan yang lalu, saya pernah mengexplore danau ini dengan menyewa sebuah speedboat di pinggir dermaga Danau Bratan. Ceritanya bisa diexplore disini --> (Klik Disini).

Oleh para petani setempat di tengah Danau Bratan dibangunlah sebuah pura sebagai tempat ibadah mereka. Mereka sengaja membangun sebuah pura di atas Danau Bratan dengan tujuan agar diberikan kesuburan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Pura yang dibangun di atas Danau Bratan diberi nama Pura Ulun Danu, Danau Bratan. Danau yang menjadi sumber mata air irigasi untuk mengairi sawah-sawah para petani.

Pura Ulun Danu Bratan ini merupakan pura terbesar kedua di Pulau Bali setelah Pura Besakih. Keunikan dari Pura Ulun Danu yaitu ketika air Danau Bratan pasang atau naik maka Pura Ulun Danu akan terlihat seperti terapung. Moment inilah yang dicari oleh para pengunjung agar mendapatkan hasil foto yang keren pastinya.

Menurut sejarah yang saya pernah baca di beberapa sumber terpercaya, Pura Ulun Danu Bratan sudah dibangun sejak tahun 1556. Bangunan yang menggambarkan kehidupan jaman Hindu-Buddha ini dibangun oleh raja yang sangat terkenal di Pulau Bali yaitu Raja Mengwi I Gusti Agung Putu. Kalau dihitung-hitung ini bangunan sudah tua sekali umurnya. Saya kagum dengan hasil karya seni yang diciptakan oleh beliau. Siapa sangka bangunan suci semegah ini sampai sekarang menjadi tujuan utama bagi para wisatawan ketika berlibur ke Pulau Bali. Setuju gak ? Pasti setujulah,hehehe.

Lanjut... !

Bangunan Pura Ulun Danu Bratan terdiri dari empat bangunan suci. Apa saja ? Pertama; Pura Lingga Petak dengan tiga tingkat "Meru" sebagai tempat pemujaan bagi Dewa Siwa. Kedua; Pura Penataran Puncak Mangu dengan sebelas tingkat "Meru" sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu. Ketiga; Pura Teratai Bang sebagai pura utama, dan Keempat; Pura Dalem Purwa sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Trimurti. Dimana Pura Dalem Purwa ini berfungsi sebagai tempat memohon kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan (sumber :Wonderful Indonesia).



Nah,..Saat kami berdua sedang berada di area utama Pura Ulun Danu Bratan, kami berjumpa dengan serombongan umat Hindu yang gak lain warga desa setempat yang akan melakukan sembahyangan rutin yang menurut informasi dari salah satu warga yang akan melakukan sembahyangan, upacara ini disebut dengan nama Melasti. Salah satu nama upacara sembahyangan yang rutin dilaksanakan di Pura Ulun Danu Bratan.

Aroma khas dupa Pulau Bali sempat tercium. Harum dupa dengan beberapa bunga saat itu membuat suasana pagi di Pura Ulun Danu Bratan menjadi lebih syahdu. Perjalanan ngetrip saya di penghujung tahun 2017 di Pulau Bali sangat mengesankan. I Love Bali. 

Bila ada rencana berlibur ke Pulau Bali bersama keluarga, kekasih atau ingin mencoba melakukan trip ala Lazwardy ke Pulau Bali, Pura Ulun Danu Bratan adalah pilihan utama yang pas untuk kalian. Rekommended banget pokoknya.

Ke Pulau Bali itu gak semahal yang kalian pikirkan. Bagi yang punya hobi motoran atau backpacker, gak ada salahnya untuk mencoba ngetrip ke Pulau Bali dengan budget yang pas-pasan seperti saya gitu. Gimana tipsnya ? Kalau mau tips lebih jelas, bisa menghubungi saya via email atau koment di bawah postingan ini. Dijamin langsung dibales,hehehe...Modus.

Oke.. Itu dia cerita ngetrip terakhir saya di Pulau Bali di penghujung tahun 2017. Ditunggu cerita ngetrip saya di Pulau Bali lagi di tahun 2018 dengan destinasi baru, spot yang kece dan pastinya lebih seru dari sebelumnya. 

Thanks sudah membaca sampai selesai cerita yang gak jelas ini,hehehe. Semoga bermanfaat dan bisa dijadikan referensi buat kalian semua yang sudah berkunjung on my blogSee you.



Penulis : Lazwardy Perdana Putra
google.com

4 comments:

  1. ini baru penjelajah sejati, serba dadakan, tapi jadi. tapi lebih salut lagi mas kalau konsepnya dadakan tetapi sama keluarga maksud saya istri dan anak pasti super duper assik tu mas. Salam kenal. salut dengan nekatnya mas, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengenny sih.. Tp si doi lg sibuk sama kegiatanny hehehe.. Lain kali ngetrip breng keluarga ato kekasih pasti sya ceritakan.. Thanks udh berkunjung :)

      Delete
  2. Pas itu , aku juga lg di bali.. ujaaan terusss.. akhirnya kmana mana naik gocar, heuheuheu.
    Btw itu ada foto dilarang pake drone, knp ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hari yg sama qta d Bali mas broo tp d tmpat yg berbeda hehehe.. Nah pas sya tanya karena ini tempat suci jd dilarang ngambil gambar dri atas biar gak mngganggu upacara keagaamaan disini :)

      Delete